MAKALAH
OLEH :
KELOMPOK 3
LISNA (F201902007)
HAJJAH NINGSIH (F2019
I GUSTI KETUT PUTRA (F2019
HERMAN MAMAN
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Pengertian Bioteknologi.......................................................................................................6
B. Ruang Lingkup Kajian Bioteknologi Dibidang Farmasi......................................................7
C. Komponen Yang Terlibat Dalam Bidang Farmasi...............................................................9
D. Contoh Bioteknologi Dalam Bidang farmasi.....................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................23
KESIMPULAN..............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................24
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.Baik itu yang
datang dari diri peyusun maupun yang datang dari luar.Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.Penyusun
juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bioteknologi ?
2. Bagaimana ruang lingkup kajian bioteknologi dibidang farmasi?
4
3. Apa saja komponen yang terlibat dalam bidang farmasi?
4. Apa saja contoh bioteknologi dalam bidang farmasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian bioteknologi .
2. Mengetahui ruang lingkup kajian bioteknologi dibidang farmasi
3. Mengetahui komponen apa saja yang terlibat dalam bioteknologi farmasi
4. Mengetahui contoh-contoh bioteknologi dalam bidang farmasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bioteknologi
5
Penerapan bioteknologi pada masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian
lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang
tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun)
di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang
melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan
rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-
macam golongan.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme
melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi
biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau
merekayasa gen pada organisme tersebut.
B. Ruang Lingkup Bioteknologi Farmasi
7
yang sama, sehingga dapat direkombinasikan. Selanjutnya DNA tersebut akan
mengatur sifat-sifat makhluk hidup secara turun-temurun. Rekayasa Genetika
pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba
tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara,
meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan
makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk
menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika, serta Pembuatan insulin
manusia dari bakteri ( Sel pancreas yang mempu mensekresi Insulin digunting
, potongan DNA itu disisipkan ke dalam Plasmid bakteri ) DNA rekombinan
yang terbentuk menyatu dengan Plasmid diinjeksikan lagi ke vektor, jika
hidup segera di kembangbiaakan. Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika
adalah memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam nukleat dari
DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme
penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari
organisme apa saja. Pada proses rekayasa genetika organisme yang sering
digunakan adalah bakteri Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli dipilih
karena paling mudah dipelajari pada taraf molekuler.
8
1. Vektor, yaitu pembawa gen asing yang akan disisipkan, biasanya berupa
plasmid, yaitu lingkaran kecil AND yang terdapat pada bakteri. Plasmid
diambil dari bakteri dan disisipi dengan gen asing.
2. Bakteri, berperan dalam memperbanyak plasmid. Plasmid di dalam tubuh
bakteri akan mengalami replikasi atau memperbanyak diri, makin banyak
plasmid yang direplikasi makin banyak pula gen asing yang dicopy sehingga
terjadi cloning gen.
3. Enzim, berperan untuk memotong dan menyambung plasmid. Enzim ini
disebut enzim endonuklease retriksi, enzim endonuklease retriksi yaitu enzim
endonuklease yang dapat memotong ADN pada posisi dengan urutan basa
nitrogen tertentu.
1. Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti; beras, anggur,
susu dsb.
2. Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses penguraian atau
penyusunan oleh agen hayati.
3. Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti; alkohol, enzim,
antibiotika, hormon, pengolahan limbah.
9
secara in vitro ini disebut dengan hibridoma. Apabila sel hibridoma dibiakkan
dalam kultur sel, sel yang secara genetik mempunyai sifat identik akan
memproduksi antibodi sesuai dengan antibodi yang diproduksi oleh sel aslinya
yaitu sel limfosit B. Antibodi monoklonal merupakan senyawa yang homogen,
sangat spesifik dan dapat diperoleh dalam jumlah yang besar sehingga sangat
menguntungkan jika digunakan sebagai alat diagnostik untuk mendeteksi
bakteri patogen dan virus, serta untuk uji kehamilan (Ahmad, 2014:152).
2. Terapi gen
Terapi gena bertujuan untuk membetulkan kelainan metabolisme karena
bawaan sejak lahir dengan cara menyisipkan gen normal ke organisme
penderita. Biasanya tahapan meliputi; seleksi dan isolasi gen kemudian
pemeliharaan kultur lalu propagasi. Sel diekstrasi (dikeluarkan) dari tubuh
kemudian ditumbuhkan dalam medium kultur selanjutnya gennya dimanipulasi
dikembalikan ke pasien (penderita) yang jaringannya diambil, komponen yang
digunakan misalnya bone marrow atau sel kulit, karena keduanya dapat
dipelihara dalam medium kultur (Nurcahyo, 2011:105).
3. Somatostatin
Diproduksi dari hasil transplantasi gen eukariosit dari hipofisis manusia ke
gen E. coli. Hormon pertumbuhan pada manusia (humangrowth hormone) ini
diberikan kepada para penderita dwarfisme hipofisis dan berfungsi untuk
meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan; somatotropin, hormon yang juga
dikloning dari bakteri E Coli, digunakan sebagai hormon pertumbuhan,
pengobatan patah tulang, luka bakar, dan pendarahan di lambung (Smith,
2009).
4. Hormon Insulin
Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia.
Secara tradisional, insulin untuk pengobatan manusia diisolasi dari pancreas
sapi atau babi. Kemudian seiring perkembangan di bidang bioteknologi telah
terjadi perbaikan cara produksi insulin melalui rekayasa genetika. Melalui
DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak
pathogen. Produk hormone insulin manusia dapat dihasilkan melalui teknik
10
rekayasa genetika dengan teknologi plasmid. Hormone ini berfungsi mengubah
glukosa dalam darah menjadi glikogen (Sudjadi, 2008).
1. Pembuatan Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel-sel beta yang
membentuk pulau sehingga disebut pulau langerhans di kelenjar pangkreas.
Pada awalnya terbentuk proinsulin yang molekulnya lebih besar daripada
insulin. Proinsulin tersimpan di pankreas hingga dibutuhkan tubuh. Ketika
proinsulin keluar ke peredaran darah, proinsulin diuraikan menjadi 2 bagian:
peptida penghubung dan hormon insulin aktif. Fungis utama hormon insulin
adalah menurunkan kadar glukosa di dalam sel. Teori yang ada mengatakan
bahwa seseorang ≥45 tahun memiliki peningkatan resiko terhadap terjadinya
diabetes dan intoleransi glukosa yang di sebabkan oleh faktor degeneratif yaitu
menurunya fungsi tubuh, khususnya kemampuan dari sel β dalam
memproduksi insulin untuk memetabolisme glukosa (Betteng et al., 2014).
Oleh karena itu diperlukan suatu teknik untuk memperoleh tambahan insulin.
Adanya teknik rekayasa genetika, maka bisa didapatkan hormon insulin dalam
jumlah yang banyak, insulin ini diperoleh dengan mencangkokkan gen
(transplantasi gen) yang mengkode insulin ke dalam plasmid bakteri. Proses
pembuatan insulin dengan teknik DNA recombinan adalah sebagai berikut;
a. Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel pankreas
manusia:
1. Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin
diekstrak dari sel pancreas. Kemudian enzim transcriptase
11
ditambahkan pada mRNA bersamaan dengan nukleotida penyusun
DNA.
2. Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk membentuk
DNA berantai tunggal.
3. DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
4. Enzim DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA rantai
tunggal menjadi ranati ganda, disebut DNA komplementer (cDNA),
yang merupakan gen penghasil insulin.
b. Melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara memotong
kromosom secara khusus menggunakan enzim retrikasi.
c. Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid dari sel
bakteri dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara itu, di dalam
serangkain tabung reaksi atau cawan petri, gen penghasil insulin manusia
dalam bentuk c- DNA disiapkan untuk dipasangkan pada plasmid yang
terbuka tersebut.
d. Memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula
ikatan yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase memperkuat
ikatan ini sehingga dihasilkan molekul DNA recombinan/plasmid
recombinan yang bagus.
e. Memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli. Di dalam sel
bakteri ini plasmid mengadakan replikasi
f. Mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat
menghasilkkan klon-klon bakteri yang mengandung plasmid recombinan
penghasil insulin. Melalui rekayasa genetika dapat dihasilkan E.coli yang
merupakan penghasil insulin dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang
singkat.
12
Gambar 2 Langkah-Langkah DNA Rekombinan pada Produksi Insulin
13
cara menggabungkan dua macam sel eukariot dengan tujuan mendapatkan sel
hibrid yang memiliki kemampuan kedua sel induknya. Pada hakekatnya
produksi antibodi monoklonal tetap mengikuti prinsip teori seleksi klonal
(Artama, 1990: 165). Pada dunia kesehatan, antibodi monoklonal ini dapat
digunakan untuk diagnosis kehamilan, uji golongan darah ABO, dan uji serum
(AIDS, Hepatitis). Prosedur produksi antibodi monoclonal sebagai berikut.
a. Antigen yang telah dimurnikan disuntikkan ke hewan percobaan
mencit (mice) untuk mendapatkan sel limfosit B yang spesifik.
b. Limpa (spleen) dikeluarkan dari tikus setelah lebih dulu dimatikan
dan dikerjakaan secara aseptis.
c. Sel limfosit B sebagai penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dari
limpa (spleen) dipisahkan dari eritrosit dan cairan limpa dengan
cara sentrifus (gradient centrfuge).
d. Sel penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dan selanjutnya
dikawinkan dengan sel myeloma (sel kanker) dalam media PEG
(polyethilene glycol) atau dapat juga dengan virus Sendai.
e. Sel hibrid yang diperoleh kemudian diseleksi dalam medium HAT
(hypoxanthine aminopterin thimidin), oleh karena tidak semua sel
hibrid yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan yakni sel
limfosit B dengan sel myeloma, akan tetapi dapat terjadi hibrid
antara sel limfosit B dengan sel limfosit B, atau sel myeloma
dengan sel myeloma.
f. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji untuk mengetahui
kemampuan menghasilkan Ab yang diharapkan, jika hasilnya pasti
maka sel tersebut dikultur (cloning) kemudian dipropagasi pada
kultur jaringan (bioreaktor) atau disuntikkan ke tikus (in vivo)
untuk produksi MAb atau dapat pula dibekukan untuk koleksi.
g. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji (assay) untuk mengetahui
kemampuan menghasilkan Ab yang diharapkan denngan
menggunakan kultur sel dan diuji antibodi.
h. Jika hasilnya pasti, maka sel tersebut kemudian dipropagasi dengan
menggunakan kultur jaringan dalam skala besar (bioreaktor) untuk
14
mendapatkan sel turunan yang sama persis dengan induknya
(cloning), atau disuntikkan ke tikus (in vivo) untuk produksi MAB,
atau dapat pula dibekukan untuk koleksi (stock cell culture).
3. Terapi Gen
Menurut Nurcahyo (2011), terapi gen adalah suatu teknik yang digunakan
untuk memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang bertanggung jawab
terhadap terjadinya suatu penyakit. Pada awalnya, terapi gen diciptakan untuk
mengobati penyakit keturunan (genetik) yang terjadi karena mutasi pada satu
gen, seperti penyakit fibrosis sistik. Penggunaan terapi gen pada penyakit
tersebut dilakukan dengan memasukkan gen normal yang spesifik ke dalam sel
yang memiliki gen mutan. Terapi gen kemudian berkembang untuk mengobati
penyakit yang terjadi karena mutasi di banyak gen, seperti kanker. Selain
memasukkan gen normal ke dalam sel mutan, mekanisme terapi gen lain yang
dapat digunakan adalah melakukan rekombinasi homolog untuk melenyapkan
gen abnormal dengan gen normal, mencegah ekspresi gen abnormal melalui
teknik peredaman gen, dan melakukan mutasi balik selektif sehingga gen
abnormal dapat berfungsi normal kembali. Secara garis besar ada dua macam
cara yang biasa digunakan untuk memasukkan gen baru ke dalam sel.
a. Terapi Gen Ex Vivo
Sel dari sejumlah organ atau jaringan (seperti kulit, system
hemopoietik, hati ) atau jaringan tumor dapat diambil dari pasien dan
kemudian dibiakkan dalam laboratorium. Selama pembiakkan, sel itu
dimasuki suatu gen tertentu untuk terapi penyakit itu. Kemudian diikuti
dengan reinfusi atau reimplementasi dari sel tertransduksi itu ke pasien.
Penggunaan sel penderita untuk diperlakukan adalah untuk meyakinkan
tidak ada respon imun yang merugikan setelah infuse atau transplantasi.
Terapi gen ex vivo saat ini banyak digunakan pada uji klinis,
kebanyakan menggunakan vector retrovirus untuk memasukkan suatu
gen ke dalam sel penerima.
b. Terapi Gen In Vivo
15
Organ seperti paru paru, otak, jantung tidak cocok untuk terapi gen ex
vivo, sebab pembiakan sel target dan retransplantasi tidak mungkin
dilakukan. Oleh karena itu terapi gen somatic, dilakukan dengan
pemindahan gen in vivo. Dengan kata lain dengan memberikan gen
tertentu baik secara lokal maupun sistemik. Penggunaan vector
retrovirus memerlukan kondisi sel target yang sedang membelah
supaya dapat terinfeksi. Akan tetapi, banyak jaringan yang merupakan
target terapi gen, sebagian besar selnya dalam keadaan tidak membelah.
Akibatnya, sejumlah strategi diperlukan baik penggunaan system vector
virus maupun non-virus untuk menghantarkan gen terapetik ke sel
target yang sangat bervariasi seperti kulit, otot, usus, liver dan sel
darah. Sistem penghantar gen in vivo yang ideal adalah efisiensi tinggi
masuknya gen terapetik dalam sel target. Gen itu dapat masuk ke inti
sel dengan sedikit mungkin terdegradasi, dan gen itu tetap terekspresi
walaupun ada perubahan kondisi Organ seperti paru paru, otak, jantung
tidak cocok untuk terapi gen ex vivo, sebab pembiakan sel target dan
retransplantasi tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu terapi gen
somatic, dilakukan dengan pemindahan gen in vivo. Dengan kata lain
dengan memberikan gen tertentu baik secara lokal maupun sistemik.
Penggunaan vector retrovirus memerlukan kondisi sel target yang
sedang membelah supaya dapat terinfeksi. Akan tetapi, banyak jaringan
yang merupakan target terapi gen, sebagian besar selnya dalam keadaan
tidak membelah. Akibatnya, sejumlah strategi diperlukan baik
penggunaan system vector virus maupun non-virus untuk
menghantarkan gen terapetik ke sel target yang sangat bervariasi seperti
kulit, otot, usus, liver dan sel darah. Sistem penghantar gen in vivo
yang ideal adalah efisiensi tinggi masuknya gen terapetik dalam sel
target. Gen itu dapat masuk ke inti sel dengan sedikit mungkin
terdegradasi, dan gen itu tetap terekspresi walaupun ada perubahan
kondisi.
4. Produksi Antibiotik
16
Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme tertentu dan
berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme lain yang ada di
sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh dari jamur atau bakteri yang diproses
dengan cara tertentu. Dipelopori oleh Alexander Fleming dengan penemuan
penisilin dari Penicillium notatum. Penicillium chrysogenum digunakan untuk
mem-perbaiki penisilin yang sudah ada dengan mutasi secara iradiasi ultra
violet dan sinar X. Selain Penicillium chrysogenu, beberapa mikroorganisme
juga digunakan sebagai antibiotik, antara lain:
• Cephalospurium : penisilin N
• Cephalosporium : sefalospurin C.
• Streptomyces : streptomisin, untuk pengobatan TBC
Produksi antibiotic dilakukan dalam skala besar pada tangki fermentasi
dengan ukuran besar. Sebagai contoh, penicillium chrysogenum ditunbuhkan
dalam 100.000 liter fermentor selama kurang lebih 200 jam. Mula-mula
suspense spora P.chrysogenum ditumbuhkan pada larutan bernutrisi. Kultur
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 24◦ C dan selanjutnya ditransfer ke tangki
aerasi yang baik selama satu hingga dua hari.
17
Asam glutamat (glutamic acid) dimanfaatkan sebagai monosodium
glutamat (MSG), bahan penyedap makanan. Asam L-glutamat dan MSG dapat
diproduksi melalui fermentasi fermentasi strain Brevibacterium, Arthrobacter,
dan Corynebacterium.
Kultur Corynebacterium glutamicum dan Brevibacterium flavum
digunakan untuk produksi MSG dalam skala besar. Proses fermentasi
memerlukan media glukosa-garam mineral dengan menambahkan urea secara
periodik sebagai sumber nitrogen selama proses fermentasi. Nilai pH dijaga
berkisar 6-8, dan temperatur berkisar 30ºC.
6. Produk Vaksin
Selain digunakan untuk memproduksi hormon maupun enzim, teknologi
DNA rekombinan juga digunakan untuk membuat vaksin. Pada aplikasi ini,
secara garis besar beberapa mikroorganisme digunakan untuk menghambat
kemampuan mikroorganisme patogen (penyebab penyakit). Mikrobia menjadi
suatu bibit penyakit dalam tubuh apabila mikrobia tersebut menghasilkan
senyawa toksik bagi tubuh manusia. Selain itu, bagian-bagian tubuh mikrobia
seperti flagel dan membran sel juga dapat menimbulkan penyakit. Hal ini
karena bagian-bagian tersebut kemungkinan terdiri dari protein asing bagi
tubuh. Senyawa dan protein asing ini disebut antigen.
Gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) diisolasi dari
mikrobia yang bersangkutan. Kemudian gen ini disisipkan pada plasmid
mikrobia yang sama, tetapi telah dilemahkan (tidak berbahaya). Mikrobia ini
menjadi tidak berbahaya karena telah dihilangkan bagian yang menimbulkan
penyakit, misal lapisan lendirnya. Mikrobia yang telah disisipi gen ini akan
membentuk antigen murni. Bila antigen ini disuntikkan pada manusia, sistem
kekebalan manusia akan membuat senyawa khas yang disebut antibodi.
18
Virus Hepatitis B
20
Vaksin DNA rekombinan
21
berperan menginduksi antibodi setelah vaksinasi.
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Artama, W.T. (1990). Teknik Hibridoma untuk Porduksi Antibodi Monoklonal. Makalah
Kursus Immuno-bioteknologi. Yogyakarta: PAU UGM.
Betteng, R., Pangemanan, D., & Mayulu, N. 2014. Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya
Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Ii Puskesmas Wawonasa. Jurnal e-
Machmud, M., Harjosudarmo, Jumanto, Manzila, Ifa, & Suryadi, Yadi. 2004. Pengembangan
Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Fakultas MIPA Universitas Negeri
Yogyakarta.
Smith, J. E. 2009. Biotechnology Fifth Edition. New York: Cambridge University Press.
24