Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH EKOLOGI HEWAN

TENTANG

STRATEGI MAKANAN, KOEVOLUSI DAN ANALISIS

Nama : Febi Tomasui

Nim : 1801040037

Kelompok : 11

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga makalah Ekologi Hewan yaitu tentang “Strategi Makanan,Koevolus dan
Analisis” ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.

Akhir kata, Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi
bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam makalah ini, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah berikutnya.

Kupang, 1 Maret 2021

Penulis
DARTAR ISI

KATAPENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

B.     Batasan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian Strategi mencari makan,


B. koevolusi dalam hubungannya dengan makanan
c. Analisis makanan

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hewan sebagaimana makhluk hidup lainnya, menempati lokasi bersama dengan makhluk
hidup lainnya dan makhluk tak hidup yang bersama-sama membentuk lingkungan hidup hewan.
Antara makhluk hidup dan lingkungannya saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu sistem
yang kompleks. Sistem yang terbentuk karena interaksi makhluk hidup dengan lingkungnya
disebut ekosistem, sedangkan ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi. Ekologi berasal
dari bahasa Yunani oikos yang berarti rumah dan logosyang berarti ilmu atau studi tentang
sesuatu. Dengan demikian ekologi didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang hubungan makhluk
hidup (organisme) dengan lingkungannya. Ekosistem sebagaimana disebutkan di depan,
merupakan suatu jejaring komunitas atau hubungan jejaring antarindividu yang menyusun satu
kesatuan yang terorganisasi secara mandiri dan terdapat pola-pola dan proses-proses yang
berjenjang secara kompleks.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu strategi mencari makan ?

2. Bagaimana koevolusi dalam hubungannya dengan makan?

3. Bagaimana Analisis pada makanan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Strategi dalam mencari makan

2. Untuk mengetahui koevolusi dalam hubungannya dengan makan

3. Untuk mengetahui Analisis pada makanan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi hewan mencari makan

Semua hewan adalah makhluk yang bersifat heterotrophic (kebalikan dari autotrof),
artinya untuk memperoleh nutrien organik untuk keperluan tubuhnya, hewan harus memakan
organisme lain baik makhluk yang masih hidup atau makhluk yang sudah mati. Sebagian besar
umur hewan digunakan untuk memperoleh makanan. Dengan demikian, ketersediaan sumber
daya bagi hewan tergantung pada ruang dan waktu. Satu hal yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah sifat dari sumberdaya terssebut apakah mudah atau tidaknya diperoleh atau
dicerena. Beberapa jenis hewan yang bersifat generalistis dalam memakan makanan
(euryphagous); heewan-hewan jenis ini memakan makanan berbagai jenis hampir tidak terbatas.
Anjing hutan, oposum (sejenis hewan berkantung), dan manusia adalah contoh kelompok jenis
ini. Sedangkan hewan jenis lainnya memakan makanan hanya beberapa jenis hewan saja
(stenophagous).

Ahli ekologi hewan yang mempelajari startegi makanan sering memperhatikan model-
model pencarian makanan yang optimal yang dilakukan oleh hewan. Hal ini sangat
dipertimbaangkan bahwa binatang harus memasukkan energi yang lebih banyak dibangdingkan
yang dikeluarkannya. Selain dari energi, hewan juga harus memperoleh nutrien (zat-zat gizi)
yang spesifik yang betul-betul dibutuhkan oleh tubuh. Dengan demikian pencarian makanan oleh
hewan akan sangat memperhatikan pertimbangan pemilihan makanan, penggantian, mangsa
yang harus dimakan, dan lain sebagainya.

Strategi hewan dalam mencari makan ialah mendapatkan perolehan semaksimal mungkin
dengan resiko semaksimal mungkin. Setiap kali hewan mencari makan/ mangsa, energy harus
dikeluarkan. Setiap jenis hewan, berbeda corak perncarian makanannya. Pada jenis predator
tertentu( buaya, ular) energy tidak digunakan untuk aktifitas mengejar mangsa, melainkan untuk
menyergap mangsa secara tiba-tiba. Beberapa jenis hewan tidak mengeluarkan energy ekstra
setiap mencari makan. Misalnya lebah, sebagian besar energy untuk pembuatan dan perbaikan
jarring penangkap mangsa . Ada jenis hewan mencari makan secara individual atau berkelompok
. Secara berkelompok akan memberikan keuntungan bila ketersediaan sumber daya makanan
dilingkngkan berlimpah.

Hewan memerlukan energi untuk mendukung seluruh proses metabolisme tubuh maupun
aktivitasnya seperti berpindah, mencari makan, pencernaan, mempertahankan suhu badan,
reproduksi, pertumbuhan, dan kerja lainnya. Seperti dijelaskan di depan, berdasarkan
kemampuan organisme dalam menyusun atau menyintesis makanan,

organisme dibedakan menjadi 2, yaitu:

-Ototrof: organisme yang mampu mengunakan energi dari sinar matahari dalam proses
fotosintesis yang mereaksikan air dan karbon dioksida menjadi gula sederhana (fotosintesis) atau
menggunakan reaksi kimia untuk energi dalam menyintesis makanan (kemosintesis). Fotosintesis
terjadi pada tumbuhan, sedangkan kemosintesis berlangsung pada fungi.

-Heteroatrof: organisme yang tidak mempu menyintesis makanan sendiri dari senyawa

anorganik sehingga harus mengonsumsi organisme lain untuk memenuhi kebutuhannya, sebagai
contohnya ialah hewan.

Berdasarkan proporsi jenis makanannya, hewan diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yatiu:

-Herbivora: hewan yang masuk kelompok ini ialah yang proporsi jenis makanannya
hampir seluruhnya tumbuhan. Sebagai hewan yang masuk kelompok ini ialah kambing, domba,
monyet daun, dan kelinci.

Berdasarkan bagian tubuh tumbuhan yang dimakan, hewan dibedakan menjadi frugivora
jika pemakan buah (kera, orangutan), foliovora jika pemakan daun (Nasalis larvatus, monyet
daun/leaf monkey Presbytis), serta gummivora jika pemakan sap/gum (tamarin, marmoset).

-Karnivora/faunivora: hewan yang memakan hewan lain, yang biasanya masuk ke dalam
kelompok predator atau hewan pemangsa seperti anjing, kucing, dan ular. Termasuk ke dalam
kelompok ini ialah hewan insektivira atau pemakan serangga (contohnya Tarsius spectrum).

-Omnivora: hewan yang memakan hewan dan tumbuhan dengan porsi yang hampir
sama. Contoh hewan kelompok ini misalnya monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra).
-Scavenger: hewan yang memakan bangkai, seperti burung pemakan bangkai dan biawak.

1.       Metode-Metode Mencari Makanan

Berikut ini adalah sebagian metode yang digunakan hewan untuk memperoleh makanan
diantaranya, yaitu:

1.      Penggembalaan

Pemakan rumput (grazer) memanen rumput dan tanaman lain di daratan atau alga serta
organisme lain dipermukaan air. Rumput dan alga adalah makanan enak dan sedikit atau tidak
ada resistansi ketika dimakan, disamping itu rumput adalah jenis tumbuhan yang cepat
menyesuaikan diri dan cepat tumbuh untuik menggantikan biomass yang hilang. Kondisi ini
mendukung usaha penggembalaan berbagai jenis hewan. Salah satu kerugian dari pengembalaan
dalah beberapa makanan yang dimakan memiliki nutrien atau kandungan gizi yang rendah dan
tidak terkontrol.untuk menutupi permasalahan ini hewan biasanya harus mengkonsumsi rumput
atau alga dalam jumlah besar serta menghabiskan prosentase waktu makan yang lebih besar pula
dibandingkan dengan kegiatan pemangsaan (predator).

Biasanya mamalia yang mencari makanan melalui pengembalaan cenderung untuk membentuk
kelompok. Terdapat hubungan keselamatan dalam mempertahankan jumlah melalui pencarian
makanan secara berkelompok dengan kemelimpahan rumput dan kepadatan populasi yang tinggi
suatu kumpulan jenis hewan tertentu.
2.      Menjelajah (browser)

Pemakan daun di darat (browser) memakan daun-daunan dari pohon dan semak belukar.
Hewan-hewan meliputi ulat bulu, kura-kura darat, burung belibis, jerapah, kambing, dan lain-
lain. Hewan penjelajah tergantung pada makan yang tidak berlimpah dan tersebar luas
dibandingkan dengan rumput, sehingga mereka cenderung untuk membentuk kelompok lebih
kecil atau menjadi soliter atau introvert.

3.      Makan Nectar, Buah-buahan, Tepung Sari, dan Biji

Tanaman menyediakan satu kemelimpahan makanan selain dari pada daun-daunan.


Makanan ini jelas merupakan keuntungan bagi hewan. Madu yang manis merupakan makanan
dari lebah, ngengat, burung, kupu-kupu, dan kelelawar yang sekaligus menyebarkan tepung sari
dari bunga satu ke bunga yang lainnya. Sedangkan tumbuhan yang memiliki buah-buahan yang
mengandung gula memikat burung, monyet, kelelawar buah, beruang, gajah, dan manusia untuk
makanan mereka, kemudian menyebarkan benih yang sukar dicerna di daerah pedesaan.
Tepung sari dan biji adalah alat untuk reproduksi makanan, jadi tidak dimaksudkan untuk
dimakan oleh hewan atau manusia. Akan tetapi banyak lebah, dan kumbang mengkonsumsi
tepung sari, sementara burung, tupai, dan semut mengumpulkan biji-biji untuk makanan dan
sekaaligus untuk penyebaran benih.

4.      Menggali

Beberapa binatang menggali makanan mereka, satu tyerowong makan dibuat sekaligus
sebagai jalan mereka. Perilaku ini meliputi banyak hewan herbivora (pemakan tumbuhan),
seperti kumbang, serangga dan larva ngengat, undur-undur, dan anai-anai (rayap) kayu.
Memakan makanan secara sporadic, sehingga pencernaan mereka harus memiliki kemampuan
khusus (termasuk enzim khusus untuk mencerna selulosa), kemudian bahan organik dan partikel
yang sulit dicerna tersebut dibuang.

Undur-undur adalah larva sejenis serangga myrmeleon sp yang hidup mencari mangsa dengan
cara menggali lubang jebakan (pit trap). Lubang yang dibauang harus sesuai dengan
proporsional dengan ukuran tubuh undur-undur, serta konstuksi lubang benar-benar tepat agar
mangsa (kebanyakan semut) yang masuk ke dalam lubang jebakan tidak dapat keluar lagi.

5.      Menyaring Makanan

Menyaring makan adalah strategi umum yang digunakan hewan-hewan yang hidup di
habitat air, terutama samudra. Kegiatan menyaring dilakukan dengan menggunakan alat
anatomis yang bertindak sebagai saringan untuk menyaring makanan kecil dari air. Pemakan
detritus atau hewan-hewan pemakan dengan menggunakan saringan (filter-feeders), seperti
tiram, fanworm, dan tunicates, diam di suatu tempat kemudian air laut dipompa sehingga
plankton melewati saringan yang ada dalam tubuhnya.

Penyaringan lain hidup bergerak, ikan Haring berenang dengan mulut yang terbuka, membiarkan
air yang mengandung partikel kecil makanan mengalir sepanjang lembaran-lembaran insang
mereka.

6.      Pemakan Sisa dan Deposit

Hewan-hewan ini umumnya adalah hewan laut yang relatif tidak bergerak; berbagai jenis
bintang laut berbentuk bunga, cacing laut, dan chrinoids. Lengan-lengan ini menjulur ke atas
untuk menangkap makanan apapun yang melintas di atasnya. Timun laut dan bunga laut
menempelkan tangan-tangan mereka ke substrat yang ditempatinya. 
Makanan ditangkap oleh bulu-bulu halus (cilliata) kemudian dengan mantap menggerakkan
makanan-makanan tersebut masuk ke dalam mulutnya.

7.      Pemangsaan

Pemangsaan adalah kata yang lebih sering didengar sehubungan  dengan metode


memperoleh makanan yang dilakukan oleh hewan. Populernya istilah pemangsaan lebih
disebabkan juga karena kemampuan hewan-hewan besar dalam memburu mangsanya lebih
sering ditemukan dan dipertontonkan dalam berbagai film. Akan tetapi sebenarnya, kegiatan
perburuan tidak hanya dilakukan oleh hewan-hewan besar di darat. Di laut bahkan di udara,
perburuan terjadi dengan begitu intensif.

Beberapa hewan berburu secara soliter (misalnya kucing), beberapa hewan berburu secara
berkelompok dengan menggunakan strategi yang rapi. Beberapa jenis hewan bekerja sama
dengan menjebak mangsa agar lebih mudah dimangsa, dan beberapa jenis hewan mencari makan
dengan cara menggoda untuk menarik perhatian agar mangsa tidak menaruh curiga (kura-kura).
Sementara itu, hewan jenis lain melakukan penyamaran untuk menarik perhatian mangsa,
sedangkan hewan lain membuat jaring-jaring perangkap (laba-laba)

8.      Simbiosis

Simbiosis adalah usaha binatang untuk mempertahankan hidup dengan memanfaatkan


binatang lain. Simbiosis dapat terjadi saling menguntungkan, salah satu untung atau merugikan.

Tidak seperti pemangsa, simbion (hewan yang bersimbiosis) yang hidup saling menguntungkan
dengan hewan inang (host) membiarkan hewan lain memperoleh manfaat dari hewan yang
menempatinya, sedangkan hewan yang menempati inangmemperoleh manfaat karena dapat
terlindung dari hewan pemangsa. Hubungan seperti ini disebut sebagai simbiosis komensialisme
dan mutualisme (saling atau salah satu diuntungkan). Sedangkan hubungan yang merugikan
salah satu pihak (dengan cara mencuri makanan dari tuan rumahnya) disebut sebagai hubungan
parasitisme.

Ikan dilaut yang berwarna-warni dapat hidup bersama saling menguntungkan dengan anemone
laut yang menempel di dasar alut. Ikan memperoleh perlindungan dari anemone karena
warnanya yang hampir mirip, sedangkan anemone memperoleh makanan dari sisa-sia makanan
yang tercecer ke tentakel-tentakel anemone laut. Demikian juga kelelawar yang memakan nectar
bunga kaktus, kelelawar memperoleh nektar dan kaktus dapat menyebarkan pollen (serbuk
sarinya) hingga dapat berpindah ke putik sehingga terjadi penyerbukan. Berneda dengan tipuan
yang dilakukan terhadap burung cuckoo. Burung cuckoo sering tidak mengenali sarang dan anak
burung yang ada di saranagnya. Kondisi ini dimanfaatkan oleh burung lain untuk menerima
makanan dari burung cuckoo dan menempati sarangnya yang hangat.
9.      Mengais

Akhirnya terdapat jenis binatang yang memperoleh makanan sambil “membersihkan


dunia agar tetap bersih dan sehat”. Hewan ini berjasa membersihkan sampah-sampah dari jenis
sampah organik yang terdiri dari pupuk, binatang yang mati, dan tumbuh-tumbuhan yang juga
mati. Binatang itu terdapat banyak di sekitar kita: keong, cacing tanah, dan lain-lain. 

Sedangkan burung manyar dan anjing hutan membersihkan sampah dari bangkai-bangkai yang
tidak mungkin dimakan oleh hewan lain.

B. Koevolusi dalam hubungan makanan

Koevolusi dalam hubungan makanan adalah proses evolusi dua atau lebih spesies yang
mempengaruhi proses evolusi mahluk hidup lainnya. Semua organisme dipengaruhi oleh makluk
hidup disekitarnya, pada koevolusi ,terdapat bukti bahwa sifat-sifat yang ditentukan oleh
genetika pada tiap spesies secara langsung disebabkan oleh interaksi antara organisme.

Koevolusi adalah tipe tipe adaptasi yang khas karena hubungan antara jenis makluk
hidup. Koevolusi digunakan untuk mendeskripsikan suatu keadaan yang melibatkan serangkaian
adaptasi berbalikan : perubahan pada suatu spesies yang berperan sebagai komponen seleksi
untuk spesies lain, yang adaptasi perlawanan dari spesies kedua yang timbul sebagai respon
pengaruh seleksi yang ditimbulkan oleh spesies pertama.

a. Pertimbangan Pemilihan Makanan oleh Hewan


            Aspek jumlah ( Kuantitatif) makanan hewan menyangkut masalah kelipatan tersedianya,
sedang aspek mutu mutu (Kualitatif) menyangkut masalah palatabilitasnya, nilai gizi daya cerna
dan ukuranya. Palabilitas makanan tergantung dari tidak adanya kandungan zat-zat kimia tertentu
misalnya yang meransang diluar kisaran toleransi hewan ataupun yang bersifat toksik. Selain itu
adanya struktur –struktur  yang mengganggu seperti bulu atau duri yng tajam atau lapisan yang
keras mengurangi nilai palabilitas makanan bagi hewan. Karena itu banyak hewan karnivor
menunjukkan prefernsi memakan tumbuhan muda daun atau pucuk muda.

1.      Nilai Gizi

            Nilai Gizi makanan menyangkut masalah kandungan protein, karbohidrat, lemak mineral
– mineral, vitamin dan air dalam makanan itu. Kandungan substansi organiknya memberikan
nilai kandungan energi makanan itu . Kekurangan salah satu komponen dalam dlit dapat
dideteksi oleh hewan melalui mekanisme neurofisiologi tubuhnya. Heawan kemudian akan
berusaha mengatasinya dengan memakan dalam jumlah yang banyak makanan lain yang
mengandung komponen yang kurang itu. Apabila kekurangan itu tidak dapat diatasi, hewan akan
mengalami ketegangan yan mungkin menjurus ke terjadinya kanibelisme, Meskipun hewan itu
jenis herbivora. Penjilatan garam yang diperlukan rusa dan berbagai hewan ruminantia lain
tampaknya berkaitan dengan masalah kekurangan garam natrium dalam diet hewan – hewan itu.
Butir –butir kerikil dalam lubang otot pada burung granivor desamping membantu pencernaan
diduga berperan juga sebagai sumber mineral – mineral. Nilai gizi makanan dalam arti
pemanfaatan makanan itu hingga dapat digunakan dalam tubuhnya hewan yang mengkonsumsi
makanan itu erat kaitannya dengan daya cerna makanan.

2.      Daya Cerna

            Daya cerna maakanan tergantung daari komposisi kimia dan struktural makanan itu serta
adaptasi fisiologis yang didukung adaptasi struktural hewan pemaka. Hewan herbivor lebih
memerlukan enzim – enzim proteasa dan hewan – hewan omnivor memerlukan komplek enzim
yang lebih lengkap. Daya cerna makanan lebih merupakan masalah bagi hewan herbivor dari
pada hewan karnivor.  Yang dihadapi hewan karnivor adalah masalah menemukan, menangkap
dan menangani mangsa, bukan masalah pencernaan. Ditinjau dari segi nilai gizi, komposisi
tubuh mngsaa berupa tikus, ikan atau cacing bagi hewan karnivor semuanya praktis tidak
berbeda. Lain halnya dengan makanan hewan herbivor. Berbagai jenis mammalia, Aves,
Mollusca danserangga herbivor, saluran pencernaanya      Mengandung flora bakteri pencerna
selulosa. Dalam rumen jenis - jenis hewan Ruminantia, Disamping bakteri terdapat Diplodinium
(Protozoa) yang juga mampu mencerna selulosa. Asosiasi dua kelompok hewan untuk
memanfaatkan selulosa yang bernilai energi tinggi itu terdapat pada lipas (Blattidae) dan rayap
( kalotermitidae) dengan berbagai jenis Flagellata ( Polymastigina ; Hypermastigina ) yang hidup
dalam usus serangga – serangga tersebut.

3.      Ukuran Makanan

            Bagi hewan – hewan herbivor, saprovor dan parasit ukuran tubuh hewan makanannya
tidak merupakan masalah. Tidak demikian halnya pada hewan – hewan karnivor (Predator) yang
makanannya berupa hewan lain yang mungkin mobilitasnya tinggi. Ukuran tubuh hewan mangsa
biasanya lebih kecil dari pemangsanya. Namun demikian ukuran itu tidak boleh terlalu kecil agar
energi perolehan memangsa tidak lebih rendah daari pada energi yang telah dipakai untuk
mencari dan mengejar hewan mangsanya itu.  Kita mengenal beberapa jenis hewan karnivor
yang ukuran tubuhnya kecil sekali dibandingkan dengan ukuran tubuhnya sendiri. Hewan –
hewan ini mempunyai adaptasi – adaptasi dan strategi khusus untuk mendapatkan mangsanya.
Misalnya, tenggiling (Manis javanica ) mendapatkan semut, rayap dan serangga lainnya yang
sangat panjang. Labah – labah menggunakan jaring untuk menjebak mangsanya.

            Bangsa buaya, ular, kadal dan ikan predator mempunyai strategi mengefesiensikan
penggunaan energi dengan merayap mengsanya. Secara tiba-tiba apabila ukuran tubuh hewan
mangsa lebih besar maka hewan pemangsa menyerangnya dengan secara bergerombol, seperti
misalnya pada bangsa ajag atau pun hyena.

2. Klasifikasi makanan Sebagai Sumberdaya

             Berdasarkan pada klasifikasi sumberdaya menurut Tillman (dalam Karmadibrata, 1992 )


Makanan hewan yang mempunyai nilai gizi maupun daya cerna yang berbeda itu dpat dibedakan
atas yang bersifat esensial dan yang dapat diganti. Makanan yang bersifat esensial tidak dapat
diganti oleh yang lain karena vital untuk pertumbuhan dan perkembangan jenis hewan
pemakannya. Misalnya pada kupu – kupu heliconius, Larvanya sangat tergantung pada suatu
jenis tumbuhan passiflora sebagai makananya, sedang hewan dewasanya memerlukan butir sari
dari jenis tumbuhan cucurbitaceae. Makanan sekaligus mikrohabitatnya dari hewan yang bersifat
parasitik adlah hewan inangnya. Berbagai reduksi dampak dari tekanan pemangsaan dan spesies
yang memangsa berovolusi menjadi makin mampu mendapatkan makananya serta makin evesien
memanfaatkan makanannya itu.

3. Perlindungan Tumbuhan dari Hewan

            Berbagai jenis tumbuhan melindungi diri terhadap serangan hewan herbivor baik dengan
cara fisik maupun kimia. Secara fisik dengan membentuk daun – daun yang tebal, berduri dan
lain-lain. Secara kimia dengan cara menghasilkan metabolit-metabolit sekunderberupa alkaloida
toksik, yang menjadikannya kurang palatabel atau bahkan dihindari.  Berbagai jenis hewan
herbivor ada pula yang mekanisme kimiawinya berkembang sehingga mampu menetralkan
toksisitas tumbuhan yang dimakan. Bahkan adapula jenis-jenis hewan yang kemudian mampu
memanfaatkan toksisitas makanannya itu untuk pelindung dirinya sendiri terhadap pemangsa
oleh spesies lain. Misalnya yang terjadi pada ulat dari kupu – kupu danaida
chryssipus (Danaidae) yang memakan daun tumbuhan asclepiadceae, Ascclepias currasavica,
yang mengandung suatu glukosida kardiak.

            Dalam kadar tinggi glukosida ini bersufat letal, tetapi dalam kadar rendah bersifat emetik.
Ulat maupun kupu-kupu yang menetas dari pupa ulat itu akan terhindar dari dampak predasi
burung yang telah mendapat pengalaman pahit memakan danaida, dalam dosis rendah. Manusia
juga kemudian kemudian turut memanfaatkan metabolit sekunder yang dikandung tubuh untuk
kepentingannya. Misalnya, zat peritrin yang dikandung Chrysanthemum sp atau zat azadirahtin
yang dikandung tumbuhan azadirachta (Mimba) diekstraksi untuk digunakan sebagai
insektisida. Berbagai hewan invertebrata seperti Hemiptera, Phalangida. Diplopoda dsb
menyemprot semacam sekresi tertentu bila diserang predator potensialnya. Kelenjar yang
menghasikan sekresi defensif serupa itu pada bufa letaknya terkonsentrasi dalam organ – organ
paratoid disebelah kiri kanan kepalanya. Celurut (suncus) sudah dikenal sekali sebagai jenis
hewan yang menghasilkan sekresi defensif yang berbau sangat tajam.

            Contoh – contoh diatas menunjukkan bahwa peranan substansi kimia penting


peranannnya dalam masalah hubungan makan. Peranan substansi kimia itu makin menarik
perhatian para ilmuan, Karena peranannya lebih luas bagi dalam interaksi interspesies macam
lainnya dan juga dalam interaksi antar individu interspesies. Perkembangan selanjutnya
kemudian melahirkan cabang ilmu khusus yaitu ekologi kimia.

4. Pemangsaan dan Pertahanan

            Predasi adalah memakan makanan suatu jenis hewan oleh hewan lain. Perilaku buas
hewan diperlukan untuk memburu dan membunuh hewan lain untuk makanan. Beberapa
pemangsa seperti singa dan harimau termasuk hewan – hewan yang ganas dalam memangsa,
Sementara yang lainnnya tergolong kecil atau bahkan tidak tampak, namun sama sebagai
pemangsanya. Sebagai contoh kutu busuk hewan ini kecil dan lunak tapi makanannya dengan
cara mengisap mangsanya.

            Beberapa pemangsa, Seperti beruang makan satu jenis makanan. Hewan lain seperti
kodok, kadal dan sebagian besar jenis kucing liar, adalah kelompok karnivor yang berarti bahwa
hamoir seluruh makanannya dari hewan.

Dalam percobaan labortorium yang kondisinya terbatas, predator sering menghabiskan


mangsanya yang kemudian justru menurunkan populasi predator itu sendiri karena sudah tidak
ada yang bisa dimakan  ( Lihat Gambar ). Jika ada mangsa terlindungi dari pemasangan maka
mangsa akan terhindar dari kepunahan, meskipun populsinya menurun drastis. Dalam kondisi
seperti ini polulasi mangsa akan menigkat kembali.

1.      Karakteristik Predators ( Pemangsa )

      Pemangsa biasanya memiliki insting yng sangat baik untuk menemui mangsa dan disertai
dengan kemampuan khusus untuk menemui mangsa dan disertai dengan kemampuan khusus
untuk menangkap mangsa. Burung buas misalnya, Memiliki penglihatan yang sangat tajam
llayaknya sebuah teropong yang cangggih  dan sering juga memiliki kemampuan mendengar
yang sangat peka, peperti burung hantu.

Pemangsa lain dari spesies mamalia mempunyai satu insting yang sangat tajam dalam hal
penciuman yang membantu mereka menempatkan posisi mangsanya. Kebanyakan pemangsa
memiliki kemampuan sangat cepat dan menggunakan kecepatan mereka untuk membantu
menangkap mangsa mereka. Cheetah, seekor pemangsa dari savana afrika adalah pelari paling
cepat didunia; Burung elang falcon adalah pemangsa dari kelas burung yang memiliki
kemampuan paling cepat dala hal terbang ; dan dolfin serta Barracudas adalah jenis – jenis
hewan laut yang memiliki kemampuan berenag sangat cepat.

2.      Pertahanan dari Pemangsa

      Sebagian besar spesies adalah mangsa potensial untuk binatang lain. Sedikit sekali dalam
hidup mereka yang tergolong kedalam masa yang aman. Bahkan singa dan serigala yang
tergolong kedalam pemangsa ganas bisa menjadi korban pemangsa lain ketika masih sangat
muda.

Sebagian besar spesies menguasai beberapa garis pertahanan untuk melawan pemangsa.
Seringkali garis pertahanan pertama dibuat dengan cara untuk menghindari atau mengacaukan
deteksi oleh pemangsa. Satu cara untuk memakan garis pertahanan pertama ini adalah dengan
cara meminimumkan suara-suara atau kebisingan serta sebagai isyarat yang dapat memudahkan
pemangsa menemukan posisinya. Kodok dan jengkrik biasanya berhenti menyanyi ketika
didekati makhluk lain. kesunyian yang dihasilkan membuat pemangsa lebih sulit untuk
menemukan mereka. Mangsa lain mempunyai kemampuan mengembangkan pewarnaan samaran
dengan cara bercampur dengan latar belakang tempat mereka tinggal sehingga membuat predator
kesulitan menemukan mereka.

Banyak ngengat, yang menjadi mangsa untuk burung, menyerupai pohon ditempat
mereka beristirahat sepanjang hari, kelinci sepatu salju adalah mangsa primer bagi mangsa
binatang buas mirip harimau, mempunyai bulu berwarna cokelat pada musim panas tetapi
menjadi putih pada musim dingin mengikuti lingkungan dimana mereka tinggal, peristiwa seperti
ini ternyata juga terjadi pada rusa kutub yang dikenal sebagai predator. Kehati-hatiannya dalam
melindungi diri dari dilakukan dengan mengubah warna bulunya yang berada pada musim panas.
Seekor ulat akan selamat dari mangsa jika tubuhnya sama dengan ranting yang ditempatinya.
Pewarna tubuh yang sama dengan tempat tinggalnya disebut dengan pewarna cryptic. Karena
pemangsa sering menggunakan pergerakan untuk mendeteksi mangsa mereka, Maka seringkali
kemampuan yang dimiliki juga digunakan untuk mengelabui mangsa, misalnya dengan
mengendap – ngendap selain dengan pewarna tubuh yang sesuai dengan latar belakang
lingkungan.
Mangsa biasanya mempunyai garis pertahanan lain selain pertahanan model pertama
diatas. Diantaranya dengan menggunakan kemampuan yang lain. Banyak spesies mengsa adalah
pelari yang sanga cepat, perenang, atau penerbang hebat dan mereka sering menggunakan
kecepatan mereka untuk lepas dari sang pemangsa.Sekalipun seekor hewan yang akan dimangsa
dalam keadaan tersudut, Hasilnya seringkali dluar dugaan, Bukannya tertangkap yang ada adalah
berlari atau melawan pemangsanya.

Seeokor rusa besar dewasa biasanya sukses menghindari satu serangan dari banyak serigala,
sekalipun rusa besar tersebut dikelilingi oleh srigala, Rusa besar masih memungkinkan untuk
menggunakan kuku-kukunya yang mematikan untuk melawan srigala yang ukurannya jauh lebih
kecil. Beberapa binatang mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan mengdaptasi tingkah
laku sehingga membuat pemangsa itu sulit untuk mendapatkannya. Banyak ikan dan serangga
mempunyai tulang belakang yang dapat mencegah seekor ikan atau seorang burung buas untuk
memangsa mereka.Beberapa mangsa,seperti ikan kembung membuat tubuhnya membesar jika
sedang terncam. Dengan perilaku tersebut akan menyebabkan pemangsa merasa mustahil untuk
memakannya.

            Banyak mangsa telah mengembangkan kemampuan perilaku social sebagai sebuah


pertahanan. Sebagai contoh, banyak spesies ikan dan burung melakukan perjalanan dalam bentuk
kelompok. Kelompok ikan atau burung ini mampu bergerak dengan cepat dalam irama yang
sama. para ilmuan percaya bahwa kemampuan kelompok ini menyediakan perlindungan untuk
seekor hewan selama masih berada dalam kelompok. Perilaku ini dilakukan karena sebagian
besar pemangsa akan dengan mudah menangkap mangsanya yang menyendiri atau keluar dari
kelompoknya. Garis pertahanan lain adalah dengan menggunakan racun yang ada dalam tubuh
hewan mangsa. beberapa kodok dihutan diketahui sangat beracun, ajngankan dengan hewan
yang memakannya, manusia sekalipun akan menemui kematian jika memakannya. Dibeberapa
tempat, kodok ini dibunuh untuk diambil racunnya untuk melumuri panah atau tombak-tombak
berburu mereka. Sebagian burung sudah sangat ahli membedakan kodok-kodok tersebut untuk
tidak memakannya.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Ahli ekologi hewan yang mempelajari startegi makanan sering memperhatikan model-
model pencarian makanan yang optimal yang dilakukan oleh hewan. Koevolusi dalam hubungan
makanan adalah proses evolusi dua atau lebih spesies yang mempengaruhi proses evolusi mahluk
hidup lainnya. Semua organisme dipengaruhi oleh makluk hidup disekitarnya, pada koevolusi
,terdapat bukti bahwa sifat-sifat yang ditentukan oleh genetika pada tiap spesies secara langsung
disebabkan oleh interaksi antara organisme.

DAFTAR PUSTAKA

http://Materi%20Perkuliahan%20STRATEGI%20DAN%20MAKANAN%20HEWAN.html
http://repo.unsrat.ac.id/1483/1/4._Ekologi_hewan.pdf?opwvc=1

DR. SAROYO SUMARTO, M.Si. 2016.ekologi hewan. CV. PATRA MEDIA GRAFINDOBANDUNG

Anda mungkin juga menyukai