Anda di halaman 1dari 15

TUGAS UJIAN SEKOLAH

KLIPING CANDI-CANDI PENINGGALAN

HINDU-BUDHA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

NAMA: ZAIZATUN HIDAYATI

KELAS: XII KEPERAWATAN

GURU PEMBIMBING: FIRDA NIRMALA.S,E

SMKS KESEHATAN FANIA SALSABILA KOTA JAMBI


TAHUN AJARAN 2022/2023
1. Candi Prambanan

Terletak di daerah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Candi Prambanan juga dikenal
dengan nama Candi Loro Jonggrang. Komplek Candi Prambanan merupakan area candi Hindu
terbesar di Indonesia. Candi ini dibangun sekitar pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dari
Kerajaan Mataram Kuno.

Candi Prambanan adalah kompleks candi Hindu yang berada di desa prambanan,
antara perbatasan Jawa Tengan dan Yogyakarta. Candi ini diperkirakan telah dibangun sejak
abad ke-9 masehi dimana bangunan ini dipersembahkan untuk keberadaan Trimurti, yakni
Brahmana, Wisnu, dan Siwa.

Candi Prambanan sebenarnya memiliki nama asli Siwagrha yang dalam bahasa
Sanskerta yang bermakna ‘Rumah Siwa’ berdasarkan prasasti Siwagrha. Terdapat arca Siwa
Mahadewa setinggi tiga meter di ruang utama (garbagriha) candi ini yang memperlihatkan
bahwa di candi Prambanan ini dewa Siwa lebih diutamakan.

Selain jadi salah satu keajaiban dunia berdasarkan Situs Warisan Dunia UNESCO,
candi ini juga jadi candi di Asia Tenggara yang terindah. Arsitektur candi Prambanan
memiliki bangunan yang tinggi dan ramping seperti arsitektur Hindu lainnya. Candi utama
berupa candi Siwa sebagai dengan tinggi 47 meter di tengah-tengah kompleks candi yang
lebih kecil lainnya.Candi Prambanan diperkirakan ada pada tahun 850 masehi berdasarkan
prasasti Siwagrha. Kemudian candi ini terus berkembang di masa kerajaan Medang Mataram
saat pemerintahan Balitung Maha Sambu.
2. Candi Penataran

Candi ini merupakan candi peninggalan Kerajaan Kediri yang dibangun pada masa pemerintahan
Raja Srengga yakni sekitar tahun 1200 Masehi. Candi ini Penataran berlokasi di daerah Blitar,
Provinsi Jawa Timur. Bangunan Candi Penataran terbuat dari bata merah.

Candi Penataran adalah bangunan candi peninggalan ajaran Hindu Siwaistis yang
berada di Desa Penataran, Nglegok, Blitar, provinsi Jawa Timur. Candi ini menjadi candi
termegah dan terluas di Jawa Timur yang berada di ketinggian 450 meter di atas permukaan
laut lereng barat daya Gunung Kelud, tepatnya di sebelah utara Blitar.

Candi Penataran sudah ada di masa Raja Srengga dari Kerajaan Kediri pada tahun
1200 Masehi berdasarkan pada peninggalan prasasti candi ini. Setelah itu Candi ini
digunakan hingga masa kekuasaan Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit pada tahun
1415.

Isi kitab Desawarnana atau biasa juga disebut kitab Negarakertagama yang ditulis
pada tahun 1365 menyebutkan bahwa Candi Penataran merupakan bangunan suci atau
“Palah”. Artinya adalah bahwa candi tersebut dahulu sempat dikunjungi oleh Raja Hayam
Wuruk dalam perjalanan kerajaan berkeliling di Jawa Timur.
3. Candi Borobudur

Bila sebelumnya ada Candi Prambanan yang merupakan candi Hindu terbesar, maka
Candi Borobudur merupakan candi Budha terbesar di Indonesia bahkan dunia. Candi ini
dibangun pada masa pemerintahan Raja Samaratungga dari Kerajaan Mataram Kuno sekitar abad
ke-9. Candi Borobudur terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Candi Borobudur adalah candi budha yang berada di Magelang, Jawa Tengah yang
memiliki bentuk stupa yang didirikan oleh para penganut Budha Mahayana. Borobudur
diperkirakan dibuat sekitar tahun 800 an Masehi di masa pemerintahan Wangsa Syailendra.
Susunan bangunan candi Borobudur terdiri dari enam teras bujur sangkar tiga pelataran
melingkar di atasnya.

Pada dinding candi Borobudur ada 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha. Bangunan
candi ini dimahkotai stupa utama terbesar yang terletak di tengah dan dikelilingi oleh tiga
barisan melingkar berjumlah 72 stupa. Candi utama dikelilingi oleh candi-candi kecil berisi
arca buddha yang tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra
Dharmachakra mudra.

Borobudur merupakan model alam semesta yang dibangun untuk tempat suci yang
memuliakan Buddha. Selain itu candi ini juga digunakan sebagai tempat ziarah untuk umat
manusia sesuai dengan ajaran Buddha yang mengalihkan alam nafsu duniawi manusia
menuju pencerahan dan kebijaksanaan. Peziarah biasanya akan masuk candi dari sisi timur
dan memulai ritualnya dengan cara berjalan melingkari candi searah jarum jam.Peziarah
kemudian akan terus naik ke undakan berikutnya melewati tiga bagian atau tingkatan ranah
dalam kosmologi Buddha yang memiliki makna, yakni kamadhatu, Rupadhatu, dan
arupadhatu.

Selama ritual, peziarah akan melihat kurang lebih 1.460 panel relief yang terukir di
dinding dan pagar candi Borobudur. Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa
Grameds baca untuk mengetahui apa-apa saja yang ada di sekitar candi Borobudur.
4. Candi Muara Takus

Candi muara takus adalah sebuah situs candi Budha yang terletak di desa Muara
Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau. Di dalam kompleks candi ini,
terdapat beberapa bangunan yang disebut dengan Candi Sulung, Candi Bungsu, Mahligai
Stupa, dan Palangka. Para ahli berbeda pendapat terkait kapan candi ini didirikan. Ada yang
mengatakan pada abad ke-7, abad ke-9, dan bahkan ada yang mengatakan abad ke-11. Meski
demikian, diyakini bahwa Candi Muara Takus merupakan peninggalan peradaban Budha dari
masa Kerajaan Sriwijaya. Para ahli juga menganggap bahwa kawasan berdirinya candi
merupakan salah satu pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Baca juga: Sejarah Berdirinya
Kerajaan Sriwijaya

Sejarah dan fungsinya Candi Muara Takus diperkirakan dibangun pada masa
perkembangan agama Hindu dan Buddha di Indonesia. Meski demikian, asal-usul dari
pendirian candi ini masih belum banyak ditemukan karena kurangnya bukti-bukti yang kuat.
Candi Muara Takus diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Sriwijaya, yakni antara abad
ke-4 hingga 11 M. Candi ini merupakan candi Budha tertua di Indonesia yang ditemukan di
Sumatera. Hal ini dibuktikan pada bentuk stupa yang merupakan lambang dari Budha
Gautama. Pada bangunan candi ini juga terdapat Yoni dan Lingga sebagai simbol dari jenis
kelamin dan juga ada kemiripan arsitekturnya dengan candi-candi yang berada di Myanmar.
Hal itu karena Candi Muara Takus merupakan perpaduan antara Budha dan Syiwa.

Adapun terkait penamaan Candi Muara Takus terdapat dua pendapat. Pertama adalah
nama candi ini diambil dari nama sungai kecil yang bermuara di Sungai Kampar. Sungai
kecil tersebut namanya adalah Sungai Takus. Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa
penamaan Muara Takus diambil dari dua kata, yaitu Muara yang berarti tempat akhir dari
aliran sungai, dan Takus diambil dari bahasa China yaitu Takuse. Ta dalam bahasa China
berarti besar sedangkan ku berarti tua atau kuil. Maka secara keseluruhan, Muara Takus
memiliki makna sebuah kuil atau candi tua yang besar dan berada di muara sungai. Apabila
dilihat dari bantuk dan struktur Candi Muara Takus yang berupa stupa, candi ini diperkirakan
digunakan sebagai tempat peribadatan dan ritual dari umat Budha saat itu, terutama Budha
Mahayana.
5. Candi Dieng

Candi Dieng adalah candi warisan Mahakarya Abad ke 7 Dari Dinasti Sanjaya yang
berada di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Sebelumnya ada sekitar 400 candi yang
pernah ada di komplek candi ini. Itulah sebabnya daerah Dieng tempat kumpulan Candi ini
disebut juga sebagai Kompleks Candi Hindu Jawa.

Bukti Prasasti yang ditemukan di sana menunjukkan kompleks candi ini sudah ada
sejak abad ke- 8 dan 9 masehi sebagai. Kompleks candi dibangun sebagai perwujudan dari
masyarakat atas kebaktian kepada Dewa Siwa dan Sati Siwa atau sang istri Siwa.

Dari 21 Bangunan di komplek Candi Dieng kemudian dibagi menjadi 5 Kelompok. 4


Kelompok bangunan candi berupa ceremonial site atau tempat pemujaan sebagai berikut:

● Kelompok Candi Arjuna (pandawa 5)


● Kelompok Candi Gatotkaca
● Kelompok Candi Bhima
● Kelompok Candi Dwarawati/Parikesit.
● Kelompok Candi Magersari.

Selanjutnya Kelompok Kelima adalah bangunan untuk tempat tinggal atau


settlement site yang saat ini hanya terlihat sisa-sisa puing-puingnya saja di sekitar
komplek candi Arjuna. Sedang dalam proses pelestarian, baru-baru ini juga ditemukan
komplek candi yang lain, yakni Candi Setyaki
6. Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo merupakan cagar budaya peninggalan candi dari ajaran Hindu
di Indonesia yang terletak di desa Candi, Bandungan, Kabupaten Semarang, provinsi Jawa
Tengah.

Candi ini berada di lereng Gunung Ungaran dengan sembilan buah candi yang berada
di tempat yang berbeda-beda dengan jarak yang lumayan jauh.

Raffles adalah penemu Candi Gedong Songo pertama kali pada tahun 1804 dan
menjadi peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 atau sekitar
tahun 927 masehi.

Candi ini hampir sama dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Letak candi ini
berada di ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut. Jadi suhu udara di kompleks ini
cukup dingin, berkisar antara 19 hingga 27 °C.

9 candi Gedong Songo yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki
pemandangan alam yang menakjubkan. Di obyek wisata ini juga ada pemandian air panas
dari mata air yang mengandung belerang, area perkemahan, wisata berkuda, dan beberapa
fasilitas lainnya.
7.Candi Plaosan

Candi Plaosan adalah salah satu kompleks Candi Buddha di Indonesia yang berjarak
kurang lebih 1,5 km dari kompleks candi Prambanan. Komplek Plaosan terbagi menjadi dua,
yakni candi Plaosan Lor berada di Utara dan Candi Plaosan Kidul berada di Selatan.
Kompleks Candi ini memiliki pahatan yang sangat halus dan rinci seperti pahatan yang ada di
Candi Borobudur.

Candi Plaosan ini dibuat saat Rakai Pikatan memutuskan untuk menikah dengan
Pramodhawardhani. Hubungan percintaan Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani
menimbulkan banyak kecaman dan penolakan karena berbeda agama.

Pada saat itu Rakai Pikatan menganut agama Hindu karena berasal dari Dinasti
Sanjaya, sedangkan Pramodhawardani menganut agama Budha karena berasal dari Dinasti
Syailendra.

Candi ini kemudian dibuat Rakai Pikatan sebagai lambang rasa cinta-nya kepada sang
istri dan Candi ini juga menjadi tanda bahwa Ia memberikan kebebasan kepada sang istri
untuk menganut agama yang berbeda.
8.Candi Sewu

Candi Sewu terletak di Kompleks Candi Prambanan, tepatnya di Jalan Raya Solo KM. 16
Klurakbaru, Tlogo, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Sewu berada 800
meter di utara Candi Prambanan. Tidak ada salahnya jika berkunjung ke Candi Prambanan, juga
melihat keelokkan Candi Sewu.

Candi ini dikenal dengan nama Candi Sewu. Kata ‘sewu’ artinya seribu dalam bahasa
Jawa. Penamaan candi ini berkaitan erat dengan legenda Roro Jonggrang dan Bandung
Bondowoso. Dimana untuk meminang Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso harus membuat
1000 candi dalam semalam. Namun berdasarkan prasasti yang ditemukan, nama asli candi ini
adalah Prasada Vajrasana Manjusrigrha.

Candi Sewu didirikan pada abad ke-8, pada masa dinasti Syailendra. Pembangunan Candi
Sewu dimulai oleh Rakai Panangkaran dari kerajaan Mataram Kuno, yang kemudian dilanjutkan
oleh Rakai Pikatan dari dinasti Sanjaya. Di mana Rakai Pikatan ini menikah dengan salah satu
puteri dari Dinasti Syailendra. Candi Sewu kemudian diselesaikan pada masa dinasti Sanjaya.
Candi Sewu memiliki corak Buddha. Oleh sebab itu, pada masa Dinasti Syailendra, Candi
Sewu menjadi pusat ibadah umat Buddha. Berbeda dengan Candi Prambanan yang memilliki
corak Hindhu. Walau begitu, kedua candi yang bersandingan ini menunjukkan bahwa pada
zaman dahulu, keharmonisan tercipta antar kedua penganut agama tersebut.

Kompleks Candi Sewu memiliki panjang 185 meter dari sisi utara ke sisi selatan dan
lebar 165 meter dari sisi timur ke sisi barat. Candi Sewu memiliki pintu masuk pada masing-
masing penjuru mata angin, yaitu utara, selatan, barat dan timur. Namun, tampaknya pintu utama
berada di sisi timur. Pada tiap pintu masuk, dijaga oleh arca raksasa yang bernama Drawapala.
Arca ini berdiri kokoh dengan tinggi mencapai 2 meter dan saling berhadapan. Bangunan Candi
Sewu seluruhnya terbuat dari batu andesit.

Walaupun bernama Candi Sewu, aslinya hanya ada 249 candi di sini. Candi Sewu
memiliki candi utama yang dikelilingi candi-candi kecil. Candi utama ini memiliki diameter 29
meter dan tinggi 30 meter yang terletak di tengah-tengah. Sedangkan candi-candi kecil yang
mengelilingi candi utama, dinamakan Candi Perwara dan Candi Penjuru. Kedua jenis candi ini
berada di pelataran luar Candi Utama. Namun sayangnya, baik Candi Perwara maupun Candi
Penjuru, banyak yang tidak utuh atau berupa bongkahan.

Banyak aktivitas yang bisa dilakukan di Candi Sewu. Pengunjung bisa berkeliling sambil
melihat-lihat dan memotret candi di Candi Sewu. Atau pengunjung bisa menyewa sepeda dan
berkeliling di kawasan Candi Sewu hingga kawasan Candi Prambanan. Adapula Museum Candi
Sewu sebagai wisata edukasi. Di museum ini, pengunjung akan mendapatkan pengetahuan lebih
tentang Candi Sewu, pemugaran candi-candi tersebut, hingga pemutaran film sejarah.
9. Candi Kalasan

Candi Kalasan adalah candi bercorak Budha yang bisa kita lihat dari stupa pada bagian
atap candi dan diklaim sebagai candi Budha tertua di Yogyakarta. Di sini kita bisa melihat
banyak sekali stupa, kurang lebih terdapat 52 stupa di Candi Kalasan. Jika dibandingkan dengan
candi-candi populer seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan memang Candi Kalasan
belum seterkenal itu namun keindahan dan nilai historis dari Candi Kalasan tak kalah dari candi
tersebut.

Salah satu yang menjadi keunikan dari Candi Kalasan adalah semen kuno yang digunakan
untuk menempelkan relief di sini berbeda dari candi yang lain. Biasanya semen yang berfungsi
sebagai perekat menggunakan bahan kimia, namun semen kuno yang ditemukan di Candi
Kalasan terbuat dari bahan alami yang khas dan disebut dengan Vajralepa. Selain sebagai perekat
Vajralepa juga berfungsi untuk melindungi candi dari lumut atau jamur.

Candi Kalasan memiliki bangunan yang berbentuk menyerupai bujur sangkar dengan
ukuran sekitar 45 x 34 meter dengan empat pintu di empat sisi candi dengan pintu di sebelah
timur sebagai pintu utama. Candi ini terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian mahkota candi, tubuh
candi, dan kaki candi. Di dalam tubuh candi terdapat 1 ruangan utama dan 4 ruangan lainnya.
Pada ruangan utama kita akan melihat sebuah patung setinggi kurang lebih 6 meter yang terbuat
dari perunggu. Belum diketahui sebagai perwujudan dewa apakah patung tersebut dibangun. Kita
juga bisa melihat sebuah singgasana yang dihiasi dengan ukiran berbentuk singa berdiri di atas
punggung seekor gajah.

Atap candi terdiri dari dua tingkatan dengan bentuk persegi delapan. Pada tingkat pertama
kita bisa melihat arca berbentuk manusia budha dan pada atap di tingkat ke dua kita akan melihat
arca Dhayani Budha yang dilengkapi beberapa stupa. Pucuk tertinggi Candi Sari berbentuk stupa
segi 8 yang dilengkapi dengan relung-relung, sulur-sulur, dan arca-arca Budha yang indah.

Salah satu yang menarik adalah arca Gana yang digambarkan sebagai manusia kerdil
dengan perutnya yang buncit dan sering memikul barang. Pada kaki candi terdapat sebuah
makara yang dikelilingi dengan hiasan yang unik.Pada sisi selatan Candi Sari kita akan melihat
patung Banaspati yang cukup besar, dengan lajur tegak lurus yang dihiasi sulur-sulur dan makara
yang memiliki nilai seni teramat tinggi.
10. CANDI MENDUT

Candi Mendut terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah. Jaraknya sekitar 38 km ke arah barat laut dari Yogyakarta, serta 3 km dari Candi Borobudur.
Candi bercorak Buddha ini memiliki arsitektur yang unik.

Tempat peribadatan yang kemudian dikenal sebagai Candi Mendut didirikan oleh Raja
Dharanindra atau Indra dari wangsa Syailendra. Bukti pendiriannya tertulis di dalam Prasasti Karang
Tengah yang berangka tahun 824 M.

R. Soekmono melalui buku Candi: Fungsi dan Pengertiannya (2005) mengungkapkan, di


prasasti tersebut terdapat penjelasan bahwa Raja Indra telah membangun bangunan suci bernama
crimad venuvana yang artinya “bangunan suci di hutan bambu”.

Dalam disertasi yang ditulis J.G. de Casparis pada 1950, nama Candi Mendut dihubungkan
dengan penamaan ala Raja Indra itu, yang kemudian dijadikan nama desa lokasi candi tersebut.
Sejarawan Slamet Muljana dalam buku berjudul Sriwijaya (1960) menduga bahwa Raja Indra identik
dengan Sri Maharaja Rakai Panunggalan, raja ketiga Kerajaan Medang periode Jawa Tengah, atau
yang kerap pula disebut Kerajaan Mataram Kuno.
Eksistensi Candi Mendut yang berdiri di zaman yang sama dengan Candi Borobudur ini
bertahan hingga abad ke-10. Sama dengan Candi Borobudur, Candi Mendut sempat terbengkalai
karena ditinggalkan seiring terjadinya erupsi Gunung Merapi.

Penemuan Candi Mendut

Saat pertama kali ditemukan, kondisi Candi Mendut tertimbun tanah serta dikelilingi semak
belukar. Pada abad-19, B. Kersjes dan C. den Hamer melakukan survei mengenai candi yang baru
ditemukan kembali pada 1836 ini. Pada 1897 hingga 1904, Pemerintah Hindia Belanda melakukan
penggalian dan pemugaran. Di tahap ini, kaki dan tubuh candi berhasil dibangun. Pemugaran ini
bertepatan dengan perbaikan Candi Borobudur yang tahap berikutnya dilanjutkan pada 1908 oleh T.
van Erp. Seluruh tahap untuk melestarikan kembali Candi Mendut baru selesai pada 1925. Persis di
sebelah candi terdapat Wihara Buddha Mendut yang melingkupi asrama, tempat ibadah, taman, dan
beberapa patung Buddha. Pembangunan hingga Menjadi Warisan Dunia Sejarah Kutai Martapura dan
Prasasti Kerajaan Tertua di Indonesia Arsitektur Candi Mendut Dikutip dari website resmi
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Candi Mendut berbentuk segi empat. Tinggi bangunan utuh
26,40 m di atas batu setinggi 2 m.

Tangga menuju selasar candi terdapat di sisi barat, di depan pintu masuk candi yang
dilengkapi bilik penampil. Di dinding pipi tangga, terdapat panil berpahat yang menggambarkan
ajaran Buddha. Sedangkan pada pangkal tangga, ada patung sepasang naga yang membuka mulut. Di
dalam mulut naga, terdapat binatang yang menyerupai singa. Lalu, di bawah naga terdapat panil
bergambar makhluk kerdil “Gana”. Selain tangga, pada dinding kaki candi, terdapat 31 panil yang
berisi cerita, pahatan bunga, serta suluran. Sedangkan, di dinding luar langkan terdapat saluran air
(jaladwara).

Dengan atap yang terdiri dari tiga kubus yang semakin kecil ke atas, Candi Mendut dianggap
memiliki kemiripan dengan candi di sekitar Komplek Candi Dieng serta Gedongsanga. Candi Mendut
juga dilengkapi dengan elemen lain seperti arca dan stupa. Tepat di dalam bilik, terdapat tiga arca
Buddha, Cakyamuni yang bersila, Avalokitesvara yang melambangkan sifat penolong, dan Maitreya
yang melambangkan pembebas manusia di masa depanSetelah itu, terdapat sejumlah 48 stupa di atap
candi mendut. Pada tingkat pertama terdapat 24 buah, tingkat kedua 16 buah, dan tingkat teratas ada 8
buah.

Anda mungkin juga menyukai