KELOMPOK VI
Puji dan syukur senantiasa di panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala berkat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Strategi
Hewan Mencari Makan, Koevolusi Hewan Dalam Hubungan Makanan Dan Analisis Makanan “
dengan baik sebagai Tugas Mata Kuliah Ekologi Hewan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini jauh dari kesempurnaan baik
dari cara penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu,penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita dan bagi rekan rekan pembaca. Atas perhatiannya diucapakan Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..
C. Tujuan………………………………………………………………………………………
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ekologi berasal dari bahasa yunani oikos yang berarti ilmu atau studi tentang sesuatu.
Dengan demikian ekologi didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang hubungan makhluk hidup
(organisme) dengan lingkungannya.
Hewan, sebagai mana makhluk hidup laiinya, menempati lokasi bersama dengan makhluk
hidup laiinya dan makhluk tak hidup yang bersama-sama membentuk lingkungan hidup hewan.
Antara makhluk hidup dan lingkunngan saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu sisitem
yang kompleks. Sistem yang terbentuk karena interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya
disebut ekosistem, sedangkan ilmu yang memepelajari ekosistem disebut ekologi.
Hewan dalam mencari makan memiliki strategi yaitu dalam mendapatkan perolehan
semaksimal mungkin dengan risiko seminimal mungkin. Setiap kali hewan mencari
makan/mangsa, energi harus dikeluarkan. Setiap jenis hewan, berbeda corak pencarian
makanannya. Pada jenis predator tertentu (buaya, ular) energi tidak digunakan untuk aktivitas
mengejar mangsa, melainkan untuk menyergap mangsa secara tiba-tiba. Beberapa jenis hewan
tidak mengeluarkan energi ekstra setiap mencari makan. Misal lebah, sebagian besar energi
untuk pembuatan dan perbaikan jarring penangkap mangsa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Strategi Mencari Makan ?
2. Bagaimana Koevolusi Dalam Hubungan Makan ?
3. Bagaimana Analisis Makanan ?
C. TUJUAN
1. Dapat Mengetahui Strategi Hewan Dalam Mencari Makan
2. Dapat Mengetahui Koevolusi Dalam Hubungan Makan
3. Dapat Mengetahui Analisis Makanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berikut ini adalah sebagian metode yang digunakan hewan untuk memperoleh makanan
diantaranya, yaitu:
1. Penggembalaan
Pemakan rumput (grazer) memanen rumput dan tanaman lain di daratan atau alga serta
organisme lain dipermukaan air. Rumput dan alga adalah makanan enak dan sedikit atau tidak
ada resistansi ketika dimakan, disamping itu rumput adalah jenis tumbuhan yang cepat
menyesuaikan diri dan cepat tumbuh untuik menggantikan biomass yang hilang. Kondisi ini
mendukung usaha penggembalaan berbagai jenis hewan. Salah satu kerugian dari pengembalaan
dalah beberapa makanan yang dimakan memiliki nutrien atau kandungan gizi yang rendah dan
tidak terkontrol.untuk menutupi permasalahan ini hewan biasanya harus mengkonsumsi rumput
atau alga dalam jumlah besar serta menghabiskan prosentase waktu makan yang lebih besar pula
dibandingkan dengan kegiatan pemangsaan (predator).
Biasanya mamalia yang mencari makanan melalui pengembalaan cenderung untuk
membentuk kelompok. Terdapat hubungan keselamatan dalam mempertahankan jumlah melalui
pencarian makanan secara berkelompok dengan kemelimpahan rumput dan kepadatan populasi
yang tinggi suatu kumpulan jenis hewan tertentu.
2. Menjelajah (browser)
Pemakan daun di darat (browser) memakan daun-daunan dari pohon dan semak belukar.
Hewan-hewan meliputi ulat bulu, kura-kura darat, burung belibis, jerapah, kambing, dan lain-
lain. Hewan penjelajah tergantung pada makan yang tidak berlimpah dan tersebar luas
dibandingkan dengan rumput, sehingga mereka cenderung untuk membentuk kelompok lebih
kecil atau menjadi soliter atau introvert.
3. Makan Nectar, Buah-buahan, Tepung Sari, dan Biji
Tepung sari dan biji adalah alat untuk reproduksi makanan, jadi tidak dimaksudkan untuk
dimakan oleh hewan atau manusia. Akan tetapi banyak lebah, dan kumbang mengkonsumsi
tepung sari, sementara burung, tupai, dan semut mengumpulkan biji-biji untuk makanan dan
sekaaligus untuk penyebaran benih.
4. Menggali
Beberapa binatang menggali makanan mereka, satu tyerowong makan dibuat sekaligus
sebagai jalan mereka. Perilaku ini meliputi banyak hewan herbivora (pemakan tumbuhan),
seperti kumbang, serangga dan larva ngengat, undur-undur, dan anai-anai (rayap) kayu.
Memakan makanan secara sporadic, sehingga pencernaan mereka harus memiliki kemampuan
khusus (termasuk enzim khusus untuk mencerna selulosa), kemudian bahan organik dan partikel
yang sulit dicerna tersebut dibuang.
Undur-undur adalah larva sejenis serangga myrmeleon sp yang hidup mencari mangsa
dengan cara menggali lubang jebakan (pit trap). Lubang yang dibauang harus sesuai dengan
proporsional dengan ukuran tubuh undur-undur, serta konstuksi lubang benar-benar tepat agar
mangsa (kebanyakan semut) yang masuk ke dalam lubang jebakan tidak dapat keluar lagi.
5. Menyaring Makanan
Menyaring makan adalah strategi umum yang digunakan hewan-hewan yang hidup di
habitat air, terutama samudra. Kegiatan menyaring dilakukan dengan menggunakan alat
anatomis yang bertindak sebagai saringan untuk menyaring makanan kecil dari air. Pemakan
detritus atau hewan-hewan pemakan dengan menggunakan saringan (filter-feeders), seperti
tiram, fanworm, dan tunicates, diam di suatu tempat kemudian air laut dipompa sehingga
plankton melewati saringan yang ada dalam tubuhnya.
Penyaringan lain hidup bergerak, ikan Haring berenang dengan mulut yang terbuka, membiarkan
air yang mengandung partikel kecil makanan mengalir sepanjang lembaran-lembaran insang
mereka.
Hewan-hewan ini umumnya adalah hewan laut yang relatif tidak bergerak; berbagai jenis
bintang laut berbentuk bunga, cacing laut, dan chrinoids. Lengan-lengan ini menjulur ke atas
untuk menangkap makanan apapun yang melintas di atasnya. Timun laut dan bunga laut
menempelkan tangan-tangan mereka ke substrat yang ditempatinya.
7. Pemangsaan
8. Simbiosis
Berneda dengan tipuan yang dilakukan terhadap burung cuckoo. Burung cuckoo sering tidak
mengenali sarang dan anak burung yang ada di saranagnya. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
burung lain untuk menerima makanan dari burung cuckoo dan menempati sarangnya yang
hangat.
9. Mengais
Sedangkan burung manyar dan anjing hutan membersihkan sampah dari bangkai-bangkai
yang tidak mungkin dimakan oleh hewan lain.
B. Koevolusi dalam hubungan makanan
Koevolusi dalam hubungan makanan adalah proses evolusi dua atau lebih spesies yang
mempengaruhi proses evolusi mahluk hidup lainnya. Semua organisme dipengaruhi oleh
makhluk hidup disekitarnya, pada koevolusi, terdapat bukti bahwa sifat-sifat yang ditentukan
oleh genetika pada tiap spesies secara langsung disebabkan oleh interaksi antara dua organisme.
Koevolusi adalah tipe tipe adaptasi yang khas karena hubungan anatara jenis makhluk hidup.
Koevolusi digunakan untuk mendeskripsikan suatu keadaan yng melibatkan serangkaian adaptasi
berbalikan : perubahan pada satu spesies yang berperan sebagai komponen seleksi untuk spesies
lain, dan adaptasi perlawanan dari spesies kedua yang timbul sebagai respon pengaruh seleski
yng ditimbulkan oleh spesies pertama.
Dalam artian terluas koevolusi adalah “ perubahan pada objek biologi yang dicetuskan oleh
perubahan pada objek lain yang berkaitan dengannya”. Koevolusi dapat terjadi pada berbagai
tingkatan biologi : koevolusi dapat terjadi secara mikroskopis dan makroskopis. Tiap-tiap pihak
dalam suatu hubungan koevulusioner memberikan tekanan seleksi kepada pihak lainnya,
sehingga mempengaruhi evolusi pihak lain tersebut. Makhluk hidup akan semaksimal mungkin
mengeksploitasi lingkungan kehidupannya, inilah prinsip koevolusi. Syarat terjadi koevolusi
adalah adanya pola-pola hubungan antar spesies satu dengan spesies yang lain dalam komunitas.
Hubungan antara spesies ini akan memunculkan tipe-tipe adaptasi yang merupakan tanda
terjadinya koevolusi.
Koevolusi terjadi ketika spesies berevolusi bersama-sama. Koevulusi sering terjadi pada
spesies yang memiliki hubungan simbiosis contohnya tanaman berbunga dan penyerbuk mereka.
Dalam koevolusi hubungan bisa positif untuk satu jenis atau keduanya, atau mungkin menjadi
perlombaan senjata evolusi antara predator dan mangsa. Tanaman berbunga bergantung pada
serangga untuk penyerbukan, sehingga telah berevolusi warna, bentuk, aroma dan bahkan
persediaan makanan yang menarik untuk spesies seranga tertentu. Serangga, pada gilirannya
telah berevolusi pada mulut , indra, dan penerbangan yang memungkinkan mereka untuk
menanggapi manfaat dari bunga tertentu .
Contoh koevolusi pada tanaman berbunga. Hasil koevolusi pada bunga dan penyerbukannya
mulut hummingbird memiliki bagian yang sangat panjang ini telah berevolsi bersama dengan
tubular bunga. Hanya spesies burung ini yang bisa mencapai nektar jauh di dalam bunga.
C. Analisis makanan dan Zat Gizi
Kebiasaan dan cara makan adalah faktor penting yang menentukan keberhasilan
mempertahankan eksitensi suatu organisme karena makanan menyediakan semua nutrisi yang
diperlukan oleh organisme untuk bertumbuh dan berkembang. Semua organisme membutuhkan
nutrisi dan energy untuk tumbuh, perawatan, aktivitas, reproduksi dan kelangsungan hidup.
Organisme harus makan agar tetap bertahan. Makanan yang potensial dapat dijumpai dimana-
mana, namun apa yang dieksploitasi oleh jenis tertentu tergantung dari jenis organisme tersebut.
Walaupun kelompok makanan yang potensial sangat banyak, tetapi kadang-kadang tidak
dieksploitasi oleh hewan tersebut. Oleh karena itu, masing-masing hewan memiliki hubungan
makanan yang khas.
Sumber makanan yang berlimpah dan tidak adanya predator merupakan lingkungan yang
sangat disukai oleh suatu hewan. Namun, lingkungan yang mengalami perubahan atau dalam
keadaan yang ekstrim dapat menyebabkan kelimpahan makanan menjadi berkurang dan predator
yang banyak akan membuat hewan tersebut harus mengurangi makanan yang dikonsumsinya.
Peristiwa tersebut dikenal dengan diet hewan.
Kelimpahan makanan ini juga sangat berpengaruh terhadap populasi dari suatu hewan
(organisme). Untuk mengetahui persaingan makanan (diet overlap) antar spesies perlu dilakukan
analisis diet. Analisis diet adalah perbandingan pilihan makanan yang khas dalam suatu spesies.
Hewan memiliki dua tipe diet yaitu diet relatif dan diet absolut. Kedua diet ini sangat
berkaitan dengan makanan hewan. Makanan hewan dapat dilihat melalui dua aspek yaitu
kuntitatif dan kualitatif. Kuantitatif meliputi kelimpahan makanan dilingkungan dan kebutuhan
makanan yang diperlukan oleh hewan tertentu sedangkan kualititatif meliputi palatabilitas
(kesukaan jenis makanan), nilai gizi, daya cerna dan ukuran makanan.
Diet absolut yang dilakukan oleh hewan meninjau dari arah kuantitatif artinya jumlah
makanan tertentu yang dikonsumsi oleh hewan tertentu. Diet relatif yang dilakukan oleh hewan
meninjau dari arah kualitatif artinya jumlah jenis makanan yang dimakan oleh hewan tertentu.
Setiap jenis makanan yang dimakan mengandung nilai gizi yang berbeda-beda sehingga diet
relatif ini dapat dilihat dari nilai gizi yang ada pada makanan. Diet relatif ini sangat dipengaruhi
oleh palatabilitas dan nilai gizi makanan suatu hewan.
Untuk mengetahui atau menganalisis diet absolut dan diet relatif dapat dilakukan melalui
pengamatan langsung tanpa perlu mematikan hewan yang diselidiki, dapat juga secara tidak
langsung dengan menganalisis isi dari bagian-bagian saluran pencernaan makanan dan
radioisotop.
1. Pengamatan Langsung
Hewan yang diselidiki tidak perlu dimatikan terlebih dahulu. Relatif lebih mudah
dilakukan terhadap hewan berukuran besar, serta aktivitas dalam habitatnya mudah diikuti
pengamat. Cara ini memakan banyak waktu dan tenaga. Ada kalanya merupakan satu-satunya
cara untuk menyelidiki kebiasaan makan jenis hewan langka. Cara ini juga dilakukan pada
hewan yang menyimpan makanan dalam kantung pipi atau tembolok. Organ-organ itu
dimanipulasi hingga isinya dikeluarkan dengan cara dirangsang untuk dimuntahkan. Pada jenis
hewan lain, analisis dapat dilakukan melalui tinjanya, meskipun hasilnya kurang akurat.
Sebagai batasan untuk analisis kebiasaan makanan pada ikan, maka urutan makanan ikan
dibedakan dalam tiga kategori berdasarkan persentase IP, yaitu makanan utama bila nilai IP lebih
besar dari 40 %, makanan pelengkap bila nilai IP berkisar antara 4-40% dan makanan tambahan
bila nilai IP kurang dari 4%.
c. Kebiasaan Makanan Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk.)
Komposisi makanan (IP) ikan bandeng terdiri dari: Melosira (76,40%) yang berperan
sebagai makanan utama; Fragilaria (6,0%), Detonula (5,82% dan Skeletonema (4,40%) yang
berperan sebagai makanan pelengkap; Pleurosigma, Pelagothrix, Thallasiotrix, Bacteriastrum,
hemiaulus, navicula dan Lauderia yang mempunyai nilai IP masing-masing kurang dari 4%
digolongkan sebagai makanan tambahan. Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa ikan bandeng
pada peraiaran mangrove Mayangan mengkonsumsi fotiplankton (diatoms) sebagai makanannya
dan ini berarti bahwa ikan bandeng dikategorikan sebagai herbivore.
d. Kebiasaan Makanan Ikan Peperek (Lelognathus equulus Cuv.)
Jenis makanan yang dapat dianalisis dari lambung ikan peperek dikelompokkan ke dalam
dua kelas, yakni Bacillaryophyceae dan Crustecea. Ikan peperek mengkonsumsi Pleurosigma
sebagai makanan utamanya (IP=70,76%); Fragilaria, Lauderia dan Dentonula sebagai makanan
pelengkap; Calanus, Thallasiothrix, Centropages, Hemiaulus dan Guinardia sebagai makanan
tambahan. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa ikan peperek pada perairan Mangrove
Pantai Mayangan tergolong ikan pemakan plankton (Fitoplankton dan zooplankton).
Hasil analisis makanan tersebut menunjukan bahwa ikan bandeng dengan ikan peperek
memiliki sumberdaya makanan yang sama, yaitu fitoplankton. Kedua ikan ini berada pada
tingkat tropic yang sama dan dikategorikan sebagai hewan herbivora. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya persaingan di antara kedua ikan ini dalam memanfaatkan sumberdaya makanan yang
terbatas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi hewan mencari makan ialah mendapatkan perolehan semaksimal mungkin
dengan resiko semaksimal mungkin. Mencari makan secara berkelompok akan memberi
keuntungan bila ketersediaan sumberdaya makanan dilingkungan berlimpah. Keuntungan
mencari makan berkelompok adalah sumberdaya makanan dapat dengan mudah dan cepat
ditemukan, serta bahaya yang mengancam akan lebih cepat diketahui.
Koevolusi merupakan suatu proses antara dua atau lebih spesies yang mempengaruhi
proses evolusi satu sama lainnya. Semua organisme dipengaruhi oleh makluk hidup disekitarnya,
namun pada koevolusi, terdapat bukti baahwa sifat – sifat yang ditentukan oleh genetika tiap
spesies secara langsung disebabkan oleh interaksi antara dua organisme. Pengaruh evolusioner
mutualistik antara dua spesies disebut koevolusi.
Kebiasaan dan cara makan adalah faktor penting yang menentukan keberhasilan
mempertahankan eksitensi suatu organisme karena makanan menyediakan semua nutrisi yang
diperlukan oleh organisme untuk bertumbuh dan berkembang. Semua organisme membutuhkan
nutrisi dan energy untuk tumbuh, perawatan, aktivitas, reproduksi dan kelangsungan hidup.
Organisme harus makan agar tetap bertahan. Makanan yang potensial dapat dijumpai dimana-
mana, namun apa yang dieksploitasi oleh jenis tertentu tergantung dari jenis organisme tersebut.
Walaupun kelompok makanan yang potensial sangat banyak, tetapi kadang-kadang tidak
dieksploitasi oleh hewan tersebut. Oleh karena itu, masing-masing hewan memiliki hubungan
makanan yang khas.
DAFTAR PUSTAKA
https://nenkiuedubio.blogspot.com/2011/04/makanan-dan-hubungan-makan.html?m=1.