Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

MAKALAH

APLIKASI PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DI BIDANG


FARMASI DAN OBAT

OLEH :
KELOMPOK 3
LISNA (F201902007)
HAJJAH NINGSIH (F2019
I GUSTI KETUT PUTRA (F2019
HERMAN MAMAN

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA


1
KENDARI

2021

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Pengertian Bioteknologi.......................................................................................................6
B. Ruang Lingkup Kajian Bioteknologi Dibidang Farmasi......................................................7
C. Komponen Yang Terlibat Dalam Bidang Farmasi...............................................................9
D. Contoh Bioteknologi Dalam Bidang farmasi.....................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................23
KESIMPULAN..............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................24

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan

judul “Aplikasi Pengembangan Bioteknologi di Bidang Farmasi”.

Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.Baik itu yang

datang dari diri peyusun maupun yang datang dari luar.Namun dengan penuh kesabaran

dan terutama pertolongan Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.Penyusun

juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan

makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembaca.Walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 31 Oktober 2021


3
Kelompok 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bioteknologi merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan penggunaan


organisme hidup atau produknya dalam proses industri berskala-besar. Bioteknologi
mikroorganisme adalah aspek bioteknologi industri yang berhubungan dengan proses
yang melibatkan mikroorganisme. Aplikasi Bioteknologi mampu meningkatkan
kualitas suatu organisme dengan memodifikasi fungsi biologis suatu organisme
dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme
tersebut. Pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun
produk dari makhluk hidup melalui proses fermentasi untuk membuat produk
keperluan sehari-hari seperti roti, keju, bir dan anggur. Dibidang kesehatan,
penerapan bioteknologi telah menghasilkan produk-produk penting seperti antibiotik,
vaksin, hormon, diagnostika penyakit dan produk farmasi lainnya.
Innovasi dibidang pangan dan farmasi telah menunjukan potensi yang besar
bioteknologi untuk mengembangkan berbagai macam produk, rekayasa tanaman
tahan penyakit dan tahan perubahan iklim, pestisida alami, teknologi bioremediasi
untuk lingkungan, bahan- bahan farmasi terapitik, bahan kimia lain dan enzyme yang
dapat meningkatkan efisiensi produksi. Dalam bioteknologi farmasi hal utama yang
dihasilkan adalah suatu produk yang dapat digunakan sebagai obat untuk
meningkatkan kesehatan makhluk hidup.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bioteknologi ?
2. Bagaimana ruang lingkup kajian bioteknologi dibidang farmasi?
4
3. Apa saja komponen yang terlibat dalam bidang farmasi?
4. Apa saja contoh bioteknologi dalam bidang farmasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian bioteknologi .
2. Mengetahui ruang lingkup kajian bioteknologi dibidang farmasi
3. Mengetahui komponen apa saja yang terlibat dalam bioteknologi farmasi
4. Mengetahui contoh-contoh bioteknologi dalam bidang farmasi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bioteknologi

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk


hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Saat
ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi
juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi
molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai
cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan
tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir,
roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk
menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan
reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada masa lalu
dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun
masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna.
Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Pada
masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju.
Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal
rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakan sel
induk, kloning, dan lain-lain.

5
Penerapan bioteknologi pada masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian
lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang
tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun)
di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang
melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan
rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-
macam golongan.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme
melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi
biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau
merekayasa gen pada organisme tersebut.
B. Ruang Lingkup Bioteknologi Farmasi

Bioteknologi farmasi merupakan penerapan dan pengembangan


bioteknologi dalam bidang farmasi/obat-obatan yang menunjang perbaikan
kesehatan makhluk hidup.
Bioteknologi farmasi saling berhubungan dengan bioteknologi kedokteran
dimana dalam bioteknologi farmasi mengkaji beberapa organisme model (mencit,
tikus, ayam, yeast, lalat buah, cacing, dan zebrafish) untuk mengidentifikasi
penyakit genetik dan kesesuaian penggunaan terapi gen dalam mengetahui
keefektifan dan keamanannya sebelum melakukan tindak lanjut klinis pada
manusia.
Bioteknologi Farmasi memegang peranan penting dalam perkembangan
tindakan medis untuk pengobatan suatu penyakit. Thieman (2004) menjelaskan
bahwa umumnya teknik yang digunakan dalam bioteknologi kedokteran
menggunakan pendekatan molekular untuk mendeteksi penyakit genetik yang
berhubungan dengan ketidaknormalan kromosom dan kerusakan gen.

1. Bioteknologi Farmasi dan Keuntungan Kombinasinya


Ketika dua disiplin-farmasi dan bioteknologi-datang bersama-sama, mereka
menghasilkan banyak keuntungan bagi manusia dalam hal kesehatan. Hal ini
dimungkinkan melalui Pharmacogenomics (berasal dari 'farmakologi' dan
6
'genomics') yang merujuk kepada studi tentang bagaimana warisan genetik
mempengaruhi respon tubuh manusia individu untuk obat. Biofarmasi obat
bertujuan untuk merancang dan memproduksi obat-obatan yang disesuaikan
dengan genetik masing-masing orang. Dengan demikian perusahaan bioteknologi
farmasi dapat mengembangkan obat-obatan khusus dibuat untuk efek terapi yang
maksimal. Selain itu, obat-obatan bioteknologi dapat diberikan kepada pasien
dalam dosis yang tepat sebagai dokter akan tahu genetika pasien dan bagaimana
proses dan tubuh memetabolisme obat. Salah satu manfaat lebih dari bioteknologi
farmasi adalah dalam bentuk vaksin yang lebih baik. Biotek perusahaan desain dan
memproduksi vaksin yang lebih aman oleh organisme yang ditransformasi melalui
rekayasa genetik. Vaksin-vaksin biotek meminimalkan risiko infeksi.
2. Bioteknologi Farmasi Produk
Produk bioteknologi farmasi umum yang dibuat oleh perusahaan farmasi
biotek mencakup, Antibodi, Protein, dan DNA rekombinan Produk.
a. Antibodi- Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sel darah putih dan
digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasi bakteri, virus,
dan zat asing lain dan untuk melawan mereka. Dalam beberapa tahun terakhir,
antibodi monoklonal merupakan salah satu perkembangan yang paling menarik
dalam obat-obatan bioteknologi.
b. Protein- Protein dibuat dari asam amino yang besar, molekul kompleks yang
sebagian besar bekerja di sel dan diperlukan untuk struktur, fungsi, dan
regulasi dari jaringan tubuh dan organ. Protein bioteknologi yang muncul
sebagai salah satu teknologi kunci dari masa depan untuk memahami
perkembangan banyak penyakit seperti kanker atau formasi amiloid untuk
intervensi terapeutik yang lebih baik.

c. Rekayasa genetika adalah proses mengidentifikasi dan mengisolasi DNA dari


suatu sel hidup atau mati dan memasukkannya dalam sel hidup lainnya.
Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk
menghasilkan makhluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan. Rekayasa
genetika disebut juga pencangkokan gen atau rekombinasi DNA. Dalam
rekayasa genetika digunakan DNA untuk menggabungkan sifat makhluk
hidup. Hal itu karena DNA dari setiap makhluk hidup mempunyai struktur

7
yang sama, sehingga dapat direkombinasikan. Selanjutnya DNA tersebut akan
mengatur sifat-sifat makhluk hidup secara turun-temurun. Rekayasa Genetika
pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba
tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara,
meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan
makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk
menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika, serta Pembuatan insulin
manusia dari bakteri ( Sel pancreas yang mempu mensekresi Insulin digunting
, potongan DNA itu disisipkan ke dalam Plasmid bakteri ) DNA rekombinan
yang terbentuk menyatu dengan Plasmid diinjeksikan lagi ke vektor, jika
hidup segera di kembangbiaakan. Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika
adalah memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam nukleat dari
DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme
penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari
organisme apa saja. Pada proses rekayasa genetika organisme yang sering
digunakan adalah bakteri Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli dipilih
karena paling mudah dipelajari pada taraf molekuler.

Proses Rekayasa Genetika


Pada proses penyisipan gen diperlukan tiga faktor utama yaitu:

8
1. Vektor, yaitu pembawa gen asing yang akan disisipkan, biasanya berupa
plasmid, yaitu lingkaran kecil AND yang terdapat pada bakteri. Plasmid
diambil dari bakteri dan disisipi dengan gen asing.
2. Bakteri, berperan dalam memperbanyak plasmid. Plasmid di dalam tubuh
bakteri akan mengalami replikasi atau memperbanyak diri, makin banyak
plasmid yang direplikasi makin banyak pula gen asing yang dicopy sehingga
terjadi cloning gen.
3. Enzim, berperan untuk memotong dan menyambung plasmid. Enzim ini
disebut enzim endonuklease retriksi, enzim endonuklease retriksi yaitu enzim
endonuklease yang dapat memotong ADN pada posisi dengan urutan basa
nitrogen tertentu.

C. Komponen Yang Terlibat di Bidang Farmasi

Di dalam bioteknologi dilakukan rekayasa organisme atau komponen


organisme untuk menghasilkan barang dan jasa yang penting dan menguntungkan
bagi kehidupan manusia. Menurut Nurcahyo (2011:9), bioteknologi tidak lain
adalah suatu proses yang unsur-unsurnya sebagai berikut:

1. Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti; beras, anggur,
susu dsb.
2. Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses penguraian atau
penyusunan oleh agen hayati.
3. Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti; alkohol, enzim,
antibiotika, hormon, pengolahan limbah.

Bioteknologi farmas memegang peranan penting dalam pembuatan obat-


obatan serta perkembangan tindakan medis untuk pengobatan suatu penyakit.
Komponen bioteknologi farmasi dapat berupa bagian-bagian dari organisme yang
digunakan dalam menghasilkan produk atau jasa untuk kepentingan penelitian atau
pengembangan perawatan kesehatan dan obatobatan, misalnya:
1. Pembuatan antibody monoclonal
Pembuatan antibody monoclonal yang menggunakan komponen dari sel
gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan yang merupakan
bagian penting dari system kekebalan tubuh. Antibodi monoklonal dibuat
dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis sel yaitu limfosit B yang
memproduksi antibodi dengan sel kanker (sel mieloma) yang dapat hidup dan
membelah terus menerus. Hasil fusi antara sel limfosit B dengan sel kanker

9
secara in vitro ini disebut dengan hibridoma. Apabila sel hibridoma dibiakkan
dalam kultur sel, sel yang secara genetik mempunyai sifat identik akan
memproduksi antibodi sesuai dengan antibodi yang diproduksi oleh sel aslinya
yaitu sel limfosit B. Antibodi monoklonal merupakan senyawa yang homogen,
sangat spesifik dan dapat diperoleh dalam jumlah yang besar sehingga sangat
menguntungkan jika digunakan sebagai alat diagnostik untuk mendeteksi
bakteri patogen dan virus, serta untuk uji kehamilan (Ahmad, 2014:152).
2. Terapi gen
Terapi gena bertujuan untuk membetulkan kelainan metabolisme karena
bawaan sejak lahir dengan cara menyisipkan gen normal ke organisme
penderita. Biasanya tahapan meliputi; seleksi dan isolasi gen kemudian
pemeliharaan kultur lalu propagasi. Sel diekstrasi (dikeluarkan) dari tubuh
kemudian ditumbuhkan dalam medium kultur selanjutnya gennya dimanipulasi
dikembalikan ke pasien (penderita) yang jaringannya diambil, komponen yang
digunakan misalnya bone marrow atau sel kulit, karena keduanya dapat
dipelihara dalam medium kultur (Nurcahyo, 2011:105).
3. Somatostatin
Diproduksi dari hasil transplantasi gen eukariosit dari hipofisis manusia ke
gen E. coli. Hormon pertumbuhan pada manusia (humangrowth hormone) ini
diberikan kepada para penderita dwarfisme hipofisis dan berfungsi untuk
meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan; somatotropin, hormon yang juga
dikloning dari bakteri E Coli, digunakan sebagai hormon pertumbuhan,
pengobatan patah tulang, luka bakar, dan pendarahan di lambung (Smith,
2009).
4. Hormon Insulin
Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia.
Secara tradisional, insulin untuk pengobatan manusia diisolasi dari pancreas
sapi atau babi. Kemudian seiring perkembangan di bidang bioteknologi telah
terjadi perbaikan cara produksi insulin melalui rekayasa genetika. Melalui
DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak
pathogen. Produk hormone insulin manusia dapat dihasilkan melalui teknik

10
rekayasa genetika dengan teknologi plasmid. Hormone ini berfungsi mengubah
glukosa dalam darah menjadi glikogen (Sudjadi, 2008).

D. Contoh Bioteknologi Farmasi

Penerapan bioteknologi begitu luas dan telah dilakukan selama beratusratus


tahun mulai dari taraf sederhana sampai bioteknologi modern. Seiring
berkembangnya zaman dan pengetahuan, kini pemanfaatan bioteknologi tidak
hanya sekedar dalam bidang pangan saja, melainkan telah merambah pada bidang
farmasi yang tentunya disertai dengan penggunaan teknologi lebih canggih dan
menerapkan teknik rekayasa genetika. Berikut disajikan beberapa contoh dan
mekanisme penerapan bioteknologi dalam bidang farmasi.

1. Pembuatan Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel-sel beta yang
membentuk pulau sehingga disebut pulau langerhans di kelenjar pangkreas.
Pada awalnya terbentuk proinsulin yang molekulnya lebih besar daripada
insulin. Proinsulin tersimpan di pankreas hingga dibutuhkan tubuh. Ketika
proinsulin keluar ke peredaran darah, proinsulin diuraikan menjadi 2 bagian:
peptida penghubung dan hormon insulin aktif. Fungis utama hormon insulin
adalah menurunkan kadar glukosa di dalam sel. Teori yang ada mengatakan
bahwa seseorang ≥45 tahun memiliki peningkatan resiko terhadap terjadinya
diabetes dan intoleransi glukosa yang di sebabkan oleh faktor degeneratif yaitu
menurunya fungsi tubuh, khususnya kemampuan dari sel β dalam
memproduksi insulin untuk memetabolisme glukosa (Betteng et al., 2014).
Oleh karena itu diperlukan suatu teknik untuk memperoleh tambahan insulin.
Adanya teknik rekayasa genetika, maka bisa didapatkan hormon insulin dalam
jumlah yang banyak, insulin ini diperoleh dengan mencangkokkan gen
(transplantasi gen) yang mengkode insulin ke dalam plasmid bakteri. Proses
pembuatan insulin dengan teknik DNA recombinan adalah sebagai berikut;
a. Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel pankreas
manusia:
1. Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin
diekstrak dari sel pancreas. Kemudian enzim transcriptase
11
ditambahkan pada mRNA bersamaan dengan nukleotida penyusun
DNA.
2. Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk membentuk
DNA berantai tunggal.
3. DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
4. Enzim DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA rantai
tunggal menjadi ranati ganda, disebut DNA komplementer (cDNA),
yang merupakan gen penghasil insulin.
b. Melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara memotong
kromosom secara khusus menggunakan enzim retrikasi.
c. Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid dari sel
bakteri dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara itu, di dalam
serangkain tabung reaksi atau cawan petri, gen penghasil insulin manusia
dalam bentuk c- DNA disiapkan untuk dipasangkan pada plasmid yang
terbuka tersebut.
d. Memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula
ikatan yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase memperkuat
ikatan ini sehingga dihasilkan molekul DNA recombinan/plasmid
recombinan yang bagus.
e. Memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli. Di dalam sel
bakteri ini plasmid mengadakan replikasi
f. Mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat
menghasilkkan klon-klon bakteri yang mengandung plasmid recombinan
penghasil insulin. Melalui rekayasa genetika dapat dihasilkan E.coli yang
merupakan penghasil insulin dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang
singkat.

12
Gambar 2 Langkah-Langkah DNA Rekombinan pada Produksi Insulin

2. Pembuatan Antibodi Monoklonal


Produksi molekul Antibodi merupakan tanggungjawab dari klone-klone sel
limfosit B (sel plasma) yang masing-masing spesifik terhadap antigen.
Menurut teori klonal, adanya interaksi antara antigen dengan klone limfosit B
akan merangsang sel tersebut untuk berdiferensiasi dan berproliferasi sehingga
diperoleh sel yang mempunyai ekspresi klonal untuk memproduksi antibodi.
Produksi antibody monoklonal merupakan gabungan penerapan teknik
hibridoma dan kloning. Dengan berkembangnya teknologi dan pengetahuan
tentang molekul Ig, maka kini dikenal teknik hibridoma untuk tujuan
menghasilkan antibodi monoklonal dalam jumlah banyak dan tidak terbatas
oleh waktu dengan cara kloning. Teknik hibridoma adalah suatu teknik dengan

13
cara menggabungkan dua macam sel eukariot dengan tujuan mendapatkan sel
hibrid yang memiliki kemampuan kedua sel induknya. Pada hakekatnya
produksi antibodi monoklonal tetap mengikuti prinsip teori seleksi klonal
(Artama, 1990: 165). Pada dunia kesehatan, antibodi monoklonal ini dapat
digunakan untuk diagnosis kehamilan, uji golongan darah ABO, dan uji serum
(AIDS, Hepatitis). Prosedur produksi antibodi monoclonal sebagai berikut.
a. Antigen yang telah dimurnikan disuntikkan ke hewan percobaan
mencit (mice) untuk mendapatkan sel limfosit B yang spesifik.
b. Limpa (spleen) dikeluarkan dari tikus setelah lebih dulu dimatikan
dan dikerjakaan secara aseptis.
c. Sel limfosit B sebagai penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dari
limpa (spleen) dipisahkan dari eritrosit dan cairan limpa dengan
cara sentrifus (gradient centrfuge).
d. Sel penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dan selanjutnya
dikawinkan dengan sel myeloma (sel kanker) dalam media PEG
(polyethilene glycol) atau dapat juga dengan virus Sendai.
e. Sel hibrid yang diperoleh kemudian diseleksi dalam medium HAT
(hypoxanthine aminopterin thimidin), oleh karena tidak semua sel
hibrid yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan yakni sel
limfosit B dengan sel myeloma, akan tetapi dapat terjadi hibrid
antara sel limfosit B dengan sel limfosit B, atau sel myeloma
dengan sel myeloma.
f. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji untuk mengetahui
kemampuan menghasilkan Ab yang diharapkan, jika hasilnya pasti
maka sel tersebut dikultur (cloning) kemudian dipropagasi pada
kultur jaringan (bioreaktor) atau disuntikkan ke tikus (in vivo)
untuk produksi MAb atau dapat pula dibekukan untuk koleksi.
g. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji (assay) untuk mengetahui
kemampuan menghasilkan Ab yang diharapkan denngan
menggunakan kultur sel dan diuji antibodi.
h. Jika hasilnya pasti, maka sel tersebut kemudian dipropagasi dengan
menggunakan kultur jaringan dalam skala besar (bioreaktor) untuk

14
mendapatkan sel turunan yang sama persis dengan induknya
(cloning), atau disuntikkan ke tikus (in vivo) untuk produksi MAB,
atau dapat pula dibekukan untuk koleksi (stock cell culture).

3. Terapi Gen
Menurut Nurcahyo (2011), terapi gen adalah suatu teknik yang digunakan
untuk memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang bertanggung jawab
terhadap terjadinya suatu penyakit. Pada awalnya, terapi gen diciptakan untuk
mengobati penyakit keturunan (genetik) yang terjadi karena mutasi pada satu
gen, seperti penyakit fibrosis sistik. Penggunaan terapi gen pada penyakit
tersebut dilakukan dengan memasukkan gen normal yang spesifik ke dalam sel
yang memiliki gen mutan. Terapi gen kemudian berkembang untuk mengobati
penyakit yang terjadi karena mutasi di banyak gen, seperti kanker. Selain
memasukkan gen normal ke dalam sel mutan, mekanisme terapi gen lain yang
dapat digunakan adalah melakukan rekombinasi homolog untuk melenyapkan
gen abnormal dengan gen normal, mencegah ekspresi gen abnormal melalui
teknik peredaman gen, dan melakukan mutasi balik selektif sehingga gen
abnormal dapat berfungsi normal kembali. Secara garis besar ada dua macam
cara yang biasa digunakan untuk memasukkan gen baru ke dalam sel.
a. Terapi Gen Ex Vivo
Sel dari sejumlah organ atau jaringan (seperti kulit, system
hemopoietik, hati ) atau jaringan tumor dapat diambil dari pasien dan
kemudian dibiakkan dalam laboratorium. Selama pembiakkan, sel itu
dimasuki suatu gen tertentu untuk terapi penyakit itu. Kemudian diikuti
dengan reinfusi atau reimplementasi dari sel tertransduksi itu ke pasien.
Penggunaan sel penderita untuk diperlakukan adalah untuk meyakinkan
tidak ada respon imun yang merugikan setelah infuse atau transplantasi.
Terapi gen ex vivo saat ini banyak digunakan pada uji klinis,
kebanyakan menggunakan vector retrovirus untuk memasukkan suatu
gen ke dalam sel penerima.
b. Terapi Gen In Vivo

15
Organ seperti paru paru, otak, jantung tidak cocok untuk terapi gen ex
vivo, sebab pembiakan sel target dan retransplantasi tidak mungkin
dilakukan. Oleh karena itu terapi gen somatic, dilakukan dengan
pemindahan gen in vivo. Dengan kata lain dengan memberikan gen
tertentu baik secara lokal maupun sistemik. Penggunaan vector
retrovirus memerlukan kondisi sel target yang sedang membelah
supaya dapat terinfeksi. Akan tetapi, banyak jaringan yang merupakan
target terapi gen, sebagian besar selnya dalam keadaan tidak membelah.
Akibatnya, sejumlah strategi diperlukan baik penggunaan system vector
virus maupun non-virus untuk menghantarkan gen terapetik ke sel
target yang sangat bervariasi seperti kulit, otot, usus, liver dan sel
darah. Sistem penghantar gen in vivo yang ideal adalah efisiensi tinggi
masuknya gen terapetik dalam sel target. Gen itu dapat masuk ke inti
sel dengan sedikit mungkin terdegradasi, dan gen itu tetap terekspresi
walaupun ada perubahan kondisi Organ seperti paru paru, otak, jantung
tidak cocok untuk terapi gen ex vivo, sebab pembiakan sel target dan
retransplantasi tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu terapi gen
somatic, dilakukan dengan pemindahan gen in vivo. Dengan kata lain
dengan memberikan gen tertentu baik secara lokal maupun sistemik.
Penggunaan vector retrovirus memerlukan kondisi sel target yang
sedang membelah supaya dapat terinfeksi. Akan tetapi, banyak jaringan
yang merupakan target terapi gen, sebagian besar selnya dalam keadaan
tidak membelah. Akibatnya, sejumlah strategi diperlukan baik
penggunaan system vector virus maupun non-virus untuk
menghantarkan gen terapetik ke sel target yang sangat bervariasi seperti
kulit, otot, usus, liver dan sel darah. Sistem penghantar gen in vivo
yang ideal adalah efisiensi tinggi masuknya gen terapetik dalam sel
target. Gen itu dapat masuk ke inti sel dengan sedikit mungkin
terdegradasi, dan gen itu tetap terekspresi walaupun ada perubahan
kondisi.
4. Produksi Antibiotik

16
Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme tertentu dan
berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme lain yang ada di
sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh dari jamur atau bakteri yang diproses
dengan cara tertentu. Dipelopori oleh Alexander Fleming dengan penemuan
penisilin dari Penicillium notatum. Penicillium chrysogenum digunakan untuk
mem-perbaiki penisilin yang sudah ada dengan mutasi secara iradiasi ultra
violet dan sinar X. Selain Penicillium chrysogenu, beberapa mikroorganisme
juga digunakan sebagai antibiotik, antara lain:
• Cephalospurium : penisilin N
• Cephalosporium : sefalospurin C.
• Streptomyces : streptomisin, untuk pengobatan TBC
Produksi antibiotic dilakukan dalam skala besar pada tangki fermentasi
dengan ukuran besar. Sebagai contoh, penicillium chrysogenum ditunbuhkan
dalam 100.000 liter fermentor selama kurang lebih 200 jam. Mula-mula
suspense spora P.chrysogenum ditumbuhkan pada larutan bernutrisi. Kultur
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 24◦ C dan selanjutnya ditransfer ke tangki
aerasi yang baik selama satu hingga dua hari.

5. Produksi Vitamin dan asam amino


Vitamin merupakan faktor esensial bagi manusia. Beberapa dapat
diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme, dan digunakan sebagai
suplemen makanan. Misalnya, vitamin B12 dapat diproduksi sebagai produk
samping fermentasi antibiotik oleh Streptomyces. Vitamin B12 juga diperoleh
dari fermentasi Propionibacterium shermanii atau Paracoccus denitrificans.
Riboflavin dapat dihasilkan dari fermentasi berbagai macam
mikroorganisme, misalnya bakteri Clostridium dan fungi Eremothecium ashbyi
atau Ashbya gossypii.
Lisin diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme, sehingga dapat
digunakan sebagai suplemen makanan bagi manusia dan sebagai bahan
tambahan pada sereal. Produksi lisin dari kerbohidrat menggunakan
Corynebacterium glutamicum.

17
Asam glutamat (glutamic acid) dimanfaatkan sebagai monosodium
glutamat (MSG), bahan penyedap makanan. Asam L-glutamat dan MSG dapat
diproduksi melalui fermentasi fermentasi strain Brevibacterium, Arthrobacter,
dan Corynebacterium.
Kultur Corynebacterium glutamicum dan Brevibacterium flavum
digunakan untuk produksi MSG dalam skala besar. Proses fermentasi
memerlukan media glukosa-garam mineral dengan menambahkan urea secara
periodik sebagai sumber nitrogen selama proses fermentasi. Nilai pH dijaga
berkisar 6-8, dan temperatur berkisar 30ºC.

6. Produk Vaksin
Selain digunakan untuk memproduksi hormon maupun enzim, teknologi
DNA rekombinan juga digunakan untuk membuat vaksin. Pada aplikasi ini,
secara garis besar beberapa mikroorganisme digunakan untuk menghambat
kemampuan mikroorganisme patogen (penyebab penyakit). Mikrobia menjadi
suatu bibit penyakit dalam tubuh apabila mikrobia tersebut menghasilkan
senyawa toksik bagi tubuh manusia. Selain itu, bagian-bagian tubuh mikrobia
seperti flagel dan membran sel juga dapat menimbulkan penyakit. Hal ini
karena bagian-bagian tersebut kemungkinan terdiri dari protein asing bagi
tubuh. Senyawa dan protein asing ini disebut antigen.
Gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) diisolasi dari
mikrobia yang bersangkutan. Kemudian gen ini disisipkan pada plasmid
mikrobia yang sama, tetapi telah dilemahkan (tidak berbahaya). Mikrobia ini
menjadi tidak berbahaya karena telah dihilangkan bagian yang menimbulkan
penyakit, misal lapisan lendirnya. Mikrobia yang telah disisipi gen ini akan
membentuk antigen murni. Bila antigen ini disuntikkan pada manusia, sistem
kekebalan manusia akan membuat senyawa khas yang disebut antibodi.

18
Virus Hepatitis B

Virus hepatitis B (HVB), termasuk hepadnavirus, berukuran 42-nm double


stranded DNA virus dengan terdiri dari nucleocapsid core (HBc Ag) berukuran 27
mm, dikelilingi oleh lapisan lipoprotein di bagian luarnya yang berisi antigen
permukaan (HBsAg). HBsAg adalah antigen heterogen dengan suatu common
antigen. Tersebat di seluruh dunia; endemis dengan variasi musiman.
Bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain
darah dan produk darah, air ludah, cairan cerebrospinal, peritoneal, pleural, cairan
pericardial dan synovial; cairan amniotik, semen, cairan vagina, cairan bagian
tubuh lainnya yang berisi darah, organ dan jaringan tubuh yang terlepas.
Ditemukannya antigen e atau DNA virus menunjukkan bahwa titer virus dalam
tubuh orang tersebut tinggi dan tingkat penularan lebih tinggi pada cairan
tersebut.
Vaksin hepatitis B yang efektif sudah ada sejak tahun 1982. Ada dua jenis
vaksin hepatitis B yan diberi lisensi untuk dipakai di Amerika Serikat dan
Kanada. Kedua jenis vaksin tersebut aman dan mempunyai daya perlindungan
tinggi terhadap semua jenis subtipe HBV. Tipe pertama dibuat dari plasma
seseorang dengan HBsAg positif, tidak lagi diproduksi di Amerika Serikat tetapi
masih digunakan secara luas.
19
Tipe kedua dibuat dengan teknologi rekombinan DNA (rDNA); vaksin ini
dibuat dengan menggunakan sintesa HBsAg dengan menggunakan
Saccharomyces cerevisiae (ragi yang biasa dipakai untuk membuat kue), kedalam
ragi ini di insersi plasmida yang berisi gen HBsAg. Kombinasi imunoprofilaksis
pasif-aktif antara hepatitis B immunoglobulin (HBIG) dengan vaksin terbukti
dapat merangsang terbentuknya anti- HBs sebanding dengan vaksin yang
diberikan sendiri.

Gambar 2. Virus Hepatitis B


a) Tahapan pembuatan vaksin. Virus yang dilemahkan (imunisasi).
Untuk menghasilkan vaksin dibutuhkan HBsAg yang berasal dari virus
Hepatitis B, virus diperbanyak dalam medium tertentu sehingga nantinya
dihasilkan virus yang tidak menyebabkan penyakit namun mampu
merangsang sistem imun. Strain ini selanjutnya dikultur pada kondisi yang
sesuai dan virusnya diinaktifkan melalui pemanasan dan proses kimia.
Tahapan berikutnya virus yang telah dilemahkan ini diinjeksikan ke dalam
tubuh.

20
Vaksin DNA rekombinan

Vaksin hepatitis B yang diproduksi sel ragi rekombinan telah menjalani


pengujian keamanan, imunogenisitas dan evaluasi klinis. Hasil menunjukkan
bahwa vaksin ini aman, antigenik dan relatif bebas efek samping yang
merugikan, bahkan vaksin ini telah dilisensikan dan diproduksi diberbagai
negara. Salah satu keuntungan vaksin dari sel ragi dibanding dari plasma
yaitu siklus produksinya dapat dikurangi, dan konsistensi dari batch ke batch
lebih mudah diperoleh.

HBs Ag dilepaskan dari sel dengan homogeniser atau disruption


menggunakan glass bead. Pemurnian melalui tahap klarifikasi, ultrafiltrasi,
kromatografi dan ultrasentrifugasi serta diabsorbsi dengan alum hidroksida;
sebagai pengawet ditambahkan thiomerosal. Karakterisisasi partikel
dilakukan dengan membandingkan HBs Ag dari plasma antara lain meliputi
berat molekul, komposisi asam amino, densitas dalam CsC12 dan
sebagainya. Analisis imunologis menggunakan antibodi monoklonal
memperlihatkan vaksin dari plasma dan ragi mengandung epitop yang

21
berperan menginduksi antibodi setelah vaksinasi.

Vaksin Hepatitis B rekombinan ini berasal dari HepatitisB surface antigen


(HBsAg) yang diproduksi dalam sel yeast. Bagian virus yang mengkode
HBsAg dimasukkan kedalam yeast, dan selanjutnya dikultur. Antigen
kemudian dipanen dan dipurifikasi dari kultur fermentasi yeast
Saccharomyces cereviceae, antigen HBsAg mengandung gen adw subtype.
Proses fermentasi meliputi pertumbuhan Saccharomyces cereviceae pada
medium kompleks yang mengandung ekstrak Yeast, soy pepton, dextrose,
asam amino, dan garam mineral. Protein dilepaskan dari sel yeast melalui
pengrusakan sel kemudian dipurifikasi dengan metode fisika dan kimia.
Selanjutnya potein dimasukkan ke larutan buffer posfat dan formaldehid,
dipercepat dengan menggunakan alum (potassium aluminium sulfat). Vaksin
rekombinan ini memperlihatkan kesamaan dengan vaksin yang diperoleh
dari plasma darah.

Vaksin Hepatitis B rekombinan (Engerix-B).


Engerix-B merupakan DNA rekombinan yang dikembangkan dan dibuat
oleh perusahaan Glaxo Smith Kline. Biological. Mengandung antigen
permukaan virus Hepatitis B (HBsAg) yang telah dipurifikasi dan dikultur
dalam sel Saccharomyces cereviceae.

22
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat dismpulkan bahwa:


1. Bioteknologi farmasi merupakan penerapan dan pengembangan bioteknologi dalam
bidang farmasi/obat-obatan yang menunjang perbaikan kesehatan makhluk hidup serta
perawatan medis.
2. bioteknologi farmasi yaitu merancang dan memproduksi obat-obatan yang disesuaikan
dengan genetik masing-masing orang, mengembangkan obat-obatan khusus untuk efek
terapi yang maksimal dengan dosis yang tepat, memproduksi vaksin yang lebih aman
oleh organisme yang ditransformasi melalui rekayasa genetic
3. Komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi dan kedokteran dapat berupa bagian-
bagian dari organisme yang digunakan dalam menghasilkan produk atau jasa untuk
kepentingan penelitian atau pengembangan perawatan kesehatan dan obatobatan
4. Contoh dari bioteknologi farmasi diantaranya pembuatan insulin, antibody monoclonal,
antibiotik, vaksin, vitamin dan terapi gen.
5. Ada dua jenis vaksin hepatitis B yang diberi lisensi untuk dipakai di Amerika Serikat
dan Kanada Tipe pertama dibuat dari plasma seseorang dengan HBsAg positif, tidak
lagi diproduksi di Amerika Serikat tetapi masih digunakan secara luas. Tipe
kedua dibuat dengan teknologi rekombinan DNA (rDNA).

23
DAFTAR PUSTAKA

Artama, W.T. (1990). Teknik Hibridoma untuk Porduksi Antibodi Monoklonal. Makalah
Kursus Immuno-bioteknologi. Yogyakarta: PAU UGM.

Betteng, R., Pangemanan, D., & Mayulu, N. 2014. Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya

Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Ii Puskesmas Wawonasa. Jurnal e-

Biomedik, 2(2): 400-410.

Machmud, M., Harjosudarmo, Jumanto, Manzila, Ifa, & Suryadi, Yadi. 2004. Pengembangan

Teknik Produksi dan Aplikasi Antibodi Monoklonal Ralstonia solanacerum. Kumpulan

Makalah Seminar Hasil Penelitian BBBiogen Tahun 2004.

Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Fakultas MIPA Universitas Negeri
Yogyakarta.

Smith, J. E. 2009. Biotechnology Fifth Edition. New York: Cambridge University Press.

Sudjadi. 2008. Bioteknologi kesehatan. Yogyakarta: Kanisius

24

Anda mungkin juga menyukai