Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

BIOTEKNOLOGI TUMBUHAN

Disusun Oleh :

1. Abdul Gafur E1A016001


2. Angelina Putri Ayu Lestari E1A016004
3. Hidayani E1A016022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hinayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Bioteknologi Tumbuhan”. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu referensi, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam memahami bioteknelogi.

Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki sangat kurang. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

Demikian kiranya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Amin.
Sekian, Terima Kasih.

Mataram, 8 Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR -------------------------------------- i

DAFTAR ISI ------------------------------------------------ ii

BAB I : PENDAHULUAN ------------------------------- 1

A. Latar Belakang ----------------------------------------- 1


B. Rumusan Masalah ------------------------------------- 1
C. Tujuan Penulisan --------------------------------------- 2

BAB II : PEMBAHASAN -------------------------------- 3

A. Pengertian bioteknologi tumbuhan 3


B. Perkembangan bioteknologi tumbuhan 3
C. Teknik – teknik bioteknologi tumbuhan 3
D. Contoh-contoh produk yang dihasilkan
dari rekayasa bioteknologi tumbuhan 3

BAB III : PENUTUP ------------------------------------- 20

A. Kesimpulan -------------------------------------------- 20
B. Saran ---------------------------------------------------- 21

DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------ 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tulisan ini dimaksudkan untuk mengemukakan pandangan dan


pengalaman ilmiah penulis, yang kiranya dapat bermanfaat untuk menjadi
bahan pemikiran dan acuan dalam pembangunan bangsa dan negara, terutama
dalam pembangunan pertanian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Tulisan
ini memberi fokus kepada bioteknologi tanaman dalam persepektif pertanian
tanaman. Mengingat bioteknologi belum merupakan hal biasa yang dikenal
oleh masyarakat secara luas maka tulisan ini akan dimulai dengan ulasan
tentang pengertian, manfaat serta peran bioteknologi pada pertanian.
Selanjutnya diuraikan hal-hal yang bersifat teknis dalam bioteknologi
tanaman.

Kemajuan bioteknologi sangat pesat sehingga kita sebenarnya dapat


melihatnya sebagai gelombang baru perkembangan teknologi di dunia,
setelah teknologi informasi dan komputer yang dampaknya sangat kita
rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tulisan di berbagai media masa
dikemukakan seolah-olah bioteknologi itu merupakan 'sesuatu yang baru'.
Namun sebenarnya bioteknologi ini sudah tua tetapi sekaligus juga baru;
suatu iptek tua yang menjadi muda berkat sebuah revolusi ilmu pengetahuan,
terutama dalam perkembangan teknologi DNA rekombinan atau rekayasa
genetika.
Saat ini, kajian ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang
sangat pesat. Dimana, sebagian besar penerapannya digunakan untuk
meningkatkan taraf hidup manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut dapat ditelaah dalam ruang lingkup bioteknologi. Menurut
Sugianto (2017), salah satu teknik yang dapat diterapkan adalah teknologi
transgenik yang merupakan bagian dari rekayasa genetika (RG). Salah satu
produk RG yang dikenal saat ini adalah tanaman transgenik. Tanaman

1
transgenik dihasilkan dengan cara mengintroduksi gen tertentu ke dalam
tubuh tanaman, sehingga diperoleh sifat yang diinginkan. Jenis-jenis tanaman
transgenik yang telah dikenal diantaranya tanaman tahan hama, toleran
herbisida, tahan antibiotik, tanaman dengan kualitas nutrisi lebih baik, serta
tanaman dengan produktivitas yang lebih tinggi.

Makhluk hidup transgenik merupakan salah satu bentuk kehidupan dari


hasil suatu rekaya genetika. Meskipun pada akhirnya, dampak yang diterima
bukan hanya yang positif, bahkan dampak negatif cenderung lebih banyak jika
dibandingkan. Salah satu transgenik yang dapat dilakukan dengan
menggunakan organisme tumbuhan yaitu buah partenokarpi, goldenrice, tomat
antisense, kedelai dan mawar biru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu bioteknologi tumbuhan ?
2. Bagaimana perkembangan bioteknologi tumbuhan ?
3. Bagaimana teknik – teknik bioteknologi tumbuhan ?
4. Apakah contoh-contoh produk yang dihasilkan dari rekayasa bioteknologi
tumbuhan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bioteknologi tumbuhan.
2. Untuk mengetahui perkembangan bioteknologi tumbuhan.
3. Untuk mengetahui teknik – teknik bioteknologi tumbuhan.
4. Untuk mengetahui contoh-contoh produk yang dihasilkan dari rekayasa
bioteknologi tumbuhan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bioteknologi Tumbuhan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bioteknologi diartikan sebagai
“teknologi yang menyangkut jasad hidup”. Bioteknologi adalah teknologi
yang didasarkan pada biologi, khususnya jika diterapkan dalam pertanian,
ilmu pangan, kedokteran dan lingkungan. Dalam Konvensi PBB untuk
Keanekaragaman Hayati digunakan definisi: "Biotechnology means any
technological application that uses biological systems, living organisms, or
derivatives thereof, to make or modify products or processes for specific
use." atau bioteknologi berarti aplikasi teknologi yang menggunakan sistem
biologis makhluk hidup, atau turunannya, untuk membuat dan memodofikasi
produk atau proses untuk tujuan tertentu.
Dalam bioteknologi, makhluk hidup baik secara keseluruhan ataupun
bagian-bagiannya, seperti jaringan, sel, atau bagian dari sel, seperti enzim,
bertindak sebagai intermediary untuk mengubah bahan asal menjadi produk
akhir (Colwell dan Sasson, 1996). Dengan demikian jika ditafsirkan secara
luas, bioteknologi mencakup metode-metode tradisional. Misalnya, perbaikan
genetik (pemuliaan) tanaman, ternak dan ikan; pemanfaatan mikroorganisme
untuk pengolahan makanan, produksi enzim, antibiotika, vaksin, metabolit
primer dan sekunder, pengolahan limbah; serta pengendalian hayati
(biocontrol) terhadap hama dan penyakit. Bioteknologi dalam arti sempit
lebih menunjuk kepada teknologi baru dengan dasar molekuler, meliputi
teknologi DNA rekombinan, teknik penyaringan produk-produk hayati alami
(biopropecting), serta proses-proses pengkulturan sel, protoplasma dan
jaringan. Ruang lingkup bioteknologi moderen yang berkaitan dengan
pertanian (dalam arti luas) pada saat ini sangat luas. Ini meliputi:
1. Kultur jaringan tanaman, untuk perbanyakan secara masal, perbaikan
genetik, konservasi plasma nutfah tanaman dan produksi bahan kimia
tertentu.

3
2. Transformasi genetik pada tanaman dan ternak (termasuk ikan budidaya),
untuk meningkatkan produksi, kualitas produk, ketahanan terhadap hama,
penyakit dan cekaman lingkungan.
3. Penggunaan penanda (marker) molekuler, untuk pemuliaan tanaman dan
ternak.
4. Biofertilizer (pupuk hayati, seperti penggunaan Rhizobium dan kompos).
5. Pengendalian hayati dan pestisida hayati (penggunaan organisme, seperti
bakteri, jamur, nematoda atau serangga, untuk pengendalian dan
pemberantasan hama, penyakit dan parasit).
6. Biofarmasi (produksi obat-obatan menggunakan tanaman dan ternak
transgenik).
7. Rekayasa produk pertanian, yakni rekayasa karbohidrat, lemah, protein
dll., menjadi produk baru, seperti biopolimer (misalnya pembuatan plastik
dari selulosa).
8. Manipulasi embrio dan kloning pada ternak, untuk menyeleksi dan
menghasilkan ternak unggul.
9. Fertilisasi in vitro dengan sperma dan sel telur terpilih pada ternak.
10. Penggunaan hormon rekombinan untuk meningkatkan produksi susu dan
daging.
11. Teknologi sidik jari (finger-print) DNA untuk identifikasi dan
karakterisasi tanaman dan ternak.
12. Teknologi antibodi monoklonal untuk diagnosis berbagai penyakit (pada
manusia, ternak maupun tanaman),
Penggunaan mikroorganisme untuk produksi bahan bakar (biogas,
alkohol, dll.) dari produk atau limbah pertanian, untuk mengolah bahan
makanan dan minuman, untuk mengolah limbah pertanian dan rumahtangga,
dan sebagainya. Ulasan dalam tulisan ini dibatasi pada bioteknologi tanaman
yang berhubungan dengan pertanian, yang dirasakan mempunyai dampak
yang luas terhadap pertanian di dunia dan di negara kita.
Penerapan bioteknologi dalam bidang perbaikan genetik tanaman akan
dapat menciptakan tanaman-tanaman penghasil bahan makanan yang lebih

4
tinggi produksinya, yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit, yang dapat
ditanam di tanah-tanah marginal (kering, asam atau bergaram), yang dapat
menghasilkan sendiri hara nitrogen, ataupun menghasilkan produk atau
senyawa yang secara tradisional tidak dapat dihasilkan oleh tanaman.
FAO (2000) menyatakan bahwa bioteknologi telah membantu
pembangunan berkelanjutan pada pertanian, kehutanan dan industri pangan.
Jika dipadukan secara baik dengan teknologi lain untuk produksi pangan,
maka bioteknologi dapat membantu memenuhi kebutuhan penduduk yang
terus bertambah pada milenium ini.
B. Perkembangan Bioteknologi
Perkembangan bioteknologi tanaman dan pertanian, bertumpu pada dua
bidang teknologi yang saat ini berkembang dengan pesat, yakni rekayasa
genetik dan kultur jaringan tanaman. Sebagaimana diuraikan sebelumnya,
rekayasa genetik atau teknologi DNA rekombinan berkaitan dengan
manipulasi terhadap materi genetik (DNA dan RNA) didalam sel makhluk
hidup, sehingga menimbulkan perubahan karakter yang bersifat menurun
pada makhluk hidup yang direkayasa.Kultur jaringan tanaman
berkemampuan untuk menumbuhkan tanaman utuh dari bagian kecil tanaman
itu, misalnya sel, protoplasma dan jaringan. Karena manipulasi tanaman
dengan DNA asing pada umumnya harus dilakukan pada tingkat sel atau
jaringan, maka kemampuan untuk menumbuhkan kembali tanaman utuh dari
sel-selnya mempunyai peranan penting pada rekayasa genetik tanaman untuk
mendapatkan tanaman unggul.

Pemanfaatan kultur jaringan tanaman meliputi beberapa aspek:


1) Perbanyakan tanaman secara mikro (micropropagation); sejumlah
kecil dari jaringan tanaman (misalnya dari pucuk, daun, batang atau
akar) dapat dikendalikan untuk menghasilkan ribuan tanaman kecil
yang akan menjadi bibit,

5
2) Produksi bibit bebas penyakit; dengan teknik kultur meristem,
penyakit tanaman (misalnya virus) dapat 'disaring' sehingga bibit yang
dihasilkan melalui teknik ini akan bebas penyakit,
3) Menciptakan keragaman genetik tanaman dan seleksi terhadap
tanaman mutan; dengan variasi somaklonal dan perlakuan mutasi,
4) Produksi tanaman haploid untuk studi genetik dan pemuliaan tanaman,
5) Membuat persilangan somatik melalui fusi (penggabungan)
protoplasma, untuk pemaduan material genetik antar spesies atau antar
genus,
6) Konservasi plasma nutfah tanaman secara in vitro,
7) Produksi senyawa-senyawa metabolit sekunder dari kultur sel dan
jaringan,
8) Transformasi genetik tanaman, dimana berbagai teknik yang
melibatkan kultur sel dan jaringan dikembangkan untuk memindahkan
gen asing dari berbagai sumber ke dalam tanaman, sehingga terbentuk
tanaman transgenik yang mempunyai karakter yang baru.
Bioteknologi tanaman yang berkembang pesat di dunia tentunya
mempunyai dampak terhadap pertanian di Indonesia, dan ini dapat
dilihat dari beberapa segi. Riset bioteknologi tanaman yang sangat giat
dilakukan di negara-negara maju, terutama oleh perusahaan-perusahaan
swasta, telah menghasilkan banyak varietas tanaman yang direkayasa
secara genetik, yang disebut tanaman GM (genetically modified plants).
Secara teknis suatu tanaman GM adalah tanaman yang mengandung gen-
gen asing yang bukan berasal dari jenis tanaman itu. Tanamann hssil
rekayasa seperti ini juga disebut tanaman transgenik. Di antara banyak
tanaman transgenik yang telah dikembangkan, ada beberapa telah
ditanam secara luas di seluruh dunia, yaitu kedelai, jagung, kapas dan
canola, dengan ketahanan terhadap herbisida dan ketahanan terhadap
hama. Tanaman-tanaman transgenik lain yang ditanam cukup luas
adalah kentang, tomat, bit gula, alfalfa, dan papaya. Pada saat ini, sekitar

6
90% kedelai dan 64% kapas yang ditanam di seluruh dunia adalah
tanaman transgenik hasil rekayasa genetik (James, 2010).

Terlepas dari pro dan kontra tentang penanaman tanaman hasil


bioteknologi dan penggunaan produknya, luas areal penanamannya terus
meningkat. Menurut James (2010), pada 2010 total luas tanaman
transgenik di seluruh dunia adalah sebesar 148 juta hektar atau hampir
setara dengan 3 kali luas areal pertanian di seluruh Indonesia (53.6 juta
hektar; FAO, 2010). Luas areal tanaman transgenik tersebut meningkat
87 kali lipat dibandingkan tahun 1996 saat tanaman transgenik mulai
diperkenalkan dan ditanam secara komersial (1.7 juta ha). Tiga negara
dengan luasan penanaman tanaman transgenik terbesar adalah Amerika
Serikat (66.7 juta ha), Brazil (25.5 juta ha) dan Argentina (23 juta ha),
diikuti oleh India, Kanada, Cina, Paraguay, Pakistan, Afrika Selatan dan
Uruguay. Jumlah negara yang telah mengadopsi penanaman tanaman
transgenik pada skala komersial adalah 29 negara, dan jumlah ini terus
bertambah setiap tahun. Dari sisi negara penerima produk tanaman
transgenik, terdapat 30 negara yang mengijinkan impor produk tanaman
transgenik untuk digunakan sebagai bahan pangan, pakan dan energi.

Indonesia tidak termasuk dalam daftar 29 negara yang


mengijinkan penanaman tanaman transgenik tersebut walaupun sejak 10
tahun yang lalu sudah terdapat penanaman kapas transgenik di Sulawesi
Selatan, tetapi luas lahannya tergolong kecil. Namun sejak 2008 sudah
ada beberapa tanaman transgenik, yaitu kedelai, kapas dan jagung, yang
sudah lolos pengujian keamanan hayati (biosafety) dan keamanan
lingkungan (environmental safety) oleh Komisi Keamanan Hayati
Nasional dan sementara menunggu perijinan untuk ditanam secara
komersial. Tentunya tidak lama lagi Indonesia akan ada dalam daftar
sebagai negara pengadopsi tanaman transgenik. Beberapa jenis tanaman
transgenik juga sedang menjalani pengujian lapangan, yang meliputi
padi, tebu, ubi kayu, kentang dan tomat. Di tahun 2011 ini dua

7
komoditas transgenik, yaitu jagung dan kedelai, sudah mendapat SK
persetujuan tentang keamanan pangan dari Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) (GAIN, 2010; GAIN, 2011).

Dengan terus meningkatnya jumlah tanaman transgenik yang


diijinkan untuk ditanam, serta cepatnya pertambahan luas areal
pertanamannya di seluruh dunia, maka dampaknya terhadap pertanian
kita tentu akan sangat besar. Hal ini perlu diantisipasi oleh pemerintah,
para pakar dan petani. Apalagi banyak di antara tanaman transgenik
yang telah dan sedang dikembangkan ini merupakan tanaman pangan
penting. Banyak di antara produk tanaman hasil rekayasa genetik ini
diekspor negara produsennya dan telah memasuki pasar dunia, termasuk
ke Indonesia dan menimbulkan tekanan persaingan terhadap produk lokal
yang non-transgenik. Perlu diketahui bahwa pada saat ini Indonesia
mengimpor kebutuhan bahan pangan bagi penduduk dengan volume yang
sangat besar.

Hampir semua tanaman transgenik yang sudah ditanam secara


komersial itu dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan raksasa di
negara maju, seperti Monsanto, Syngenta Seeds, Aventis, DuPon,
Pioneer, AgrEvo, Cargill, Calgene, dll. Perusahaan-perusahaan itu mau
menanamkan modalnya yang sangat besar pada pengembangan bidang
bioteknologi yang berhubungan dengan pertanian karena beberapa
alasan. Bioteknologi dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
seluruh rentetan agroindustri dimana mereka dapat mengambil untung,
yang meliputi: a) Produksi dan penggunaan sarana pertanian (benih,
pestisida, pupuk dan mesin), b) Produk tanaman transgenik itu sendiri, c)
Industri pengolahan dari produk itu menjadi bahan makanan atau pakan,
d) Perdagangan internasional dari produsen ke konsumen. Akibatnya
manfaat dan keuntungan maksimal yang diperoleh dari bioteknologi itu
akan mengalir ke perusahaan-perusahaan yang mengembangkan

8
teknologi tersebut, yang semuanya berada di negara-negara maju
(Sasson, 1994).

Pemanfaatan bioteknologi oleh negara-negara industri maju dapat


mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertanian di negara-negara
yang sedang berkembang karena dengan pemanfaatan bioteknologi,
perusahaan-perusahaan besar di negara-negara industri akan mampu
membuat produk alternatif yang sama atau mirip dengan bahan-bahan
yang secara tradisional diekspor oleh negara-negara sedang berkembang.
Banyak bahan-bahan baku industri dan makanan di negaranegara maju
secara tradisional dipasok dari hasil pertanian di negara-negara sedang
berkembang, misalnya gula, minyak goreng, coklat, vanili, dan lain-lain.
Di Amerika Serikat, sudah lama gula mendapatkan saingan kuat dari
sirup jagung (high fructose corn syrup - HFCS) yang dibuat secara
bioteknologi dari fermentasi tepung jagung. Akibatnya, industri yang
memerlukan gula, seperti industri minuman ringan CocaCola, Pepsi dll,
dapat dengan mudah mengganti gula dari tebu dengan HFCS tersebut.
Ini menggambarkan bahwa pertanian dapat dialihkan ke dalam pabrik-
pabrik di negara-negara maju, yang berarti ekspor bahan-bahan pertanian
dari negara-negara sedang berkembang juga terancam. Hal tersebut
menimbulkan dampak terhadap para petani penghasil bahan-bahan
ekspor tersebut, yaitu bahwa produk pertanian mereka akan mendapat
persaingan yang berat. Akibatnya, saling ketergantungan negara-negara
industri maju akan produk-produk pertanian dari negara-negara yang
sedang berkembang menjadi bergeser, dan tidak menguntungkan bagi
Indonesia.

C. Teknik – Teknik Bioteknologi Tumbuhan

Bioteknologi memiliki peranan dan manfaat besar bagi kehidupan


umat manusia. Dalam bidang pertanian misalnya, dengan bioteknologi kini
ketersedian pangan menjadi lebih baik karena produktifitas tanaman menjadi

9
lebih tinggi. Terdapat teknik-teknik yang mendasari bioteknologi tumbuhan
diantaranya :

1. Perkawinan selektif dan hibridisasi konvensional


Rekayasa genetika pada tumbuhan ( tanaman) bukan suatu hal
yang baru. Sejak berkembanganya bidang pertanian, para petani telah
melakukan seleksi benih sesuai sifat-sifat unggul yang diinginkan.
Perkawinan silang dilakukan untuk menghasilkan tonkol-tongkol jagung
yang besar, apel yang mengandung banyak air, dan bibit unggul yang
diperoleh secara moderen, namun cara ini membutuhkan waktu yang lama
dan hasil yang diperoleh tidak dapat dipastikan sesuia dengan keinginan.
Cara untuk mendapatkan bibit unggul sesui sifat-sifat yang diinginkan
dilakukan dengan perkawinan silang antara dua jenis tanaman yang
mengulang kembali perkawinan silang antara keturunan hibrid dengan
salah satu induknya ( Nugroho dan Rahayu , 2017: 117 )
Tanaman dari spesies yang berbeda pada dasarnya tidak dapat
dihibridisasi. Dengan bioteknologi, keterbatasan tersebut dapat diatasi.
Para ilmuan sekarang dapat memindahkan gen-gen khusus yntuk sifat
yang diingkan dalam tanaman. Proses ini berjalan cepat dan pasti karena
tanaman menunjukkan beberapa keuntungan bagi para ahli genetika, anata
lain sebagai berikut : ( Thieman, 2004 )
a. sejarah panjang dari persilangan tanaman memberikan peluang bagi ahli
genetika tanaman memiliki kekayaan strain yang dapat di eksploitasi
secara molekuler.
b. Tanaman mengahsilkan banyak keturunan, sehingga mutasi
rekombinasi dapat ditemukan dengan mudah.
c. Tanaman memiliki kemampuan regenerasi lebih baik dari pada hewan.
Batas spesies dan kompatibilitas seksual bukan merupakan persoalan
yang berkepanjangan.

Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa teknik hibridisasi


konvensional ini memiliki keuntungan dan juga kelemahan. Keuntungan

10
dari teknik konvensional adalah dapat menghasilkan bibit unggul,
sedangkan kelemahannya adalah hanya bisa dilakukan pada spesies yang
sama. Tujuan lainnya adalah :

1. Menggabungkan semua sifat baik kedalam suatu genotip baru.


2. Memperluas keragaman genetik.
3. Memanfaatkan vigor hibrida.
4. Menguji potensi tetua ( uji keturunan ).

Jadi dapat disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki peranan penting


dalam pemulian tanaman, terutama dalam hal memperluas keragaman dan
mendapatkan varietas unggul yang diingginkan. Seleksi akan efektif
apabila populasi yangdi seleksi mempunyai keragaman genetik yang luas.
Perbandingan antara hibridisasi konvensional dengan transformasi genetik
dapat dijelaskan pada gambar berikut.

2. Kloning : Menumbuhkan Tanaman Dari Sel Tunggal


Klonik merupakan suatu teknik untuk menghasilkan banyak
salinan dari suatu gen tunggal, kromosom atau keseluruhan individu. Klon
( clone ) berasal dari kata Yunani yang berarti ranting. Jaringan-jaringan
non reproduktif digunakan untuk pengklonan keseluruhan individu.
Sebenarnya, proses kloning secara alami sering terjadi. Misalnya pada

11
tanaman kentang yang mampu berkembangbiak secar pegetativ, yaitu
mampu mengasilkan tanaman baru dari tuber ( umbi ). Dalam hal ini,
kentang bisa dikatakan mengalami proses kloning. Thieman (2004 )
menyatakan bahwa pada umumnya sel-sel tanaman berbeda dengan
hewan, tetapi satu ciri khas sel tanaman yang penting untuk bioteknologi
adalah beberapa tanaman dapat melakukan regenersi dari satu sel.
Tumbuhan baru yang terbentuk memiliki tiruan baru ( klon ) dari sel
induk. Kemampuan alami sel tanaman ini membuatnya menjadi ideal
untuk penelitian genetik. Setelah materi genetik yang baru dihasilkan
didalam sel tanaman, maka sel tersebut dengan cepat, membentuk tanaman
dewasa. Selain itu, para peneliti dapat mengetahui hasil modifikasi genetik
pada waktu yang relatif singkat.
3. Fusi Protoplas
Ketika tanaman dilukai, maka sejumlah sel yang disebut kalus,
akan tumbuh pada tempat yang dilukai tersebut. Sel-sel halus memiliki
kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tunas dan akar serta
keseluruhan tanaman berbunga. Potensi alami sel-sel tersebut yang
terprogram menjadi calon tanaman baru snagat ideal untuk rekayasa
genetik. Seperti pada sel-sel tanaman, sel-sel kalus dikelilingi oleh dinding
selulosa yang tebal, yaitu menghambat pembentukan DNA baru. Dinding
sel tersebut dapat dipecah dengan enzim selulase, sehingga menghasilkan
sel tanpa dinding sel yang disebut protoplas. Protoplas ini dapat
digabungkan dengan protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian
membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi tanaman hibrid. Metode ini
disebut Fusi Protoplas (Nugroho dan Rahayu , 2017: 119 )
Fusi protoplas dapat dilakukan dengan cara menggabungkan
genom dari spesies yang sama (intra-spesies) atau antar spesies dari genus
yang sama (inter-spesies), atau antar genus dari satu famili (inter-genus).
Penggunaan fusi protoplas memungkinkan diperolehnya hibrida-hibrida
dengan tingkat heterosigositas yang lebih tinggi walaupun tingkat
keberhasilannya sangat ditentukan oleh genotipnya ( Mollers, et al. 1992).

12
Teknologi fusi protoplas juga dapat dilakukan untuk mendapatkan sifat-
sifat tertentu seperti sifat ketahanan terhadap hama dan penyakit serta
cekaman abiotik ( Porwito, 1999 ). Dengan demikian, tanaman hasil fusi
dapat berupa tanaman dengan sifat-sifat gabungan dari kedua tetuanaya
termasuk sifat-sifat yang tidak diharapkan terutama berasal dari spesies
liar.

Gambar 73. Fusi protoplas dan regenerasi dari tumbuhan hibrida

Tujuan fusi protoplas adalah untuk mendaptkan suatu hibrida


somatik atau mengatasi kelemahan dari hibrida seksual. Fusi protoplas
dapat dilakukan untuk melakukan persilangan antar spesies atau galur
tanaman yang tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan persilangan

13
baisa karena adanaya masalah inkompatibilitas fisik. Teknik ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat
menghasilkan tanaman dengan sifat tertentu dan dapat dilakukan dengan
spesies yang berbeda. Kekurangan dari teknik ini adalah memerlukan
biaya yang mahal serta butuh ketelitian yang lebih ( Thieman (2004 ).

4. Teknik Potongan Daun (Leaf Fragment Technique)


Transfer genetik terjadi secara alami pada tanaman dalam
merespon generasi patogen. Contoh, suatu luka dapat diinfeksi pada
bakteri tanah Acrobacterium tumevaciens (agrobacter). Bakteri ini
memilki plasmit yang besar (molekul DNA dobel helix yang sirkuler)
yang dapat merangasang sel – sel tanaman untuk tumbuh terus menerus
tanpa terkontrol (tumor). Oleh karena itu, plasmit ini dikenal sebagai
tumer inducing (Ti) Plasmit. Sedangkan hasil dari tumor tersebut disebut
crowngal. Tumor crowngal adalah jaringan tanaman yang
pertumbuhannya tidak terdiferensiasi akibat adanya interaksi antara
tanamn – tanamn yang rentan dengan strain pirulen acrobacterium
tumevaciens. Selama infeksi, bakteri ini mentransfer sebagian kecil materi
genetik yang dimilikinya (T- DNA) kedalam genom sel tanaman inang.
Setelah di insersi, gen – gen bakteri tersebut di ekspresi oleh sel – sel
tanaman yang terinfeksi (Thiemen, 2004).

Plasmit bakteri memberi gagasan bagi para ahli bioteknologi


sebagai sarana transfer DNA. Dalam penggunaannya peneliti sering

14
mnyebut teknik potongan daun dan dapat dijelaskan pada gambar 75A dan
75B. Dalam teknik potongan daun ini, daun dipootong kecil –kecil,
kemudian ketika potongan daun mulai bergenerasi selanjutnya akan
dikultur ke medium yang mengandung actobacter yang telah mengala,mi
kodifikasi genetik. Selama proses ini, DNA pada plasmit Ti berintegrasi ke
DNA sel inang dan materi genetik yang menguntungkan telah dikirim.
Potongan daun tersebut kemudia diberi hormon untuk merangsang
pertumbuhan tunas dan akar.
Kekurangan utama dari proses ini adalah acrobacter tidak dapat
menginveksi tanaman monokotil seperti jagung dan gandum. Tanaman
dikotil seperti tomat, kentang, apel, juga kedelai merupakan contoh yang
cocok untuk proses ini. Namun penelitian baru – baru ini jelas
menunjukkan bahwa T- DNA dapat dihgabungkan kedalam spesies
monokotil, sebgaimana dijelaskan pada penjelasan berikutnya bahwa
untuk bakteri yang tahan terhadap acrobacter dilakuakan dengan
menggunakan pistol gen.

15
5. Pistol Gen
Teknik modern lain dalam transformasi tanaman adalah
penggunaan metode gene gun atau pistol gen. kelebihan dari teknik ini
adalah dapat meghasilkan tanaman dengan sifat yang sesuai keinginan.
Metode transfer gen ini di operasikan dengan cara fisik dengan
menembakkan partikel DNA-coated ( lubang kecil yang diselubungi
DNA) langsung ke sel atau jaringan tanaman, dengan cara partikel dan
DNA yang ditambahkan menembus dinding sel dan membrane, kemudian
DNA melarut dan tesebar dalam secara independen. Telah
didemonstrasikan bahwa teknik ini efektif untuk mentransfer gen pada
bemacam-macam eksplan. Penggunaan particle bombardment membuka
peluang dan kemungkinan lebih mudah dalam memproduksi tanamanan
transgenic dari berbagai spesies yang sebelumnya sukar ditransformasi
dengan agrobakterium, khususnya tanaman monokotil seperti padi dan
jagung.

16
Pistol gen khususnya digunakan untuk menembakkkan DNA
kedalam inti sel tumbuhan, tetapi juga bias menembakkkan DNA ke
kloroplas, yaitu bagian sel yang megandung klorofil. Tumbuhan memiliki
10-100 kloroplas pada tiap selnya dan setiap kloroplas masing-masing
mempunyai ikatan DNA. Untuk dapat memastikan apakah target pistol
gen tersebut adalah inti sel atau kloroplas, peneliti harus megidentifikasi
sel yang dimasuki DNA baru terlebih dahulu. Sebagai contoh, peneliti
meggabungkan gen yang diinginkan dengan sel yang megandung

17
antibiotic tertentu. Gen ini disebut ‘‘marker’’ atau gen pelapor. Setelah
meggunakan pistol gen, peneliti mengumpulkan sel dan mecoba
menumbahkan di dalam medium yang mengandung antibiotic. Hanya sel
yang megalami transformasi saja yang akan bertahan.
6. Teknik Kloroplas
Kloroplas dapat menjadi target rekayasa genetika, sebagaimana
yang telah dibahas pada bagian pistol gen. tidak seperti DNA pada inti sel,
DNA pada kloroplas dapat menerima beberapa ge baru dalam satu waktu,
kemungkinan besar gen yang meyisip ke dalam kloroplas akan tetap aktif
saat tumbuhan mejadi dewasa. Keuntungan lainnya adalah bahwa DNA
dalam klorplas tepisah seluruhnya dari DNA yang dibebaskan pada sebuk
sari tanaman. Penggunaan kloroplas untuk ekspresi gen dapat
meghilangkan bahaya transfer serbuk sari pada tanaman yang tidak dituju,
selama klorplas tidak ada dalam serbuk sari tanaman. Ketika klorplas
secara genetic dimodifikasi, ada kemungkinan bahwa ge yang
ditransformasi akan terbawa jauh oleh angin.

Dahulu, ketika lebih dari satu gen diekspresikan, dua tanaman,


masing-masing dengan gen yang dimasukkan sendiri-sendiri, harus
dikembangkan. (a) persilangan standar dengan dengan transefer serbuk
sari diperlukan untuk memproduksi tanaman cankok ( hibris). (b)
sekarang dimungkinkan untuk memasukkan lebih dari satu gen dengan

18
memasukkan gen-gen tersebut ke dalam DNA klorplas. Brndy de Cosa,
dkk. Telah memasukkan tiga gen resisten terhadap serangga Orfl, orf2,
dan Cry2Aa2 telah dimasukkan kedalam gen ribosom 16S-3’ (sebuah gen
aktif yang diekspresikan klorplas). TrnI dan TrnA diketahui mengapit
wilayah antara 16S-3’ dan aadA yang merupakan wilayah pemilihan untuk
antibiotic risesten yang diperlukakan untuk pemilihan transformasi sel
yang berhasil. Prrn merukan sebuah ikatan lokasi untuk repleksi PCR yang
memproduksi DNA secara kuantitas dan psbA3’ adalah wilayah uang
menstabilkan gen-gen asing pada DNA kloroplas.
7. Teknologi Antisense
Teknologi Antisense merupakan metode rekayasa genetic yang
dapat digunakan untuk mengatasi masalah-maslah pascapanen, dimana hal
ini di fokuskan pada penggunaan gen-gen yang megatur pelunakan buah
(membrane dan dinding sel) dan kecepatan pemasakan. Pelunakan buah
banyak dipelajari karena sangat berperan dalam kerugian pascapanen
selama penanganan dan distribusi buah-buahan. Kekerasaan buah
merupakan fungsi dari dinding sel yang merupakan komponen structural
yang megeliling setiap sel tanaman. Selama pematangan buah berbagai
enzim yang terlibat dalam degredasi dinding sel disintesis dalam buah,
diantaranya selulase untuk memecah selulosa, poligalakturonase (PG) dan
pektin metilesterase ( PME) yang mendekredasi pectin ( Efendi, 2005).
Salah satu gen yang mengontrol pelunakan yang paling banyak
dopelajari adalah gen yang megkode enzim poligalakturonase (PG), yang
megkatalis hidrolisis rantai asam poligalakturonat pad dinding sel.
Penurunan ekspresi gen PG ini diharapkan akan memperlambat proses
pelunakan buah. Tomat yang matang secara normal memproduksi enzim
polyglacturonase atau PG, sebuah subtansi kimia yang mecerna pectin
dalam dinding tanaman. Pencernaan ini menginduksi kebusukan normal
yang meupakan siklus alami dari tanaman. Peneliti di Calgene telah
megidetifikasi gen yang menyediakan PG dihilangkan dari gen dari sel
tanaman, dan memproduksi ulang pelengkap dari gen tersebut dengan

19
meggunakan Agrobacteri sebagai organisme vector, gen tersebut ditransfer
pada gen baru dalam sel-sel tomat. Dalam sel, gen yang disandingkan pada
sebuah molekul unit mRNA (molekul antisense) dan molekul mRNA
normal yang tidak aktif (molekul sense) untuk memproduksi PG. dengan
molekul mRNA yang tidak aktif, tidaka ada PG yang diproduksi, tidaka
ada pectin yang dicerna dan ‘‘pembusukan’’ alami akan melambat.

D. Contoh – contoh Produk Bioteknologi Tumbuhan


Makhluk hidup transgenik merupakan salah satu bentuk kehidupan
dari hasil suatu produk bioteknologi. Beberapa contoh dari produk
bioteknologi tumbuhan, yaitu:

1. Buah Partenokarpi
Pada prinsipnya rekayasa genetika tanaman memungkinkan
pengubahan suatu sifat yang dituju menjadi jenis berbeda dan dalam jenis
menjadi varietas yang dituju. Dalam pembentukan buah partnokarpi
dengan metode rekayasa genetika, dapat ditempuh melalui dua
pendekatan, yaitu menghambat perkembangan embrio atau biji tanpa
mempengaruhi pertumbuhan buah dan ekspresi fitohormon pada
bagian ovary atau ovul untuk memacu perkembangan buah partenokarpi.
Pendekatan pertama yaitu menghambat perkembangan embrio atau
biji tanpa mempengaruhi pertumbuhan buah dengan cara penggunaan gen

20
yang bersifat merusak sel (cytotoxic). Gen ini akan menghasilkan senyawa
toksik terhadap sel-sel embrio atau biji, sehingga akan menghambat
bahkan merusak perkembangan embrio atau biji. Pertumbuhan buah tetap
berlangsung, tetapi tidak menghasilkan biji. Misalnya pada penggunaan
gen barnase yang diisolasi dari bakteri Bacillusamyloliquefaciens atau
dapat pula dihasilkan dari kombinasi gen sitotoksik, seperti gen iaaM dan
iaaH dari bakteri yang mengekspresikan senyawa toksik kadar tinggi
terhadap sel-sel embrio. Kombinasi kedua gen tersebut akan merubah
triptofan menjadi IAA (indoleaceticacid) melalui
senyawa indoleacetamide. Kadar IAA yang tinggi tersebut akan bersifat
toksik terhadap sel-sel biji atau embrio tanaman.
Menurut Pardal (2001), dengan menggunakan gen regulator yang
dapat mengekspresikan senyawa toksik seperti gen barnase tersebut akan
mempengaruhi perkembangan embrio atau endosperm. Hal tersebut
dikarenakan gen Barnase akan menghasilkan enzim ribonuklease pada
bagian biji di bawah controlpromoter spesifik bagian kulit biji. Sehingga
pertumbuhan dan perkembangan biji akan terhambat yang menyebabkan
nutrisi pada tanaman akan mengalir pada pertumbuhan dan perkembangan
buah.
Cara pendekatan kedua dalam pembentukan buah partenokarpi
yaitu melalui pengekspresikan senyawa fitohormon IAA atau analognya
pada bagian bakal buah (ovary). Pendekatan kedua ini dilakukan
berdasarkan pengetahuan bahwa penggunaan fitohormon sejenis auksin
atau giberelin dapat menggantikan peran biji dalam merangsang
pembentukan dan perkembangan buah. Tomes, dkk pada tahun 1996
(dalam Zain, 2015), berhasil menginduksi buah partenokarpi melalui
penggunaan gen pengkodegiberelin, yaitu giberelin 20-oxidase yang mana
diekspresikan pada bagian polen (serbuk sari) sebelum polinasi. Buah
partenokarpi dapat terbentuk dengan menggunakan gen pengkode auksin,
giberelin dan sitokinin. Gen-gen tersebut dapat dihasilkan pula dari
isolasi Agrobacteriumturnefaciens dan Pseudomonassyringae.

21
Untuk mengubah buah partenokarpi, suatu gen chimera
dikonstruksi, khususnya penggunaan gen DefH9-iaaM yang mengandung
daerah pengkode gen iaaM dari Pseudomonassyringae di bawah kendali
promotor spesifik plasenta dan ovule dari gen. Gen iaaM mengkode
tryptophanmonoxygenase yang memproduksi indolacetamide, kemudian
secara kimiawi atau enzimatis diubah menjadi auksin indole-3-acetic acid.
Penggunaan gen DefH9-iaaM telah menghasilkan buah partenokarpi pada
terung (Pardal, 2015).
2. Golden Rice
Penerapan bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya telah lama
dilakukan namun menjadi sangat terdengar ketika muncul goldenrice
dalam jurnal science pada tahun 2000. Namun sebenarnya sekitar sepuluh
tahun sebelumnya, ilmuwan jepang telah mengawali mengisolasi gen yang
menyandi jalur biosintesa karotenoid dari bakteri fitopatogenik Erwina
Uredovora. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa gen Crtl mengkode
enzim phytoenedesaturase yang bertanggung jawab untuk mengubah
phytoene menjadi lycopene (I Wayan, 2009).
Luasan lahan pertanian yang semakin sempit mengakibatkan
produksi perlahan harus ditingkatkan. Peningkatan ini tidak hanya berupa
peningkatan bobot panen namun juga nutrisi atau nilai tambah. Oleh sebab
itu dari suatu luasan yang sebelumnya hanya menghasilkan karbohidrat
diharapkan dapat ditambah dengan vitamin dan mineral. Hal inilah yang
mendorong para peneliti padi mengembangkan Golden Rice. Pada
awalnya penelitian dilakukan untuk meningkatkan kandungan provitamin
A berupa beta karoten, dan saat ini fokus penelitian tetap dilakukan (I
Wayan, 2009).
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan
berwarna kuning menyerupai emas. Rekayasa genetika merupakan metode
yang digunakan untuk produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan karena
tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk mensintesis karotenoid.
Pendekatan transgenik dapat dilakukan karena adanya perkembangan

22
teknologi transformasi dengan Agrobacterium dan ketersediaan informasi
molekuler biosintesis karotenoid yang lengkap pada bakteri dan tanaman.
Dengan adanya informasi tersebut terdapat berbagai pilihan cDNA.
Produksi prototype Golden Rice menggunakan galur padi japonica (Taipe
309), teknik transformasi menggunakan Agrobacterium dan beberapa gen
penghasil beta karoten tanaman daffodil hingga bakteri (Tran dan Pham,
2010).
Golden Rice adalah beras diperkaya dengan beta-karoten, sebuah
provitamin. Ini dikembangkan untuk membantu mencegah kekurangan
vitamin A dan konsekuensinya sering parah dan kadang-kadang
mematikan dalam padi-makan populasi di negara berkembang: di negara-
negara banyak orang yang terlalu miskin untuk dapat membeli makanan
yang seimbang dengan hijau, buah-buahan dan produk-produk hewani.
Sayangnya hanya realistis untuk berasumsi bahwa sebagian besar dari
populasi ini akan tetap miskin dan kekurangan gizi di masa mendatang
(Tran dan Pham, 2010).
Golden Rice adalah kultivar (varietas) padi transgenik hasil
rekayasa genetika yang berasnya mengandung beta-karotena (pro-vitamin
A) pada bagian endospermanya. Kandungan beta-karoten ini
menyebabkan warna berasnya tersebut tampak kuning-jingga sehingga
kultivarnya dinamakan ‘Golden Rice’ (“Beras Emas”). Pada tipe liar
(normal), endosperm padi tidak menghasilkan beta-karoten dan akan
berwarna putih hingga putih kusam. Di dalam tubuh manusia, beta-
karotena akan diubah menjadi vitamin A (Ming etal, 2004).
Kultivar padi ini dibuat untuk mengatasi defisiensi atau
kekurangan vitamin A yang masih tinggi prevalensinya pada anak-anak,
terutama di wilayah Asia dan Afrika. Nasi menjadi pangan pokok bagi
sebagian besar warga disana, dan kemiskinan sering kali tidak
memungkinkan penyediaan sayuran atau buah-bahan yang biasa menjadi
sumber provitamin-A dalam menu makanan sehari-hari (Sugianto, 2017).

23
Menurut I Wayan (2009), beberapa tahun berselang, ilmuwan
Eropa melaporkan bahwa di dalam biji padi terdapat bahan dasar
(prekusor) untuk bioseintesis karotenoid, termasuk beta-karoten, yaitu
geranylgeranyldiphosphate (GGDP). Namun secara alami biji padi tidak
menghasilkan phytoene karena terjadi penghambatan fungsi dari enzim
phytoenesynthase (PHY) dalam mengubah GGDP menjadi phytoene.
Meskipun demikian, penghambatan fungsi enzim tersebut bisa dihilangkan
dengan cara mengintroduksi gen PHY dari tanaman daffodil (bunga
narsis/bakung) dengan menggunakan promoter spesifik untuk endosperma.
Selain PHY dan Ctrl, masih ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk
mengubah lycopene menjadi beta-karoten yaitu lycopenecyclase (LYC)
yang juga berasal dari tanaman dattodil.
Golden rice diciptakan oleh transformasi padi dengan dua karoten
biosintesis gen-beta:
a. PSY (sintasephytoene) dari daffodil (Narcissuspseudonarcissus)
b. Crtl dari tanah bakteri Erwina uredovora
c. Penyisipan dari suatu Lcy (Lycopene) gen adenilat dianggap
diperlukan, tetapi penelitian lebih lanjut menunjukkan hal itu sudah
diproduksi dalam jenis padi endosperma-liar).
Para psy dan crt 1 Gen yang berubah menjadi nuklir genom beras
dan ditempatkan di bawah kontrol yang endosperm-spesifik promoter,
sehingga mereka hanya dinyatakan dalam endosperm. Eksogen Lyc gen
memiliki urutan peptide transit terpasang sehingga ditargetkan ke plastid,
dimanadifosfatgeranylgeranyl pembentukan terjadi. Para bakteri crt 1 gen
merupakan inklusi penting untuk menyelesaikan jalur ini, karena dapat
mengkatalisis beberapa langkah dalam sintesis karotenoid, sedangkan
langkah-langkah ini membutuhkan lebih dari satu enzim dalam tanaman.
Hasil akhir dari jalur rekayasa likopen, tetapi jika tanaman akumulasi
lycopene, beras akan merah. Analisis terakhir menunjukkan endogen
enzim tanaman proses lycopene beta-karoten dalam endosperm,

24
memberikan nasi warna kuning khusus untuk yang bernama. Beras emas
asli disebut SGR1.
Golden rice terkenal dengan kandungan Provitamin A berupa beta
karoten. Beta karoten merupakan zat warna oranye kekuningan, seperti
pada tanaman wortel. Golden rice mengandung betakarotena dan di dalam
tubuh manusia betakarotena tersebut akan diubah menjadi vitamin A.
Vitamin A yang ada di dalam beras ini sanggup mengatasi defisiensi atau
kekurangan Vitamin A pada manusia. Golden rice juga
mempunyaikandungan karbohidrat layaknya beras pada umumnya, juga
mengandung zat besi (Fe).
3. Tomat Antisense
Tomat (Lycopersiconesculentum) merupakan salah satu produk
hortikultura utama. Seperti produk hortikultura pada umumnya, tomat
memiliki shelf-life atau daya tahan yang pendek. Hal tersebut menjadi
kendala dalam transportasi buah tomat. Proses pemasakan buah dimulai
dari perubahan dinding buah yang menjadi lunak diiringi dengan produksi
komponen warna, perubahan kandungan gula, flavor dan aroma.
Pada kebanyakan buah seperti tomat dan pepaya, proses
pemasakan dimulai apabila buah memproduksi volatillecompound yang
disebut ethylene. Apabila buah tomat atau pepaya sedang masak akan
melepaskan gas ethylene ke udara. Kondisi tersebut akan mempercepat
proses pemasakan buah-buah tomat atau pepaya lain yang disimpan dalam
kantong atau kotak yang sama. Ethylene adalah pemicu utama terjadinya
pemasakan buah. Para peneliti melakukan percobaan untuk merakit
tanaman PRG (produk rekayasa genetik) yang pemasakan buahnya dapat
ditunda. Strategi yang mereka pakai adalah mengurangi atau menghalangi
produksi ethylene (Efendi, 2005).
Menurut Good, dkk (1994), ada tiga strategi yang telah digunakan
dalam proses perakitan tomat PRG sehingga pemasakan buahnya dapat
ditunda. Strategi tersebut terkait dengan pengurangan produksi ethylene :
1. Pengurangan ACC synthase

25
ACC synthase adalah enzim di dalam buah tomat yang
bertanggung jawab dalam tahapan sintesis ethylene dalam buah.
Pengurangan tingkat ACC synthase secara dramatis megurangi
produksi ethylene. Para peneliti menemukan bahwa dengan
mentransformasikan gen antisense ACC synthase ke genom tanaman
tomat, produksi ethylene dalam tanaman menjadi terhambat dan
pemasakan buahnya dapat ditunda. Tomat PRG tersebut dikembangkan
oleh perusahaan DNA Plant Technologies dan dipasarkan dengan
nama Endless Summer.
2. Penambahan ACC deaminase
Transformasi gen yang berasal dari bakteri
tanah Pseudomonaschlororaphis. Gen tersebut mengkode enzim
ACC deaminase, yang dapat memecahkan salah
satu precusorsintesisethylene (ACC). Pengurangan tingkat precusordapat
menyebabkan pengurangan produksi ethylene dan menunda proses
kemasakan. Salah satu perusahaan bioteknologi swasta, yaitu Monsanto
mengembangkan tomat PRG dengan sifat penundaan kemasakan, tetapi
tidak dikomersialkan.
3. Penambahan SAM hydrolase
Gen lain yang digunakan dalam perakitan tanaman tomat PRG
yang pemasakan buahnya dapat ditunda adalah SAM hydrolase. Gen
tersebut berasal dari bacteriophage bakteri E.coliT3. Gen tersebut juga
dapat memecahkan salah satu xprecursorsynthesisethylene (SAM).
Teknologi ini telah dikembangkan oleh suatu perusahaan bioteknologi
Agritope, Inc dan diaplikasikan pada tomat varietas Cherry.
 Mekanisme Tomat antisense
Pada tahun 1980, para ilmuwan di Calgene melakukan
penelitian terhadap tomat FlavrSavr, dimana tomat tidak menjadi lunak
saat masak, karena itu dibiarkan menggantung hingga masak alami.
Tomat FlavrSavr merupakan tomat hasil rekayasa genetika yang
memiliki shelf-life lama dapat diciptakan dengan menyisipkan gen

26
antibeku dari ikan air dingin ke dalam gen tomat. Gen antibeku ini
diperoleh dari ikan Flounder, yaitu jenis ikan di Antartika yang dapat
bertahan hidup dalam kondisi yang sangat dingin. Ikan Flounder
mempunyai gen antibeku yang disebut dengan gen antisenescens yang
dapat menghambat enzim polygalacturonase (enzim yang mempercepat
kerusakan dinding sel tomat).
Gen ini dipindahkan dari kromosom di dalam sel ikan Flounder.
DNA antibeku ini kemudian disisipkan pada DNA bakteri Escherichia
coli yang disebut plasmid. DNA hibrid ini, yang merupakan kombinasi
dari dua DNA berbeda disebut sebagai DNA rekombinan. DNA
rekombinan yang mengandung gen antibeku ini kemudian ditanam
kembali pada bakteri Escherichia coli. Bakteri tersebut memproduksi
kopian dari DNA rekombinan dalam jumlah yang sangat banyak. Tahap
selanjutnya diawali dengan isolasi DNA sel tomat terlebih dahulu yang
dilakukan dengan cara menghaluskan batang tomat dalam nitrogen cair
untuk melepaskan isi sel. Isi sel tersebut kemudian ditempatkan dalam
tabung reaksi, lalu disentrifugasi. Selama sentrifugasi, isi sel terpisah ke
dalam dua lapisan dimana salah satunya adalah lapisan DNA. Lapisan
ini kemudian dipisahkan dari tabung, kemudian ditambahkan enzim
restriksi, yaitu ECO R1 yang berfungsi memotong di lokasi DNA yang
spesifik. Sel tanaman tomat diinfeksi dengan bakteri tersebut. Setelah
itu ditambahkan enzim ligase ke dalam DNA tomat dan plasmid untuk
menyambungkan DNA, sehingga dapat lengket. Hasilnya, gen antibeku
pada plasmid yang terdapat pada bakteri bergabung dengan DNA sel
tanaman tomat. Sel tanaman tomat kemudian ditempatkan pada media
tumbuh yang berupa cawan petri yang mengandung media
nutrien selektif.Bibittomat mulai ditanam. Tanaman tomat hasil
rekayasa genetika mengandung satu kopian gen antibeku dari ikan
Flounder pada setiap selnya.
Tomat transgenik rendah PG ini menandai era baru dalam
bioteknologi sebagai produk rekayasa genetika pertama yang di

27
pasarkan. Tomat FlavrSavr dipasarkan oleh Calgene di USA tahun 1994
dengan nama dagang ”MacGregor’s” (Webber, 1994). Tomat
transgenik yang membawa gen antisense PG ini tidak menunjukkan
perubahan kecepatan pelunakan (Smith etal, 1988). Walaupun demikian
tomat ini lebih tahan pecah dan lebih sedikit terjadi kerusakan selama
proses pascapanen dibandign tomat bukan transgenik (Schuchetal,
1991). Setelah dilakukan penelitian oleh Calgene dan pembicaraan
dengan FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan AS), FDA
menemukan tomat ini aman dan menyetujui tomat FlavrSavr dipasarkan
pada 17 Mei 1994
4. Kedelai
Kedelai (Glycinemax L. Merill) merupakan salah satu bahan
pangan bagi rakyat Indonesia yang permintaannya terus meningkat.
Diantara jenis legum, kedelai merupakan sumber protein paling baik
karena mempunyai susunan asam amino esensial paling lengkap.
Disamping itu kedelai juga dapat digunakan sebagai sumber lemak,
vitamin, mineral dan serat. Mengungkapkan bahwa kedelai umumnya
ditanam di lahan kering maupun sawah pada musim kemarau. Lahan
kering pada umumnya mempunyai kemampuan tanah menahan air (water-
holdingcapacity) dan kandungan nitrogen yang rendah. Kandungan
nitrogen yang rendah terhadap tanah yang ditumbuhi oleh tanaman kedelai
akan dapat mempengaruhi tanaman tersebut sehingga kandungan protein
biji kedelai memiliki nilai yang rendah dan produksi tanaman kedelai
(Glycinemax L. Merill) akan menurun. Hal ini disebabakan terdapat
berbagai kedelai impor yang memiliki variasi ukuran berbeda dari yang
terbesar hingga terkecil dengan kandungan tinggi protein. Biji kacang
kedelai di Indonesia besar biji bervariasi dari 6-30 gram denganukuran
kecil, sedang dan ukuran biji besar. Kandungan protein kedelai sebanayak
30,90.
Maka penggunaan bokashi yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kandungan material organik pada tanah yang keras sehingga

28
dapat meningkatkan aerasi, mengurangi bulkdensity, dan meningkatkan
kadar nitrogen tanah. Sehingga nutrisis zat pengatur tumbuhan terhadap
tanaman kedelai tercukupi (Sundarsihand Kurniati , 2009).
Penggunaan salah satu inovasi dengan teknologi untuk memenuhi
kebutuhan unsur nitrogen tanaman kacang kedelai adalah dengan
menggunakan biofertilizer, seperti bakteri Synechococussp.
Synechococcussp merupakan salah satu bakteri fotosintetik
kelompok Cyanobacteria yang dapat berasosiasi dengan tanaman kedelai
maka dari itu digunakan bakteri Synechococcussp ini yang diketahui
memiliki pengaruh baik terhadap biji kedelai dan produksi tanaman
kedelai, selain itu bakteri fotosintetik Synechococcussp. mampu
berindikasi dengan tanaman kedelai dan sifatnya saling menguntungkan
terhadap tanaman kedelai tersebut. Selain dapat
berfotosintesis, Synechococcussp. juga mampu menambah gas nitrogen
dari udara. Asosiasi bakteri dengan kedelai, mampu meningkatkan
fotosintesis dan pasokan N pada tanaman kedelai, sehingga meningkatkan
pertumbuhan maupun hasil biji. Synechococcussp. sebagai biofertilizer
dapat meningkatkan kandungan protein biji kedelai sebesar 6,35 persen
(Syamsuniharetal., 2007).
Maka perlu dilakukan pengujian terhadap
bakteri Synechococcussp yang mampu meningkatan kadar protein pada
biji dan produksi tanaman kedelai. Sehingga pengujian dilakukan
menggunakan tanaman kedelai varietas Baluran bakteri
fotosintetik Synechococcus sp.Strain Situbondo. Alat utama yang
digunakan yaitu spektrofotometer. Penelitan dirancang dengan
menggunakan rancangan splitsplit plot dengan dua faktor, yaitu faktor
bakteri dan faktor bokashi. Faktor bakteri terdiri atas dua aras yaitu tanpa
bakteri Synechococcus sp., dan dengan bakteri Synechococcus sp. Faktor
dosis bokashi terdiri atas empat aras, yaitu 0, 100, 300, dan 500 kg/ha.
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Parameter yang
diamati meliputi kandungan protein biji, kandungan N-total jaringan, berat

29
kering 100 biji, jumlah biji pertanaman, tinggi tanaman, kandungan
klorofil daun, serta daya hantar stomata. Analisis kandungan protein biji
dan N-total jaringan menggunakan metode modifikasi Kjeldahl. Nilai
rerata antar perlakuan pada setiap parameter dibedakan dengan
SEM (Standard ErroroftheMean).
Dapat diketahui kandungan N-Total jaringan daun tanaman kedelai
yang berasosiasi dengan bakteri fotosintetik Synechococcussp. lebih besar
19,6%. Inokulasi bakteri Synechococcussp. pada tanaman kedelai
cenderung dapat meningkatkan kadar N jaringan daun tanaman.
Sedangkan pengaruh perlakuan dosis bokashi menunjukkan bahwa
semakin tinggi dosis yang diberikan, maka kadar N-total jaringan semakin
meningkat. Hal tersebut dikarenakan, bokashi yang diaplikasikan dapat
memenuhi kebutuhan N tanaman kedelai, karena bokashi memiliki C/N
ratio 11,93 yang sudah diklasifikasikan sebagai pupuk organic. Pupuk
bokashi yang diaplikasikan pada media juga dapat menyediakan kadar N
pada tanah, karena kandungan N tanah tergolong sangat rendah (0,08)
(Soedradjad, 2012).
Bokashi yang diberikan pada tanaman memiliki kandungan N
sebesar 1,17%, dimana nilai tersebut sudah menurut dikategorikan
kandungan N yang sangat tinggi. N pada tanaman, salah satunya
digunakan untuk pemanjangan sel dalam pertumbuhan. Semakin cepat
pertumbuhan tanaman, maka tanaman juga membutuhkan nutrisi N yang
besar. Nitrogen bagi tumbuhan berfungsi sebagai penyusun protoplasma,
molekul klorofil, asam nukleat, dan asam amino yang merupakan
penyusun protein. Nitrogen merupakan komponen penyusun banyak
senyawa organik penting di dalam tanaman (protein, enzim, vitamin B
complex, hormon, dan klorofil), sehingga nitrogen menjadi salah satu
unsur hara esensial yang membatasi pertumbuhan tanaman.
Bakteri Synechococcus sp. dapat meningkatkan kandungan klorofil daun
tanaman kedelai pada dosis bokashi 0 kg/ha (Ashari, 2006).

30
Pengaruh dosis bokashi cenderung meningkatkan klorofil daun
pada dosis 100 kg/ha, namun kandungan klorofil cenderung menurun pada
dosis bokashi lebih dari 100 kg/ha. Bokashi yang memiliki unsur N sangat
tinggi dapat meningkatkan zat hijau daun saat diberikan dengan dosis yang
cukup, karena N berperan penting dalam hal pembentukan zat hijau daun
yang berguna dalam proses fotosintesis. Pengaruh
bakteri Synechococcus sp. dapat meningkatkan berat biji per-tanaman
sebesar 34,61% pada dosis bokashi 0 kg/ha. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tanaman yang berasosiasi dengan Synechococcus sp. memiliki
pertumbuhan yang lebih baik karena ditopang oleh N jaringan yang lebih
tinggi dengan keberadaan Synechococcus sp. dalam meningkatkan laju
fotosintesis.
Perlakuan dosis bokashi cenderung meningkatkan berat biji
pertanaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman kedelai
membutuhkan N yang cukup dalam proses pengisisan biji. Unsur N
merupakan komponen esensial dalam asam amino yang menjadi dasar
pembentukan protein, juga dalam basa nitrogen yang terdapat dalam asam
nukleat dan senyawa yang berkerabat, seperti ATP yang akhirnya
menambah berat kering biji. Hasil juga menunjukkan bahwa
bakteri Synechococcus sp. dapat meningkatkan kandungan protein biji
tanaman kedelai sebesar 1,9% pada dosis 0 kg/ha dan 2,4% pada dosis 100
kg/ha dibandingkan dengan tanaman kontrol. Namun seiring penambahan
dosis bokashi 300 dan 500 kg/ha, kandungan protein cenderung menurun.
Hal tersebut membuktikan bahwa bakteri Synechococcus sp. dosis 0kg/ha
dan dosis 100 kg/ha berpengaruh terhadap penambahan kandungan protein
disaat pasokan N tanaman sedikit. Tanaman kedelai yang berasosiasi
dengan bakteri Synechococcus sp. mampu meningkatkan pertumbuhan
tanaman, sehingga kandungan N di tanaman meningkat dan kehilangan N
pada jaringan daun tua lebih sedikit. Rendahnya kehilangan N pada
jaringan daun tua ini memperpanjang fungsi daun dalam proses
fotosintesis sehingga kandungan protein biji lebih tinggi.

31
Pengaruh dosis bokashi cenderung meningkatkan kandungan
protein biji tanaman kedelai. Hal itu dikarenakan bokashi yang diberikan
memiliki kandungan N yang sangat tinggi, yaitu sebesar 1,17 %. N
merupakan pembentuk asam amino dan protein, karena satuan dasar
pembentuk protein adalah asam amino. Setiap molekul amino
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Penggabungan
asam amino untuk membentuk protein adalah dengan ikatan peptida,
melibatkan gugus amino pada asam amino yang satu dengan gugus
karboksil pada asam amino lainnya.
Kemajuan teknologi di bidang pertanian sangat membantu petani
dalam bertanam, sehingga produksi dari tanaman dapat dihasilkan dengan
baik dan menguntungkan bagi petani karena dapat mencapai sesuai tujuan.
Sebelumnya produksi kacang kedelai memiliki biji yang lebih kecil dan
kandungan protein yang rendah dan berakibat produksi kacang kdelai
kurang maju. Namun setelah berkembangnya ilmu-ilmu teknologi
pertanian produksi tanaman kedelai dengan kandungan protein tingi pada
biji dan bentuknya yang lebih besar dapat meningkatkan produksi yang
lebih baik sehingga mungkin banyak para petani yang akan menggunakan
metode ini namun harus lebih diperhatikan ketika proses penanaman
bakteri kepada tanaman tersebut dan harus sesuai takarannya agar tidak
terjadi suatu hal yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan atau
kegagalan.
5. Bunga Mawar Biru
Pada tahun 1840 perkumpulan hortikultur di Inggris dan Belgia
menawarkan hadiah uang sebesar 500.000 francs bagi siapapun yang bisa
menciptakan bluerose.
 Pigmen Dasar pada Tanaman
Terdapat tiga pigemen dasar pada tanaman yang memiliki
precursor yang sama yaitu anthocyanindihydrokaempferol (DHK),
yaitu :

32
1. Cyanidin, menghasilkan enzim untuk memodifikasi DHK dan
mengarahkannya menghasilkan pigmen berwarna merah tua,
merah jambu dan lila.
2. Delphinidin, memodifikasi DHK dan mengarahkannya untuk
menghasilkan pigmen berwarna biru.
3. Pelargonidin
Pada tahap ini semua pigmen yang diarahkan masih belum
berwarna dibutuhkan satu enzim lagi
yaitu dihydroflavinolreductase (DFR). Apabila DFR tidak bekerja
maka semua bunga akan berwarna putih.
 Mekanisme Mawar Biru (Blue Rose)
Telah diketahui bahwa gen yang berfungsi untuk menghasilkan
delphinidin tidak terdapat pada mawar, maka gen delphinidin harus
didapatkan dahulu dari tanaman yang memiliki gen delphinidin.
Tahun 1991, Florigene berhasil mengisolasi gen delphinidin
dari bunga Petunia. Dengan menggunakan teknologi transformasi gen,
gen delphinidin dimasukkan ke genom mawar. Pertengahan tahun 90-
an, mendapatkan mawar pertama dengan delphinidin tetapi hasilnya
bukan bluerosemelainkan mawar merah burgundy. Hal tersebut
dikarenakan kombinasi antara cyanidin (yang terdapat dalam mawar)
dengan delphinidin.
Bluerose yang dapat dihasilkan, dibutuhkan mawar putih
dengan mutasi pada DFR, sehingga tidak ada warna lain yang
mengganggu akibat ekspresi gen cyanidin. Akan tetapi, terdapat
kesulitan dalam mendapatkan mawar putih hasil mutasi DFR dan
untuk membuat warna seperti itu dengan persilangan akan
membutuhkan waktu bertahun-tahun. Pieter Waterhouse dari CSIRO
di Australia,yang pertama kali mempelajari RNAi sebagai alat presisi
untuk memanipulasi fungsi gen ditanaman. Akhirnya didapatkan
mawar putih yang tidak menghasilkan DFR.

33
Mekanismenya dengan cara, pada mawar tersebut DFR
dihambat fungsinya dengan teknologi RNAi, karena DFR masih
diperlukan oleh mawar untuk memproduksi warna biru dari
delphinidin. Maka fungsi DFR mawar digantikan oleh DFR asing dari
petunia yang tidak bisa mengenali prekursor warna yang dihasilkan
oleh gen cyanidin dan pelargonidin pada mawar, kemudian dihasilkan
mawar biru (bluerose).
 Mekanisme RNAi
Terdapat dua tahan dalam mekanisme RNAi :
1. Initiation
dsRNA (double-stranded RNA) : dipotong menjadi 19-21
pasang basa (masing-masing dengan 2 basa overhang) oleh enzim
Disers, yang merupakan anggota keluarga enzim RNAselll.
(dsRNA-Spesificribonuclease). Potongannya disebut
smallinterfering RNA (siRNA) atau guide RNA.
2. Effector
siRNA menempel pada kompleknuklease untuk
membentuk susnankomplek RNA-inducedsilecingcomplex (RISC).
siRNAdidalam RISC membentuk rantai ganda RNA (dsRNA)
memlalui proses enzimatik untuk menjadi ranatai tunggal. RISC
aktif mampu mengenal mRNA komplemen yang dihasilkan gen
target. mRNA komplemen yang memnempel pada siRNA
terdegradasi oleh nuklease-nuklease yang terdapat si RISC.
 Dampak Positif dan Negatif Bahan Pangan GMO
a. Dampah Positif
Berbagai keunggulan lain dari tanaman yang diperoleh
dengan teknik rekayasa genetika menurut (Amin, dkk., 2010),
adalah sebagai berikut :
1. Menghasilkan jenis tanaman baru yang tahan terhadap kondisi
pertumbuhan yang keras seperti lahan kering, lahan yang berkadar
garam tinggi dan suhu lingkungan yang ekstrim. Bila berhasil

34
dilakukan modifikasi genetika pada tanaman, maka dihasilkan
asam lemak linoleat yang tinggi yang menyebabkan mampu hidup
dengan baik pada suhu dingin dan beku.
2. Toleran terhadap herbisida yang ramah lingkungan yang dapat
mengganggu gulma, tetapi tidak mengganggu tanaman itu sendiri.
Contoh kedelai yang tahan herbisida dapat mempertahankan
kondisi bebas gulamnya hanya dengan separuh dari jumlah
herbisida yang digunakan secara normal
3. Meningkatkan sifat-sifat fungsional yang dikehendaki, seperti
mereduksi sifat atau daya alergi (toksisitas), menghambat
pematangan buah, kadar pati yang lebih tinggi serta daya simpan
yang lebih panjang. Misalnya, kentang yang telah mengalami
teknologi rDNA, kadar patinya menjadi lebih tinggi sehingga akan
menyerap sedikit minyak bila goreng (deepfried). Dengan
demikian akan menghasilkan kentang goreng dengan kadar lemak
yang lebih rendah.
4. Sifat-sifat yang lebih dikehendaki, misalnya kadar protein atau
lemak dan meningkatnya kadar fitokimia dan kandungan gizi.
Kekurangan gizi saat ini telah melanda banyak negara di dunia
terutama negara miskin dan negara berkembang. Kekurangan gizi
yang nyata adalah kekurangan vitamin A, yodium, besi dan zink.
Untuk menanggulanginya, dapat dilakukan dengan menyisipkan
den khusus yang mampu meningkatkan senyata-senyawa tersebut
dalam tanaman. Contohnya telah dikembangkan beras yang
memiliki kandungan betakaroten dan besi sehingga mampu
menolong orang yang mengalami defisiensi senyawa tersebut dan
mencegah kekurangan gizi pada masyarakat (Herman M. 2008).
Menurut (Burachik, M. 2010.), Penggunaan rekayasa
genetika khususnya pada tanaman tidak terlepas dari pro kontra
mengenai penggunaan teknologi tersebut. Berikut ini hanya

35
disebutkan berbagai pandangan yang setuju terhadap tanaman
transgenik karena mengacu pada judul yang disajikan.
1. Tanaman transgenik memiliki kualitas yang lebih tinggi
dibanding degan tanaman konvensional, memiliki kandungan
nutrisi yang lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca sehingga
penanaman komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan
pangan secara capat dan menghemat devisa akibat
penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia serta
memiliki produktivitas yang lebih tinggi.
2. Teknik rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman
yaitu memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan menambah sifat-
sifat ketahanan terhadap cengkeraman hama maupun
lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga tanaman
transgenik memiliki kualitas lebih baik dari tanaman
konvensional serta bukan hal yang baru karena sudah lama
dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakat
3. Mengurangi dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan,
misalnya tanaman transgenik tidak perlu pupuk kimia dan
pestisida sehingga tanaman transgenik dapat membantu upaya
perbaikan lingkungan.
Adapun menurut (Pramashinta, A., L. Riska, Hadiyanto.
2014), manfaat atau keuntungan dari bahan pangan GMO
yaitu:
 Meningkatnya derajat kesehatan manusia dengan
diproduksinya berbagai hormone manusia seperti insulin dan
hormone pertumbuhan
 Tersedianya bahan makanan yang lebih melimpah
 Tersedianya sumber energi terbaharui
 Proses industri yang lebih murah dan
 Berkurangnya polusi
 Meningkatkan efisiensi dan produktivitas

36
 Nilai ekonomi produk
 Memperbaiki nutrisi
 Nilai palatabilitas dan meningkatkan masa simpan produk
 Pembuatan biofuel dari tanaman, seperti dari kedelai, kanola,
jagung, dan gandum. Biofuel akan menghemat penggunaan
bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui, dan
dikhawatirkan akan segera habis.
b. Dampak Negatif
Sedangkan resiko yang perlu diperhatikan dari
pengembangan GMO antara lain: kemungkinan terjadinya gangguan
pada keseimbangan ekologi, terbentuknya resistensi terhadap
antibiotik, dikuatirkan dapat terbentuknya senyawa toksik, allergen
atau terjadinya perubahan nilai gizi16 (Azadi, H dan H. Peter. 2010).
Proses pembuatan GMO’s (bioteknologi) dapat
dimungkinkan terjadinya perubahan senyawa pada organisme yang
bersangkutan, sehingga dapat menjadi toksin. Gen baru yang
dihasilkan, atau peningkatan kadar hasil produksi dari gen yang
sudah ada, dapat menyebabkan metabolisme dari organisme yang
dimodifikasi menyebabkan tingginya formasi toksin yang sudah ada
atau bahkan menimbulkan fomasi toksin baru. Produk gen tersebut
juga dapat berperan sebagai substrak untuk biosintesatoksin dengan
organisma yang dimodifikasi. Hal ini penting untuk diingat bahwa
bahaya-bahaya potensial tersebut ada jika susunan gen dari
organisme berubah (Pramashinta, A., L. Riska, Hadiyanto. 2014).

BAB III

PENUTUP

37
A. KESIMPULAN
1. Bioteknologi tumbuhan merupakan teknologi yang didasarkan pada
biologi khususnya dalam bidang pertanian yang berhubungan dengan
tumbuhan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perbaikan genetik
tanaman akan dapat menciptakan tanaman-tanaman penghasil bahan
makanan yang lebih tinggi produksinya, yang lebih tahan terhadap hama
dan penyakit, yang dapat ditanam di tanah-tanah marginal (kering, asam
atau bergaram), yang dapat menghasilkan sendiri hara nitrogen, ataupun
menghasilkan produk atau senyawa yang secara tradisional tidak dapat
dihasilkan oleh tanaman.
2. Perkembangan bioteknologi tanaman dan pertanian, bertumpu pada dua
bidang teknologi yang saat ini berkembang dengan pesat, yakni rekayasa
genetik dan kultur jaringan tanaman.
3. Teknik-teknik bioteknologi tumbuhan yang menyebabkan produktifitas
tanaman menjadi lebih tinggi diantaranya, yaitu :
a. Perkawinan selektif dan hiberidisasi konvensional
b. Kloning : Menumbuhkan Tanaman Dari Sel Tunggal
c. Fusi Protoplas
d. Teknik Potongan Daun (Leaf Fragment Technique)
e. Pistol Gen
f. Teknik Kloroplas
g. Teknologi Antisense
4. Adapun beberapa contoh-contoh produk bioteknologi tumbuhan yang
dapat dihasilkan dari beberapa teknik-teknik bioteknologi diantaranya :
a. Buah Partenokarpi
b. Golden Rice
c. Tomat Antisense
d. Kedelai
e. Bunga Mawar Bir

DAFTAR PUSTAKA

Dwiyani, Rindang. 2014. Bioteknologi Tanaman. Bali: Universitas Udayana.

38
Nugroho, Endik Deni Dan Dwi Anggraini Rahayu. 2017. Pengantar
Bioteknologi (Teori Dan Aplikasi). Yogyakarta: Deepublish.

Raharjo, Simon H. T. 2013. Bioteknologi Tanaman dalam Perspektif


Pertanian Tanaman Pangan dan Hortukultura. Maluku: Universitas
Pattimura.

Thieman,W. J. Dan Palladino M. A. 2004. Introduction To


Biotechnology.San Fransisco: Person Benjamin.

Permana, Aditya Indra. 2017. Bioteknologi Tumbuhan (Gmo). Jakarta: UI


Press.

39

Anda mungkin juga menyukai