Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

SEJARAH INDONESIA
CANDI-CANDI DI JAWA

NAMA : SARAH DEA AMALIA


NO. ABSEN : 29
KELAS : IPS 3

SMA NEGERI 7 MATARAM


2021/2022
CANDI-CANDI DI JAWA TIMUR

1. Candi Singhasari

Candi di Jawa Timur yang pertama adalah candi singhasari. Candi Singhasari atau
Singosari merupakan salah satu peninggalan kerajaan singasari yang diciptakan sebagai
bentuk penghormatan Raja Kertanegara, yaitu raja yang membawa masa puncak kejayaan
Kerajaan Singhasari. Terletak di daerah Singosari, Kabupaten Malang, candi yang bercorak
Hindu ini dibangun pada sekitar tahun 1300 M. Karena jarak yang tidak jauh dan mengarah
pada Gunung Arjuna, maka fungsinya diperkirakan masih berkaitan dengan aktivitas para
pertapa dan ritual keagamaan di gunung tersebut. Lokasi candi yang dekat dengan Kota Batu
dan Kota Malang sebagai pusat wisata juga menambah ketenaran candi peninggalan salah
satu kerajaan kuat di Pulau Jawa yakni Kerajaan Singosari.
Candi yang sering disebut sebagai Candi Cungkup (Menara) ini memiliki model
bangunan dan arca di sekitarnya yang terbilang unik daripada candi lain. Dari tanah, candi
ditopang oleh susunan bata membentuk tangga tanpa pipi tangga yang agak pendek sesuai
dengan ukuran batur atau teras candi. Tepat di bagian tengah, ruang utama yang lebih
menjorok ke depan yang juga kaki candi terlihat tanpa ukiran relief khusus maupun hiasan
makara melainkan hanya pahatan kepala Kala di atasnya. Terdapat pula empat ruangan yang
mengelilingi berisi relung arca Syiwa namun saat ini sudah dipindahkan. Sementara atap
candi atau meru semakin ke atas semakin mengecil dan terlihat rapuh. Candi Singosari juga
dekat dengan arca raksasa yang terletak dekat di luar bangunan, yakni penjaga gerbang dalam
ajaran Syiwa yang disebut Dwarapala. Sosok penjaga gerbang istana Kerajaan Singosari ini
menjadi yang terbesar di Pulau Jawa.

Adapun pola pemahatan salah satu candi di Malang ini berawal dari menumpuk
batuan andesit sampai agak tinggi supaya bisa diukir dari atas ke bawah. Pembangunan candi
ini dilakukan pada lokasi strategis yang berada pada pusat Kerajaan Singosari. Hal ini
diprediksi dari alun-alun yang ditemukan dekat dengan lokasi Dwarapala. Sekitar tahun
1930-an, pemugaran lanjutan Candi Singhasari juga pernah dilakukan oleh Pemerintah
Kolonial Belanda namun tidak selesai sepenuhnya. Campur tangan pihak kolonial ini dapat
dibuktikan pada ukiran relief pada kaki candi serta pemindahan beberapa arca Syiwa yang
sempat tergeletak di relung arca ke museum di Belanda.
2. Candi Penataran

Sejarah Candi Penataran menjadi salah satu candi yang terkenal karena membentuk
kompleks candi terbesar di Jawa Timur. Sesuai dengan namanya, candi ini terletak di Desa
Penataran yang terletak di Kabupaten Blitar. Lokasi candi yang dekat dengan Gunung Kelud
menjadi latar belakang dibangunnya candi untuk mencegah dan meredakan letusan gunung
melalui upacara pemujaan di area candi. Berdasarkan sumber sejarah, candi mulai dibangun
pada masa Kerajaan Kediri (sekitar 1200 M) tepatnya ketika Raja Srengga menduduki tahta
dan terus mengalami perbaikan hingga Kerajaan Majapahit berkuasa.
Hal ini didukung oleh aktivitas Raja Majapahit yang paling termasyhur yakni Hayam
Wuruk yang masih memuja gunung di area candi. Kompleks candi peninggalan Kerajaan
Kediri ini memiliki beragam candi yang tersusun kurang beraturan dengan ukiran relief yang
indah dan banyak jenisnya. Candi bercorak hindu ini memiliki pintu gerbang yang lebih jelas
terlihat daripada Candi Singosari yang juga dijaga oleh Dwarapala. Untuk menuju area paling
depan berupa pelataran, terdapat tangga dari susunan bata merah yang harus dilewati.
Bangunan peninggalan yang masih sedikit tersisa di halaman depan ialah Bale Agung
sebagai tempat bermusyawarah pemuka agama, Pendopo Teras atau Batur sebagai tempat
meletakkan persembahan upacara, dan bangunan lain seperti Candi Candrasengkala atau
Angka Tahun. Pada area yang lebih tengah, Anda dapat menemukan Candi Naga dimana
tubuh candinya dililit naga. Lalu pada area yang lebih jauh lagi terdapat candi utama yang
terukir relief kisah Ramayana pada dinding candi. Tidak jauh dari candi utama, Anda juga
dapat melihat Prasasti Palah yang menjelaskan ritual raja untuk upacara keagamaan di Candi
Palah, nama asli Candi Penataran.

3. Candi Badut

Sebagai candi tertua di Jawa Timur, Candi Badut masih menyimpan banyak prediksi
yang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Saat ini, pendapat paling kuat atas Candi Badut
ialah pembangunan atas perintah Raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan yang menganut
ajaran hindu. Candi yang terletak di Kabupaten Malang ini tercantum dalam Prasasti Dinoyo
yang konon asal penamaannya berasal dari sikap humoris sang raja dengan perumpamaan
badut.

Candi Badut memiliki batur atau pelataran candi yang memuat ukiran aksara Jawa
dengan tangga candi berupa bata besar yang disusun dengan sederhana. Relief burung
berkepala manusia, bunga, dan peniup seruling pada dinding candi menjadi ciri khas Candi
Badut. Dilihat secara umum, Candi Badut agak sedikit berbeda dibandingkan candi lain di
Jawa Timur. Hal ini dapat dilihat dari tubuh candi yang tambun serta adanya pahatan kepala
yang disebut Kalamakara yang tidak memiliki rahang bawah seperti model candi dari Jawa
Tengah. Bentuk Candi Badut yang agak simetris juga bukan ciri khas candi Jawa Timur yang
biasanya tidak beraturan.
4. Candi Tikus

Kabupaten Mojokerto menjadi salah satu wilayah yang memiliki banyak peninggalan
candi, salah satunya adalah Candi Tikus. Candi di Jawa Timur yang terkenal memiliki kolam
air ini dinamakan Candi Tikus karena ketika ditemukan pada 1914 telah menjadi sarang tikus.
Hingga saat ini belum ada bukti mengenai waktu maupun kerajaan yang berkaitan dengan
pembangunan candi, tetapi arsitektur candi masih mirip dengan candi yang dibangun pada
abad 13 hingga 14 Masehi dimana Kerajaan Majapahit berkuasa saat itu. Karena memiliki
kolam air, banyak pendapat menyatakan fungsi utama candi mulai dari pemandian anggota
kerajaan, sumber pengaliran air penduduk desa, hingga pemujaan dalam upacara keagamaan.

Bangunan candi di Mojokerto ini terdiri atas bata merah sebagai pondasi dasar yang
dilanjutkan dengan batu andesit yang menampakkan bangunan modern di atasnya dan
menciptakan kolam air di dalamnya. Kolam air ini tersusun seperti selasar menyerupai tangga
menurun yang membuat luas kolam semakin mengecil. Tidak hanya itu, tepat di tengah
kolam air terdapat bangunan candi utama yang letaknya lebih rendah. Bangunan di tengah
kolam yang berdasar bujur sangkar ini terdiri atas sebuah candi di pusat beratap meru yang
datar dan delapan candi serupa yang mengelilinginya.
5. Candi Jago

Sesuai lokasinya Candi Jago memiliki penamaan dari Dusun Jago di Kabupaten
Malang. Candi ini mulanya bernama Jajaghu yang berarti keagungan dan merujuk sebagai
tempat pemujaan sekaligus sebagai simbol penghormatan dari Raja Kertanegara untuk
ayahnya yakni penguasa Kerajaan Singosari sebelumnya.

Candi Jago memiliki relief tentang cerita seperti Pancatatra dan Kunjakarana dengan
batu andesit sebagai bahan tubuh candi bercorak Hindu (Syiwa) dan Buddha ini. Bangunan
candi terdiri atas batur atau teras yang cukup tinggi seperti khas bagunan megalitikum dengan
punden berundak. Yang mencolok dari bangunan ini adalah atap dan sebagian tubuh candi
yang telah terkikis namun pada kaki candi masih terlihat relief sangat rapi yang mengukir
cerita dan fabel untuk dibaca dengan urutan memutari candi searah jarum jam.

6. Candi Jawi

Candi Jawi terletak di Kota Pasuruan dan dibangun atas titah Raja Kertanegara dari
Kerajaan Singosari sebagai tempat ibadah bagi penganut Syiwa (Hindu) -Buddha. Namun
arah pintu candi yang tidak menghadap gunung sebagai tempat pemujaan diragukan atau
mungkin karena mendapat pengaruh ajaran Buddha. Sementara area candi cukup luas dengan
tubuh ramping yang menjulang hingga puncak runcingnya yang terdiri atas kombinasi stupa
dan kubus bersusun. Mirip dengan arsitektur candi di Jawa Tengah, Candi Jawi memuat relief
tentang pertapa wanita di bagian kaki dan Dewa Surya di bagian dalam. Sementara relief lain
di bagian luar candi belum bisa terbaca hingga saat ini.

7. Candi Bajang Ratu

Candi Bajang Ratu terletak dekat dengan Candi Tikus di Kabupaten Mojokerto. Candi
peninggalan Kerajaan Majapahit ini dibangun bertujuan untuk memperingati kematian Raja
Jayanegara yang memiliki julukan Bajang Ratu atau raja muda. Menurut sejarah Candi
Bajang Ratu, candi ini dibangun menyerupai gapura sekaligus sebagai salah satu pintu masuk
istana Majapahit. Pada bagian bingkai ‘pintu’ terdapat relief cerita Ramayana dan pada ukiran
kepala Kala atau pahatan di bagian atas pintu candi terukir relief singa. Hiasan singa juga
menjadi pengapit anak tangga pada bagian tengah candi yang terbuat dari bata merah ini.
Sementara atap meru candi memiliki ukiran matahari, sang simbol Kerajaan Majapahit.
8. Candi Kidal

Candi di Jawa Timur selanjutnya adalah candi kidal. Sebagai bentuk penghormatan
terhadap Raja Anusapati, raja kedua Kerajaan Singosari, Candi Kidal dibangun dari batu
andesit pada masa peralihan kejayaan kerajaan Jawa Tengah ke Jawa Timur sehingga
memiliki paduan corak kedua wilayah ini. Seperti kebanyakan candi, batur atau teras candi
memiliki tangga batu untuk menuju selasar namun tanpa pipi tangga.

Candi beratap tiga lapis persegi yang makin ke atas makin mengecil ini memiliki
ukiran bermotif medalion serta hiasan bunga dan tanaman sulur pada kakinya. Namun ciri
khas candi ini terdapat pada relief Garudheya yaitu 3 garuda yang masing-masing bersama 3
ular, menopang kendi, dan menggendong wanita yang melambangkan keinginan Anusapati
untuk upacara pembebasan dan penyucian dosa Ken Dedes.

9. Candi Bangkal
Berada di Desa Bangkal, Kabupaten Mojokerto, Candi Bangkal termasuk
dalam peninggalan Kerajaan Majapahit. Candi yang memiliki altar sebagai tempat pemujaan
dan batur yang tergabung dengan tangga pada kaki candi ini terbuat dari bata merah dan batu
andesit. Relief candi terdiri atas karakter berkuda yang membawa pedang dimana terukir
dalam bingkai sinar dan relief lain berupa motif seperti salib Portugis, tanaman jenis sulur,
dan kerang.
10. Candi Brahu

Candi Brahu menjadi salah satu candi tertua peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
dan hanya digunakan sebagai tempat beribadah. Berlokasi di Kabupaten Mojokerto, candi
Brahu termasuk dalam salah satu candi Budha di Indonesia yang ditandai dengan adanya
stupa dan model bangunannya berbeda dengan candi-candi peninggalan Kerajaan Majapahit
yang dibangun jauh sesudahnya.
Tubuh candi brahu berbentuk ramping di tengah menyerupai pinggang dan memiliki
beragam tekukan sudut yang tumpul. Reliefnya juga merupakan perpaduan Hindu dan
Buddha yang juga masih digunakan ketika Kerajaan Majapahit telah berkuasa.
Menurut sejarah Candi Brahu, proses pembangunannya menganut susunan bebatuan beratap
datar tidak seperti candi lain yang masih sekota dengan atap prisma atau susunan segi empat.
11. Candi Belahan

Candi di Jawa Timur selanjutnya adalah candi belahan. Menjadi sumber pemandian atau
pertirtaan, Candi Belahan yang terletak di Pasuruan ini terdiri atas arca Dewi Sri dan Dewi
Laksmi yang mengeluarkan pancuran air dari bagian payudara sehingga membentuk kolam
air. Candi yang dibangun pada masa kerajaan Airlangga ini diharapkan sebagai lambang
kesuburan dan kemakmuran atas keluarnya sumber air jernih yang tiada henti. Terdapat pula
arca Dewa Wisnu yang menunggangi garuda di sekitar Candi Belahan. (Baca juga: Langkah
Penelitian Ilmu Sejarah)
12. Candi Deres

Tidak banyak yang mengetahui Candi Deres yang terletak di Kabupaten Jember ini.
Dipercaya sebagai peninggalan Hayam Wuruk, raja tersohor dari Kerajaan Majapahit ini
memiliki beragam keunikan. Misalnya bata merah yang digunakan bermotif tanaman sulur
yang melengkung dan membentuk guratan memanjang. Candi yang terbentuk mayoritas dari
tumpukan batu ini sempat dikira makam biasa sebelum ditemukan. Pada relief lingga dan
yoni pada candi, terukir motif burung kakak tua yang dapat terlihat. Selain itu, terdapat pula
arca lembu nadi di sekitarnya yang kepalanya telah tiada.

13. Candi Kedaton

Candi Kedaton terletak di Dusun Kedaton di Probolinggo. Peninggalan Kerajaan


Majapahit ini terbuat dari batu andesit serta menampilkan tokoh-tokoh seperti pejuang,
keluarga kerajaan, dan dayang Kerajaan Majapahit. Candi bercorak Hindu ini memiliki relief
yang jelas misalnya relief garuda serta menjelaskan alur cerita Arjunawiwaha.
CANDI-CANDI DI JAWA TENGAH DAN D.I YOGYAKARTA

1. Candi Borobudur

Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu
monumen Buddha terbesar di dunia. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur
sangkar yang di atasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan
2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.
2. Candi Sukuh

Candi Sukuh merupakan candi yang berada di Desa Berjo, Karanganyar. Candi ini
berbeda dengan candi-candi pada umumnya di Indonesia. Candi Sukuh memiliki bentuk yang
cukup unik dengan menyerupai piramida Chichen Itza di Meksiko. Selain itu, di candi ini
juga ada relief yang tak umum, yaitu menyerupai alat kelamin. Bukanya tanpa arti, hal
tersebut dimaknai sebagai lambang kesuburan dan keberlangsungan hidup antar generasi.
3. Candi Gedong songo

Lokasi Candi Gedong Songo berada di lereng Gunung Ungaran, Semarang. Bila dari
Semarang, lokasi candi berjarak sekitar 45 km, sementara dari Ambarawa hanya kurang lebih
15 km, dan dari Ungaran berjarak sekitar 25 km. Candi ini dibangun pada abad ke-9 Masehi,
tentu saja memiliki nilai sejarah yang menarik. Penamaannya candi ini diambil dari bahasa
Jawa, yakni "gedong" yang berarti bangunan dan "songo" yang berarti sembilan.
4. Candi Plaosan

Candi Plaosan yang berada di kawasan Bugisan, Klaten. Candi Plaosan menyimpan
kisah kekuatan cinta dan toleransi dalam sejarahnya, yakni dibangun pada pertengahan abad
ke-9 serta melambangkan kisah cinta Rakai Pikatan dan Pramodawardhani. Candi di sini
terbagi dua, yaitu Plaosan Lor dan Plaosan Kidul yang memiliki halaman luas dengan rumput
hijau.
5. Candi Pringapus

Candi Pringapus dibangun pada tahun 852 Masehi, kini candi ini masih berdiri kokoh di
Desa Pringapus, Temanggung. Salah satu daya tarik dari Candi Pringapus adalah ornamen
pahatannya yang sangat halus dan indah. Hal ini menunjukkan sebuah karya seni tinggi di
zaman pembuatannya. Selain itu, ada sebuah kolam yang airnya tak pernah kering meski
musim kemarau.
6. Candi Pawon

Candi Pawon yang berada di Wanurejo, Magelang. Konon, di zaman dahulu candi ini
digunakan sebagai tempat untuk menyimpan senjata para raja.
7. Candi Mendut

Candi Mendut diperkirakan berusia lebih tua dari Candi Borobudur. Lokasinya berada
di Mungkid, Magelang dan berjarak sekitar 2 km saja dari Candi Borobudur. Tidak hanya
menyisakan kemegahan masa lalu, Candi Mendut juga menyimpan banyak fakta sejarah.
Sebagian besar relief pada candi memiliki maknanya sendiri, mulai dari kisah Brahmana dan
seekor kepiting, angsa dan kura-kura, hingga Dharmabuddhi dan Dustabuddhi.
8. Candi Prambanan

Candi Prambanan dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh raja-raja dari Dinasti
Sanjaya tepatnya oleh Rakai Pikatan yang kemudian diperluas oleh Balitung Maha Sambu
pada masa kerajaan Medang Mataram. Pembangunannya ditujukan untuk memberi
pernghormatan pada Tri-Murti yakni tiga dewa utama dalam agama Hindu.
Candi Prambanan merupakan candi terbesar dan tertinggi di Indonesia. Tak hanya itu,
candi yang dibangun pada abad ke-9 ini juga menjadi salah satu bangunan sejarah terbesar di
Asia Tenggara dan dinobatkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO.
9. Candi Ratu Boko

Candi Ratu Boko merupakan bekas bangunan istana raja. Istana seluas 250 ribu meter
persegi ini terdiri dari gapura utama, candi pembakaran, lapangan, kolam, pendopo, paseban,
hingga goa. Nama Candi Ratu Boko diambil dari nama seorang raja Mataram bernama Ratu
Boko yang diyakini pula sebagai ayah dari Roro Jonggrang yang kita kenal dalam legenda
populer Roro Jonggrang.. Candi ini diyakini merupakan reruntuhan istana atau keraton Ratu
Boko.
10. Candi Ijo

Candi Ijo adalah sebuah kawasan percandian bercorak Hindu. Lokasinya berada empat
kilometer arah tenggara dari Candi Ratu Boko atau kita-kira 18 kilometer di sebelah timur
Yogyakarta. Candi ini dibangun pada era Kerajaan Mataram Kuno pada sekitar pertengahan
abad ke-9 hingga awal abad ke-10 di sebuah bukit yang dikenal Bukit Hijau atau Gumuk Ijo.
CANDI-CANDI DI JAWA BARAT

1. Candi Bojong Menje

Candi Bojong menje atau yang lebih dikenal di masyarakat sebagai Situs Rancaekek,
merupakan komplek peninggalan purbakala yang diduga oleh para arkeologi merupakan
peninggalan masa pra-Islam di Jawa Barat yang terletak di Dusun Bojongmenje, Kalurahan
Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Situs Bojong menje
terletak di dekat kawasan industri di daerah Bandung sehingga keberadaan dari situs ini dapat
terancam.

Pada bulan Agustus tahun 2002, secara tidak sengaja seorang warga di Kampung
Bojong menje, Desa Cangkuang, Kecamatan Rancaekek yang hendak mencari tanah guna
untuk menggaruk sebuah gang yang tanahnya tidak rata, warga tersebut menemukan sebuah
rongga di dalam tanah yang di sekelilingnya terdapat sebuah tumpukan batu yang tertata
sangat rapi. Penemuan dari tumpukan batu tersebut akhirnya diputuskan oleh para arkeologi
sebagai bagian dari suatu candi, semenjak saat itu dilokasi tersebut dilakukan ekskavasi oleh
para arkeologi untuk penemuan dan penelitian lebih lanjut di candi tersebut.

2. Candi Cangkuang
Candi Cangkuang adalah sebuah Candi Hindu di Indonesia yang terdapat di Kampung
Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi Cangkuang juga yang
pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar
Sunda. Candi ini terletak bersebelahan dengan makam yang sangat bersejarah yaitu Embah
Dalem Arief Muhammad, sebuah makam kuno pemuka agama Islam yang dipercaya oleh
warga setempat sebagai leluhur penduduk Desa Cangkuang.
Candi Cangkuang pertama kali ditemukan pada tahun 1966 oleh tim peneliti Harsoyo
dan Uka Tjandrasasmita berdasarkan dari laporan Vorderman dalam buku yang dia tulis
“Notulen Bataviaasch Genotschap” terbitan tahun 1893 mengenainya adanya sebuah arca
yang rusak serta makam kuno di bukit Kampung Pulo, Leles yang tertulis di dalam buku itu.
Makam dan arca Syiwa yang dimaksud dalam buku itu memang diketemukan oleh tim
peneliti Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita.

3. Candi Jiwa

Sejarah Candi Jiwa yang ditemukan di kompleks situs Batujaya seperti candi Jiwa,
struktur bagian atas dari candi ini menunjukkan bentuk dari sebuah bunga padma (bunga
teratai). Pada bagian tengah dari candi ini terdapat sebuah denah yang dibuat dengan struktur
melingkar yang sepertinya adalah bekas stupa atau lapik patung Buddha. Pada candi ini tidak
ditemukan adanya sebuah tangga, sehingga wujudnya mirip dengan stupa atau arca Buddha
di atas dari bunga teratai tersebut. Seperti sebuah teratai yang sedang berbunga mekar dan
terapung di atas air. Bentuk seperti yang ada di bangunan candi ini adalah unik dan belum
pernah ditemukan di candi yang ada di Indonesia.
4. Percandian Batujaya

Candi di Jawa Barat selaanjutnya adalah kompleks percandian batujaya. Kompleks


Percandian Batujaya adalah sebuah kompleks sisa-sisa dari Candi Budha di Indonesia yang
terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya,
Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs ini disebut oleh masyarakat sebagai
percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik.
Situs kompleks percandian Batujaya pertama kali diteliti oleh tim arkeologi Fakultas
Sastra Universitas Indonesia (sekarang disebuat oleh orang-orang adalah Fakultas Ilmu
Budaya UI) pada tahun 1984. Mereka meneliti berdasarkan laporan tentang adanya penemuan
benda-benda purbakala oleh warga setempat, di sekitar gundukan-gundukan tanah di tengah-
tengah sawah. Gundukan-gundukan ini oleh penduduk setempat disebut
sebagai onur atau unur dan dikeramatkan oleh warga sekitar.
5. Situs Cibuaya

Situs Percandian Cibuaya merupakan sebuah komplek beberapa bangunan dan


merupakan peninggalan purbakala di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang,
Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan dari penemuan arca Wisnu dan lingga, para ahli
berpendapat bahwa situs ini merupakan lokasi dari percandian Hindu pada masa lampau.
Arca Wisnu ditemukan oleh para ahli di Desa Cibuaya pada sekitar tahun 1951 (Wisnu 1) dan
1957 (Wisnu 2), serta tahun 1977 (Wisnu 3) merupakan awal dari ditemukannya Situs
Cibuaya oleh para arkeolog. Dengan ditemukannya arca, para arkeolog berpendapat tentang
adanya sebuah bangunan suci dan juga sisa pemukiman masyarakat pendukung bangunan
suci tersebut di percandian Cibuaya.

6. Situs Karangkamulyan

Candi di Jawa Barat selanjutnya adalah situs karangkamulyan. Situs


Karangkamulyan adalah sebuah situs peninggalan purbakala yang sangat bersejarah dan
sebuah situs arkeologi yang terletak di Desa Karangkamulyan, Cijeungjing, Ciamis,
Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Situs ini merupakan sebuah peninggalan dari zaman
kekuasaan Kerajaan Galuh yang bercorak Hindu-Buddha.

Legenda dari situs Karangkamulyan adalah berkisah tentang Ciung Wanara yang ada
hubungannya dengan Kerajaan Galuh. Cerita ini banyak dibumbui dengan sebuah
kisah kepahlawanan yang luar biasa dari Ciung Wanara
seperti kesaktian dan keperkasaan yang dimilikinya dan tidak dimiliki oleh orang biasa
namun hanya dimiliki oleh Ciung Wanara.

7. Situs Gunung Padang


Situs Gunung Padang merupakan sebuah situs prasejarah peninggalan dari
kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Gunung padang tepatnya terletak di perbatasan
Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten
Cianjur. Luas kompleks dari Gunung Padang kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian
885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden
berundak terbesar di Asia Tenggara. Fungsi situs Gunung padang diperkirakan oleh peneliti
sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sekitar Gunungpadang pada
sekitar 2000 tahun SM.
8. Candi Blandongan

Candi Blandongan adalah sebuah candi yang termasuk ke dalam Situs kompleks
percandian Batujaya. Candi ini terletak di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Kabupaten
Karawang, Provinsi Jawa Barat. Beberapa orang yang datang berkunjung atau berwisata ke
tempat ini, sering menyebut sebagai situs percandian. Pemugaran dilakukan Candi
Blandongan yang terjadi pada tahun 1999/2000 hingga tahun 2010. Di dalam Candi
Blandongan ditemukan sebuah amulet dan materai (votive tablet). Amulet adalah salah satu
atribut ada dalam agama Buddha. Amulet biasanya oleh umat Budha digunakan sebagai
aktivitas ziarah.

9. Candi Tanggulun
Situs Batu Candi Tanggulun diperkirakan para peneliti merupakan peninggalan agama
Hindu karena terdapat sebuah batu lumpang atau yoni. Candi di Jawa Barat yang satu ini
terletak di Kampung Talun, Desa Tanggulun, Kecamatan Ibun. Batuan ini berbentuk seperti
bujur sangkar dengan ketinggian mencapai 50 cm dan lebar mencapai 40 cm. Pada bagian
pinggir-pinggirnya batu candi terdapat sebuah sogatan yang teratur.

Sekarang candi tersebut berada di sebuah kompleks pemakaman umum. Masyarakat


ada yang beranggapan bahwa batu ini merupakan bagian dari kaki sebuah candi. Ada juga
yang mengatakan bahwa sebuah batu lumpang atau sebuah yoni. Lainnya lagi menyebutkan
bahwa candi ini bagian dari sebuah bangunan sanggah yang berasal dari abad ke-12. Tapi,
sebagian orang lagi merasa beranggapan bahwa batu candi ini sebagai tanda batas suatu
wilayah pada masau lampau. Secara pasti, memang sampai saat ini belum terungkap.

10. Candi Serut

Situs Candi Serut merupakan peninggalan agama Budha, yang terletak dikampung
gunteng. Pada saat ditemukan kondisi candi ini sangat menggenaskan karena posisi miring
dari caandi tersebut, kemiringan ini membuat candi ini diduga roboh oleh para peneliti, bukti
robohnya candi oleh para peneliti karena terdapat sebuah tumpukan batu bata disebelahnya.
Dari kondisi fisik candi tersebut terdapat sebuah lubang yang ditemukan pada dinding candi
sebagai bekas balok yang diduga oleh para peneliti sebagai pilar untuk alas dari candi
tersebut. Didalam candi ini juga ditemukan sebuah lubang yang berbentuk segi empat ukuran
1 x 1 meter yang kedalamanya belum diketahui oleh para arkeolog, lubang ini sementara
diperkirakan oleh para arkeolog sebagai sumur.
11. Candi Sumur (Segaran IX)

Situs Candi Sumur merupakan peninggalan bagi umat Buddha, yang terletak ditengah
sawah milik warga disebelah barat dari kampung sumur dengan koordinat 107009’ 04’’ BT
06003’34’’ LS. Pada tahun 1992 situs ini pertama kali dilakukan ekskavasi oleh puslit
arkenas yang menghasilkan penemuan berupa sebuah bangunan bata yang berbentuk empat
persegi panjang yang berukuran 7,35 x 10,55 m, di barat daya dengan ketebalan dindingnya
mencapai sekitar 1,70 m, sedangkan di timur laut ketebalan dindingnya mencapai lebih dari 4
m.

Situs ini telah dibuatkan atap dan pagar keliling oleh warga setempat agar pengunjung
diharapkan bisa nyaman untuk melihat karena letak dari situs ini berada di tengah sawah dan
tanah lebih rendah beberapa meter dari permukaan sawah tersebut.

12. Candi Tridharma

Candi di Jawa Barat selanjutnya adalah candi tridharma. Pembangunan dari Candi
Tridharma dilakukan pada tahun 2000 dan rencananya candi ini akan difungsikan sebagai
tempat ibadah bagi umat Budha. Namun, karena berbagai alasan candi ini tidak selasai
dibangun sampai tuntas. Saat ini warga setempat mengenalnya sebagai candi yang tak
terpakai atau terbengkalai. Kondisi dari candi ini memang terbengkalai, susunan dari candi
yang mirip dengan batu ditumbuhi rumput dan lumut. Di sisi lain, justru candi tersebut
membuatnya menjadi tampak seperti lebih asli dan seperti dibangun ratusan tahun yang lalu.
Candi Tridharma ini sendiri terletak di Kampung Gunung Putri, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur, Provinsi Jawa Barat.

13. Candi Batu Kalde

Batu Kalde adalah sebuah bangunan candi yang terletak di daerah Pananjung,
Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Pada sekitaran candi tersebut, ditemukan sebuah balok-
balok batu, baik yang masih terkubur di dalam tanah ataupun yang berserakan di permukaan
tanah.

Bangunan Candi di Jawa Barat tersebut jelas menunjukkan bahwa bangunan candi yang
dahulu berdiri kokoh di situs tersebut, tentunya peninggalan agama Hindu, bahkan disinyalir
bangunan tersebut disebut Candi Pananjung. Dalam sebuah catatan yang dituliskan pendeta
Bujangga Manik dalan perjalanan pada abad ke-15 Masehi, sepulangnya dia dari Jawa
Tengah dan Timur, disebutkan bahwa pendeta itu singgah di suatu desa yang bernama
Pananjung dan desa tersebut terletak di sebuah tanjung yang menjorok ke laut selatan, karena
hal itu kenapa desa tersebut dinamakan Pananjung. Tak menutup kemungkinan bahwa jika
Bujangga Manik, sang pendeta agama Hindu Sunda tersebut, pernah berkunjung ke Situs
Batu Kalde.

Anda mungkin juga menyukai