Anda di halaman 1dari 23

BIOTEKNOLOGI FARMASI

Dosen Pengampu, Usman, M.Pd

Di susun oleh :
M. Yadi Saputra
Liana
Khairul Umam

PRODI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


INSTITUT PENDIDIKAN NUSANTARA GLOBAL
TAHUN AJARAN 2021/2022

kKATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah dengan judul “Bioteknologi di Bidang Farmasi”.
Dalam penyusunan makalh ini tentu masih terdapat kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu penulis berharap adanya masukan yang bersifat inovatif dan
konstruktif agar makalah ini menjadi lebih sempurna. Disamping itu penulis
berharap agar hasil tugas ini nantinya dapat berguna bagi semua pihak
khususnya kalangan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bioteknologi merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan penggunaan


organisme hidup atau produknya dalam proses industri berskala-besar.
Bioteknologi mikroorganisme adalah aspek bioteknologi industri yang
berhubungan dengan proses yang melibatkan mikroorganisme. Bioteknologi
merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan penggunaan organisme
hidup atau produknya dalam proses industri berskala-besar. Bioteknologi
mikroorganisme adalah aspek bioteknologi industri yang berhubungan dengan
proses yang melibatkan mikroorganisme.

Antibiotika merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme,


dan dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain. Perkembangan
antibiotika sebagai zat untuk pengobatan penyakit infeksi lebih banyak
mempengaruhi penggunaan obat dibandingkan dengan perkembangan
antibiotik itu sendiri.

Antibiotika merupakan produk metabolisme sekunder. Meskipun hasilnya


relatif rendah dalam sebagian besar industri fermentasi, tetapi karena aktivitas
terapetiknya tinggi maka menjadi memiliki nilai ekonomik tinggi, oleh karena itu
antibiotika dibuat secara komersial melalui fermentasi mikroba. Beberapa
antibiotika dapat disintesis secara kimia, tetapi karena kompleksitas bahan kimia
antibiotika dan cenderung menjadi mahal, maka tidak memungkinkan sintesis
secara kimia dapat mampu bersaing dengan fermentasi mikroorganisme lain
yang mampu diproduksi lebih banyak dari berbagai industri mikroorganisme
(Madigan, 2008).

Dalam bioteknologi farmasi hal utama yang dihasilkan adalah suatu produk
yang dapat digunakan sebagai obat untuk meningkatkan kesehatan makhluk
hidup.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan :
1. Apa saja ruang lingkup kajian bioteknologi farmasi?
2. Apa saja arti penting bioteknologi dalam farmasi?
3. Apa saja komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi?
4. Apa saja contoh bioteknologi farmasi?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui ruang lingkup kajian biteknologi farmasi
2. Mengetahui arti penting bioteknologi dalam farmasi
3. Mengetahui komponen apa saja yang terlibat dalam bioteknologi
farmasi
4. Mengetahui contoh-contoh bioteknologi farmasi

BAB II PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Bioteknologi Farmasi


Bioteknologi farmasi merupakan penerapan dan pengembangan
bioteknologi dalam bidang farmasi/obat-obatan yang menunjang perbaikan
kesehatan makhluk hidup.
Bioteknologi farmasi saling berhubungan dengan bioteknologi
kedokteran, farmakodinamik, farmakologi dimana dalam bioteknologi
farmasi mengkaji beberapa organisme model (mencit, tikus, ayam, yeast,
lalat buah, cacing, dan zebrafish) untuk mengidentifikasi penyakit genetik
dan kesesuaian penggunaan terapi gen dalam mengetahui keefektifan dan
keamanannya sebelum melakukan tindak lanjut klinis pada manusia.
Bioteknologi Farmasi memegang peranan penting dalam
perkembangan tindakan medis untuk pengobatan suatu penyakit yang
berhubungan dengan farmakogenomik. Thieman (2004) menjelaskan
bahwa umumnya teknik yang digunakan dalam bioteknologi kedokteran
menggunakan pendekatan molekular untuk mendeteksi penyakit genetik
yang berhubungan dengan ketidaknormalan kromosom dan kerusakan gen.
Pada biteknologi farmasi ini kajian yang dibahas hanya bagaimana cara
menemukan suatu obat dengan memanfaatkan agen – agen biologi yang
menggunakan ilmu mikrobiologi yang mencakup pemilihan organisme yang
akan digunakan, memilih media pertumbuhan organisme, penentuan
kondisi lingkungan untuk organisme agar optimal, dll. Sebagai contoh yaitu
penemuan hormon insulin dengan menyisipkan gen insulin padan bakteri.
Selain itu percobaan bagaimana cara mematikan sel kanker melalui
beberapa pendekatan dan bahan uji.
Kajian bioteknologi farmasi sangat berkembang pesat sampai saat ini.
Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan
kesehatan.

B. Arti Penting Bioteknologi Dalam Farmasi


Ketika dua disiplin farmasi dan bioteknologi datang bersama-sama,
mereka menghasilkan banyak keuntungan bagi manusia dalam hal
kesehatan. Hal ini dimungkinkan melalui Pharmacogenomics yang merujuk
kepada studi tentang bagaimana warisan genetik mempengaruhi respon
tubuh manusia individu untuk obat. Biofarmasi obat bertujuan untuk
merancang dan memproduksi obat-obatan yang disesuaikan dengan
genetik masing-masing orang. Dengan demikian perusahaan bioteknologi
farmasi dapat mengembangkan obat-obatan khusus dibuat untuk efek
terapi yang maksimal. Selain itu, obat-obatan bioteknologi dapat diberikan
kepada pasien dalam dosis yang tepat sebagai dokter akan tahu genetika
pasien dan bagaimana proses dan tubuh memetabolisme obat. Salah satu
manfaat lebih dari bioteknologi farmasi adalah dalam bentuk vaksin yang
lebih baik. Biotek perusahaan desain dan memproduksi vaksin yang lebih
aman oleh organisme yang ditransformasi melalui rekayasa genetik.
Vaksin-vaksin biotek meminimalkan risiko infeksi.
Rekayasa genetika adalah proses mengidentifikasi dan mengisolasi
DNA dari suatu sel hidup atau mati dan memasukkannya dalam sel hidup
lainnya. Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan gen
untuk menghasilkan makhluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan.
Rekayasa genetika disebut juga pencangkokan gen atau rekombinasi DNA.
Dalam rekayasa genetika digunakan DNA untuk menggabungkan sifat
makhluk hidup. Hal itu karena DNA dari setiap makhluk hidup mempunyai
struktur yang sama, sehingga dapat direkombinasikan. Selanjutnya DNA
tersebut akan mengatur sifat-sifat makhluk hidup secara turun-temurun.
Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat
nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses
kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk
makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan
kosmetika, serta Pembuatan insulin manusia dari bakteri ( Sel pancreas
yang mempu mensekresi Insulin digunting , potongan DNA itu disisipkan ke
dalam
Plasmid bakteri ) DNA rekombinan yang terbentuk menyatu dengan
Plasmid diinjeksikan lagi ke vektor, jika hidup segera di kembangbiaakan.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau
melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau
menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen
yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa
saja. Pada proses rekayasa genetika organisme yang sering digunakan
adalah bakteri Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli dipilih karena paling
mudah dipelajari pada taraf molekuler.

Proses Rekayasa Genetika


Pada proses penyisipan gen diperlukan tiga faktor utama yaitu
1. Vektor, yaitu pembawa gen asing yang akan disisipkan,
biasanya berupa plasmid, yaitu lingkaran kecil AND yang
terdapat pada bakteri. Plasmid diambil dari bakteri dan disisipi
dengan gen asing.
2. Bakteri, berperan dalam memperbanyak plasmid. Plasmid di
dalam tubuh bakteri akan mengalami replikasi atau
memperbanyak diri, makin banyak plasmid yang direplikasi
makin banyak pula gen asing yang dicopy sehingga terjadi
cloning gen.
3. Enzim, berperan untuk memotong dan menyambung plasmid.
Enzim ini disebut enzim endonuklease retriksi, enzim
endonuklease retriksi yaitu enzim endonuklease yang dapat
memotong ADN pada posisi dengan urutan basa nitrogen
tertentu.

C. Komponen Yang Terlibat di Bidang Farmasi


Di dalam bioteknologi dilakukan rekayasa organisme atau komponen
organisme untuk menghasilkan barang dan jasa yang penting dan
menguntungkan bagi kehidupan manusia.
Menurut Nurcahyo (2011:9), bioteknologi tidak lain adalah suatu
proses yang unsur-unsurnya sebagai berikut:
1. Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti;
beras, anggur, susu dsb.
2. Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses
penguraian atau penyusunan oleh agen hayati.
3. Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti;
alkohol, enzim, antibiotika, hormon, pengolahan limbah.

Gambar 1 Skema Proses Bioteknologi Sumber:


(Nurcahyo, 2011:9)

Bioteknologi tidak dapat dilepaskan dari beberapa unsur yaitu agen


hayati (organisme hidup maupun substansi dari organisme hidup), rekayasa
dengan serangkaian proses tertentu, produk, dan adanya peningkatan nilai
guna untuk masyarakat baik dalam bentuk barang maupun jasa
Bioteknologi farmas memegang peranan penting dalam pembuatan
obat-obatan serta perkembangan tindakan medis untuk pengobatan suatu
penyakit. Komponen bioteknologi farmasi dapat berupa bagian-bagian dari
organisme yang digunakan dalam menghasilkan produk atau jasa untuk
kepentingan penelitian atau pengembangan perawatan kesehatan dan
obatobatan, misalnya:
1. Pembuatan antibody monoclonal
Pembuatan antibody monoclonal yang menggunakan komponen dari
sel gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan yang
merupakan bagian penting dari system kekebalan tubuh. Antibodi
monoklonal dibuat dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis sel
yaitu limfosit B yang memproduksi antibodi dengan sel kanker (sel
mieloma) yang dapat hidup dan membelah terus menerus. Hasil fusi
antara sel limfosit B dengan sel kanker secara in vitro ini disebut
dengan hibridoma. Apabila sel hibridoma dibiakkan dalam kultur sel,
sel yang secara genetik mempunyai sifat identik akan memproduksi
antibodi sesuai dengan antibodi yang diproduksi oleh sel aslinya yaitu
sel limfosit B. Antibodi monoklonal merupakan senyawa yang
homogen, sangat spesifik dan dapat diperoleh dalam jumlah yang
besar sehingga sangat menguntungkan jika digunakan sebagai alat
diagnostik untuk mendeteksi bakteri patogen dan virus, serta untuk
uji kehamilan (Ahmad, 2014:152).
2. Terapi gen
Terapi gena bertujuan untuk membetulkan kelainan metabolisme
karena bawaan sejak lahir dengan cara menyisipkan gen normal ke
organisme penderita. Biasanya tahapan meliputi; seleksi dan isolasi
gen kemudian pemeliharaan kultur lalu propagasi. Sel diekstrasi
(dikeluarkan) dari tubuh kemudian ditumbuhkan dalam medium
kultur selanjutnya gennya dimanipulasi dikembalikan ke pasien
(penderita) yang jaringannya diambil, komponen yang digunakan
misalnya bone marrow atau sel kulit, karena keduanya dapat
dipelihara dalam medium kultur (Nurcahyo, 2011:105).
3. Somatostatin
Diproduksi dari hasil transplantasi gen eukariosit dari hipofisis
manusia ke gen E. coli. Hormon pertumbuhan pada manusia
(humangrowth hormone) ini diberikan kepada para penderita
dwarfisme hipofisis dan berfungsi untuk meningkatkan sekresi
hormon pertumbuhan; somatotropin, hormon yang juga dikloning
dari bakteri E Coli, digunakan sebagai hormon pertumbuhan,
pengobatan patah tulang, luka bakar, dan pendarahan di lambung
(Smith, 2009).
4. Hormon Insulin
Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara
kimia. Secara tradisional, insulin untuk pengobatan manusia diisolasi
dari pancreas sapi atau babi. Kemudian seiring perkembangan di
bidang bioteknologi telah terjadi perbaikan cara produksi insulin
melalui rekayasa genetika. Melalui DNA rekombinan, insulin
diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak pathogen. Produk
hormone insulin manusia dapat dihasilkan melalui teknik rekayasa
genetika dengan teknologi plasmid. Hormone ini berfungsi
mengubah glukosa dalam darah menjadi glikogen (Sudjadi, 2008).
D. Contoh Bioteknologi Farmasi
Penerapan bioteknologi begitu luas dan telah dilakukan selama
beratusratus tahun mulai dari taraf sederhana sampai bioteknologi
modern. Seiring berkembangnya zaman dan pengetahuan, kini
pemanfaatan bioteknologi tidak hanya sekedar dalam bidang pangan saja,
melainkan telah merambah pada bidang farmasi yang tentunya disertai
dengan penggunaan teknologi lebih canggih dan menerapkan teknik
rekayasa genetika. Berikut disajikan beberapa contoh dan mekanisme
penerapan bioteknologi dalam bidang farmasi
1. Pembuatan Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel-sel beta yang
membentuk pulau sehingga disebut pulau langerhans di kelenjar
pangkreas. Pada awalnya terbentuk proinsulin yang molekulnya lebih besar
daripada insulin. Proinsulin tersimpan di pankreas hingga dibutuhkan
tubuh. Ketika proinsulin keluar ke peredaran darah, proinsulin diuraikan
menjadi 2 bagian: peptida penghubung dan hormon insulin aktif. Fungis
utama hormon insulin adalah menurunkan kadar glukosa di dalam sel.
Teori yang ada mengatakan bahwa seseorang ≥45 tahun memiliki
peningkatan resiko terhadap terjadinya diabetes dan intoleransi glukosa
yang di sebabkan oleh faktor degeneratif yaitu menurunya fungsi tubuh,
khususnya kemampuan dari sel β dalam memproduksi insulin untuk
memetabolisme glukosa (Betteng et al., 2014). Oleh karena itu diperlukan
suatu teknik untuk memperoleh tambahan insulin. Adanya teknik rekayasa
genetika, maka bisa didapatkan hormon insulin dalam jumlah yang banyak,
insulin ini diperoleh dengan mencangkokkan gen (transplantasi gen) yang
mengkode insulin ke dalam plasmid bakteri. Proses pembuatan insulin
dengan teknik DNA recombinan adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel
pankreas manusia:
i. Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin
diekstrak dari sel pancreas. Kemudian enzim transcriptase
ditambahkan pada mRNA bersamaan dengan nukleotida
penyusun DNA.
ii. Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk
membentuk DNA berantai tunggal.
iii. DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
iv. Enzim DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA rantai
tunggal menjadi ranati ganda, disebut DNA komplementer (c-
DNA), yang merupakan gen penghasil insulin.
b. Melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara
memotong kromosom secara khusus menggunakan enzim retrikasi.
c. Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid
dari sel bakteri dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara
itu, di dalam serangkain tabung reaksi atau cawan petri, gen
penghasil insulin manusia dalam bentuk c- DNA disiapkan untuk
dipasangkan pada plasmid yang terbuka tersebut.
d. Memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula
ikatan yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase
memperkuat ikatan ini sehingga dihasilkan molekul DNA
recombinan/plasmid recombinan yang bagus.
e. Memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli. Di dalam
sel bakteri ini plasmid mengadakan replikasi
f. Mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat
menghasilkkan klon-klon bakteri yang mengandung plasmid
recombinan penghasil insulin. Melalui rekayasa genetika dapat
dihasilkan E.coli yang merupakan penghasil insulin dalam jumlah
banyak dan dalam waktu yang singkat.
Gambar 2 Langkah-Langkah DNA Rekombinan pada Produksi Insulin

2. Pembuatan Antibodi Monoklonal


Produksi molekul Antibodi merupakan tanggungjawab dari klone-klone
sel limfosit B (sel plasma) yang masing-masing spesifik terhadap antigen.
Menurut teori klonal, adanya interaksi antara antigen dengan klone limfosit
B akan merangsang sel tersebut untuk berdiferensiasi dan berproliferasi
sehingga diperoleh sel yang mempunyai ekspresi klonal untuk
memproduksi antibodi. Produksi antibody monoklonal merupakan
gabungan penerapan teknik hibridoma dan kloning. Dengan
berkembangnya teknologi dan pengetahuan tentang molekul Ig, maka kini
dikenal teknik hibridoma untuk tujuan menghasilkan antibodi monoklonal
dalam jumlah banyak dan tidak terbatas oleh waktu dengan cara kloning.
Teknik hibridoma adalah suatu teknik dengan cara menggabungkan dua
macam sel eukariot dengan tujuan mendapatkan sel hibrid yang memiliki
kemampuan kedua sel induknya.
Pada hakekatnya produksi antibodi monoklonal tetap mengikuti prinsip
teori seleksi klonal (Artama, 1990: 165). Pada dunia kesehatan, antibodi
monoklonal ini dapat digunakan untuk diagnosis kehamilan, uji golongan
darah ABO, dan uji serum (AIDS, Hepatitis). Prosedur produksi antibodi
monoclonal sebagai berikut.
a. Antigen yang telah dimurnikan disuntikkan ke hewan percobaan
mencit (mice) untuk mendapatkan sel limfosit B yang spesifik.
b. Limpa (spleen) dikeluarkan dari tikus setelah lebih dulu dimatikan
dan dikerjakaan secara aseptis.
c. Sel limfosit B sebagai penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dari
limpa (spleen) dipisahkan dari eritrosit dan cairan limpa dengan cara
sentrifus (gradient centrfuge).
d. Sel penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dan selanjutnya
dikawinkan dengan sel myeloma (sel kanker) dalam media PEG
(polyethilene glycol) atau dapat juga dengan virus Sendai.
e. Sel hibrid yang diperoleh kemudian diseleksi dalam medium HAT
(hypoxanthine aminopterin thimidin), oleh karena tidak semua sel
hibrid yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan yakni sel
limfosit B dengan sel myeloma, akan tetapi dapat terjadi hibrid
antara sel limfosit B dengan sel limfosit B, atau sel myeloma dengan
sel myeloma.
f. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji untuk mengetahui
kemampuan menghasilkan Ab yang diharapkan, jika hasilnya pasti
maka sel tersebut dikultur (cloning) kemudian dipropagasi pada
kultur jaringan (bioreaktor) atau disuntikkan ke tikus (in vivo) untuk
produksi MAb atau dapat pula dibekukan untuk koleksi.
g. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji (assay) untuk mengetahui
kemampuan menghasilkan Ab yang diharapkan denngan
menggunakan kultur sel dan diuji antibodi.
h. Jika hasilnya pasti, maka sel tersebut kemudian dipropagasi dengan
menggunakan kultur jaringan dalam skala besar (bioreaktor) untuk
mendapatkan sel turunan yang sama persis dengan induknya
(cloning), atau disuntikkan ke tikus (in vivo) untuk produksi MAB,
atau dapat pula dibekukan untuk koleksi (stock cell culture).

Gambar 3 Skema tahapan kegiatan produksi antibodi monoklonal


dari imunisasi sampai mendapatkan klon hibridoma

3. Produk Vaksin
Selain digunakan untuk memproduksi hormon maupun enzim,
teknologi DNA rekombinan juga digunakan untuk membuat vaksin. Pada
aplikasi ini, secara garis besar beberapa mikroorganisme digunakan untuk
menghambat kemampuan mikroorganisme patogen (penyebab penyakit).
Mikrobia menjadi suatu bibit penyakit dalam tubuh apabila mikrobia
tersebut menghasilkan senyawa toksik bagi tubuh manusia. Selain itu,
bagian-bagian tubuh mikrobia seperti flagel dan membran sel juga dapat
menimbulkan penyakit. Hal ini karena bagian-bagian tersebut kemungkinan
terdiri dari protein asing bagi tubuh. Senyawa dan protein asing ini disebut
antigen.
Gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) diisolasi
dari mikrobia yang bersangkutan. Kemudian gen ini disisipkan pada plasmid
mikrobia yang sama, tetapi telah dilemahkan (tidak berbahaya). Mikrobia
ini menjadi tidak berbahaya karena telah dihilangkan bagian yang
menimbulkan penyakit, misal lapisan lendirnya. Mikrobia yang telah disisipi
gen ini akan membentuk antigen murni. Bila antigen ini disuntikkan pada
manusia, sistem kekebalan manusia akan membuat senyawa khas yang
disebut antibodi.

Gambar 4 Vaksinasi dari virus Herpes

4. Terapi Gen
Menurut Nurcahyo (2011), terapi gen adalah suatu teknik yang
digunakan untuk memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya suatu penyakit. Pada awalnya,
terapi gen diciptakan untuk mengobati penyakit keturunan (genetik) yang
terjadi karena mutasi pada satu gen, seperti penyakit fibrosis sistik.
Penggunaan terapi gen pada penyakit tersebut dilakukan dengan
memasukkan gen normal yang spesifik ke dalam sel yang memiliki gen
mutan. Terapi gen kemudian berkembang untuk mengobati penyakit yang
terjadi karena mutasi di banyak gen, seperti kanker. Selain memasukkan
gen normal ke dalam sel mutan, mekanisme terapi gen lain yang dapat
digunakan adalah melakukan rekombinasi homolog untuk melenyapkan
gen abnormal dengan gen normal, mencegah ekspresi gen abnormal
melalui teknik peredaman gen, dan melakukan mutasi balik selektif
sehingga gen abnormal dapat berfungsi normal kembali.
Secara garis besar ada dua macam cara yang biasa digunakan untuk
memasukkan gen baru ke dalam sel.

a. Terapi Gen Ex Vivo


Sel dari sejumlah organ atau jaringan (seperti kulit, system
hemopoietik, hati ) atau jaringan tumor dapat diambil dari pasien dan
kemudian dibiakkan dalam laboratorium. Selama pembiakkan, sel itu
dimasuki suatu gen tertentu untuk terapi penyakit itu. Kemudian
diikuti dengan reinfusi atau reimplementasi dari sel tertransduksi itu
ke pasien. Penggunaan sel penderita untuk diperlakukan adalah
untuk meyakinkan tidak ada respon imun yang merugikan setelah
infuse atau transplantasi. Terapi gen ex vivo saat ini banyak
digunakan pada uji klinis, kebanyakan menggunakan vector
retrovirus untuk memasukkan suatu gen ke dalam sel penerima.
b. Terapi Gen In Vivo
Organ seperti paru paru, otak, jantung tidak cocok untuk terapi gen
ex vivo, sebab pembiakan sel target dan retransplantasi tidak
mungkin dilakukan. Oleh karena itu terapi gen somatic, dilakukan
dengan pemindahan gen in vivo. Dengan kata lain dengan
memberikan gen tertentu baik secara lokal maupun sistemik.
Penggunaan vector retrovirus memerlukan kondisi sel target yang
sedang membelah supaya dapat terinfeksi. Akan tetapi, banyak
jaringan yang merupakan target terapi gen, sebagian besar selnya
dalam keadaan tidak membelah. Akibatnya, sejumlah strategi
diperlukan baik penggunaan system vector virus maupun non-virus
untuk menghantarkan gen terapetik ke sel target yang sangat
bervariasi seperti kulit, otot, usus, liver dan sel darah. Sistem
penghantar gen in vivo yang ideal adalah efisiensi tinggi masuknya
gen terapetik dalam sel target. Gen itu dapat masuk ke inti sel
dengan sedikit mungkin terdegradasi, dan gen itu tetap terekspresi
walaupun ada perubahan kondisi

Gambar 5 Terapi Gen In Vivo dan Terapi Gen Ex Vivo

Terapi gen dapat dilakukan pada gen sel somatic maupun embrional,
berikut penjelasannya.
a. Terapi gen pada sel somatic
Terapi gena pada sel somatis (somatic gene therapy) yaitu usaha
mereparasi gen karena cacat bawaan dengan cara menyisipkan gene
normal ke organisme penderita, sebagai contoh kelainan
metabolisme. Langkah-langkah terapi gena sebagai berikut: sel
sumsum tulang (bone marrow) atau sel kulit diekstrasi (dikeluarkan)
dari tubuh pasien kemudian dipelihara dalam medium kultur untuk
perbanyakan. Kemudian disisipkan gen normal ke dalam DNA sel tadi
dengan rekayasa gena ini diharapkan dapat menyebabkan perubahan
genotipe sel yang semula cacat. Transgenesis untuk mengembalikan
rDNA tubuh pasien yang menderita cacat bawaan. Terapi gene sel
somatik dari sudut pandang sosial masih menimbulkan masalah pro
dan kontra. Masih dipertimbangkan dengan alasan karena risiko dan
keamanan.
b. Terapi Gena pada sel embrional
Terapi gena pada sel (Germ line gene therapy) yaitu usaha
mereparasi gena karena cacat bawaan, sebagai contoh kelainan
metabolisme. Langkah-langkah terapi gena sebagai berikut: misalnya
sumsum tulang (bone marrow) atau sel kulit diambil kemudian
keduanya dipelihara dalam medium kultur vektor ke dalam sel
hospes dengan menggunakan metode mikroinjeksi DNA ke sel telur
terbuahi diikuti dengan implantasi sel telur termanipulasi ke induk
titipan yang telah dipersiapkan. Pada tikus dengan induksi dapat
diperoleh 40 buah ova, namun sel telur yang dapat dibuahi sekitar 20
buah. 2 pl buffer yang mengandung klon plasmid DNA diinjeksikan ke
salah satu dari pronukleus sel telur terbuahi. Ada 2 buah pronukleus
dari jantan dan betina, pronukleus jantan lebih besar sehingga dipilih
untuk diinjeksi.
Pronuklei mengalami fusi kemudian terbentuklah zygote diploid.
Embryo ditumbuhkan pada medium in vitro, sampai pembelahan sel
tertentu. Kemudian diimplantasikan ke induk titipan. Antara 3 – 10 %
hewan yang berkembang mengandung kopi dari DNA eksogen yang
bersatu dengan kromosomnya

5. Produksi Antibiotik
Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme tertentu
dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme lain yang ada di
sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh dari jamur atau bakteri yang
diproses dengan cara tertentu. Dipelopori oleh Alexander Fleming dengan
penemuan penisilin dari Penicillium notatum. Penicillium chrysogenum
digunakan untuk mem-perbaiki penisilin yang sudah ada dengan mutasi
secara iradiasi ultra violet dan sinar X. Selain Penicillium chrysogenu,
beberapa mikroorganisme juga digunakan sebagai antibiotik, antara lain:
• Cephalospurium : penisilin N.
• Cephalosporium : sefalospurin C.
• Streptomyces : streptomisin, untuk pengobatan TBC
Produksi antibiotic dilakukan dalam skala besar pada tangki fermentasi
dengan ukuran besar. Sebagai contoh, penicillium chrysogenum
ditunbuhkan dalam 100.000 liter fermentor selama kurang lebih 200 jam.
Mula-mula suspense spora P.chrysogenum ditumbuhkan pada larutan
bernutrisi. Kultur diinkubasi selama 24 jam pada suhu 24◦ C dan
selanjutnya ditransfer ke tangki aerasi yang baik selama satu hingga dua
hari.

6. Produksi Vitamin dan asam amino


Vitamin merupakan faktor esensial bagi manusia. Beberapa dapat
diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme, dan digunakan sebagai
suplemen makanan. Misalnya, vitamin B12 dapat diproduksi sebagai
produk samping fermentasi antibiotik oleh Streptomyces. Vitamin B12 juga
diperoleh dari fermentasi Propionibacterium shermanii atau Paracoccus
denitrificans.
Riboflavin dapat dihasilkan dari fermentasi berbagai macam
mikroorganisme, misalnya bakteri Clostridium dan fungi Eremothecium
ashbyi atau Ashbya gossypii.
Lisin diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme, sehingga dapat
digunakan sebagai suplemen makanan bagi manusia dan sebagai bahan
tambahan pada sereal. Produksi lisin dari kerbohidrat menggunakan
Corynebacterium glutamicum
Asam glutamat (glutamic acid) dimanfaatkan sebagai monosodium
glutamat (MSG), bahan penyedap makanan. Asam L-glutamat dan MSG
dapat diproduksi melalui fermentasi fermentasi strain Brevibacterium,
Arthrobacter, dan Corynebacterium.
Kultur Corynebacterium glutamicum dan Brevibacterium flavum
digunakan untuk produksi MSG dalam skala besar. Proses fermentasi
memerlukan media glukosa-garam mineral dengan menambahkan urea
secara periodik sebagai sumber nitrogen selama proses fermentasi. Nilai
pH dijaga berkisar 6-8, dan temperatur berkisar 30ºC.

7. Produksi steroid
Hormon steroid sangat penting peranannya dalam dunia kesehatan.
Misalnya kortison dan steroid lainnya yang serupa diketahui dapat
digunakan untuk meredakan sakit dan mengurangi bengkak. Produksi
kortison dengan sintesis daria sam deoksiolat (deoxycholic acid) dan fungi
Rhizopus arrhizus menghidroksilasi progesteron membentuk steroid lain
dengan mengintroduksi oksigen pada posisi nomor 11 dan menghasilkan
11α-hidroksiprogresteron. Fungi Cunninghamella blakesleena juga dapat
menghidroksilasi steroid korteksolon (cortexolone) untu membentuk
hidrokortison dengan mengintroduksi oksigen pada posisi nomor 11

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
a. Bioteknologi farmasi merupakan penerapan dan pengembangan
bioteknologi dalam bidang farmasi/obat-obatan yang menunjang
perbaikan kesehatan makhluk hidup serta perawatan medis.
b. Arti penting bioteknologi farmasi yaitu merancang dan
memproduksi obat-obatan yang disesuaikan dengan genetik
masing-masing orang, mengembangkan obat-obatan khusus untuk
efek terapi yang maksimal dengan dosis yang tepat, memproduksi
vaksin yang lebih aman oleh organisme yang ditransformasi
melalui rekayasa genetik
c. Komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi dan
kedokteran dapat berupa bagian-bagian dari organisme yang
digunakan dalam menghasilkan produk atau jasa untuk
kepentingan penelitian atau pengembangan perawatan kesehatan
dan obatobatan
d. Contoh dari bioteknologi farmasi diantaranya pembuatan insulin,
antibody monoclonal, antibiotik, vaksin, steroid, vitamin dan
terapi gen.

2. Saran
Dari pembuatan makalah ini ada beberapa hal yang perlu diperbaiki
diantaranya mahasiswa harus selalu mengikuti perkembangan informasi
mengenai bioteknologi farmasi, hal ini dikarenakan ilmu bioteknologi
farmasi yang terus berkembang dan memunculkan teori atau cara baru.

DAFTAR PUSTAKA

Artama, W.T. (1990). Teknik Hibridoma untuk Porduksi Antibodi Monoklonal.


Makalah Kursus Immuno-bioteknologi. Yogyakarta: PAU UGM.

Betteng, R., Pangemanan, D., & Mayulu, N. 2014. Analisis Faktor Resiko
Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Ii
Puskesmas Wawonasa. Jurnal e-Biomedik, 2(2): 400-410.

Machmud, M., Harjosudarmo, Jumanto, Manzila, Ifa, & Suryadi, Yadi. 2004.
Pengembangan Teknik Produksi dan Aplikasi Antibodi Monoklonal
Ralstonia solanacerum. Kumpulan Makalah Seminar Hasil Penelitian
BBBiogen Tahun 2004.
Madigan, M.T., Martinko, J.M., Dunlap, P.V. and Clark, D.P. 2009. (published
February, 2008) Brock Biology of Microorganisms, 12th edition, Pearson
Benjamin-Cummings, San Francisco

Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Fakultas MIPA


Universitas Negeri Yogyakarta.

Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga

Smith, J. E. 2009. Biotechnology Fifth Edition. New York: Cambridge University


Press.

Sudjadi. 2008. Bioteknologi kesehatan. Yogyakarta: Kanisius

Thieman, W.J, Palladino, M.A. 2004. Introduction to Biotechnology. San


Fransisco: Pearson Benjamin Cummings

Anda mungkin juga menyukai