Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

Defenisi umum dari kemiskinan adalah suatu kondisi atau


keadaan berbagai kelompok orang yang secara abstrak yang kita
gambarkan sebagai orang miskin, tetapi orang miskin bukan
sesuatu yang abstrak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
Miskin di artikan sebagai kekurangan segala sesuatu terutama
hal yang dibutuhkan termasuk sandang,pangan, papan sehingga
selalu membutuhkan orang lain.

Klasifikasi dan Jenis-Jenis Kemiskinan

Adapun kemiskinan, berdasarkan kategorinya biasa dibedakan


menurut jenis dan penyebabnya.
1.Menurut jenisnya.
Dalam hal ini kemiskinan dibedakan menjadi:
a.Kemiskinan absolut/mutlak
Adalah keadaan yang mana pendapatan kasar bulanan tidak
mencukupi untuk membeli keperluan minimum sebuah isi rumah
yang diukur berdasarkan tahap perbelanjaan minimum.
b.Kemiskinan relative
Adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara
sesuatu tingkat pendapatan lainnya. Contohnya, seseorang yang
tergolong kaya (mampu) pada masyarakat desa tertentu biasa
jadi termiskin pada masyarakat desa yang lain.
2.Menurut penyebabnya
Dilihat dari segi penyebabnya kemiskinan dapat dibagi menjadi
a.Kemiskinan struktural
Kemiskinan struktural ini adalah suatu kondisi di mana
sekelompok orang berada di dalam wilayah kemiskinan, dan tidak
ada peluang bagi mereka untuk keluar dari kemiskinan, bahkan
juga anak-anaknya. Mereka terjebak dalam lingkaran setan
kemiskinan, dan bisa dikatakan mengalami kemiskinan abadi.
Jika seorang pemulung punya anak, dan dia tidak memiliki biaya
untuk memberikan gizi yang cukup, maka akan berdampak
kepada kecerdasan sang anak, lalu juga tidak punya

biaya menyekolahkan anaknya, maka seakan-akan keluar dari


wilayah kemiskinan hanyalah sebuah angan-angan.
Apa yang bisa membawa orang keluar dari kemiskinan
struktural ? Paling tidak secara teoritis ada 2 hal, yaitu:

(1) gizi yang baik semasa balita, serta

(2) pendidikan yang memadai.

Dengan dua hal tersebut, kemiskinan struktural bisa diatasi


perlahan-lahan. b.Kemiskinan kultural
Disebut kemiskinan kultural, adalah budaya yang membuat orang
miskin, yang dalam antropologi disebut Koentjaraningrat dengan
mentalitas atau kebudayan kemiskinan sebagai adanya budaya
miskin. Seperti, masyarakat yang pasrah dengan keadaannya dan
menganggap bahwa mereka miskin karena turunan, atau karena
dulu orang tuanya atau nenek moyangnya juga miskin, sehingga
usahanya untuk maju menjadi kurang.

Adapun kriteria orang miskin sebagai berikut:

1. Seseorang yang memiliki rumah dengan luas lantai kurang dari


8 m persegi.

2. Lantai rumah berupa tanah, bambu atau kayu murahan.

3. Dinding rumahnya berupa bambu, rumbia, kayu kualitas


rendah dan tembok tanpa plester.

4. Rumahnya tidak dilengkapi fasilitas tempat buang air besar


atau berbagi dengan rumah tangga lain.

5. Rumahnya tidak memiliki penerangan dari listrik.


6. Sumber air minum dari sungai atau air hujan atau sumber air
yang tidak aman.

7. Bahan bakar untuk masak berupa kayu bakar, arang atau


minyak tanah.

8. Selama seminggu tidak mengkonsumsi daging/ayam.

9. Pembelian pakaian baru setiap anggota rumah tangga dalam


setahun sebanyak satu stel atau tidak membeli.

10. Frekuensi makan dalam sehari untuk setiap anggota rumah


tangga adalah 1 kali atau 2 kali.

11. Orang tua tidak mampu membayar untuk berobat ke


Puskesmas/Poliklinik.

12. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah


petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha, buruh tani,
nelayan, buruh angunan, buruh

13. perkebunan, atau pekerjaan laing dengan pendapatan


rumah tangga kurang dari Rp.600 ribu per bulan.

14. Kepala rumah tangga memiliki tingkat pendidikan tidak


sekolah, tidak tamat SD atau tamat SD.

15. Pemilikan asset / harta bergerak / harta tidak bergerak, tidak


mempunyai tabungan atau barang yang mudah dijual dengan
nilai kurang dari Rp.500 ribu seperti sepeda motor, emas,
perhiasan, ternak, kapal/perahu motor atau barang modal
lainnya.

PERSOALAN YANG DITIMBUL AKIBAT KEMISKINAN

Maraknya demonstrasi anti pemerintahan yang berkuasa,


menjadi menu wajib pada setiap kegiatan-kegiatan penting pada
Bangsa ini, demi menyuarakan kaum miskin di negeri ini. Tidak
terkecuali adanya demonstrasi dengan di barengi tindakan
anarkis, sehingga meminta korban nyawa juga korban meteriel
yang tidak kecil jumlahnya, hal ini patut disayangkan, belum
tentu tuntutan di tanggapi namun telah banyak meminta korban.

Kriminalisme yang semakin berkembang menjadi gaya hidup


di tengah-tengah masyrakat termarjinalkan ini, adalah suatu bukti
adanya persoalan yang rumit pada kondisi kemiskinan ini
menjangkit di tengah-tengah masyarakat yang ada, hal ini perlu
adanya penanganan yang tepat guna.

Timbulnya sentimen- sentimen dari golongan orang-orang


miskin ini kepada kelompok-kelompok masyarakat yang lain yang
secara ekonomi lebih bisa di golongkan mapan dan kuat,
sehingga menimbulkan pelanggaran etis moral yang tidak benar,
bahkan tidak tertutup kemungkinan menjadi persoalan sara

suku ras bahkan agama. Munculnya tingkat penganguran


yang tinggi, sehingga menyebabkan tatanan sosial yang tidak
baik.

Kemiskinan adalah yang pertama-tama merupakan suatu


pengalaman dan masalah di tingkat Mikro sebagaimana pada
umumnya dari observasi dinilai sebagai penderitaan dan ketidak
adilan. Demikian juga untuk dapat menangani persoalan
kemiskinan itu perlu di ketehaui dalam suatu daerah seberapa
besar tingkat masyarakat miskin yang ada, hal ini juga termasuk
ada tingkatan Makro sehingga dapat di tentukan cara
mengatasinya1[4]

Semakin dalam kita telaah mengenai persmasalahan


kemiskinan ini pada kehidupan masyarakat, maka kita semakin
dalam menemukan sisi-sisi etis yang semakin rusak di tengah-
tengah masyarakat social yang ada.

Bagaimana pandangan iman Kristen terhadap kemiskinan???

Berbicara masalah tindakan atau perlakuan banyak orang


terhadap orang miskin, terkadang membuat suatu diskriminasi
yang sangat mencolok antara orang miskin dan orang kaya.
Secara umumnya kemiskinan ialah suatu keadaan dimana
seseorang itu kekurangan bahan-bahan keperluan hidup.
Dalam masyarakat modern kemiskinan biasanya disamakan
dengan masalah kekurangan uang dari hal itulah yang
membedakan antara orang miskin dan orang kaya sehingga
menimbulkan perbedaan perlakuan atau sikap yang jelas
mendiskriminasikan. Dengan dilatarbelakangi perbedaan itu
maka tidak jarang kita mendengar pendapat bahwa tindak
kekerasan terjadi disebabkan oleh kemiskinan. Bahkan sampai
ada yang mengatakan bahwa orang miskin memang gampang
ngamuk. Memang, bukan sekali dua kali kita mendengar atau
membaca bahwa di kawasan kumuh yang penuh penduduk
miskin terjadi

1
tindak kekerasan. Ada masalah sedikit, langsung terjadi main
pukul, tusuk dan seterusnya. Namun, rasanya terlalu
berlebihan bila sampai menyebut orang miskin cenderung
melakukan kekerasan.

Telah jelas dijabarkan bahwa dalam Perjanjian Lama orang-


orang miskin salah satunya adalah yatim piatu. Mereka adalah
kaum yang harus diperhatikan dan di lindungi sementara itu
dalam Perjanjian Baru baik Yesus maupun pemberitaan Rasul
Paulus banyak bersinggungan dengan kemiskinan dan
bagaimana orang Kristen/pengikut Yesus dapat berperan serta
dalam mengatasi kemiskinan. Kemiskinan adalah masalah yang
sangat kompleks karena berbicara tentang kemiskinan
menuntut kita untuk mencari penyebab dan bagaimana usaha
untuk menanggulanginya. Penyebab kemiskinan ada
bermacam-macam bahkan definisi kemiskinan pun seringkali
agak kabur dan bersifat relative. Gereja memiliki
tanggungjawab untuk mengabarkan injil bagi semua orang. Injil
akan selalu bermuatan positif karena merupakan berita
sukacita bagi orang yang mendengarkan.

AJARAN YESUS TENTANG KEMISKINAN.

Injil Matius 5:3 Berbahagialah orang miskin di hadapan


Allah,karena

merekalah yang empunya kerajaan Sorga

Firman Allah ini dapat di katakan sebagai Sabda Bahagia


karena bagian Pasal 5 inilah dari Injil Matius, Tuhan Yesus
menyatakan kalimat-kalimat berbahagialah.., berbahagialah..,
berulang-ulang, salah satu kalimat yang di katakan
Berbahagialah orang miskin di hadapan Allah,karena merekalah
yang empunya Kerajaan Sorga. Ini menunjuk kepada orang
miskin secara yang sesungguhnya. Namun sering kali sabda
bahagia ini menjadi salah arti manakala

sabda bahagia ini seakan-akan Tuhan Yesus berkata :


..untunglah kamu orang-orang miskin, berdukacita, lapar, dan
haus, karena kamu di cintai Allah.Seolah-olah Allah menghendaki
untuk menerima nasib menjadi orang miskin sampai suatu saat
akan berbahagia karena masuk Sorga, padahal Tuhan bermaksud
untuk Umatnya adalah berbahgialah orang-orang miskin, sebab
mulai sekarang engkau tidak miskin lagi.., karena kerajaan surga
sudah dekat. Maka kalau kebahagiaan di artikan dengan demikian
merupakan wujud keselamatan.

Dengan demikian kita mengerti bahwa kalimat Berbahgia..


pada kata miskin di atas, bukanlah kata kompromi Tuhan Yesus
terhadap orang-orang miskin yang tidak mau berusaha untuk
bangkit dari kemiskinannya, namun adalah tanda keajaiban Allah
bagi umatnya yang mau memohon pertolongan Tuhan untuk di
ubahkan dari keadaan hidupnya.

Dalam Mazmur 72:12-13: Keberpihakan Allah bagi orang-


orang yang menderita sangatlah nyata dan kongkrit, tidak pernah
menyia-nyiakan permintaan tolong Umat-Nya. Hal ini tidak berarti
Allah terus menghendaki orang Percaya pada kondisi kemiskinan,
namun Tuhan mau anak-anak-Nya bangkit dari keterpurukannya
dan menjadi orang yang diberkati berkelimpahan, sesuai dengan
Firman-Nya

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN

Secara umum, ada empat hal yang menyebabkan orang menjadi


miskin:
1.Budaya bergantung kepada orang lain.
2.Ketidakmampuan dari suatu generasi ke generasi yang lain
untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang lebih luas.
3.Perkembangan yang terhambat dari potensi manusia.
4.Meningkatnya orang tua tunggal: janda yang menjadi kepala
rumah tangga.

Cara Penanggulangan Kemiskinan

Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam melakukan


percepatan penanggulangan kemiskinan, yaitu:

Menyempurnakan program perlindungan sosial


Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar

Pemberdayaan masyarakat, dan

Pembangunan yang inklusif

Gereja dapat terlibat dalam pelayanan terhadap orang-orang


miskin dan memengaruhi perubahan sosial masyarakat melalui
tiga hal berikut.

1. Pelayanan penginjilan, termasuk di dalamnya adalah:

o sosiologi dan keselamatan;

o reformasi dan penebusan;

o kebudayaan dan pertobatan;

o suatu orde sosial baru dan kelahiran baru;

o suatu revolusi dan regenerasi.

Jika penginjilan yang dilakukan tidak berorientasi pada


prinsip ini, penginjilan itu tidak mampu, berpandangan
sempit, dan akan gagal untuk menghidupi panggilan ilahi
yang mulia dari Amanat Agung.

2. Pemberian pelayanan dan pendidikan serta pelatihan bagi


orang-orang miskin agar mereka dapat menolong diri
sendiri. Masalah harga diri, pemberantasan buta aksara, dan
keterampilan kerja dapat diberikan dalam

program pendidikan tersebut. Pelaksanaannya dapat


dilakukan dalam bentuk kerja sama antar gereja ataupun
antara gereja dan pemerintah setempat.
3. Kelompok kerja dalam gereja. Kelompok ini memimpin
jemaat untuk menolong pemerintah dengan memberikan
informasi dan keprihatinan mereka terhadap orang-orang
miskin.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau


sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu
memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Kebijakan penanggulangan kemiskinan tersebut,
membutuhkan usaha yang serius untuk melaksanakannya.
Disamping itu diperlukan komitmen pemerintah dan semua pihak
untuk melihat kemiskinan sebagai masalah fundamental yang
harus ditangani dengan baik.

B. Saran
Kita sebagai umat Kristen, jangan tinggal diam dalam
kemiskinan tapi harus bangkit da keluar dari kemiskinan
tersebut.Dan juga turut menyumbangkan hasil pemikiran
kita yang akan menjadi solusi bagi saudara-saudara kita
yang lainnya.

MAKALAH

PANDANGAN IMAN KRISTEN TERHADAP KEMISKINAN

NAMA: JELI SAMADARA


NIM: 2014-40-028
KELAS : B
UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
AMBON
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul PANDANGAN IMAN KRISTEN TERHADAP KEMISKINAN yang mana
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Kristen
protestan.penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar,orang
tua, teman-teman, serta semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini. Besar harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat
sebagai sumber referensi.Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
keterbtasan dalam penyajian data dalam makalah ini.Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi
kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Ambon,13 Juli 2015

penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan persoalan yang maha kompleks dan kronis.


Karena sangat kompleks dan kronis, maka cara penanggulangan kemiskinan pun
membutuhkan analisis yang tepat, melibatkan semua komponen permasalahan,
dan diperlukan strategi penanganan yang tepat, berkelanjutan dan tidak bersifat
temporer. Sejumlah variabel dapat dipakai untuk melacak persoalan kemiskinan,
dan dari variabel ini dihasilkan serangkaian strategi dan kebijakan penanggulangan
kemiskinan yang tepat sasaran dan berkesinambungan.

Latar belakang kemiskinan di akibatkan oleh beberapa factor antara lain


menurut kedua ideology yaitu :

1.Ideologi Konservatif.

Umumnya kaum Koservatif melihat masalah kemiskinan sebagai


kesalahan pada orang miskin sendiri, orang miskin dinilai
bodoh,malas, tidak punya motivasi berprestasi yang tinggi, tidak
punya ketrampilan dsb. ( Positif struktur social ) tidak memandang
masalah kemiskinan sebagai masalah yang serius.
2.Ideologi Liberal.

Berbeda dengan kaum konservatif, kaum Liberal mengagap masalah


kemiskinan adalah masalah yang serius bahkan sangat serius, karena
harus di pecahkan sebab dapat berdampak kemana-mana; social
politik, ekonomi dsb. Masalah kemiskinan dapat dipecahkan asal
adanya kesempatan yang sama untuk berusaha bagi setiap orang
tanpa diskriminasi. 2[3]

Pendapat dari kedua kaum tadi, baik Konservatif maupun Liberal


sama-sama mempertahankan struktur social yang sudah ada, sehingga
memandang kemiskinan harus dapat menempatkan diri pada tatanan social yang
sudah ada di masyarakat.

Dari dimensi pendidikan misalnya, pendidikan yang rendah dipandang


sebagai penyebab kemiskinan, karena tingkat kemampuan Itelektual yang tidak
mumpuni maka orang-orang ini kalaupun bekerja, pasti bekerja pada bagian-bagian
pekerja kasar / kuli bangunan / tukang batu dan sebagainya, sehingga upah
buruhnya pun rendah, sehingga menimbulkan ketidak cukupan untuk memenuhi
kebutuhan pokok.

Dari dimensi kesehatan, rendahnya mutu kesehatan masyarakat


menyebabkan terjadinya kemiskinan, hal ini di karenakan apabila kesehatan
seseorang itu menurun maka produktifitas akan terpengaruh juga menurun,
penghasilan turun, terjadilah kekurangan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Dari dimensi ekonomi, kepemilikan alat-alat produktif yang terbatas,


penguasaan teknologi dan kurangnya keterampilan, dilihat sebagai alasan
mendasar mengapa terjadi kemiskinan, keterbatasan sumber daya manusia juga
memiliki andil menyumbang terjadinya ketidak mampuan memperoleh hasil kerja
yang maksimal, dan mengakibat penghasilan kurang sehingga muncul
permasalahan.

2[3] Banawiratma, SJ, Kemiskinan dan Pembebasa, Kanisius 1990. Hal.18-19


Faktor kultur dan struktural juga kerap kali dilihat sebagai elemen
penting yang menentukan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Tidak ada yang salah dan keliru dengan pendekatan tersebut, tetapi dibutuhkan
keterpaduan antara berbagai faktor penyebab kemiskinan yang sangat banyak
dengan indikator-indikator yang jelas, sehingga kebijakan penanggulangan
kemiskinan tidak bersifat temporer, tetapi permanen dan berkelanjutan.

Dengan demikian sekarang kita tahu bahwasanya yang melatar


belakangi kondisi kemiskinan sampai begitu mendalam tersebut adalah aspek-
aspek tertentu yang dengan tidak mudah untuk diatasi, maka peran orang-orang
Percaya sangat di nantikan bagi hidup mereka kelompok miskin ini, untuk menjadi
motifator dan mentor agar dapatnya keluar dari kondisi ini.

B.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:


1.Untuk mengetahui definisi kemiskinan,persoalan yang ditimbulkan akibat
kemiskinan,macam-macam kemiskinan,dan cara penanggulangan.

2.untuk mengetahui pandangan iman Kristen terhadap kemiskinan

C.Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:


1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang definisi, tipe-tipe, dan
faktor pendorong serta faktor penghambat perubahan social budaya.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan menjadi sumber informasi dan referensi bagi para pembaca
terutama mahasiswa dalam dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Glenn H. Stassendan David P. Gushee, Etika Kerajaan Mengikut Yesus


dalam Konteks Masa Kini (Surabaya: Penerbit Momentum), 465.
Glenn H. Stassendan David P. Gushee, 462-463.
Glenn H. Stassendan David P. Gushee, Etika Kerajaan Mengikut Yesus
dalam Konteks Masa Kini (Surabaya: Penerbit Momentum), 464.
Ron Sider, Bagaimana Jika Injil Adalah Kabar Baik? dalam Misi Menurut
Perspektif Alkitab (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007), 113.
Jon Hendri Foh ,Orang Miskin Adalah Saudara Kristus! Benarkah Matius
25:31-46 berbicara tentang kepedulian sosial terhadap orang yang
kekurangan? tersedia diwww.gkagloria.or.id/artikel/a07.php diakses tanggal
11 April 2012.
Ron Sider, Bagaimana Jika Injil Adalah Kabar Baik? dalam Misi
Menurut Perspektif Alkitab, 113-114.
Ibid.,
120.

Eka Darmaputera, Khotbah Yesus di Bukit: Sebuah Uraian Populer


(Yogyakarta:Gloria Graffa,2002), 26-31.
Cathryne B. Nainggolan, Masalah Kemiskinan dan Kepedulian Gereja
(Bandung: Jurnal Teologi STULOS Volume 10 Nomor 1 April 2011), 146.
Ibid., 147.
Ibid., 147.
Glen H. Stassen dan David P. Gushee, Etika Kerajaan:Mengikuti Yesus
dalam Konteks Masa Kini (Surabaya:Momentum, 2008), 27-28.
Dorothy Irene Marx, Usul Gereja Berteologi Masa Kini dalam Menuju
Tahun 2000:Tantangan Gereja di Indonesia (Bandung: Pusat Literatur
EUANGELION, 1990),139.
Cathryne B. Nainggolan, Masalah Kemiskinan dan Kepedulian Gereja
(Bandung: Jurnal Teologi STULOS Volume 10 Nomor 1 April 2011),153.
Ranto G. Simamora, Misis Kemanusiaan Dan Globalisasi Teologi Misi
dalamKonteks Globalisasi di Indonesia (Bandung: Ink Media, 2006), 69;
Notulen Sidang Raya VII Dewan Gereja-gereja di Indonesia, 18-28 April 1971,
di Pematang Siantar, 93-94.

MAKALAH

AGAMA KRISTEN PROTESTAN

PANDANGAN IMAN KRISTEN TERHADAP KEMISKINAN

Disusun oleh:

NAMA: Elisabeth Dolhamau

KELAS: B
NIM :2014-40-010

UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
AMBON
2015

DAFTAR PUSTAKA

Glenn H. Stassendan David P. Gushee, Etika Kerajaan Mengikut Yesus


dalam Konteks Masa Kini (Surabaya: Penerbit Momentum), 465.
Glenn H. Stassendan David P. Gushee, 462-463.
Glenn H. Stassendan David P. Gushee, Etika Kerajaan Mengikut Yesus
dalam Konteks Masa Kini (Surabaya: Penerbit Momentum), 464.
Ron Sider, Bagaimana Jika Injil Adalah Kabar Baik? dalam Misi Menurut
Perspektif Alkitab (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007), 113.
Jon Hendri Foh ,Orang Miskin Adalah Saudara Kristus! Benarkah Matius
25:31-46 berbicara tentang kepedulian sosial terhadap orang yang
kekurangan? tersedia diwww.gkagloria.or.id/artikel/a07.php diakses tanggal
11 April 2012.
Ron Sider, Bagaimana Jika Injil Adalah Kabar Baik? dalam Misi
Menurut Perspektif Alkitab, 113-114.
Ibid.,
120.

Eka Darmaputera, Khotbah Yesus di Bukit: Sebuah Uraian Populer


(Yogyakarta:Gloria Graffa,2002), 26-31.
Cathryne B. Nainggolan, Masalah Kemiskinan dan Kepedulian Gereja
(Bandung: Jurnal Teologi STULOS Volume 10 Nomor 1 April 2011), 146.
Ibid., 147.
Ibid., 147.
Glen H. Stassen dan David P. Gushee, Etika Kerajaan:Mengikuti Yesus
dalam Konteks Masa Kini (Surabaya:Momentum, 2008), 27-28.
Dorothy Irene Marx, Usul Gereja Berteologi Masa Kini dalam Menuju
Tahun 2000:Tantangan Gereja di Indonesia (Bandung: Pusat Literatur
EUANGELION, 1990),139.
Cathryne B. Nainggolan, Masalah Kemiskinan dan Kepedulian Gereja
(Bandung: Jurnal Teologi STULOS Volume 10 Nomor 1 April 2011),153.
Ranto G. Simamora, Misis Kemanusiaan Dan Globalisasi Teologi Misi
dalamKonteks Globalisasi di Indonesia (Bandung: Ink Media, 2006), 69;
Notulen Sidang Raya VII Dewan Gereja-gereja di Indonesia, 18-28 April 1971,
di Pematang Siantar, 93-94.

Anda mungkin juga menyukai