Anda di halaman 1dari 6

V.

ANALISIS DATA
Viabilitas sebagai kemampuan benih untuk berkecambah dan
menghasilkan kecambah secara normal. Viabilitas benih adalah daya hidup
benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme dengan gejala
pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur
parameter viabilitas potensial benih. Perkecambahan benih mempunyai
hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang
berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas
benih. (Ridha, Syahril, & Juanda, 2017).
Vigor benih adalah kemampuan benih untuk tumbuh normal dalam
keadaan lapang suboptimum. Benih dengan vigoritas tinggi akan mampu
berproduksi normal pada kondisi suboptimum dan di atas kondisi normal,
memiliki kemampuan tumbuh serempak dan cepat. Kecepatan tumbuh
mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh benih karena benih yang cepat
tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang suboptimal (Ridha,
Syahril, & Juanda, 2017).
Berdasarkan tingkat adar air dalam benih terdapat 2 tipe benih
yakni benih ortodoks dan benih rekalsitran. Benih ortodoks adalah benih
yang dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama dengan kadar air dapat
diturunkan sampai di bawah 10% dan dapat disimpan pada suhu dan
kelembapan yang rendah (Shaban, 2013).
Benih rekalsitran yaitu benih yang tidak dapat disimpan dalam
waktu lama, tidak tahan atau mati jika disimpan pada suhu dingin, dan
tidak tahan disimpan bila kadar airnya diturunkan sampai di bawah kadar
air kritis (Walters, dkk, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan, pada benih padi berkecambah
hanya pada perlakuan kertas terbuka sebanyak 10%. Benih padi tidak
berkecambah kemungkinan karena kualtas benih yang digunakan tidak
bagus ataupun masa perkecambahan (germinasi) yang lama. Berdasar
literatur, laju perkecambahan benih padi varietas lokal si gadis
memerlukan waktu perkecambahan dalam 4 hari (Prabhandaru & Saputro,
2017).
Pada benih Lombok, perlakuan kertas terbuka dan tertutup tidak
ada yang berkecambah (0%). Perlakuan tanah gembur daya
berkecambahnya yang paling tinggi yaitu 60%. Hal tersebut karena media
tanah gembur mengandung unsur hara yang baik untuk perkecambahan
dan pertumbuhan. Berdasar literatur, campuran media tanah dan kompos
mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan
tanaman (Rusmin, dkk, 2014).
Pada benih tomat juga sama seperti benih Lombok, perlakuan
kertas teruka dan tertutup tidak ada yang berkecambah, hal tersebut karena
media kertas hanya mampu mengikat air dan tidak mengandung unsur
hara. Perlakuan tanah gembur daya berkecambahnya yang paling tinggi
yaitu 80%. Hal tersebut karena media tanah gembur mengandung unsur
hara yang baik untuk perkecambahan dan pertumbuhan tanaman.
Pada benih terong, perlakuan kertas terbuka dan tertutup tidak ada
yang berkecambah karena media hanya mampu mengikat air dan tidak
mengandung unsur hara. Perlakuan tanah gembur daya berkecambahnya
yang paling tinggi yaitu 50%, karena tanah gembur mengandung unsur
hara yang baik untuk perkecambahan dan pertumbuhan tanaman.
Pada benih bayam, perlakuan kertas terbuka dan tertutup tidak ada
yang berkecambah karena media hanya mampu mengikat air dan tidak
mengandung unsur hara. Perlakuan tanah gembur dan tanah pasir daya
berkecambahnya yang paling tinggi yaitu 70%, karena tanah gembur
mengandung unsur hara dan tanah pasir mengandung sedikit unsur hara.
Berdasar literatur, media pasir lebih steril dan mengandung sedikit zat
hara, terutama fosfor untuk pertumbuhan kecambah (Rusmin, dkk, 2014).
Perbedaan daya kecambah antar varietas dapat disebabkan karena
masing-masing benih mempunyai ukuran yang berbeda-beda, kandungan
zat makanan serta umur panen yang berlainan. Perbedaan sifat terebut
disebabkan oleh faktor genetik masing-masing benih. Faktor genetik yaitu
varietas-varietas yang mempunyai genotype baik (good genotype) seperti
produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap
kondisi pertumbuhan yang lebih baik (Sunarto, 2001).
Media perkecambahan juga merupakan salah satu faktor eksternal
yang mempengaruhi perkecambahan. Media perkecambahan yang baik
harus mempunyai sifat fisik yang baik, mempunyai kemampuan menyerap
air, oksigen dan bebas dari organisme penyebab penyakit (Rusmin, dkk,
2014).
Media kertas mampu mengikat air dengan baik dan mempunyai
aerasi yang baik sehingga ketersediaan air dan O2 selama perkecambahan
tercukupi (Rusmin, dkk, 2014).
Media pasir lebih steril dan mengandung sedikit zat hara, terutama
fosfor yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kecambah. Campuran media
tanah dan kompos mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk proses
pertumbuhan tanaman. Setelah kecambah mempunyai daun dan akar yang
tumbuh sempurna maka tanaman akan berfotosintesis dengan giat dan
dapat memanfaatkan unsur hara pada media dengan baik (Rusmin, dkk,
2014).
Menurut Sutopo (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan
yaitu :
A. Faktor luar
1. Air
Faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat
dari benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air
yang tersedia pada medium di sekitarnya. Pada umumnya
kebutuhan benih akan air yaitu tidak melampaui 2 atau 3 kali dari
berat keringnya. Untuk kebanyakan benih tanaman yang
kondisinya terlalu basah akan menghambat aerasi dan merangsang
timbulnya penyakit.
2. Temperatur
Temperatur optimum merupakan temperatur yang paling
menguntungkan bagi perkecambahan benih. Temperatur optimum
bagi kebanyakan benih tanaman diantara 00-50 C. Untuk tanaman
musim dingin temperatur minimumnya yaitu 40 dan 50C atau
kurang. Sedangkan untuk tanaman musim panas temperatur
minimumnya antara 100-150C.
3. Oksigen
Pada saat perkecambahanan berlangsung, proses respirasi akan
meningkat dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan
pelepasan karbondioksida, air dan energi berupa panas.
Terbatasnya oksigen akan mengakibatkan terhambatnya proses
perkecambahan benih.
4. Cahaya
Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk perkecambahanan berbeda
tergantung jenis tanaman. Berdasarkan kebutuhan akan cahaya,
benih dibagi menjadi 4 yaitu :
 Golongan yang memerlukan cahaya secara mutlak untuk
perkecambahannya.
 Golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat
perkecambahannya.
 Golongan cahaya dapat menghambat perkecambahanannya.
 Golongan benih dapat berkecambah di tempat gelap atau ada
cahaya.
B. Faktor dalam
1. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tidak
tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Benih belum memiliki
cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum
sempurna. Pada benih yang masak, pertumbuhan benih akan
tumbuh dengan optimal.
2. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan
makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih kecil. Berat
benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan karena berat
benih menentukan besarnya kecambah.
3. Dormansi
Dormansi dengan perlakuan khusus, masa dorman bisa dipatahkan
sehingga dapat dirangsang untuk berkecambah seperti stratifikasi
direndam dalam larutan asam sulfat dll.
4. Penghambat perkecambahan
Zat-zat yang dapat menghambat perkecambahan benih yaitu
larutan dengan tingkat osmotik dan bahan yang mengganggu
lintasan metabolisme.

VI. KESIMPULAN
1. viabilitas merupakan kemampuan benih untuk berkecambah dan
menghasilkan kecambah secara normal.
2. Benih terbagi menjadi dua yaitu benih Ortodoks yang dapat disimpan
dalam waktu lama dan benih rekalsitran yang tidak dapat disimpan.
3. Media perkecambahanan yang paling baik yaitu tanah gembur karena
mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk perkecambahan dan
pertumbuhan tanaman.
4. Media perkecambahanan yang baik harus mempunyai sifat fisik yang
baik kemampuan menyerap air dan oksigen, dan bebas dari organisme
penyebab penyakit.
5. Faktor yang mempengaruhi perkecambahanan ada 2, yang pertama
faktor luar yang meliputi air, temperature, oksigen, dan cahaya. Yang
kedua faktor dalam yang meliputi tingkat kemasakan benih. ukuran
benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Prabhandaru, I., & Saputro, T. B. 2017. Respon Perkecambahan Benih
Padi (Oryza sativa L.) Varietas Lokal SiGadis Hasil Iradiasi Sinar
Gamma. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 48-52.

Ridha, R., Syahril, M., & Juanda, B. R. 2017. Viabilitas dan Vigoritas
Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Akibat Perendaman
dalam Ekstrak Telur Keong Mas. Jurnal Penelitian Agrosamudra,
84-90.

Rusmin, D., Suwarno, F. C., Darwati, I., & Ilyas, S. 2014. Pengaruh Suhu
Dan Media Perkecambahan Terhadap Viabilitas Dan Vigor Benih
Purwoceng Untuk Menentukan Metode Pengujian Benih. Bul.
Littro, 45-52.

Shaban, M. 2013. Aging In Orthodox Seeds Is A Problem. Adv Bid Biom


Res, 1296-1301.

Sunarto, T. Hilman SB. 2001. Analisis Korelasi Dan Koefisien Lintasan


Hasil Padi Sawah Pada Lahan Keracunan Fe. Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan. Vol 18.

Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Walters, C. P. Berjak, N. Pammenter., K. Kennedy & P. Raven. 2013.


Preservation Of Recalcitrant Seeds. Science, 915-916.

Anda mungkin juga menyukai