Di susun oleh :
M. Yadi Saputra
Liana
Khairul Umam
kKATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bioteknologi farmasi hal utama yang dihasilkan adalah suatu produk
yang dapat digunakan sebagai obat untuk meningkatkan kesehatan makhluk
hidup.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan :
1. Apa saja ruang lingkup kajian bioteknologi farmasi?
2. Apa saja arti penting bioteknologi dalam farmasi?
3. Apa saja komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi?
4. Apa saja contoh bioteknologi farmasi?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui ruang lingkup kajian biteknologi farmasi
2. Mengetahui arti penting bioteknologi dalam farmasi
3. Mengetahui komponen apa saja yang terlibat dalam bioteknologi
farmasi
4. Mengetahui contoh-contoh bioteknologi farmasi
BAB II PEMBAHASAN
3. Produk Vaksin
Selain digunakan untuk memproduksi hormon maupun enzim,
teknologi DNA rekombinan juga digunakan untuk membuat vaksin. Pada
aplikasi ini, secara garis besar beberapa mikroorganisme digunakan untuk
menghambat kemampuan mikroorganisme patogen (penyebab penyakit).
Mikrobia menjadi suatu bibit penyakit dalam tubuh apabila mikrobia
tersebut menghasilkan senyawa toksik bagi tubuh manusia. Selain itu,
bagian-bagian tubuh mikrobia seperti flagel dan membran sel juga dapat
menimbulkan penyakit. Hal ini karena bagian-bagian tersebut kemungkinan
terdiri dari protein asing bagi tubuh. Senyawa dan protein asing ini disebut
antigen.
Gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) diisolasi
dari mikrobia yang bersangkutan. Kemudian gen ini disisipkan pada plasmid
mikrobia yang sama, tetapi telah dilemahkan (tidak berbahaya). Mikrobia
ini menjadi tidak berbahaya karena telah dihilangkan bagian yang
menimbulkan penyakit, misal lapisan lendirnya. Mikrobia yang telah disisipi
gen ini akan membentuk antigen murni. Bila antigen ini disuntikkan pada
manusia, sistem kekebalan manusia akan membuat senyawa khas yang
disebut antibodi.
4. Terapi Gen
Menurut Nurcahyo (2011), terapi gen adalah suatu teknik yang
digunakan untuk memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya suatu penyakit. Pada awalnya,
terapi gen diciptakan untuk mengobati penyakit keturunan (genetik) yang
terjadi karena mutasi pada satu gen, seperti penyakit fibrosis sistik.
Penggunaan terapi gen pada penyakit tersebut dilakukan dengan
memasukkan gen normal yang spesifik ke dalam sel yang memiliki gen
mutan. Terapi gen kemudian berkembang untuk mengobati penyakit yang
terjadi karena mutasi di banyak gen, seperti kanker. Selain memasukkan
gen normal ke dalam sel mutan, mekanisme terapi gen lain yang dapat
digunakan adalah melakukan rekombinasi homolog untuk melenyapkan
gen abnormal dengan gen normal, mencegah ekspresi gen abnormal
melalui teknik peredaman gen, dan melakukan mutasi balik selektif
sehingga gen abnormal dapat berfungsi normal kembali.
Secara garis besar ada dua macam cara yang biasa digunakan untuk
memasukkan gen baru ke dalam sel.
Terapi gen dapat dilakukan pada gen sel somatic maupun embrional,
berikut penjelasannya.
a. Terapi gen pada sel somatic
Terapi gena pada sel somatis (somatic gene therapy) yaitu usaha
mereparasi gen karena cacat bawaan dengan cara menyisipkan gene
normal ke organisme penderita, sebagai contoh kelainan
metabolisme. Langkah-langkah terapi gena sebagai berikut: sel
sumsum tulang (bone marrow) atau sel kulit diekstrasi (dikeluarkan)
dari tubuh pasien kemudian dipelihara dalam medium kultur untuk
perbanyakan. Kemudian disisipkan gen normal ke dalam DNA sel tadi
dengan rekayasa gena ini diharapkan dapat menyebabkan perubahan
genotipe sel yang semula cacat. Transgenesis untuk mengembalikan
rDNA tubuh pasien yang menderita cacat bawaan. Terapi gene sel
somatik dari sudut pandang sosial masih menimbulkan masalah pro
dan kontra. Masih dipertimbangkan dengan alasan karena risiko dan
keamanan.
b. Terapi Gena pada sel embrional
Terapi gena pada sel (Germ line gene therapy) yaitu usaha
mereparasi gena karena cacat bawaan, sebagai contoh kelainan
metabolisme. Langkah-langkah terapi gena sebagai berikut: misalnya
sumsum tulang (bone marrow) atau sel kulit diambil kemudian
keduanya dipelihara dalam medium kultur vektor ke dalam sel
hospes dengan menggunakan metode mikroinjeksi DNA ke sel telur
terbuahi diikuti dengan implantasi sel telur termanipulasi ke induk
titipan yang telah dipersiapkan. Pada tikus dengan induksi dapat
diperoleh 40 buah ova, namun sel telur yang dapat dibuahi sekitar 20
buah. 2 pl buffer yang mengandung klon plasmid DNA diinjeksikan ke
salah satu dari pronukleus sel telur terbuahi. Ada 2 buah pronukleus
dari jantan dan betina, pronukleus jantan lebih besar sehingga dipilih
untuk diinjeksi.
Pronuklei mengalami fusi kemudian terbentuklah zygote diploid.
Embryo ditumbuhkan pada medium in vitro, sampai pembelahan sel
tertentu. Kemudian diimplantasikan ke induk titipan. Antara 3 – 10 %
hewan yang berkembang mengandung kopi dari DNA eksogen yang
bersatu dengan kromosomnya
5. Produksi Antibiotik
Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme tertentu
dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme lain yang ada di
sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh dari jamur atau bakteri yang
diproses dengan cara tertentu. Dipelopori oleh Alexander Fleming dengan
penemuan penisilin dari Penicillium notatum. Penicillium chrysogenum
digunakan untuk mem-perbaiki penisilin yang sudah ada dengan mutasi
secara iradiasi ultra violet dan sinar X. Selain Penicillium chrysogenu,
beberapa mikroorganisme juga digunakan sebagai antibiotik, antara lain:
• Cephalospurium : penisilin N.
• Cephalosporium : sefalospurin C.
• Streptomyces : streptomisin, untuk pengobatan TBC
Produksi antibiotic dilakukan dalam skala besar pada tangki fermentasi
dengan ukuran besar. Sebagai contoh, penicillium chrysogenum
ditunbuhkan dalam 100.000 liter fermentor selama kurang lebih 200 jam.
Mula-mula suspense spora P.chrysogenum ditumbuhkan pada larutan
bernutrisi. Kultur diinkubasi selama 24 jam pada suhu 24◦ C dan
selanjutnya ditransfer ke tangki aerasi yang baik selama satu hingga dua
hari.
7. Produksi steroid
Hormon steroid sangat penting peranannya dalam dunia kesehatan.
Misalnya kortison dan steroid lainnya yang serupa diketahui dapat
digunakan untuk meredakan sakit dan mengurangi bengkak. Produksi
kortison dengan sintesis daria sam deoksiolat (deoxycholic acid) dan fungi
Rhizopus arrhizus menghidroksilasi progesteron membentuk steroid lain
dengan mengintroduksi oksigen pada posisi nomor 11 dan menghasilkan
11α-hidroksiprogresteron. Fungi Cunninghamella blakesleena juga dapat
menghidroksilasi steroid korteksolon (cortexolone) untu membentuk
hidrokortison dengan mengintroduksi oksigen pada posisi nomor 11
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
a. Bioteknologi farmasi merupakan penerapan dan pengembangan
bioteknologi dalam bidang farmasi/obat-obatan yang menunjang
perbaikan kesehatan makhluk hidup serta perawatan medis.
b. Arti penting bioteknologi farmasi yaitu merancang dan
memproduksi obat-obatan yang disesuaikan dengan genetik
masing-masing orang, mengembangkan obat-obatan khusus untuk
efek terapi yang maksimal dengan dosis yang tepat, memproduksi
vaksin yang lebih aman oleh organisme yang ditransformasi
melalui rekayasa genetik
c. Komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi dan
kedokteran dapat berupa bagian-bagian dari organisme yang
digunakan dalam menghasilkan produk atau jasa untuk
kepentingan penelitian atau pengembangan perawatan kesehatan
dan obatobatan
d. Contoh dari bioteknologi farmasi diantaranya pembuatan insulin,
antibody monoclonal, antibiotik, vaksin, steroid, vitamin dan
terapi gen.
2. Saran
Dari pembuatan makalah ini ada beberapa hal yang perlu diperbaiki
diantaranya mahasiswa harus selalu mengikuti perkembangan informasi
mengenai bioteknologi farmasi, hal ini dikarenakan ilmu bioteknologi
farmasi yang terus berkembang dan memunculkan teori atau cara baru.
DAFTAR PUSTAKA
Betteng, R., Pangemanan, D., & Mayulu, N. 2014. Analisis Faktor Resiko
Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Ii
Puskesmas Wawonasa. Jurnal e-Biomedik, 2(2): 400-410.
Machmud, M., Harjosudarmo, Jumanto, Manzila, Ifa, & Suryadi, Yadi. 2004.
Pengembangan Teknik Produksi dan Aplikasi Antibodi Monoklonal
Ralstonia solanacerum. Kumpulan Makalah Seminar Hasil Penelitian
BBBiogen Tahun 2004.
Madigan, M.T., Martinko, J.M., Dunlap, P.V. and Clark, D.P. 2009. (published
February, 2008) Brock Biology of Microorganisms, 12th edition, Pearson
Benjamin-Cummings, San Francisco