APLIKASI BIOTEKNOLOGI
PENDAHULUAN
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
1. Nuke Prastica Sekar Ayu (2215041003)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, makalah ini
bisa terlaksanakan dan terselesaikan tepat pada waktuny. Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak antara lain:
1. Panca Nugrahini F.N, S.T., M.T., selaku dosen pengampu mata kuliah Aplikasi Bioteknologi yang
telah memberi pemahanan mengenai segala macam hal yang berhubungan dengan mata kuliah Aplikasi
Bioteknologi.
2. Serta teman-teman yang telah mendukung dan memberi motivasi agar pembuatan makalah ini berjalan
dengan lancar.
Kami menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik dari segi penyusunan,
bahasa maupun penulisannya.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami menjadi bisa lebih baik.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan
dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi Bioteknologi akan mudah dengan memperhatikan diagram di atas. Ada tiga lingkaran dengan
masing masing bidang yaitu Biologi beririsan dengan bidang kedua yaitu kimia dan beririsan dengan
bidang ketiga yaitu engineering. Jika irisan biologi dan kimia disebut sebagai biokimia, sedangkan irisan
biologi dengan engineering disebut sebagai bio-engineering, sedangkan irisan antara kimia dan
enginering disebut sebagai kimia-engineering. Nah irisan ketiga bidang itulah yang disebut sebagai
BIOTEKNOLOGI. Jadi, Bioteknologi harus mencakup paling tidak ketiga bidang ilmu tersebut. Contoh
proses Bioteknologi:
1) Proses pembuatan Antibiotik yang dihasilkan oleh kapang, maka kapang sebagai penghasil antibiotik
harus difahami secara rinci oleh ahli biologi, bagaimana persyaratan tumbuh dan berkembangnya agar
dapat menghasilkan antibiotik secara optimal. Seperti antibiotik Penisilin dihasilkan oleh jamur
Penicillium notatum; Antibiotik sepalosporin C dihasilkan oleh jamur Cephalosporium; dan Antibiotik
Streptomisin dihasilkan oleh jamur Streptomyces griseus; masing-masing jamur memiliki karakteristik
biologis yang berbeda. Dari segi kimiawi, untuk meningkatkan produksi, dapat dilakukan pengendalian
faktor faktor pertumbuhannya, baik kenaikan suhu, kestabilan derajad keasaman, atau nutrisinya. Dari
ilmu engineeringsangat penting dalam mendesain proses produksi, recovery produk, mendesain
fermentor/ekstrasinya sehingga efisiensi dan optimaasi proses produksi antibiotik dapat dicapai.
2) Proses pembuatan yoghurt secara industri, Ahli biologi atau mikrobiologi harus memahami kultur yang
digunakan, kultur bakteri asam laktat harus dipilih yang benar benar optimal dalam proses konversi
laktosa menjadi asam laktat sehingga tercapai kadar asam laktat yang disyaratkan, yaitu mencapai kadar
0,5 – 0.9%, secara kimia atau biokimia harus disadari bahwa semakin tinggi kandungan laktosa dalam
bahan maka akan semakin banyak kadar asam laktat yang dihasilkan, yang berkontribusi pada flavour
yang terbentuk sehingga menghasilkan flavour yoghurt yang enak. Komponen-komponan flavor utama
yoghurt adalah kelompok asam, keton, aldehid, turunan furan, turunan ester, kandungan asetaldehide, dan
kandungan diacetil 1,4 butanediol harus tersedia untuk mendapatkan flavour yoghurt yang ideal. Untuk
menghasilkan yoghurt yang aman dikonsumsi dengan higienitas dan sanitasinya terjamin maka harus
dirancang proses pengemasannya dengan baik, cepat, dan tepat, maka dibutuhkan ahli engineering.
Semua proses itu dikerjakan secara terintegrasi dari berbagai bidang keilmuan dengan tujuan akhir untuk
kemaslahatan umat manusia. Oleh karena itu pendapat dari Federasi Bioteknologi Eropa melengkapi
definisi biotenologi yang cukup komprehensif dan terkinian. Asosiasi Bioteknologi Eropa atau Federasi
Bioteknologi Eropa (European Biotechnology Federation) mengemukakan bahwa Bioteknologi adalah
ilmu Pengetahuan yang mengintegrasikan penerapan antara ilmu biologi, kimia, engineering dengan
memanfaatkan mikroorganisme atau produk turunannya termasuk didalamnya sel-sel, bagian dalam sel,
misalnya enzim atau protein-protein hasil selulernya untuk kepentingan umat manusia dalam mencapai
kesejahteraan umat manusia (EBF 1996 dalam Hartmeir 1996). Definisi ini termasuk pengertian yang
sangat luas, aplikatif, dan sudah mencakup apa yang dipaparkan dari Dublin College University tersebut
di atas. Nampaknya walaupun didefinisikan oleh EBF pada tahun 1996, ternyata mampu mengantisipasi
kondisi baru dimasa yang akan datang. Kalau dikupas dari arti harfiahnya Bioteknologi berasal dari kata
Bio dan Teknologi. Bio terkait dengan organisme hidup, baik yang bersel tunggalsampai dengan jaringan
multiseluler yang sangat kompleks (organisme tingkat tinggi) yaitu tumbuhan, hewan dan bahkan
manusia. Sedangkan teknologi dapat diterjemahkan sebagai serangkaian metode atau cara yang akan
terapkan secara praktis dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi manusia dengan berbasis
pada science atau ilmu pengetahuan. Adapun menurut Habibie dalam buku ‘Teknolgi Tepat Guna,
Pengembangan dan Penerapannya[, menyampaikan bahwa ada tiga syarat untuk pengembangan teknologi
yaitu mutu produk, biaya murah dan tepat waktu. Muhammadi (2005) menyampaikan persyaratan
aplikasi teknologi yang dapat dimanfaatkan langsung kepada manusia harus memenuhi beberapa syarat
antara lain:
1) technologically manageable (teknologi dapat dikelola dengan baik), yaitu Teknologi yang digunakan
seharus dapat dikendalikan secara nyaman dan aman (tidak membahayakan);
2) economically profitable (Menguntungkan secara ekonomis) yaitu teknologi yang digunakan juga harus
memberikan keuntungan secara ekonomis;
3) socially acceptable (diterima secara sosial);
4) environmentally sustainable (ramah lingkungan), aplikasi teknologi baru harus tidak merusak
lingkungan atau dengan kata lain teknologi yang digunakan harus ramah lingkungan. Ke-empat kaidah ini
harus terpenuhi dalam penerapan teknologi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi
Bioteknologi itu adalah suatu ilmu terapan, gabungan dari berbagai disiplin ilmu yang memanfaatkan
agen biologis dalam suatu proses untuk menghasilkan barang atau jasa demi kemaslahatan umat manusia.
2.2 Sejarah Perkembangan Bioteknologi
Revolusi dalam ilmu biologi di awal abad yang lalu telah melahirkan suatu bidang ilmu, yaitu
bioteknologi. Bioteknologi membawa kita dari dunia industri proses dan kimiawi menuju ke dunia
rekayasa produk bahan alami. Sebagai salah satu bidang teknologi, bioteknologi menjanjikan serta
memiliki potensi yang besar dalam mengubah hidup kita. Dengan bioteknologi kita dapat hidup lebih
lama, mengurangi risiko terhadap penyakit, mengubah susunan genetika kita, merekayasa turunan kita
sendiri, maupun melestarikan lingkungan hidup kita.
Sebenarnya, bioteknologi bukanlah ilmu yang baru. Selama berabadabad, manusia telah melakukan
perekayasaan makhluk hidup secara efektif untuk memperbaiki hidup dan memecahkan berbagai masalah
mereka. Misalnya, dalam bidang pertanian untuk menghasilkan produk pangan. Walaupun ilmu pertanian
merupakan bidang yang lebih modern, teknik dasarnya telah diterapkan sejak zaman pra-sejarah. Transisi
dari hidup berburu ke bertani-menetap, membuat tanaman dan hewan ternak merupakan elemen penting
bagi kehidupan manusia. Tanaman dan hewan ternak telah dikembangbiakkan menjadi lebih baik melalui
kawin silang dan seleksi. Selanjutnya, pemanfaatan mikroorganisme untuk membuat produk pangan,
seperti keju dan roti. Penemuan proses fermentasi dahulu kala memungkinkan nenek moyang kita
membuat produk pangan dengan bantuan mikroba pengurai. Kemudian mereka juga menyadari bahwa
dengan mengutak-atik kondisi fermentasi, mereka dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas produk
tersebut. Dalam teknologi proses fermentasi, mikroba, seperti bakteri, yeast, dan jamur dicampurkan
dengan beberapa komponen bahan sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba tersebut. Selama
proses fermentasi bahan tersebut, mikroba memproduksi dua produk samping, yaitu gas karbon dioksida
dan alkohol, seperti pada pembuatan bir, koloni yeast mengurai pati dan gula (yang terkandung dalam
biji-bijian sereal) menjadi alkohol. Lapisan busa yang terdapat di bagian atas bir terbentuk akibat adanya
gas karbon dioksida yang dihasilkan oleh yeast. Dalam proses ini sel-sel yeast merombak unsur-unsur
kimia dari bahan alami menjadi produk baru yang dibutuhkan olehnya untuk hidup dan berkembang biak.
Melalui proses alami tersebut, terbentuklah minuman yang kemudian menjadi populer di masyarakat
barat. Pembuatan roti juga melibatkan suatu mikroorganisme seperti khamir. Adonan roti mengandung
sumber nutrien bagi pertumbuhan sel-sel khamir. Dari proses fermentasi nutrisi tersebut dihasilkan
alkohol, sebagai pemberi aroma pada roti, dan gas karbon dioksida, sebagai pengembang dan pemberi
tekstur rongga (sponge) pada roti.
Era bioteknologi modern lahir dari penemuan struktur DNA oleh Watson dan Crick, serta teknik DNA
rekombinan oleh Cohen dan Boyer. Diikuti dengan pengembangan kemampuan bakteri yang dapat
menerima gen asing, dan memproduksi protein dari organisme lain, termasuk dari manusia. Ciri
bioteknologi modern ini adalah kemampuan mengubah, bahkan merancang susunan materi genetika suatu
organisme, yang selanjutnya kita kenal dengan istilah populer, rekayasa genetika.
Bioteknologi telah dimulai sejak manusia mulai meningkatkan kualitas hidupnya dengan memanfaatkan
agen-agen biologi. Sejarah bioteknologi sebelum era teknologi maju diawali dengan ditemukannya proses
fermentasi bir dan pembuatan keju oleh masyarakat Mesir dan Sumeria pada sekitar tahun 2000 SM,
kemudian berkembang pada tahun 500 SM ditemukannya jamur penghasil antibiotik pada kedelai untuk
menangani infeksi. Masyarakat mesir kuno telah mengenal pemanfaatan mikroorganisme untuk
pembuatan bir, anggur, cuka, yogurt, dan lain-lain. Bahkan bangsa yunani kuno telah melakukan proses
bioteknologi dengan melakukan pemuliaan pada tanaman-tanaman dengan kualitas baik serta melakukan
ternak hewan-hewan yang potensial untuk dimanfaatkan oleh manusia. Perkembangan bioteknologi
kemudian semakin berkembang sejak ditemukannya mikroskop oleh ilmuwan Belanda, Zacharias
Jansshen, pada abad 16 dan ditemukannya sel oleh Robert Hooke dan bakteri oleh Antonii van
Leeuwenhoek pada abad 17. Penemuan vaksinasi small pox oleh Edward Jenner menjadi tonggak sejarah
perkembangan bioteknologi di bidang kesehatan. Pada abad 19, enzim dan protein mulai ditemukan dan
pada saat yang sama, salah satu bakteri penting dalam proses pengembangan antibiotik secara
bioteknologi, Escherichia coli, ditemukan. Suharto menemukan membagi Era perkembagan bioteknologi
ke dalam 5 era yaitu:
a. Era Pra Pasteur, sebelum tahun 1865, penggunaan teknik fermentasi menggunakan
mikroorganisme untuk menghasilkan produk.
b. Era Pasteur (1986-1940), pengembangan industri fermentasi untuk membuat etanol, butanol,
asam organik serta pengolahan limbah secara aerob.
c. Era Antibiotik (1940-1960), pembuatan penisilin yang digunakan pada saat tentara Amerika di
Normandy melakukan perang dunia kedua, vaksin virus, teknologi kultur sel hewan, teknologi
fermentasi media cair, dan transformasi steorid.
d. Era Pasca Antibiotik (1960-1975), isolasi asam-asam amino, eludasi struktur DNA, protein sel
tunggal, enzim, protein sel tunggal, biogas, dan teknologi DNA rekombinan.
e. Era Bioteknologi Modern (1975-sekarang), penggunaan rekayasa genetika, zat antibodi
monoklonal, produksi hormon, dan lain-lain.
Perkembangan dan kemajuan bioteknologi tidak dapat dilepaskan dari kemajuan ilmu-ilmu lainnya
seperti mikrobiologi, biokimia, biologi molekuler, dan genetika. Bioteknologi modern terlahir diawali
dengan inovasi para ilmuwan untuk mengembangkan teknologi DNA rekombinan. Perusahaan
bioteknologi pertama di dunia, Genetech, di Amerika Serikat berhasil memproduksi protein hormon
insulin rekombinan yang diintroduksikan ke dalam sel bakteri E. coli menggunakan teknologi DNA
rekombinan. Bioteknologi molekuler berperan dalam proses memanipulasi organisme pada taraf seluler
dan molekuler.
Verma et al. (2011) membagi tahapan perkembangan bioteknologi ke dalam tiga tahapan atau kategori
yang berbeda yaitu bioteknologi kuno, bioteknologi klasik, dan bioteknologi modern (Gambar 114).
a. Bioteknologi Kuno (sebelum – 1800) Sebagian besar perkembangan bioteknologi dimasa kuno terjadi
sebelum tahun 1800. Jika melihat semua perkembangan bioteknologi di masa kuno, sebagian besar
penemuan diperoleh berdasarkan pengamatan umum tentang alam yang dapat digunakan untuk kehidupan
manusia pada saat itu. Makanan, pakaian, dan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar manusia yang
paling penting, terlepas pada masa apa pun manusia tersebut hidup. Satusatunya yang berbeda adalah era
dimana mereka berasal. Makanan telah menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan sejak keberadaan
manusia. Pada awalnya, manusia memakan daging mentah kapanpun mereka menemukan hewan mati,
namun akibat perubahan lingkungan, mereka mengalami kekurangan makanan. Pepatah lama mengatakan
bahwa “kebutuhan adalah ibu dari semua penemuan”. Pada masa bioteknologi kuno, manusia
mengeksplorasi kemungkinan untuk membuat makanan tersedia dengan cara menumbuhkannya didekat
tempat tinggal mereka sehingga kebutuhan dasar untuk makanan dapat dipenuhi dengan mudah. Pada
masa itu, manusia membawa bibit tanaman (sebagian besar biji-bijian) dan menaburkan bibit tersebut
disekitar tempat tinggalnya. Seiring dengan kebutuhan dan pengetahuan untuk membudidayakan
tanaman, manusia mulai memahami pentingnya air, cahaya, dan persyaratan lainnya yang dibutuhkan
tanaman agar tumbuh dengan optimal. Prinsip kebutuhan yang sama juga mendorong manusia untuk
memulai domestikasi pada hewan liar untuk membantu dan memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Pada masa ini, kebiasaan manusia untuk berburu dan mengumpulkan makanan telah hilang karena
domestikasi menjadikan hewan buruan menjadi lebih dekat dan mengurangi resiko selama proses
perburuan. Domestikasi hewan liar adalah awal dari observasi, implikasi, dan aplikasi pemuliaan hewan.
Perkembangan ini diiringi juga dengan perkembangan pengetahuan manusia untuk mengembangkan
metode pengawetan dan penyimpanan makanan. Manusia menggunakan gua-gua yang dingin untuk
menyimpan makanan pada jangka yang panjang dan proses ini menjadi jalan bagi evolusi tempat-tempat
penyimpanan produk makanan.
Setelah teknologi penyimpanan berkembang, manusia beralih pada penemuanpenemuan baru seperti keju,
yoghurt, dan lain-lain. Ragi merupakan salah satu mikroba tertua yang telah digunakan untuk kepentingan
manusia untuk membuat roti, produksi cuka, dan produk fermentasi lainnya termasuk minuman
beralkohol. Cuka yang ditemukan memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
tertentu dan oleh karena itu, cuka juga sukses digunakan sebagai bahan pengawetan makanan. Penemuan
dan manfaat dari proses ini mengarahkan manusia pada masa itu untuk menciptakan perbaikan lebih
lanjut pada proses dan produk. Fermentasi merupakan cara yang sangat baik untuk memperbaiki kondisi
kehidupan manusia pada masa itu karena menghasilkan banyak produk baru, meskipun mereka tidak
paham tentang prinsip dibalik proses fermentasi.
b. Bioteknologi Klasik
Tahapan kedua perkembangan bioteknologi disebut dengan bioteknologi klasik. Tahapan ini terjadi dari
tahun 1800 hingga hampir pertengahan abad ke dua puluh. Selama periode ini, berbagai variasi hasil
observasi dengan bukti-bukti ilmiah mulai bermunculan dan sangat membantu untuk memecahkan
pertanyaan- pertanyaan bioteknologi. Masing-masing penemuan membuka jalan bagi penemuan-
penemuan baru. Dasar-dasar transfer informasi genetik merupakan inti dari bioteknologi. Penemuan ini
pertama kalinya dikemukakan oleh Gregor john Mendel (1822- 1884), biarawan Augustinian Austria,
pada tumbuhan Pisum sativum (Gambar 116). Mendel pada waktu itu mempresentasikan hukum pola
pewarisan sifat pada forum Natural Science Society di Burn, Austria. Mendel menyatakan bahwa terdapat
unit internal genetik yang tidak terlihat tetapi menjadi faktor penentu pewarisan sifat yang disebut dengan
gen. Namun pada masa itu, para ilmuwan kurang tertarik dengan hasil penelitian yang diuraikan oleh
Mendel hingga 34 tahun setelah kematiannya, ilmuwan lain seperti Hugo de Vries, Erich Von Tschermak,
dan Carl Correns memvalidasi karya mendel pada tahun 1900.
Alasan mengapa pada masa itu penelitian Mendel tidak mendapat perhatian adalah karena pada masa itu
Teori Evolusi Charles Darwin begitu menyita perhatian publik sehingga menutupi pentingnya pekerjaan
yang telah dilakukan oleh Mendel. Pada masa yang sama, Robert Brown menemukan inti sel, sementara
pada tahun 1868, Fredich Miescher, ilmuwan asal Swiss menemukan nukein, yaitu senyawa yang terdiri
dari asam nukleat yang diekstrak dari sel nanah yaitu sel darah putih. Kedua penemuan ini menjadi dasar
perkembangan biologi molekuler modern untuk menemukan DNA sebagai materi genetik dan peran DNA
dalam transfer informasi genetik. Pada tahun 1881, Robert Koch, seorang dokter asal Jerman
menggambarkan koloni bakteri yang tumbuh dari irisan kentang (medium pada mikroba pertama). Walter
Hesse, salah satu rekan kerja Robert Koch, menemukan agar-agar setelah melihat jeli yang selalu padat
bahkan suhu tinggi di musim panas. Nutrien yang menjadikan jeli memadat kemudian menjadi media
pertama yang paling dapat diterima untuk membuat kultur mikroba murni sehingga mikroba dapat
diidentifikasi.
Pada tahun 1888, Heinrich Wilhem Gottfried Von Waldeyer-Hart, ilmuwan Jerman, menetapkan istilah
kromosom, sebagai struktur yang terorganisir dari DNA dan protein yang ada di dalam sel. Penemuan
penting selama periode ini adalah dikembangkannya vaksin terhadap cacar dan rabies oleh Edward
Jenner (Gambar 117), dokter Inggris dan Louis Pasteur, ahli biologi Prancis.
Pada saat ini, perkembangan ilmu biologi telah mencapai fase ekspoensial. Johannsen memberikan istilah
“genotip” dan “fenotip”. Genotip menggambarkan konstitusi genetik yang terdapat pada suatu organisme
sedangkan fenotip menggambarkan tampilan organisme yang sebenarnya. Pada saat ini, genetika telah
mendapatkan perhatian masyarakat luas dan dianggap sebagai ilmu yang sangat penting. Pada saat itu, di
Amerika Serikat dimulai gerakan Eugenic (perlakuan yang mengarah kepada peningkatan kualitas
genetik) pada tahun 1924, akibatnya pada tahun tersebut, Undang-Undang Imigrasi Amerika Serikat
digunakan untuk membatasi masuknya imigran dari wilayah Selatan dan Timur Eropa atas dasar
rendahnya kualiatas genetiknya.
Pada tahun 1928, Alexander Fleming (Gambar 118), seorang dokter berkebangsaan inggris, menemukan
senyawa antibiotik ketika mengamati satu mikroorganisme dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme yang lain. Fleming melihat bahwa semua bakteri
(Staphylococcus) mati ketika dalam medium yang sama terdapat jamur yang tumbuh. Fleming
menyimpulkan bahwa penisilin merupakan zat toksin antibakteri yang berasal dari jamur Penicillium
notatum, dapat digunakan sebagai obat untuk melawan banyak penyakit menular yang diakibatkan oleh
bakteri.
c. Bioteknologi Modern
Perang dunia kedua menjadi faktor penghambat utama berkembangnya ilmu pengetahuan. Setelah
berakhirnya perang dunia kedua, beberapa penemuan yang sangat penting dilaporkan dan membuka jalan
bagi bioteknologi modern. Pada tahun 1953, Watson & Crick untuk pertama kalinya melaporkan model
struktur DNA yang dikenal dengan model rantai ganda DNA (Gambar 119). Model ini mampu
menjelaskan berbagai fenomena terkait dengan replikasi DNA dan peran DNA dalam pewarisan sifat.
Pada tahun 1961, Jacob dan Monad memperkenalkan konsep operon, sementara Kohler dan Milestein
pada tahun 1975 memperkenalkan prinsip hibridisasi sitoplasma dan menghasilkan antibodi monoklonal
pertama yang telah merevolusi prosedur diagnostik.
Dr. Hargobind Khorana mampu mensintesis DNA pertama di dalam tabung reaksi sementara Karl Mullis
mampu memperkuat temuan Khorana dengan mengamplifikasi DNA hingga ribuan kali lebih banyak
daripada jumlah DNA template yang tersedia (Gambar 120). Dengan memanfaatkan penemuan ini, para
ilmuwan mampu memasukkan DNA asing ke sel inang lain dan bahkan mampu memantau introduksi
DNA dari generasi ke generasi berikutnya. Ian Wilmut, seorang ilmuwan Irlandia berhasil mengkloning
mamalia dengan menggunakan domba sebagai model dan menamai domba hasil kloning tersebut dengan
nama “Dolly”. Craig Venter pada tahun 2000 mampu menskuensing genom manusia dan genom manusia
pertama yang dianalisis adalah genom Watson dan Graig Venter. Penemuan ini memiliki implikasi dan
aplikasi yang tidak terbatas. Pada tahun 2010, Craig Venter menemukan bahwa genom sintetis dapat
bereplikasi secara otonom.
Bioteknologi modern tidak dapat terlepas dari aplikasi metode mutakhir yang telah ditemukan pada tahap
bioteknologi kuno, klasik, dan modern seperti:
a. Kultur Jaringan. Konsep dasar dari kultur jaringan adalah totipotensi sel. Keuntungan teknik ini adalah
sifat tanaman yang identik dengan induknya dan perbanyakan lebih cepat.
b. Analisis genetik. Analisis geneitk mempelajari sifat dan karakter gen yang diwariskan dari generasi ke
generasi serta interaksi antara gen dengan lingkungannya untuk menghasilkan suatu fenotip.
c. Manipulasi organisme. Manipulasi mikroba, tanaman, atau hewan dan pemilihan individu yang
diinginkan untuk perbaikan generasi yang baru.
d. Analisis DNA. Analisis DNA merupakan proses pengambilan DNA atau RNA dari organisme melalui
tahapan isolasi DNA, polymerase chain reaction, elektroforesis, dan analisis hasil yang dibantu oleh
software bioinformatika.
e. Teknologi DNA rekombinan. Teknologi DNA rekombinan merupakan metode untuk merekayasa
genetik suatu organisme dengan mengintroduksikan gen yang interes ke dalam suatu organisme.
f. Polymerase Chain Reaction. PCR merupakan teknik amplifikais atau penggandaan gen target dengan
menggunakan primer spesifik untuk inisiasi. PCR bekerja berdasarkan prinsip replikasi DNA.
g. Hibridoma. Hibridoma merupakan metode untuk menggabungkan dua jenis sel dengan tujuan
mendapatkan hibrid yang memiliki kemampuan dari kedua sel sebelumnya.
h. Kloning. Kloning merupakan metode menghasilkan keturunan yang dikehendaki identik dengan sel
induknya.
i. Hibridisasi DNA. Hibridisasi DNA merupakan metode untuk menyeleksi sekuen DNA dengan
menggunakan probe DNA rantai tunggal untuk proses hibridisasi rantai ganda DNA.
j. Sekuensing DNA. Sekuensing DNA adalah proses pembacaan urutan basa nukleotida gen interes.
1. Fisiologi
Fisiologi, yang juga dikenal dengan ilmu faal, merupakan cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi
dan kegiatan kehidupan atau zat hidup (organ, jaringan, atau sel). Ilmu fisiologi menggunakan tahapan
dan langkah serta berbagai macam metode untuk dapat mempelajari sebuah sel lalu biomolekul kemudian
organ dan jaringan. Selain itu, fisiologi juga mempelajari organisme dan sebuah sistem organ secara
merata dan keseluruhan untuk menjalankan fungsi fisik serta zat kimiawinya agar mendukung sebuah
kehidupan.
2. Mikrobiologi
Mikrobiologi merupakan cabang biologi yang mempelajari tentang mikroba atau jasad renik.
Pengetahuan tentang sifat-sifat dan struktur mikroba mendukung kemajuan bioteknologi. Seperti bakteri
Thermus aquaticus yang dapat tumbuh dan toleran terhadap suhu tinggi. DNA polimerase dari bakteri ini
tidak rusak dan hancur pada suhu tinggi hingga 100ᴼC, sehingga dapat dimanfaatkan pada teknik
amplifikasi DNA menggunakan mesin PCR (Polymerase Chain Reaction).
3. Biologi Sel
Biologi sel merupakan cabang biologi yang mempelajari tentang sifat-sifat dan struktur sel. Pengetahuan
mengenai sifat protoplasma suatu sel yang dapat berfusi atau bergabung dengan protoplasma sel lain pada
spesies yang sama maupun berbeda, bermanfaat bagi aplikasi fusi sel untuk meningkatkan keragaman
hayati. Fusi sel tersebut dapat dilakukan pada sel tanaman kedelai dengan jagung, serta sel tanaman
kedelai dengan kacang kapri. Contoh lainnya adalah pengetahuan mengenai sifat totipotensi pada sel-sel
tanaman bermanfaat untuk kultur jaringan. Totipotensi merupakan kemampuan sel-sel tanaman untuk
berdiferensiasi dan tumbuh menjadi berbagai organ dan membentuk tanaman yang baru.
4. Genetika
Genetika merupakan cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat-sifat genetik makhluk hidup dari
suatu generasi ke generasi berikutnya. Pemahaman mengenai bentuk dan karakteristik materi pewaris
sifat, yaitu DNA (gen) akan membantu percepatan kemajuan bioteknologi. Tanaman transgenik tomat
yang tahan disimpan lama, insulin manusia yang disintesis dari bakteri Escherichia coli dan lainnya
merupakan penerapan ilmu genetika dalam bioteknologi.
5. Biokimia
Biokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari struktur dan fungsi komponen selular, seperti
protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya. Ilmu ini juga mempelajari berbagai
proses pada organisme mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Biokimia menganggap hidup
adalah kimia, gejala hidup adalah gejala kimia dan proses-proses hidup diselenggarakan atas dasar reaksi
dan peristiwa kimia.
6. Imunologi
Imunologi mempelajari semua aspek sistem imun (kekebalan tubuh) dalam merespons atau melawan
mikroorganisme atau unsur asing penyebab penyakit (seperti virus, bakteri, dan toksin dari bakteri),
termasuk struktur dan fungsi sistem imun, kegagalan pada sistem imun, imunisasi, dan transplantasi organ
tubuh. Semenjak Edward Jenner memperkenalkan vaksin dalam mencegah penyakit cacar di tahun 1796,
pemahaman kita tentang imunologi berkembang pesat, antara lain tentang peranan mikroba dalam
menimbulkan penyakit, interaksi sel pembentuk antibodi dan antigen, serta implikasi dari sistem imun
mulai disadari. Antigen, seperti bakteri berikut toksinnya, memicu pembentukan antibodi dalam darah
setelah adanya serangan penyakit infeksi. Riset terhadap AIDS sangat intensif dilakukan untuk
mengetahui mekanisme defisiensi sistem imun, serta penyakit-penyakit yang timbul karena autoimun,
seperti rheumatoid, arthritis, lupus erythematosis, yang terjadi karena reaksi pertahanan tubuh yang
berlebihan terhadap komponen miliknya sendiri.
7. Teknologi Bioinformatika dan Biologi Komputasi
Teknologi bioinformatika mengembangkan algoritma, teknik komputasi dan statistika untuk mengelola
dan menganalisis data biologi dalam menghasilkan sebuah informasi, sedangkan biologi komputasi
melakukan simulasi data biologi berdasarkan asumsi-asumsi dalam mengembangkan pengetahuan biologi
untuk menghasilkan sebuah hipotesis. Dengan teknologi ini kita dapat menganalisis atau mengetahui
komposisi molekul pada untai DNA maupun sistem biologi suatu organisme yang berhubungan dengan
materi genetik. Kita juga dapat mengetahui apakah gen yang baru diidentifikasi mirip dengan gen-gen
terdahulu yang telah kita teliti sebelumnya, atau yang ada di dalam database, seperti GenBank, EMBL,
dan SWISS-PROT. Dengan demikian, riset-riset bioteknologi dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan
akurat. Teknologi bioinformatika sangat berjasa dalam proyek genom manusia, yang berhasil
membukukan tiga miliar pasangan basa nukleotida dalam sistem DNA manusia. Beberapa penelitian yang
memanfaatkan teknologi bioinformatika antara lain adalah pencarian gen target, perkiraan struktur
protein, merakit genom dan struktur protein, perkiraan ekspresi suatu gen, model evolusi suatu organisme,
pengukuran keragaman hayati pada spesies, serta analisis sel yang bermutasi dalam sel kanker.
8. Teknologi Antibodi Monoklonal
Teknologi antibodi monoklonal menggunakan sel-sel sistem imunitas yang membuat protein yang disebut
antibodi. Sistem kekebalan kita tersusun dari sejumlah tipe sel yang bekerja sama untuk melokalisir dan
menghancurkan substansi yang dapat memasuki tubuh kita. Tiap tipe sel mempunyai tugas khusus.
Beberapa dari sel tersebut dapat membedakan komponen dari sel tubuh sendiri (self) dan sel-sel asing
(nonself). Salah satu dari sel-sel yang cerdik ini adalah sel limfosit B yang mampu menanggapi masuknya
substansi asing dengan cara menghasilkan antibodi. Antibodi akhirnya akan mengikat substansi asing
dengan keakuratan yang luar biasa.
Dengan mengetahui cara kerja antibodi, maka kita dapat memanfaatkannya untuk keperluan deteksi,
kuantitasi dan lokalisasi. Pengukuran dengan pendeteksian menggunakan teknologi ini relatif cepat, lebih
akurat, dan lebih peka karena ketepatannya yang tinggi. Teknologi antibodi monoklonal saat ini telah
digunakan untuk deteksi kehamilan, alat diagnosis berbagai penyakit infeksi, dan deteksi sel-sel kanker.
Pada akhirnya juga diharapkan agar teknologi ini tidak hanya dapat digunakan untuk deteksi kanker,
tetapi juga untuk mengobati berbagai jenis kanker dengan menggandengkan radioisotop atau senyawa
sitotoksik pada antibodi khusus yang mengenali sel-sel kanker. Oleh karena ketepatannya yang tinggi
maka teknologi ini dapat digunakan untuk membunuh sel kanker tanpa mempengaruhi sel-sel yang sehat
di sekitarnya. Selain kegunaannya untuk sistem diagnosis pada manusia, teknologi ini juga banyak
dipakai untuk mendeteksi penyakit-penyakit pada tanaman dan hewan, kontaminasi pangan dan polutan
lingkungan.
9. Teknologi Sel dan Kultur Jaringan Teknologi sel dan kultur jaringan adalah teknologi yang
memungkinkan kita menumbuhkan sel atau jaringan dalam nutrien yang sesuai di laboratorium.
a. Kultur sel tanaman Kultur sel dan jaringan tanaman merupakan aspek yang sangat penting dalam
bioteknologi tanaman. Teknologi ini berlandaskan pada kemampuan unik sel-sel atau jaringan
tanaman untuk menghasilkan tanaman multiselular dari satu sel tunggal yang dapat
berdiferensiasi (totipotensi). Rekayasa genetika tanaman pada umumnya dilakukan pada taraf
satu sel tunggal. Jika satu sel daun direkayasa agar membawa sifat yang menguntungkan,
misalnya membawa sifat resisten pada serangga maka sel tersebut harus dapat berkembang
menjadi tanaman utuh sehingga dapat bermanfaat bagi petani. Meskipun belum diterapkan pada
semua spesies tanaman, proses regenerasi tersebut dapat dilakukan melalui teknologi sel dan
kultur jaringan.
b. Kultur sel hewan Dengan menggunakan kultur sel insekta (serangga) untuk menumbuhkan virus-
virus yang dapat menginfeksi serangga memungkinkan kita untuk memperluas pemakaian virus
dan baculovirus sebagai agen biokontrol. Sel-sel mamalia juga telah digunakan untuk pemuliaan
hewan-hewan ternak tertentu. Masyarakat medis menggunakan kultur sel untuk mempelajari
aspek keamanan dan efektivitas senyawa biofarmasi, mekanisme molekuler infeksi virus dan
replikasinya, sifat toksisitas suatu senyawa, serta dasar-dasar biokimia sel. Kombinasi antara
kultur sel mamalia dan teknologi rekayasa biokimia akan memberikan harapan untuk
memproduksi senyawa seluler tertentu dalam jumlah banyak. Studi lanjut dalam kultur sel
mamalia saat ini memungkinkan para pakar untuk menumbuhkan berbagai jenis sel manusia.
Pada akhirnya dapat digunakan untuk memproduksi jaringan tertentu untuk mengganti suatu
jaringan yang rusak atau hilang, misalnya karena penyakit atau kecelakaan.
10. Teknologi Rekayasa Biokimia
Teknologi rekayasa biokimia adalah pengembangan desain dan konstruksi unit proses yang berkaitan
dengan fungsi selular dan biokimia suatu molekul maupun organisme. Awalnya teknologi rekayasa
biokimia bergerak dalam optimasi pertumbuhan mikroorganisme di dalam bioreaktor (fermentor)
pada kondisi aerob, dari skala laboratorium hingga skala ribuan liter, yang bertujuan untuk
memproduksi metabolit, biomassa, biokimia atau protein. Kultur mikroba dan sel tetap memegang
peranan penting dalam teknologi rekayasa biokimia, termasuk sel tanaman, mamalia maupun sel hasil
rekayasa genetika. Dengan perkembangan teknologi, rekayasa biokimia kini berperan luas pada
berbagai industri bioteknologi, meliputi pertanian, pangan, enzim, limbah, dan energi. Produk jagung,
misalnya dengan teknologi ini kita dapat mengubahnya menjadi berbagai macam produk baru yang
berdaya guna, seperti bioetanol, pemanis minuman, polimer murah untuk industri, pakan ternak,
produk plastik, kain dan lainnya. Bahkan kini teknologi ini terlibat langsung dalam pengembangan
produk-produk kesehatan, termasuk antibiotik, asam amino, hormon, vitamin, pelarut-pelarut organik,
pestisida, bahan-bahan pembantu proses pengolahan pangan, pigmen, enzim, inhibitor enzim, dan
berbagai bahan biofarmasi.
11. Teknologi Rekayasa
Genetika Rekayasa genetika yang sering kali bersinonim dengan teknologi DNA rekombinan
merupakan tulang punggung dan pelopor lahirnya bioteknologi molekuler. DNA rekombinan
dikonstruksi dengan menggabungkan materi genetik dari dua atau lebih sumber yang berbeda atau
melakukan perubahan secara terarah pada suatu materi genetik tertentu. Di alam, materi genetik
melakukan rekombinasi secara konstan. Berikut ini merupakan beberapa contoh rekombinasi materi
genetik dari dua sumber organisme atau lebih.
a. Rekombinasi yang terjadi saat pindah silang dalam pembentukan gamet pada proses meiosis.
b. Saat sperma dan ovum melebur pada proses fertilisasi.
c. Saat bakteri melakukan transaksi bahan genetik melalui konjugasi transformasi atau transduksi.
Dalam tiap contoh rekombinasi tersebut dapat dimengerti bahwa rekombinasi merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan terjadinya keragaman hayati di alam. Materi genetik yang ada di alam
menyajikan suatu bahan mentah evolusi yang dilakukan oleh seleksi alam atau seleksi buatan yang
dilakukan oleh manusia. Istilah teknologi DNA atau rekayasa genetika secara ringkas dapat diartikan
sebagai teknik molekuler yang mampu menggabungkan molekul DNA tertentu dari sumber-sumber
berbeda. Rekombinasi DNA dilakukan dengan enzim (enzim restriksi dan enzim ligase) yang dapat
melakukan pemotongan dan penyambungan molekul DNA dengan tepat dan dapat diperkirakan.
DNA rekombinan, selanjutnya dimasukkan ke dalam makhluk sasaran dengan introduksi langsung
(transformasi) melalui virus atau bakteri.
Oleh karena itu, dalam melakukan rekombinasi genetik, seorang pemulia selain dapat melakukannya
melalui penggabungan sel telur dan sperma (atau serbuk sari dan putik pada tumbuhan) pada metode
pemuliaan selektif, dia dapat pula melakukan rekombinasi bahan genetik dengan ketepatan yang lebih
tinggi dengan melakukan pada taraf molekuler.
12. Teknologi Rekayasa Protein
Teknologi rekayasa protein sering digunakan bersamaan dengan rekayasa genetika untuk meningkatkan
profil atau kinerja suatu protein dan untuk mengonstruksi protein baru yang secara alami tidak ada.
Secara teoretis, kita akhirnya akan dapat mengonstruksi setiap jenis protein dari bahan dasarnya.
Meskipun demikian, penelitian rekayasa protein saat ini masih dipusatkan pada modifikasi protein yang
sudah ada. Dengan teknologi rekayasa protein kita dapat meningkatkan daya katalis suatu enzim sehingga
dapat lebih produktif pada kondisi proses industri. Misalnya saja ketahanannya terhadap temperatur dan
pH yang ekstrem. Selain itu, kemajuan dalam rekayasa protein juga memungkinkan kita membuat enzim
baru dengan dasar antibodi, yang disebut abzyme. Abzyme membuka cakrawala baru dalam enzymologi
yang menjanjikan berbagai kemungkinan penerapannya yang menakjubkan.
13. Teknologi Biofisika
Teknologi Biofisika merupakan perpaduan antara fisika dan biologi, yang memanfaatkan metode aplikasi
dan mekanisme fisika dalam mempelajari struktur makhluk hidup dan proses kehidupan. Teknologi
biofisika erat kaitannya dengan fungsi biologis yang berhubungan dengan agen fisika, seperti medan
listrik dan tenaga mekanik maupun interaksi antara makhluk hidup dengan cahaya, suara, dan radiasi ion.
Selain interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya seperti daya penggerak, navigasi dan
komunikasi, juga untuk mengetahui transmisi impuls syaraf, mekanisme kontraksi otot atau mekanisme
penglihatan. Subjek kajian biofisika, meliputi analisis sekuen suatu genom hingga jaringan syaraf,
termasuk tulang, otot dan molekul organik pada sel membran. Pembentukan teknologi biofisika
molekuler sebagai bidang studi yang terpisah relatif masih baru. Penemuan peralatan fisika, seperti
mikroskop elektron, ultrasentrifuse, amplifier elektronik yang banyak membantu riset-riset biofisika, turut
mencetuskan pembentukan bidang studi ini. Dengan alat sinar-X kristalografi, misalnya kita dapat
menentukan struktur molekul yang rumit, seperti protein, mengukur interaksi kinetik suatu molekul
maupun kajian pada bidang kesehatan, seperti penyakit kanker, jantung, dan lainnya.
14. Teknologi Biosensor
Teknologi biosensor merupakan gabungan antara biologi molekuler dan mikroelektronika. Biosensor
adalah suatu alat pendeteksi yang terdiri dari suatu substansi biologi yang digandengkan dengan
transduser elektronika. Substansi biologis dapat berupa mikroba, sel tunggal dari hewan multiseluler, atau
komponen seluler, seperti enzim atau antibodi. Biosensor memungkinkan kita untuk mengukur
konsentrasi suatu senyawa yang hanya terdapat dalam konsentrasi yang sangat rendah. Bagaimana cara
kerja biosensor? Apabila senyawa kimia yang diukur konsentrasinya bertumbukan dengan detektor
biologis, maka transduser akan menghasilkan suatu arus listrik kecil. Besar kecilnya sinyal listrik ini
sebanding dengan konsentrasi senyawa kimia yang terdapat di lingkungan tersebut. Teknologi biosensor
dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti pengukuran derajat kesegaran suatu bahan pangan,
memonitor suatu proses industri atau mendeteksi senyawa yang terdapat dalam jumlah kecil di dalam
darah. Dengan menggabungkan biosensor glukosa pada pompa infus insulin maka kadar gula darah dapat
dipertahankan dengan stabil setiap waktu pada penderita diabetes.
15. Bioteknologi Pangan
Teknologi pangan yang terkait dengan bioteknologi adalah proses perekayasaan suatu gen atau DNA
tertentu dari produk pangan. Tujuan dari bioteknologi pangan adalah mengembangkan produk pertanian
yang tahan terhadap hama dan penyakit, transportasi, serta memperbaiki penampilan fisik, tekstur dan
rasa. Selain itu juga tahan terhadap kondisi cuaca ekstrem, seperti kekeringan dan suhu dingin sehingga
dapat meningkatkan produktivitas pangan yang sebelumnya terkendala oleh kondisi tanah dan iklim.
Aplikasi bioteknologi pangan, meliputi peningkatan kandungan nutrisi, misalnya zat besi dan beta-karotin
(provitamin A) pada wortel dan beras, penghapusan atau penon-aktifan gen penyebab alergi sehingga
tidak terekspresi pada biji-bijian dan kacang-kacangan, serta penundaan proses pematangan pada buah-
buah tropis, agar tetap segar. Rockefeller Foundation telah mengembangkan “Golden Rice”, sebagai
pangan dengan sumber vitamin A bagi anak-anak di negara ketiga, untuk mengurangi risiko rabun senja
dan kebutaan. Kentang hasil rekayasa dengan kandungan pati tinggi menambah potensinya dalam
mengurangi kandungan lemak setelah digoreng. Hal ini karena pati menggantikan kandungan air di dalam
kentang sehingga lemak yang terserap saat digoreng menjadi berkurang. Dewasa ini, vaksin yang
digunakan membutuhkan biaya produksi yang tinggi serta ruang simpan khusus dengan pendingin saat
transportasi. Riset pengembangan vaksin berbasis protein, yang merancang agar vaksin diproduksi oleh
tanaman pangan sehingga dengan hanya memakan produk pertanian tersebut. Vaksinasi pun dapat kita
laksanakan secara bersamaan. Teknologi ini memungkinkan negara ketiga mampu memproduksi vaksin
lokal sendiri, mengurangi biaya produksi dan meningkatkan program vaksinasi global dalam mencegah
berbagai penyakit menular. Dalam usaha mengantisipasi akan membludaknya populasi penduduk dunia,
metode ini juga memungkinkan meningkatkan produksi pangan berkualitas yang lestari.
16. Bioteknologi Lingkungan
Bioteknologi lingkungan adalah perpaduan berbagai bidang ilmu yang memanfaatkan potensi biokimia
dari suatu mikroorganisme, tanaman atau bagianbagiannya untuk konservasi dan perbaikan suatu
lingkungan yang tercemar (tanah, air, dan udara). Dengan teknologi ini, kita juga mengembangkan, dan
mengatur sistem biologi untuk menghasilkan teknologi proses dan produksi yang ramah lingkungan serta
melakukan perlindungan sumber daya alam secara lestari. Mikroba dengan enzim yang digunakannya
untuk menguraikan molekul-molekul organik dapat membantu kita untuk membersihkan atau
memecahkan sejumlah masalah lingkungan tertentu, seperti tumpahan minyak, tempat-tempat
pembuangan bahan toksik, dan residu pestisida. Pemanfaatan populasi mikroba untuk membersihkan
polusi lingkungan dikenal dengan sebutan bioremediasi. Salah satu contoh yang paling terkenal dalam
bioremediasi dalam pemakaian bakteri pendegradasi minyak untuk membersihkan tumpahan minyak
Exxon Valdez di Prince William Sound, Alaska pada tahun 1989, dan tumpahan minyak di Irak setelah
Perang Teluk tahun 1991.
2.4 Kelompok Mikroorgansime yang bermanfaat dalam bidang Bioteknologi
Mikroorganisme memegang peranan penting dalam perkembangan bioteknologi. Pemanfaatan
mikroorganisme dalam berbagai tahapan perkembangan bioteknologi dari bioteknologi kuno hingga
modern, menjadikan mikroorganisme sebagai organisme penting dan selalu ikut serta disetiap penemuan
besar terkait bioteknologi. Alasan utama mikroorganisme dijadikan subjek pada proses bioteknologi
yaitu:
a. Pertumbuhan dan perbanyakan mikroba perlangsung dengan cepat
b. Mudah diperoleh dari lingkungan
c. Sifat genetik mudah dimodifikasi melalui rekayasa genetika
d. Memiliki plasmid yang digunakan sebagai vekor
e. Tidak tergantung iklim dan kondisi lingkungan
f. Memiliki sifat yang tetap dan tidak berubah
A. Mikroorganisme di bidang bioteknologi pertanian
Tanah merupakan wilayah dengan tingkat keanekaragaman mikroorganisme yang tinggi (lebih dari 100
juta mikroba per gram tanah), sehingga sangat mempengaruhi kualitas dari tanah tersebut. Sebagian besar
mikroba memiliki peranan yang mengunungkan bagi bidang pertanian seperti dekomposisi, fiksasi
nitrogen, palarutan fosfat, perangsangan pertumbuhan, biokontrol patogen hama dan bakteri serta
membantu proses penyerapan unsur hara. Beberapa cabang bidang pertanian yang memanfaatkan
mikroorganisme:
a. Pembuatan kompos bioaktif. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan
mikroba komposer dengan kemampuan yang baik. Penggunaan mikroba dalam proses
dekomposisi akan mempersingkat waktu proses pengomposan. Mikroba dekomposer yang sering
digunakan dalam pembuatan pupuk kompos antara lain Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga
sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos dan pada saat
diberikan pada tanaman, mikroba dekomposer berperan ganda dengan membantuk tanaman
mengendalikan organisme patogen.
b. Biofertilizer. Penggunaan pupuk kimia saat ini sudah sangat melewati ambang batas kebutuhan.
Untuk memenuhi kebutuhan zat hara tanaman, petani dapat mengandalkan pupuk kompos yang
diproduksi menggunakan mikroba. Mikroba tanah banyak yang berperan dalam penyerapan unsur
hara bagi tanaman. Salah satu nutrisi penting bagi tanaman adalah Nitrogen yang sangat
melimpah diudara tetapi sedikit di tanah. Tanaman tidak dapat mengambil nitrogen diudara
secara langsung sehingga membutuhkan mikroba pengikat nitrogen (contoh: Rhizobium sp)
untuk memfiksasi nitrogen dari udara bebas. Mikroba akan membentuk simbiosis dengan
tanaman untuk dapat dimanfaatkan dalam proses pengikatan oksigen bebas diudara. Mikroba
non simbiotik (Azoospirillum sp dan Azetobacter sp) juga dapat mengikat nitrogen bebas udara
ke dalam tanah. Bakteri yang dapat melarutkan fosfat dalam tanaman antara lain Aspergillus sp,
Penicillium sp, Pseudomonas sp, dan Bacillus megatherium. Mikroba-mikroba tersebut dapat
digunakan sebagai biofertilizer untuk membantu tanaman memperoleh nutrisi dari tanah
maupun udara.
c. Agen Biokontrol. Hama dan penyakit merupakan masalah serius dalam bidang pertanian.
Penggunaan pestisida dan fungisida secara besarbesaran akan merusak lingkungan. Mikroba
dapat menjadi agen biokontrol alami terhadap patogen tanaman (Gambar 121). Mikroba yang
biasa digunakan sebagai biokontrol antara lain Bacillus thurigiensis, Bauveria bassiana,
Paecilomyces fumosoroseus, dan Methazium anisopliae. Selain itu, Trichoderma sp juga dapat
mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Ganoderma sp, jamur akar putih, dan
Phytoptora sp.
B. Bioteknologi Modern
1. Teknologi DNA Rekombinan
Teknologi DNA Rekombinan telah memberikan banyak manfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan maupun bagi kehidupam manusia sehari- hari. Beberapa jenis obat-obatan, vaksin,
bahan pangan, bahan pakaian dan lainnya telah diproduksi dengan memanfaatkan teknologi DNA
Rekombinan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, secara langsung maupun tidak langsung,
sebagian dari kita pernah berhubungan dengan hasil penggunaan teknologi DNA Rekombinan.
Contoh: insulin telah digunakan untuk mengobati penyakit diabetes. Penyakit diabetes pada
manusia diobati dengan insulin manusia. Contoh lainnya adalah kapas transgenik. Kapas
transgenik pernah ramai dibicarakan di media masa kita pada awal abad 21 ini. Salah satu kapas
transgenik adalah kapasbt. Tanaman kapas-bt telah mengandung gen penyandi toksin yang
berasal dari bakteri Bacillus turingiensis (Bt). Toksin tersebut dapat membunuh hama kapas
sehingga kapas-bt tersebut tahan terhadap serangan hama. Tanaman kapas ini tahan terhadap
serangan hama (ulat) karena tanaman ini menghasilkan toksin yang dapat membunuh hamanya
(ulat). Toksin tersebut disandikan oleh gen yang berasal dari bakteri Bacillus turingiensis Genom
tanaman kapas ini mengandung gen yang berasal dari bakteri Bacillus turingiensis.
Oleh karena itu, tanaman kapas ini seringkali disebut sebagai kapas-Bt (Bt =Bacillus
turingiensis). Kapas- bt merupakan salah satu contoh organisme transgenik. Organisme
transgenik adalah organisme yang mengandung gen yang berasal dari jenis organisme lainnya.
Oleh karena tanaman kapas ini mengandung gen yang asalnya dari organisme lainnya, maka
kapas ini secara umum disebut tanaman kapastransgenik. Bakteri penghasil insulin dan tanaman
kapas-bt tersebut merupakan sebagian dari hasil rekayasa yang dilakukan manusia terhadap
makhluk hidup dengan menggunakan teknologi DNA rekombinan. Teknik DNA rekombinan
adalah rekayasa genetika untuk menghasilkan sifat baru dengan cara merekombinasikan gen
tertentu dengan DNA genom. Teknik DNA rekombinan merupakan kumpulan bertujuan untuk
merekombinasi gen dalam tabung reaksi. Teknik DNA rekombinan meliputi isolasi DNA, teknik
memotong DNA, teknik menggabung DNA dan teknik untuk memasukan DNA ke dalam sel
hidup. Teknologi DNA rekombinan atau sering disebut juga rekayasa genetika ini adalah suatu
ilmu yang mempelajari pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan
molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya terjadinya integrasi dan
mengalami perbanyakan dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang. Manfaat
rekayasa genetika ini diantaranya adalah dimungkinkannya melakukan isolasi dan mempelajari
fungsi masing-masing gen dan mekanisme kontrolnya. Selain itu, rekayasa genetika juga
memungkinkan diperolehnya suatu produk dengan sifat tertentu dalam waktu lebih cepat dan
jumlah lebih besar daripada produksi secara konvensional. Sejak jaman dahulu, nenek moyang
kita telah mengetahui adanya keanekaragaman makhluk hidup 1) Dasar Teknologi DNA
Rekombinan Transfer DNA atau perpindahan DNA ke dalam bakteri dapat melalui tiga cara,
yaitu konjugasi, transformasi, dan transduksi. DNA yang masuk ke dalam sel bakteri selanjutnya
dapat berintegrasi dengan DNA atau kromosom bakteri sehingga terbentuk kromosom
rekombinan. Konjugasi merupakan perpindahan DNA dari satu sel (sel donor) ke dalam sel
bakteri lainnya (sel resepien) melalui kontak 19 fisik antara kedua sel. Sel donor memasukkan
sebagian DNA-nya ke dalam sel resepien. a. Konjugasi Merupakan perpindahan DNA dari satu
sel (sel donor) ke dalam sel bakteri lainnya (sel resipien) melalui kontak fisik antara kedua sel.
Sel donor (sel jantan) memasukkan sebagian DNA-nya ke dalam sel resipien (sel betina).
Transfer DNA ini melalui pili seks yang dimiliki oleh sel jantan. Sel betina tidak memiliki pili
seks. DNA dari sel jantan berpindah ke dalam sel betina secara replikatif. Oleh karena itu, setelah
proses konjugasi selesai, sel jantan tidak kehilangan DNA. Setelah konjugasi selesai kedua sel
berpisah kembali dan jumlah sel tidak bertambah (setelah konjugasi tidak dihasilkan anak sel).
Oleh karena itu, proses konjugasi ini disebut juga sebagai proses atau mekanisme seksual yang
tidak reproduktif. b. Transformasi Merupakan pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan di
sekelilingnya. DNA yang berada di sekitar bakteri (DNA asing) dapat berupa potongan DNA atau
fragmen DNA yang berasal dari sel bakteri lainnya atau dari organisme lainnya. Masuknya DNA
dari lingkungan ke dalam sel bakteri ini dapat terjadi secara alami. Fenomena transformasi ini
telah diamati oleh Griffith (1928) dan kelompok Avery (1944). Griffith (1928) telah menemukan
bahwa strain bakteri yang tidak virulen (strain yang penampilan koloninya kasar) dapat berubah
sifatnya menjadi strain yang virulen (penampilan koloninya halus). Perubahan sifat ini
disebabkan karena strain yang tidak virulen (strain kasar) dicampur dengan sel-sel bakteri strain
virulen (strain halus) yang telah dimatikan.
2. Hibridoma
Teknologi yang digunakan untuk menghasilkan antibodi monoklonal yang identik terhadap
antigen spesifik dengan jumlah yang besar. Teknologi ini di temukan pada tahun 1975 oleh
george kohler dan cesar milstein. Pembuatan antibodi di lakukan dengan cara menggabungkan sel
limfosit-B dengan sel kanker. Hal ini dilakukan karena sel limfosit-B mampu menghasilkan
antibodi namun memiliki waktu hidup yang terbatas dalam kultur. Keterbatasan ini dapat diatasi
dengan cara penggabungan dengan sel kanker yang memliki sifat dapat membelah dengan cepat.
Dengan penggabungan tersebut, maka sel limfosit-B dapat membelah dengan cepat sehingga
dapat dihasilkan antibody yang identik dalam kultur sel. Sehingga sel hibridoma ini bersifat
immortal. Dengan demikian, teknologi hibridoma merupakan suatu bioteknologi modern yang
menggabungkan dua sel untuk menghasilkan antibodi spesifik dengan jumlah besar.
3. Teknologi Tanaman Transgenik
Ahli rekayasa genetik tanaman melakukan transformasi gen dengan tujuan untuk memindahkan
gen yang mengatur sifatsifat yang diinginkan dari satu organisme ke organisme lainnya. Beberapa
sifat yang banyak dikembangkan untuk pembuatan tanaman transgenik misalnya (1) gen
resistensi terhadap hama, penyakit dan herbisisda, (2) gen kandungan protein tinggi, (3) gen
resistensi terhadap stres lingkungan seperti kadar alumium tinggi ataupun kekeringan dan (4) gen
yang mengekspresikan suatu ciri fenotipe yang sangat menarik seperti warna dan bentuk bunga,
bentuk daun dan pohon yang eksotik.
2.6 Keuntungan dan Kerugian Bioteknologi
Bioteknologi memiliki keuntungan dan kerugian terhadap kehidupan masyarakat beserta
lingkungannya. Melalui pemuliaan konvensional, manusia sebenarnya telah melakukan
perubahan komposisi genetika pada tanaman dan hewan ternak selama bertahun-tahun melalui
proses kawin silang dan seleksi. Tanaman dan hewan ternak pilihan, yaitu yang memiliki sifat
lebih unggul, diperbanyak, dan dibudidayakan. Waktu itu, perubahan sifat tidak sepenuhnya
dapat dikendalikan. Peningkatan suatu karakter dalam suatu individu, ternyata juga berdampak
terhadap penurunan karakter lain, yang sebenarnya juga dibutuhkan. Misalnya, pada pemuliaan
tanaman kedelai, peningkatan produktivitas berdampak terhadap penurunan kadar protein pada
kedelai. Meningkatnya pemahaman kita terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan
organisme, serta proses dalam sel molekuler dan genetika, kini kita dapat mengontrol perubahan
yang akan terjadi. Pemilihan sifat unggul yang diinginkan dapat lebih cermat dan akurat, tanpa
mengganggu keseimbangan sifat-sifat lain yang juga kita butuhkan.
Konsep kesehatan dan obat-obatan sangat berhubungan dengan pangan dan lingkungan.
Kelaparan dan gizi buruk berakibat langsung terhadap penyakit dan kematian. Isu etika dalam
aplikasi bioteknologi kesehatan menjadi lebih vokal setelah proyek genom manusia selesai
dilakukan dan hasilnya dipublikasikan. Apakah bioteknologi mampu menyembuhkan semua
orang sakit? Ataukah justru ada kekhawatiran bahwa bioteknologi akan membuat jurang antara
masyarakat kaya dan miskin semakin besar. Hak paten terhadap obat-obatan hasil rekayasa
molekuler, menghalangi si miskin untuk mendapatkan akses perawatan kesehatan modern.
Namun, harus dilakukan pendekatan yang berimbang dan rasional agar masyarakat dari negara
miskin dapat memperoleh pembagian keuntungan berupa saham dari kemajuan teknologi ini.
Salah satunya karena banyak sumber daya genetik untuk merekayasa obat-obatan tersebut
diperoleh dari negara-negara yang sedang berkembang dan miskin tersebut.
A. Keuntungan Bioteknologi
Bioteknologi banyak berperan dalam penyediaan produk pangan dunia. Berbeda dengan revolusi
hijau, yang lebih berkonsentrasi untuk menghasilkan varietas tanaman pangan unggul dengan
produktivitas tinggi, revolusi bioteknologi berkiprah lebih jauh dari itu. Varietas tanaman unggul
dirakit sehingga tahan terhadap herbisida, tahan terhadap hama, penyakit dan virus, tahan
terhadap garam atau kekeringan, di samping juga meningkatkan kualitas dan produktivitas.
Melalui produk bioteknologi, tanaman yang ditanam bebas dari gangguan agro-ekosistem. Di
negara maju, pertanian diusahakan dalam skala besar dan telah menjadi bisnis yang menggiurkan.
Selanjutnya, pengembangan tanaman pangan transgenik yang mengandung vaksin atau nutrisi
tertentu, sangat bermanfaat bagi penduduk yang kurang gizi di negara miskin, untuk mencegah
kelaparan dan penyakit akibat gizi buruk.
Bioteknologi peternakan berperan dalam menghasilkan hormon pertumbuhan, pakan bergizi
tinggi, antibodi, dan vaksin, serta mengatasi masalah pelestarian spesies hewan langka yang
hampir punah. Dengan teknologi transplantasi nukleus, hewan langka bisa dilestarikan dan
terhindar dari ancaman kepunahan. Bioteknologi memegang peranan nyata dalam mengendalikan
dan memperbaiki mutu lingkungan hidup. Pada saat ini, bioteknologi difokuskan untuk
mengelola limbah domestik, pertanian, industri, pertambangan dan lainnya. Pengelolaan dengan
bioteknologi tidak hanya menyelamatkan dan mengamankan bahan-bahan buangan, tetapi juga
mengembangkan sistem efektif untuk mendaur ulang, yang dapat menghasilkan sumber energi
dan bahan makanan alternatif. Cemaran air laut oleh tumpahan minyak dari kapal tangki
berpengaruh buruk terhadap biota laut, serta memerlukan waktu yang lama untuk
membersihkannya. Pemanfaatan mikroorganisme transgenik untuk mengurai cemaran minyak
adalah contoh lain dari keampuhan bioteknologi bagi lingkungan. Selain itu, kemampuan
mikroba Thiobacillus ferrooxidans untuk mencuci logam dari biji yang bermutu rendah adalah
juga keunggulan dari bioteknologi. Tembaga, uranium, dan emas dapat secara efektif kita
ekstraksi dari limbah mineral sehingga mengurangi kerusakan lingkungan. Manfaat yang
diperoleh dari inovasi bioteknologi industri secara ekonomi adalah penerapannya dapat dilakukan
pada skala kecil, tanpa membutuhkan infrastruktur yang besar.
Aplikasi bioteknologi yang canggih sekalipun dapat diadaptasikan sehingga bisa dioperasikan
dengan dana yang minimum, dengan tanpa mengorbankan kualitas produk. Dengan demikian,
bioteknologi dapat diterapkan di negara yang sedang berkembang sekalipun. Tentunya dengan
tetap selalu memperhatikan dampaknya terhadap strata sosial dan kehidupan masyarakatnya, serta
dukungan perangkat lunak seperti sistem informasi, personil yang terlatih serta berkualitas dan
lain sebagainya.
B. Kerugian bioteknologi
Keunggulan dan keampuhan bioteknologi dalam bidang pertanian tidak banyak pengaruhnya bagi
negara-negara yang sedang berkembang maupun miskin. Di negara ini, pertanian masih
merupakan aktivitas sosial yang dikerjakan oleh anggota keluarga sendiri dalam skala kecil.
Meningkatkan kompetisi pasar atas nama globalisasi, tanpa dukungan infrastruktur yang
memadai, malah akan mematikan usaha pertanian yang demikian.
Adanya hak paten untuk produk bioteknologi, misalnya tanaman transgenik, menyebabkan
kesenjangan yang timbul antara petani tradisional dengan petani berdasi menjadi semakin lebar.
Pertanian akan dikuasai oleh investor-investor yang mempunyai modal besar dan menyingkirkan
petani-petani tradisional yang hanya mempunyai modal kecil. Akibatnya, teknologi baru
bukannya meningkatkan pendapatan petani tradisional yang sudah miskin tetapi malah
menambah beban hidupnya. Hak paten menyebabkan tanaman transgenik tidak dapat
dikembangkan oleh orang lain. Karena bioteknologi pula, petani menjadi sangat tergantung
terhadap benih-benih tanaman unggul pada setiap musim tanam.
Petani yang biasanya menyisihkan benih untuk penanaman berikutnya, tidak dapat lagi
melakukannya. Hak paten menetapkan pemakaian benih hanya satu kali. Benih hasil panen tidak
diperkenankan untuk penanaman berikutnya. Bioteknologi menimbulkan perubahan sosial,
budaya dan etika di kalangan masyarakat. Adanya produk hasil rekayasa genetika menyebabkan
bertambahnya pilihan yang dapat kita lakukan.
Masalah yang timbul adalah karena dalam teknologi ini gen dari suatu organisme dapat disisipkan
ke organisme lain. Asal gen ini merupakan masalah karena berkaitan dengan agama atau pola
makan yang melarang atau memanfaatkan organisme tertentu termasuk bagian-bagian dari
organisme tersebut. Kerugian produk bioteknologi lainnya adalah hasil modifikasi genetika suatu
organisme dapat mendesak dan menyingkirkan plasma nuftah lokal. Kemudian timbulnya
ancaman bioterorisme dengan memanfaatkan bioteknologi untuk tujuan terorisme, seperti
misalnya mengembangkan virus antraks yang mematikan.
Dampak negatif dari bioteknologi sangat terasa bagi negara-negara yang sedang berkembang dan
miskin, terutama terhadap lingkungan, sosial, hukum, dan ekonominya. Produk bioteknologi akan
bersaing dengan produk negara tersebut yang masih menggantungkan penghasilannya dari ekspor
produk tanaman dan bahan-bahan alamiah.
BAB III
KESIMPULAN
2. Bioteknologi telah dimulai sejak manusia mulai meningkatkan kualitas hidupnya dengan
memanfaatkan agen-agen biologi. Sejarah bioteknologi sebelum era teknologi maju diawali
dengan ditemukannya proses fermentasi bir dan pembuatan keju oleh masyarakat Mesir dan
Sumeria pada sekitar tahun 2000 SM, kemudian berkembang pada tahun 500 SM ditemukannya
jamur penghasil antibiotik pada kedelai untuk menangani infeksi.
3. Para ahli menerjemahkan fenomena-fenomena alam dengan berbagai metode ilmiah dan
dirangkum menjadi suatu ilmu. Ilmu selanjutnya dikembangkan dan diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan bentuk teknologi.
Smith, J.E. (2009). Biotechnology. Fifth Edition. New York: Cambridge University Press
Lodish, H., A. Berk, S.L. Zipursky, P. Matsudaira, D. Baltimore, and J. Darnell. (2000).
Molecular cell biology. New York: W.H. Freeman.
Dosen Pendidikan Biologi, (2015). Materi penataran Guru guru MGMP Bidang Biologi. FMIPA
Universutas Negeri Yogyakarta
Tjahjoeleksono, Aris, (2011). Teknologi DNA Rekombinan, Institut Pertanian Bogor. Bogor