Anda di halaman 1dari 13

PENINGGALAN KERAJAAN BUDHA DI INDONESIA

1. Candi Borobudur

Bicara tentang benda peninggalan ajaran Buddha rasanya tak akan lengkap jika tak
membahas tentang Candi Borobudur. Di mana Candi Borobudur adalah salah satu bukti jika
ajaran Buddha pernah ada di Indonesia.

Candi Borobudur sendiri terbentuk dari stupa-stupa dan menurut sejarah telah dibangun
pada abad ke-8 Masehi oleh para penganut Buddha Mahayana. Memiliki ukuran yang cukup
besar, sehingga menjadikan Candi Borobudur selalu menampakkan sisi megahnya.

Bahkan, Candi Borobudur dijadikan sebagai monumen dan kuil Buddha terbesar di
dunia lho. Hingga saat ini, keberadaan Candi Borobudur masih tetap dijadikan sebagai
tempat peribadatan oleh para penganut ajaran agama Buddha, terutama pada saat
peringatan hari Trisuci Waisak.
Untuk konstruksi bangunannya, Candi Borobudur memiliki tiga pelataran melingkar dengan
satu stupa utama, 72 stupa berlubang, 2.672 panel relier serta terdapat sekitar 504 archa
Buddha.

Candi Borobudur adalah tempat iadah umat Budhha di Indonesia dan dunia yang berlokasi
di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Selain itu, UNESCO juga sudah memasukkan Candi
Borobudur sebagai salah satu warisan budaya dunia.
2. Candi Kalasan

Selanjutnya, ada Candi Kalasan yang juga menjadi salah satu bangunan yang memiliki corak
agama Buddha. Dimana Candi Kalasan sendiri terletak di Kabupaten Sleman dan sampai saat
ini masih terus berdiri dengan begitu kokok.

Candi Kalasan merupakan candi dengan corak Budha yang telah di bandung pada tahun 778
masehi untuk Dewi tara yang dikenal dalam agama Buddha Mahayana. Keberadaan dari
Candi Kalasan bisa dijadikan sebagai bukti bahwa adanya kependudukan Wangsa Syailendra,
penguasa Sriwijaya di Sumatera dan tanah Jawa.

Di area kompleks Candi Kalasan memiliki candi utama yang dikelilingi oleh 52 stupa kecil
yang jika kita lihat saat ini mungkin sudah tidak utuh layaknya awal pembangunan.

3. Candi Mendut

Candi Mendut juga menjadi salah satu candi yang memiliki corak Buddha. Candi Mendut
sendiri berada di Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Lalu, Candi Mendut diperkirakan
didirikan pada masa pemerintahan Raja Indra dari Dinasti Syailendra.

Seorang ahli arkeolog yang berasal dari Belanda bernama J.G. De Casparis juga memiliki
dugaan jika Candi Mendut dibangun oleh raja pertama dari Wangsa Syailendra pada tahun
824 atau pada abad ke-9 di masa kerajaan Mataram Kuno. Hal tersebut juga bisa dibuktikan
dengan adanya keberadaan Prasasti Karangtengah.
Karena keberadaannya di Magelang, maka menjadikan Candi Mendut masuk ke dalam
rangkaian candi Buddha di daerah tersebut. Dalam bangunan Candi Mendut ada tiga arca
Budha dengan ukuran besar.

Kegiatan arca Budha tersebut adalah seperti Dhyani Buddha Wairocana dengan sikap tangan
(mudra) dharmachakra mudra, dan diapit oleh arca Awalokiteśwara (Padmapāņi) pada sisi
kiri dan arca Wajrapāņi pada sisi kanan.

4. Candi Pawon

Selanjutnya, ada Candi Pawon yang juga sebagai salah satu candi dengan corak Buddha.
Keberadaan Candi Pawon berada di antara Candi Borobudur dan Candi Mendut. Selain itu,
keberadaan dari Candi Pawon dengan kedua Candi tersebut juga memiliki keterkaitan yang
begitu erat.

Hal ini bisa dilihat dari posisi geografis dari Candi Pawon yang lurus serta adanya pahatan
relief yang sama dari Candi Borobudur maupun Candi Mendut. Seorang arkeolog asal
Belanda bernama J.G. De Casparis menjelaskan bahwa Candi Pawon adalah tempat
penimpaan abu jenazah dari Raja Indera (782 hingga 812 M) yang juga merupakan ayah dari
Raja Samaratungga yang berasal dari Dinasti Syailendra.

Beberapa orang juga mengatakan jika nama Pawon berasal dari kata Pawuhan atau jika
diartikan adalah tempat menyimpan abu. Selain itu, J.G. De Casparis mengungkapkan jika
Candi Pawon juga disebutkan pada Prasasti Karangtengah.

Tak hanya berfungsi sebagai penyimpanan abu, tetapi Candi Pawon juga digunakan sebagai
tempat penyimpanan senjata.
5. Candi Brahu

Candi Brahu adalah candi dengan corak Buddha yang berikutnya. Di mana Candi Brahu
berada di situs Trowulan dan jika dilihat dari sejarah, situs Trowulan adalah ibukota dari
Kerajaan Majapahit pada masa lalu.

Candi Brahu sendiri merupakan candi Buddha yang pada proses pembuatannya
menggunakan bata merah. Dilihat dari prasasti yang ditulis oleh mpu Sendok, Candi Brahu
adalah tempat pembakaran abu para Raja pada masa itu. Namun, dari penelitian yang
dilakukan lebih lanjut tak ditemukan adanya bekas abu mayat yang ada di dalam bilik candi
tersebut.

Sampai saat ini, keberadaan dari Candi Brahu masih terawat dengan baik dan menjadi salah
satu situs budaya di daerah setempat. Untuk mengunjungi Candi Brahu, kalian bisa langsung
menuju ke lokasinya yaitu di Jl. Candi Brahu No.73, Siti Inggil, Bejijong, Kec. Trowulan,
Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

6. Candi Banyunibo

Candi Banyunibo adalah salah satu candi yang juga memiliki corak Buddha. Candi Banyunibo
dibangun pada abad ke-9 di masa Kerajaan Mataram Kuno. Jika diartikan, nama Banyunibo
adalah tetesan air. Jika dilihat dari puing-puingnya, Candi Banyunibo masih memiliki
beberapa candi pendamping lain di sekitarnya.
Candi Banyunibo berlokasi di Desa Bokoharjo, Prambanan, Kabupaten Sleman. Selain itu,
keberadaan dari Candi Banyunibo juga tak jauh dari situs Ratu Boko.

Keberadaan dari Candi Banyunibo masih dalam satu kompleks dengan candi induk dan candi
perwara yang mengelilinginya. Pada bagian dinding luar dari Candi Banyunibo terdapat arca
Bodhisatwa. Hal tersebut juga bisa menjadikan bukti jika Candi Banyunibo adalah candi
Buddha.

7. Candi Muara Takus

Candi Muara Takus yang terletak di desa Muara Takus, Kecamatan Tiga Belas Koto Kampar,
Kabupaten Kampar, Provinsi Riau merupakan candi dengan corak Budha. Untuk awal
pembangunannya, memang belum begitu diketahui dengan pasti, tetapi keberadaan dari
Candi Muara Takus sendiri dipercaya sudah ada sejak masa keemasan kerajaan Sriwijaya.

Karena hal tersebutlah, banyak peneliti yang beranggapan bahwa lokasi dari Candi Muara
Takus merupakan salah satu pusat pemerintahaan Kerajaan Sriwijaya pada masa itu. Bahan
baku pembuatan dari Candi Muara Takus sedikit berbeda dari bahan baku yang digunakan
untuk membuat Candi Buddha di pulau Jawa pada umumnya.

Biasanya, Candi Buddha di pulau Jawa menggunakan bahan baku Andesit. Sedangkan untuk
Candi Muara Takus Terbuat dari batu pasir, batu sungai dan juga batu bata yang dipercaya
diambil dari Desa Pongkai.

Adanya stupa yang juga lambang Buddha Gautama di Candi Muara Takus menjadikannya
sebagai salah satu ciri keberadaan corak Buddha. Selain itu candi tersebut juga lebih banyak
dikenal karena keberadaan stupa besar dengan bentuk menara.

Perlu diketahui, jika Candi Muara Takus adalah sebuah kompleks yang di dalamnya ada
beberapa bangunan bersejarah lainnya. Mulai dari Candi Tua, Candi Bungsu, Stupa Mahligai
dan juga Palangka.

Selain itu, Candi Muara Takus merupakan candi tertua di Pulau Sumatra dan merupakan
satu-satunya situs peninggalan sejarah dalam bentuk candi di Riau.
8. Candi Muaro Jambi

Candi Muaro Jambi yang berlokasi di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi,
Provinsi Jambi atau yang lebih mudahnya berada di tepian Sungai Batanghari adalah salah
satu candi corak Budha yang berikutnya. Dari hasil penelitian yang ada, Candi Muaro Jambi
adalah tempat peribadatan dan juga tempat Pendidikan ajaran agama Buddha.

Diperkirakan pembangunan dari Candi Muaro Jambi adalah pada abad ke-7 hingga abad ke-
12 masehi. Oleh karena itu, Candi Muaro Jambi diduga juga sebagai salah satu peninggalan
Kerajaan Sriwijaya.

Kompleks Candi Muaro Jambi bisa dibilang sebagai kompleks Candi Hindu-Buddha terbesar
di Asia Tenggara. Dalam kompleks Candi Muaro Jambi setelah dilakukan pemugaran
terdapat Sembilan bangunan. Selain itu, di luar area tersebut masih banyak potensi adanya
bangunan kuno lainnya.

9. Candi Bahal

Berikutnya, ada Candi Bahal yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-11. Candi Bahal juga
dikenal dengan nama Bairo Bahal dan juga Candi Portibi. Sedangkan untuk lokasi dari Candi
Bahal adalah di Desa Bahal, Padang Bolak, Sibatu Loting, Kec. Barumun Tengah, Kabupaten
Padang Lawas Utara, Sumatera Utara.

Bisa dibilang jika Candi Bahal merupakan kompleks candi terluas yang ada di Sumatera
utara. Dimana kompleks Candi Bahal dibagi menjadi tiga kelompok yaitu Bahal I, Bahal II dan
Bahal II. Adanya Candi Bahal kerap dikaitkan dengan keberadaan dari Kerajaan Pannai.
10. Candi Jabung

Candi Jabung yang terletak di Dusun Candi, Jabung Candi, Kec. Paiton, Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur adalah salah satu peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Dimana
Candi Jagung sendiri diperkirakan dibangun pada tahun 1354 Masehi.

Berdasarkan Kitab Paraton, Candi Jagung diduga dibangun untuk makam Bhra Gundul salah
seorang keluarga Raja. Candi dengan corak Buddha tersebut identik dengan warna merah.
Hal ini tak lain karena pembuatan Candi Jagung masih menggunakan bahan baku bata
merah.

11. Candi Plaosan

Berikutnya, ada Candi Plaosan yang terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi Plaosan sendiri adalah sebuah kompleks bangunan
kuno yang dibagi menjadi dua bagian yaitu kompleks Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan
Kidul.

Keberadaan dari dua candi utama tersebut menjadikan kompleks Candi Plaosan disebut
sebagai Candi Kembar. Adanya bentuk stupa serta arca Buddha menunjukkan jika Candi
Plaosan adalah peninggalan dari ajaran Buddha di Nusantara kala itu.

Meski Candi Plaosan adalah Candi Buddha. Namun, para ahli memperkirakan jika proses
pembangunan Candi Plaosan adalah pada saat masa pemerintahan Rakai Pikatan dari
Kerajaan Mataram Hindu atau lebih tepatnya di awal abad ke-9 Masehi.
12. Candi Sewu

Candi Sewu termasuk ke dalam jajaran candi dengan corak Buddha. Dimana jika dilihat dari
ukuran, Candi Sewu menempati posisi kedua terbesar setelah Candi Borobudur. Namun
untuk usianya, Candi Sewu lebih tua dari Candi Borobudur maupun Candi prambanan.

Pembangunan dari Candi Sewu sendiri diperkirakan pada tahun 800 Masehi. Meski memiliki
nama Candi Sewu, namun dalam kenyataannya candi tersebut hanya memiliki jumlah candi
sebanyak 249 buah.

Akan tetapi, masyarakat sekitar memberikan nama Candi Sewu yang bisa diartikan candi
seribu. Pemberian nama Candi Sewu juga masih ada hubungannya dengan legenda Roro
Jonggrang.

Kompleks dari Candi Sewu diperkirakan dibangun pada akhir masa pemerintahan Rakai
Panangkaran. Dimana Rakai Panangkaran adalah raja termasyhur dari Kerajaan Mataram
Kuno. Akan tetapi, keberadaan dari Candi Sewu pernah mengalami pemugaran pada masa
pemerintahan Rakai Pikatan, seorang pangeran dari Dinasti Sanjaya yang meningkah dengan
Pramodhawardhani dari Dinasti Syailendra.

Untuk mengunjungi Candi Sewu, kalian bisa langsung menuju ke lokasinya yaitu Jl. Raya
Solo-Yogyakarta No.KM.16, Bugisan, Kec. Prambanan, Kabupaten Sleman,

13. Candi Jago


Candi Jago yang terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten
Malang adalah salah satu candi dengan corak Buddha yang berikutnya. Menurut Kitab
Negarakertagama dan pararaton, nama Candi Jago sendiri sebenarnya adalah Jajaghu yang
jika diartikan adalah sebuah tempat suci.

Tujuan dari adanya Candi Jago adalah digunakan sebagai bangunan untuk menghormati Raja
Wisnuwardhana yang menganut agama Syiwa Buddha. Syiwa Buddha adalah aliran
keagamaan yang memadukan ajaran agama Hindu dan Buddha.

Sedangkan untuk perkiraan proses pembangunan dari Candi Jago adalah antara tahun 1268
Masehi hingga 1280 Masehi.

14. Candi Ratu Boko

Candi Ratu Boko adalah candi dengan corak Buddha yang berikutnya. Candi Ratu Boko
terletak di Jl. Raya Piyungan – Prambanan No.2, Gatak, Bokoharjo, Kec. Prambanan,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 5572. Sedangkan untuk bangunnnya
sendiri berada di atas sebuah bukit perbatasan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Keberadaan dari Candi Ratu Boko tak hanya digunakan sebagai tempat peribadatan saja.
Namun, Candi Ratu Boko juga digunakan sebagai kompleks pemukiman atau keraton.
Menurut prasasti yang berhasil ditemukan menjelaskan jika awal dari Situs Candi Ratu Boko
adalah sebuah vihara untuk pendeta Buddha yang bernama Abhayagiri.

Namun bangunan ini juga difungsikan sebagai keraton oleh penguasa dengan agama Hindu
yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni.
15.Prasasti Tukmas

Prasasti Tukmas adalah salah satu peninggalan dari kerajaan Kalingga. Prasasti Tukmas
sendiri ditemukan pada lereng barat Gunung Merapi, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti
Tukmas dibuat dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi dari Prasasti
Tukmas sendiri menjelaskan tentang mata air jernih yang disamakan dengan sungai Gangga
di India.

16. Prasasti Canggal

Prasasti Canggal ditemukan pada area halaman Candi Gunung Wukir, Desa Canggal. Prasasti
Canggal bisa dikatakan sebagai bukti peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno. Di mana isi
dari Prasasti Canggal sendiri adalah tentang Lingga atau lambing Syiwa di desa Kunjarakunja
yang didirikan oleh Raja Sanjaya.

17. Prasasti Kudadu

Prasasti Kudadu adalah salah satu peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Prasasti Kudadu
memiliki isis tentang pengalaman Raden Wijaya yang ditolong oleh Rama Kudadu dari
Kerajaan Jayakatwang. Setelah Raden Wijaya berhasil menduduki tahta raja, ia memberikan
hadiah tanah sima kepada penduduk dan Kepala Desa Kudadu.

18. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kampung Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera


Selatan. Di mana Prasasti Kedukan Bukit adalah bukti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
Sejarawan menjelaskan bahwa Prasasti Kedukan Bukit adalah peninggalan sejarah dengan
corak Buddha yang dibuat pada tahun 683 Masehi. Prasasti Kedukan Bukit menjelaskan
tentang kemajuan pelayaran Nusantara di masa Kerajaan Sriwijaya.
19. Arca Sang Buddha Gautama

Berikutnya ada arca Buddha Gautama yang merupakan peninggalan dari kerajaan Mataram
Kuno. Arca Buddha Gautama sendiri ditemukan di Desa Sikendeng, Kabupaten Mamuju,
Sulawesi Barat pada tahun 1921.

Arca Buddha Gautama terbuat dari patung perunggu dan diperkirakan dibuat pada tahun
200 Masehi. Sejarawan menjelaskan jika arca Buddha Gautama tersebut memiliki corak
yang berbeda dengan arca lain yang ada di Candi Borobudur ataupun peninggalan Kerajaan
Sriwijaya. Di mana corak pada arca Buddha Gautama tersebut memiliki ciri khas yang sama
dengan arca yang ditemukan di Amarawati, India.
20. Kitab Negarakertagama

Kitab Negarakertagama adalah suatu karya yang dibuat oleh Mpu Prapanca atau Dang
Acarya Nadendra. Mpu Prapanca sendiri adalah salah satu orang yang membesarkan ajaran
Buddha di Kerajaan Majapahit kala itu.

Kitab Nagarakretagama memiliki arti judul “ Negara dengan tradisi agama yang suci”. Di
dalam kitab Nagarakretagama terdapat informasi yang menjelaskan tentang Kerajaan
Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.

Perlu diketahui bahwa informasi yang ada di dalam kitab Negarakertagama ditulis dengan
bahasa Jawa Kuno. Saat ini, keberadaan dari kitab Negarakertagama dijadikan sebagai cagar
budaya di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai