Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH EKOLOGI HEWAN

“ STRATEGI MENCARI MAKAN, KOEVOLUSI DALAM HUBUNGAN MAKAN DAN


ANALISIS MAKANAN

KELOMPOK VI

ENY LETTE ( 1701040038 )

MARIA ANGELA BENU ( 1701040009 )

YULITA TAMO AMA ( 1701040028 )

UNIVERISTAS NUSA CENDANA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa di panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala berkat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Strategi
Hewan Mencari Makan, Koevolusi Hewan Dalam Hubungan Makanan Dan Analisis Makanan “
dengan baik sebagai Tugas Mata Kuliah Ekologi Hewan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini jauh dari kesempurnaan baik
dari cara penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu,penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita dan bagi rekan rekan pembaca. Atas perhatiannya diucapakan Terima kasih.

Kupang 7 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..
C. Tujuan………………………………………………………………………………………

BAB II TINJAUN PUSTAKA……………………………………………………………………

A. Strategi Hewan Dalam Mencari Makan…………………………………………………….


B. Koevolusi Dalam Hubungan Makanan……………………………………………………..
C. Analisis Makanan…………………………………………………………………………...

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………….

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ekologi berasal dari bahasa yunani oikos yang berarti ilmu atau studi tentang sesuatu.
Dengan demikian ekologi didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang hubungan makhluk hidup
(organisme) dengan lingkungannya.
Hewan, sebagai mana makhluk hidup laiinya, menempati lokasi bersama dengan makhluk
hidup laiinya dan makhluk tak hidup yang bersama-sama membentuk lingkungan hidup hewan.
Antara makhluk hidup dan lingkunngan saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu sisitem
yang kompleks. Sistem yang terbentuk karena interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya
disebut ekosistem, sedangkan ilmu yang memepelajari ekosistem disebut ekologi.
Hewan dalam mencari makan memiliki strategi yaitu dalam mendapatkan perolehan
semaksimal mungkin dengan risiko seminimal mungkin. Setiap kali hewan mencari
makan/mangsa, energi harus dikeluarkan. Setiap jenis hewan, berbeda corak pencarian
makanannya. Pada jenis predator tertentu (buaya, ular) energi tidak digunakan untuk aktivitas
mengejar mangsa, melainkan untuk menyergap mangsa secara tiba-tiba. Beberapa jenis hewan
tidak mengeluarkan energi ekstra setiap mencari makan. Misal lebah, sebagian besar energi
untuk pembuatan dan perbaikan jarring penangkap mangsa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Strategi Mencari Makan ?
2. Bagaimana Koevolusi Dalam Hubungan Makan ?
3. Bagaimana Analisis Makanan ?

C. TUJUAN
1. Dapat Mengetahui Strategi Hewan Dalam Mencari Makan
2. Dapat Mengetahui Koevolusi Dalam Hubungan Makan
3. Dapat Mengetahui Analisis Makanan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Strategi hewan dalam mencari makan


Masalah makan yaitu masalah mendapatkan materi dan energi, juga masalah aktivitas yang
menghabiskan energi, sekaligus berisiko. Menurut teori mencari makan optimum, strategi hewan
dalam mencari makan ialah mendapatkan perolehan semaksimal mungkin dengan risiko
seminimal mungkin. Setiap kali hewan mencari makan/mangsa, energi harus dikeluarkan. Setiap
jenis hewan, berbeda corak pencarian makanannya. Pada jenis predator tertentu (buaya, ular)
energi tidak digunakan untuk aktivitas mengejar mangsa, melainkan untuk menyergap mangsa
secara tiba-tiba. Beberapa jenis hewan tidak mengeluarkan energi ekstra setiap mencari makan.
Misal lebah, sebagian besar energi untuk pembuatan dan perbaikan jarring penangkap mangsa.
Ada jenis hewan mencari makan secara individual atau berkelompok. Secara berkelompok
akan memberikan keuntungan bila ketersedian sumberdaya makanan di lingkungan berlimpah.
Pada tingkat kelimpahan yang rendah menguntungkan untuk individual, bagi yang berkelompok
belum menguntungkan, karena dapat menyebabkan persaingan antar-individu. Mencari makan
secara berkelompok mempunyai nilai penting, yaitu sumberdaya makanan lebih mudah dan cepat
ditemukan, serta bahaya yang mengancam lebih cepat terdeteksi. Biaya mencari makan
umumnya lebih rendah pada hewan yang jenis makanannya banyak (polifag), dibandingkan
dengan yang jenis makanannya sedikit (oliofag) atau hanya semacam (monofag).
Berdasarkan macam makanan yang dimakan, dikenal empat kategori, yaitu:
1. Herbivor. Makanan utamanya tumbuhan atau bagian-bagian tumbuhan.
2. Karnivor (predator atau pemangsa) makanan utama berupa jenis hewan lain.
3. Omnivor makanan berupa tumbuhan dan jenis hewan lain dalam proporsi yang lebih
kurang sebanding.
4. Saprovor (saprofag), makanan berupa tumbuhan mati dan bangkai hewan atau feses yang
mengalami pembusukan.
5. Parasitoidisme merupakan hubungan makan yang intermedier sifatnya antara predasi dan
parasitisme. Juga memperlihatkan kekhasan tertentu karena melibatkan individu dari dua
generasi yang berurutan. Ukuran tubuh hewan parasit biasanya lebih kecil daripada
inangnya. Hewan inang biasnya tidak terbunuh, kecuali bila jumlah parasit banyak atau
mengeluarkan toksik. Ukuran predator biasanya lebih besar daripada mangsanya.
Berjenis-jenis Hymenoptera dan Diptera seringkali dinamakan parasit telur, parasit larva,
parasit pupa atau parasit nimfa, tergantung stadium mana yang dijadikan inang parasitoid
itu.
Hewan mangsa umumnya terdapat mengelompok pada suatu lokasi. Oleh karena itu, hewan
predator tidak akan mementingkan lokasi dimana hewan mangsa yang paling melimpah tetapi
akan lebih memilih area yang lebih menguntungkan dalam alokasi waktu dengan relatif energi
bersih yang didapatkan sama. Smith (1990) menjelaskan bahwa didalam aturan pemilihan
makanan, konsumen baru :
1. Memilih mangsa yang lebih menguntungkan
2. Memakan secara lebih selektif jika mangsa yang menguntungkan atau jenis makanan
tersedia melimpah
3. Akan memasukkan dalam diet jenis yang kurang menguntungkan jika jenis yang
menguntung relatif jarang
4. Akan mengabaikan jenis yang tidak menguntungkan walaupun umum terdapat, jika
mangsa yang menguntungkan tersedia melimpah.

METODE-METODE MENCARI MAKANAN

Berikut ini adalah sebagian metode yang digunakan hewan untuk memperoleh makanan
diantaranya, yaitu:

1.      Penggembalaan

Pemakan rumput (grazer) memanen rumput dan tanaman lain di daratan atau alga serta
organisme lain dipermukaan air. Rumput dan alga adalah makanan enak dan sedikit atau tidak
ada resistansi ketika dimakan, disamping itu rumput adalah jenis tumbuhan yang cepat
menyesuaikan diri dan cepat tumbuh untuik menggantikan biomass yang hilang. Kondisi ini
mendukung usaha penggembalaan berbagai jenis hewan. Salah satu kerugian dari pengembalaan
dalah beberapa makanan yang dimakan memiliki nutrien atau kandungan gizi yang rendah dan
tidak terkontrol.untuk menutupi permasalahan ini hewan biasanya harus mengkonsumsi rumput
atau alga dalam jumlah besar serta menghabiskan prosentase waktu makan yang lebih besar pula
dibandingkan dengan kegiatan pemangsaan (predator).
Biasanya mamalia yang mencari makanan melalui pengembalaan cenderung untuk
membentuk kelompok. Terdapat hubungan keselamatan dalam mempertahankan jumlah melalui
pencarian makanan secara berkelompok dengan kemelimpahan rumput dan kepadatan populasi
yang tinggi suatu kumpulan jenis hewan tertentu.

2.      Menjelajah (browser)

Pemakan daun di darat (browser) memakan daun-daunan dari pohon dan semak belukar.
Hewan-hewan meliputi ulat bulu, kura-kura darat, burung belibis, jerapah, kambing, dan lain-
lain. Hewan penjelajah tergantung pada makan yang tidak berlimpah dan tersebar luas
dibandingkan dengan rumput, sehingga mereka cenderung untuk membentuk kelompok lebih
kecil atau menjadi soliter atau introvert.
3.      Makan Nectar, Buah-buahan, Tepung Sari, dan Biji

Tanaman menyediakan satu kemelimpahan makanan selain dari pada daun-daunan.


Makanan ini jelas merupakan keuntungan bagi hewan. Madu yang manis merupakan makanan
dari lebah, ngengat, burung, kupu-kupu, dan kelelawar yang sekaligus menyebarkan tepung sari
dari bunga satu ke bunga yang lainnya. Sedangkan tumbuhan yang memiliki buah-buahan yang
mengandung gula memikat burung, monyet, kelelawar buah, beruang, gajah, dan manusia untuk
makanan mereka, kemudian menyebarkan benih yang sukar dicerna di daerah pedesaan.

Tepung sari dan biji adalah alat untuk reproduksi makanan, jadi tidak dimaksudkan untuk
dimakan oleh hewan atau manusia. Akan tetapi banyak lebah, dan kumbang mengkonsumsi
tepung sari, sementara burung, tupai, dan semut mengumpulkan biji-biji untuk makanan dan
sekaaligus untuk penyebaran benih.

4.      Menggali

Beberapa binatang menggali makanan mereka, satu tyerowong makan dibuat sekaligus
sebagai jalan mereka. Perilaku ini meliputi banyak hewan herbivora (pemakan tumbuhan),
seperti kumbang, serangga dan larva ngengat, undur-undur, dan anai-anai (rayap) kayu.
Memakan makanan secara sporadic, sehingga pencernaan mereka harus memiliki kemampuan
khusus (termasuk enzim khusus untuk mencerna selulosa), kemudian bahan organik dan partikel
yang sulit dicerna tersebut dibuang.
Undur-undur adalah larva sejenis serangga myrmeleon sp yang hidup mencari mangsa
dengan cara menggali lubang jebakan (pit trap). Lubang yang dibauang harus sesuai dengan
proporsional dengan ukuran tubuh undur-undur, serta konstuksi lubang benar-benar tepat agar
mangsa (kebanyakan semut) yang masuk ke dalam lubang jebakan tidak dapat keluar lagi.

5.      Menyaring Makanan

Menyaring makan adalah strategi umum yang digunakan hewan-hewan yang hidup di
habitat air, terutama samudra. Kegiatan menyaring dilakukan dengan menggunakan alat
anatomis yang bertindak sebagai saringan untuk menyaring makanan kecil dari air. Pemakan
detritus atau hewan-hewan pemakan dengan menggunakan saringan (filter-feeders), seperti
tiram, fanworm, dan tunicates, diam di suatu tempat kemudian air laut dipompa sehingga
plankton melewati saringan yang ada dalam tubuhnya.
Penyaringan lain hidup bergerak, ikan Haring berenang dengan mulut yang terbuka, membiarkan
air yang mengandung partikel kecil makanan mengalir sepanjang lembaran-lembaran insang
mereka.

6.      Pemakan Sisa dan Deposit

Hewan-hewan ini umumnya adalah hewan laut yang relatif tidak bergerak; berbagai jenis
bintang laut berbentuk bunga, cacing laut, dan chrinoids. Lengan-lengan ini menjulur ke atas
untuk menangkap makanan apapun yang melintas di atasnya. Timun laut dan bunga laut
menempelkan tangan-tangan mereka ke substrat yang ditempatinya. 

Makanan ditangkap oleh bulu-bulu halus (cilliata) kemudian dengan mantap


menggerakkan makanan-makanan tersebut masuk ke dalam mulutnya.

7.      Pemangsaan

Pemangsaan adalah kata yang lebih sering didengar sehubungan  dengan metode


memperoleh makanan yang dilakukan oleh hewan. Populernya istilah pemangsaan lebih
disebabkan juga karena kemampuan hewan-hewan besar dalam memburu mangsanya lebih
sering ditemukan dan dipertontonkan dalam berbagai film. Akan tetapi sebenarnya, kegiatan
perburuan tidak hanya dilakukan oleh hewan-hewan besar di darat. Di laut bahkan di udara,
perburuan terjadi dengan begitu intensif.
Beberapa hewan berburu secara soliter (misalnya kucing), beberapa hewan berburu
secara berkelompok dengan menggunakan strategi yang rapi. Beberapa jenis hewan bekerja sama
dengan menjebak mangsa agar lebih mudah dimangsa, dan beberapa jenis hewan mencari makan
dengan cara menggoda untuk menarik perhatian agar mangsa tidak menaruh curiga (kura-kura).
Sementara itu, hewan jenis lain melakukan penyamaran untuk menarik perhatian mangsa,
sedangkan hewan lain membuat jaring-jaring perangkap (laba-laba)

8.      Simbiosis

Simbiosis adalah usaha binatang untuk mempertahankan hidup dengan memanfaatkan


binatang lain. Simbiosis dapat terjadi saling menguntungkan, salah satu untung atau merugikan.
Tidak seperti pemangsa, simbion (hewan yang bersimbiosis) yang hidup saling menguntungkan
dengan hewan inang (host) membiarkan hewan lain memperoleh manfaat dari hewan yang
menempatinya, sedangkan hewan yang menempati inangmemperoleh manfaat karena dapat
terlindung dari hewan pemangsa. Hubungan seperti ini disebut sebagai simbiosis komensialisme
dan mutualisme (saling atau salah satu diuntungkan). Sedangkan hubungan yang merugikan
salah satu pihak (dengan cara mencuri makanan dari tuan rumahnya) disebut sebagai hubungan
parasitisme.
Ikan dilaut yang berwarna-warni dapat hidup bersama saling menguntungkan dengan
anemone laut yang menempel di dasar alut. Ikan memperoleh perlindungan dari anemone karena
warnanya yang hampir mirip, sedangkan anemone memperoleh makanan dari sisa-sia makanan
yang tercecer ke tentakel-tentakel anemone laut. Demikian juga kelelawar yang memakan nectar
bunga kaktus, kelelawar memperoleh nektar dan kaktus dapat menyebarkan pollen (serbuk
sarinya) hingga dapat berpindah ke putik sehingga terjadi penyerbukan.

Berneda dengan tipuan yang dilakukan terhadap burung cuckoo. Burung cuckoo sering tidak
mengenali sarang dan anak burung yang ada di saranagnya. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
burung lain untuk menerima makanan dari burung cuckoo dan menempati sarangnya yang
hangat.

9.      Mengais

Akhirnya terdapat jenis binatang yang memperoleh makanan sambil “membersihkan


dunia agar tetap bersih dan sehat”. Hewan ini berjasa membersihkan sampah-sampah dari jenis
sampah organik yang terdiri dari pupuk, binatang yang mati, dan tumbuh-tumbuhan yang juga
mati. Binatang itu terdapat banyak di sekitar kita: keong, cacing tanah, dan lain-lain. 

Sedangkan burung manyar dan anjing hutan membersihkan sampah dari bangkai-bangkai
yang tidak mungkin dimakan oleh hewan lain.
B. Koevolusi dalam hubungan makanan
Koevolusi dalam hubungan makanan adalah proses evolusi dua atau lebih spesies yang
mempengaruhi proses evolusi mahluk hidup lainnya. Semua organisme dipengaruhi oleh
makhluk hidup disekitarnya, pada koevolusi, terdapat bukti bahwa sifat-sifat yang ditentukan
oleh genetika pada tiap spesies secara langsung disebabkan oleh interaksi antara dua organisme.
Koevolusi adalah tipe tipe adaptasi yang khas karena hubungan anatara jenis makhluk hidup.
Koevolusi digunakan untuk mendeskripsikan suatu keadaan yng melibatkan serangkaian adaptasi
berbalikan : perubahan pada satu spesies yang berperan sebagai komponen seleksi untuk spesies
lain, dan adaptasi perlawanan dari spesies kedua yang timbul sebagai respon pengaruh seleski
yng ditimbulkan oleh spesies pertama.
Dalam artian terluas koevolusi adalah “ perubahan pada objek biologi yang dicetuskan oleh
perubahan pada objek lain yang berkaitan dengannya”. Koevolusi dapat terjadi pada berbagai
tingkatan biologi : koevolusi dapat terjadi secara mikroskopis dan makroskopis. Tiap-tiap pihak
dalam suatu hubungan koevulusioner memberikan tekanan seleksi kepada pihak lainnya,
sehingga mempengaruhi evolusi pihak lain tersebut. Makhluk hidup akan semaksimal mungkin
mengeksploitasi lingkungan kehidupannya, inilah prinsip koevolusi. Syarat terjadi koevolusi
adalah adanya pola-pola hubungan antar spesies satu dengan spesies yang lain dalam komunitas.
Hubungan antara spesies ini akan memunculkan tipe-tipe adaptasi yang merupakan tanda
terjadinya koevolusi.
Koevolusi terjadi ketika spesies berevolusi bersama-sama. Koevulusi sering terjadi pada
spesies yang memiliki hubungan simbiosis contohnya tanaman berbunga dan penyerbuk mereka.
Dalam koevolusi hubungan bisa positif untuk satu jenis atau keduanya, atau mungkin menjadi
perlombaan senjata evolusi antara predator dan mangsa. Tanaman berbunga bergantung pada
serangga untuk penyerbukan, sehingga telah berevolusi warna, bentuk, aroma dan bahkan
persediaan makanan yang menarik untuk spesies seranga tertentu. Serangga, pada gilirannya
telah berevolusi pada mulut , indra, dan penerbangan yang memungkinkan mereka untuk
menanggapi manfaat dari bunga tertentu .
Contoh koevolusi pada tanaman berbunga. Hasil koevolusi pada bunga dan penyerbukannya
mulut hummingbird memiliki bagian yang sangat panjang ini telah berevolsi bersama dengan
tubular bunga. Hanya spesies burung ini yang bisa mencapai nektar jauh di dalam bunga.
C. Analisis makanan dan Zat Gizi

Kebiasaan dan cara makan adalah faktor penting yang menentukan keberhasilan
mempertahankan eksitensi suatu organisme karena makanan menyediakan semua nutrisi yang
diperlukan oleh organisme untuk bertumbuh dan berkembang. Semua organisme membutuhkan
nutrisi dan energy untuk tumbuh, perawatan, aktivitas, reproduksi dan kelangsungan hidup.
Organisme harus makan agar tetap bertahan. Makanan yang potensial dapat dijumpai dimana-
mana, namun apa yang dieksploitasi oleh jenis tertentu tergantung dari jenis organisme tersebut.
Walaupun kelompok makanan yang potensial sangat banyak, tetapi kadang-kadang tidak
dieksploitasi oleh hewan tersebut. Oleh karena itu, masing-masing hewan memiliki hubungan
makanan yang khas.
Sumber makanan yang berlimpah dan tidak adanya predator merupakan lingkungan yang
sangat disukai oleh suatu hewan. Namun, lingkungan yang mengalami perubahan atau dalam
keadaan yang ekstrim dapat menyebabkan kelimpahan makanan menjadi berkurang dan predator
yang banyak akan membuat hewan tersebut harus mengurangi makanan yang dikonsumsinya.
Peristiwa tersebut dikenal dengan diet hewan.
Kelimpahan makanan ini juga sangat berpengaruh terhadap populasi dari suatu hewan
(organisme). Untuk mengetahui persaingan makanan (diet overlap) antar spesies perlu dilakukan
analisis diet. Analisis diet adalah perbandingan pilihan makanan yang khas dalam suatu spesies.
Hewan memiliki dua tipe diet yaitu diet relatif dan diet absolut. Kedua diet ini sangat
berkaitan dengan makanan hewan. Makanan hewan dapat dilihat melalui dua aspek yaitu
kuntitatif dan kualitatif. Kuantitatif meliputi kelimpahan makanan dilingkungan dan kebutuhan
makanan yang diperlukan oleh hewan tertentu sedangkan kualititatif meliputi palatabilitas
(kesukaan jenis makanan), nilai gizi, daya cerna dan ukuran makanan.
Diet absolut yang dilakukan oleh hewan meninjau dari arah kuantitatif artinya jumlah
makanan tertentu yang dikonsumsi oleh hewan tertentu. Diet relatif yang dilakukan oleh hewan
meninjau dari arah kualitatif artinya jumlah jenis makanan yang dimakan oleh hewan tertentu.
Setiap jenis makanan yang dimakan mengandung nilai gizi yang berbeda-beda sehingga diet
relatif ini dapat dilihat dari nilai gizi yang ada pada makanan. Diet relatif ini sangat dipengaruhi
oleh palatabilitas dan nilai gizi makanan suatu hewan.
Untuk mengetahui atau menganalisis diet absolut dan diet relatif dapat dilakukan melalui
pengamatan langsung tanpa perlu mematikan hewan yang diselidiki, dapat juga secara tidak
langsung dengan menganalisis isi dari bagian-bagian saluran pencernaan makanan dan
radioisotop.

Ada berbagai cara dalam Analisis Makanan Hewan

1. Pengamatan Langsung

Hewan yang diselidiki tidak perlu dimatikan terlebih dahulu. Relatif lebih mudah
dilakukan terhadap hewan berukuran besar, serta aktivitas dalam habitatnya mudah diikuti
pengamat. Cara ini memakan banyak waktu dan tenaga. Ada kalanya merupakan satu-satunya
cara untuk menyelidiki kebiasaan makan jenis hewan langka. Cara ini juga dilakukan pada
hewan yang menyimpan makanan dalam kantung pipi atau tembolok. Organ-organ itu
dimanipulasi hingga isinya dikeluarkan dengan cara dirangsang untuk dimuntahkan. Pada jenis
hewan lain, analisis dapat dilakukan melalui tinjanya, meskipun hasilnya kurang akurat.

2. Pengamatan Tak Langsung


a. Analisis Isi Saluran Pencernaan
Cara yang umum digunakan untuk mengetahui jenis makanan yang dimakan hewan ialah
dengan mengidentifikasi isi kandungan bagian-bagian anterior dari saluran pencernaan
(tembolok, lambung) yang relatif belum tercerna. Makanan nabati, teruatam biji-bijian relatif
sukar tercerna, setelah 24 jam dikonsumsi masih dapat dikenali. Pada hewan yang mempunyai
tembolok atau lambung, analisis dilakukan terhadap isi organ-organ itu, sesudah specimen
hewan dimatikan dan segera disuntik dengan larutan pengawet. Pada jenis-jenis hewan yang
tidak mempunyai tembolok atau lambung, analisis dilakukan terhadap isi dari bagian anterior
usus. Isi saluran pencernaan diidentifikasi macamnya dan aspek kuantitatifnya dapat dinyatakan
secara numerical (jumlah), gravimetric (berat) ataupun volumetrik (isi).
b. Cara Penelusuran Radioisotope
Jenis makanan yang dimakan adakalanya diselidiki dengan cara menelusuri jalur
perpindahan melalui rantai dan jaring-jaring makanan, dari jenis makanan yang sudah ditandai
menggunakan radioisotope yang usia-paruhnya relatif panjang. Radioisotop yang sudah
diketahui besarannya dimasukkan ke dalam lingkungan, kemudian jalur perpindahan serta laju
kecepatan perpindahannya dideteksi dan diukur dengan alat khusus (pecacah Geiger dan
sebagainya). Cara ini sangat mahal, butuh keterampilan khusus dan berisiko tinggi apabila di
lingkungan alami.
Contoh: Analisis Makanan Ikan Bandeng dan Ikan Peperek di Perairan Mangrove
Mayangan

Urutan kebiasaan makanan ikan dibedakan dalam empat kategori berdasarkan


persentase bagian terbesar yang terdiri dari:
1. Makanan utama, yaitu makanan yang biasa dimakan dalam jumlah yang besar.
2. Makanan sekunder, yaitu makanan yang sering ditemukan dalam saluran pencernaan ikan
dalam jumlah yang lebih sedikit.
3. Makanan incidental, yaitu makanan yang terdapat pada saluran pencernaan dalam jumlah
yang sangat sedikit.
4. Makanan pengganti, yaitu makanan yang hanya dikonsumsi jika makanan utama tidak
tersedia.
Dengan mengetahui kebiasaan makanan setiap spesies ikan dapat dilihat hubungan
ekologis di antara individu pada perairan tersebut, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan,
persaingan dan rantai makanan. Persaingan terhadap makanan merupakan hal yang perlu
diketahui berkaitan dengan kemampuan suatu organisme dalam mempertahankan keberadaannya
di perairan tersebut. Persaingan ini sering terjadi baik antara individu dalam satu spesies atau
persaingan antara spesies serta antara satu spesies dengan spesies yang lain atau persaingan inter
spesies.
Tidak semua jenis makanan di perairan dimakan oleh ikan karena ada beberapa factor
yang menentukan dimakan atau tidaknya makanan tersbeut oleh ikan, yaitu ukuran makanan,
warna makanan, dan selera ikan terhadap makanan. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu
spesies ikan tergantung kepada kebiasaan makanan ikan, kelimpahan makanan, nilai konversi
makanan, suhu perairan dan kondisi umum ikan tersebut. Faktor ketersediaan makanan sangat
mempengaruhi komposisi jenis makanan ikan, sehingga perubahan komposisi jasad makanan
suatu ikan merupakan hal yang wajar terjadi. Ketersediaan makanan di perairan, selain
dipengaruhi oleh kondisi biotic, juga ditentukan oleh kondisi abiotik dari lingkungan, antara lain
suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan.
Suatu penelitian telah dilakukan untuk menganalisis kebiasaan makanan ikan bandeng
dan ikan peperek yang merupakan dua jenis ikan yang ditemukan di perairan mangrove Pantai
Mayangan. Ekosistem mangrove merupakan suatu ekosistem yang spesifik, hal ini disebabkan
adanya proses kehidupan biota (flora dan fauna) yang saling berkaitan baik yang terdapat di
daratan maupun di lautan. Secara biologis yang menyangkut rantai makanan, ekosistem
mangrove merupakan produsen primer energy hidup melalui serasah yang dihasilkannya.
Serasah hutan berupa bahan organic dirombak menjadi bahan anorganik dan dimanfaatkan oleh
berbagai jenis fitoplankton yang menjadi makanan bagi konsumen primer, yaitu zooplankton dan
ikan sampai akhirnya dimakan oleh manusia sebagai konsumen utama.

Gambar 1. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Gambar 2. Ikan Peperek (Lelognathus equulus)


Penganalisian makanan pada ikan bandeng dan peperek ini dilakukan dengan pengamatan
secara tidak langsung, yaitu dengan mengamati isi saluran pencernaannya. Kedua ikan ini
ditangkap, lalu diawetkan dengan larutan formalin 10%. Setelah itu, dilakukan identifikasi untuk.
memastikan jenis ikan. Selanjutnya dilakukan pembedahan pada kedua ikan dan dianalisis isi
saluran pencernaan ikan. Alat pencernaan kedua ikan dikeluarkan dari tubuhnya dan dimasukkan
ke dalam botol film untuk diawetkan dengan larutan formalin 4 %. Isi saluran pencernaan yang
telah diawetkan, diencerkan (khususnya plankton) dan diamati di bawah mikroskop, lalu
diidentifikasi dengan menggunakan buku Yamaji (1979), Mizuno (1979), dan Gosner ((1971).
Jenis makanan yang besar (makro) langsung diidentifikasi jenisnya dengan buku Gosner ((1971)
dan Saanin (1984).
Setelah mengidentifikasi jenis makanannya, dilakukan analisis kebiasaan makanan ikan,
digunakan Index of Prepoderance (IP) yang merupakan gabungan dari metode frekuensi
kejadian dengan metode volumetric (kuantitatif).

Sebagai batasan untuk analisis kebiasaan makanan pada ikan, maka urutan makanan ikan
dibedakan dalam tiga kategori berdasarkan persentase IP, yaitu makanan utama bila nilai IP lebih
besar dari 40 %, makanan pelengkap bila nilai IP berkisar antara 4-40% dan makanan tambahan
bila nilai IP kurang dari 4%.
c. Kebiasaan Makanan Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk.)
Komposisi makanan (IP) ikan bandeng terdiri dari: Melosira (76,40%) yang berperan
sebagai makanan utama; Fragilaria (6,0%), Detonula (5,82% dan Skeletonema (4,40%) yang
berperan sebagai makanan pelengkap; Pleurosigma, Pelagothrix, Thallasiotrix, Bacteriastrum,
hemiaulus, navicula dan Lauderia yang mempunyai nilai IP masing-masing kurang dari 4%
digolongkan sebagai makanan tambahan. Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa ikan bandeng
pada peraiaran mangrove Mayangan mengkonsumsi fotiplankton (diatoms) sebagai makanannya
dan ini berarti bahwa ikan bandeng dikategorikan sebagai herbivore.
d. Kebiasaan Makanan Ikan Peperek (Lelognathus equulus Cuv.)
Jenis makanan yang dapat dianalisis dari lambung ikan peperek dikelompokkan ke dalam
dua kelas, yakni Bacillaryophyceae dan Crustecea. Ikan peperek mengkonsumsi Pleurosigma
sebagai makanan utamanya (IP=70,76%); Fragilaria, Lauderia dan Dentonula sebagai makanan
pelengkap; Calanus, Thallasiothrix, Centropages, Hemiaulus dan Guinardia sebagai makanan
tambahan. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa ikan peperek pada perairan Mangrove
Pantai Mayangan tergolong ikan pemakan plankton (Fitoplankton dan zooplankton).
Hasil analisis makanan tersebut menunjukan bahwa ikan bandeng dengan ikan peperek
memiliki sumberdaya makanan yang sama, yaitu fitoplankton. Kedua ikan ini berada pada
tingkat tropic yang sama dan dikategorikan sebagai hewan herbivora. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya persaingan di antara kedua ikan ini dalam memanfaatkan sumberdaya makanan yang
terbatas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Strategi hewan mencari makan ialah mendapatkan perolehan semaksimal mungkin
dengan resiko semaksimal mungkin. Mencari makan secara berkelompok akan memberi
keuntungan bila ketersediaan sumberdaya makanan dilingkungan berlimpah. Keuntungan
mencari makan berkelompok adalah sumberdaya makanan dapat dengan mudah dan cepat
ditemukan, serta bahaya yang mengancam akan lebih cepat diketahui.
Koevolusi merupakan suatu proses antara dua atau lebih spesies yang mempengaruhi
proses evolusi satu sama lainnya. Semua organisme dipengaruhi oleh makluk hidup disekitarnya,
namun pada koevolusi, terdapat bukti baahwa sifat – sifat yang ditentukan oleh genetika tiap
spesies secara langsung disebabkan oleh interaksi antara dua organisme. Pengaruh evolusioner
mutualistik antara dua spesies disebut koevolusi.

Kebiasaan dan cara makan adalah faktor penting yang menentukan keberhasilan
mempertahankan eksitensi suatu organisme karena makanan menyediakan semua nutrisi yang
diperlukan oleh organisme untuk bertumbuh dan berkembang. Semua organisme membutuhkan
nutrisi dan energy untuk tumbuh, perawatan, aktivitas, reproduksi dan kelangsungan hidup.
Organisme harus makan agar tetap bertahan. Makanan yang potensial dapat dijumpai dimana-
mana, namun apa yang dieksploitasi oleh jenis tertentu tergantung dari jenis organisme tersebut.
Walaupun kelompok makanan yang potensial sangat banyak, tetapi kadang-kadang tidak
dieksploitasi oleh hewan tersebut. Oleh karena itu, masing-masing hewan memiliki hubungan
makanan yang khas.
DAFTAR PUSTAKA

Anies . 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan. Jakarta: Elex Media Komputindo

Darmawan, Agus . 2005. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang

https://staff.blog.ui.ac.id/devita/ekologi/hewan.html?m=1 Diakses pada tanggal 7 Maret 2020

https://nenkiuedubio.blogspot.com/2011/04/makanan-dan-hubungan-makan.html?m=1.

Diakses pada tanggal 7 Maret 2020

Kramadibrata, H.1996 . Ekologi Hewan. Bandung: Institut Tekonologi Bandung Press

Anda mungkin juga menyukai