Anda di halaman 1dari 8

PENINGGALAN KERAJAAN HINDU-BUDHA

DI INDONESIA

Oleh:
1. Fairuz Saniyyahindy (X IA 4/12)
2. Gregor Dalton M. L. (X IA 4/14)
3. Nabila Putri Ariana (X IA 4/21)
4. Vasya Ayu Karmina (X IA 4/34)
Candi Prambanan
Candi Prambanan atau Candi Lara Jongrang
merupakan candi bercorak Hindu yang cukup besar
peninggalan kerjaan kutai. Berdasarkan Prasasti
Mantiasih, Siwargha, dan tulisan pendek pada candi
Prambanan diketahui bahwa Candi Prambanan
adalah Sri Maharaja Rakai Pikatan. Candi ini
dibangun pada abad XI Masehi pada masa Mataram
Kuno. Candi Prambanan dibagi menjadi tiga bagian.
Ketiga bagian ini adalah halaman pertama atau
jeroan, halaman kedua atau tengahan, dan halaman
ketiga atau jaba. Candi-candi di komplek Candi Prambanan, di antaranya adalah: Candi Syiwa
Mahadewa, Wishuni, Brahmana, Angsa, Nandi, dan Garuda.

Candi Borobudur
Candi Borobudur merupakan salah satu Candi
terbesar di Indonesia, peninggalan kerajaan
Mataram Kuno. Candi borobudur merupakan salah
satu Candi Buddha yang terletak di Magelang,
provinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur terletak
kurang lebih 40 km di sebelah barat laut kota jogja.
Candi Borobudur di bangun pada masa penganut
ajaran Buddha Mahayana tepatnya sekitar tahun 750-800 an Masehi. Candi Borobudur menjadi
Candi Buddha yang tertua karena di bangun jauh sebelum Candi Angkor Wat di Kamboja yang
masih baru dibangun kira-kira pada pertengahan abad ke-12 oleh Raja Suryavarman II.

Candi Gedong Sono


Candi Gedong Songo adalah nama sebuah
komplek bangunan candi peninggalan budaya
Hindu yang terletak di desa Candi, Kecamatan
Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah,
Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di
kompleks candi ini terdapat sembilan buah candi.
Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun
1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu
dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun
927 masehi).
Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks
Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan
laut sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara 19-27 °C)
Candi Dieng
Candi Dieng, Warisan Maha Karya Abad ke 7 Dari
Dinasti Sanjaya ini masih bisa anda nikmati
kemegahannya di Dataran Tinggi Dieng. Dulu,
hampir sebanyak 400 candi pernah berdiri di
tempat yang dijuluki negeri para Dewa ini
sehingga Dieng kumpulan Candi Di Dieng di sebut
juga sebagai Kompleks Candi Hindu Jawa.
Berdasarkan Prasasti yang ditemukan di situs
Dieng, Candi-candi tersebut diperkirakan didirikan pada abad ke VIII- abad ke XIII masehi,
sebagai wujud kebaktian kepada Dewa Syiwa dan Sakti Syiwa(istri Syiwa).

Candi Panataran
Candi Panataran atau nama aslinya adalah Candi
Palah adalah sebuah gugusan candi bersifat
keagamaan Hindu Siwaitis yang terletak di Desa
Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar,
Jawa Timur. Candi termegah dan terluas di Jawa
Timur ini terletak di lereng barat daya Gunung
Kelud, di sebelah utara Blitar, pada ketinggian 450
meter di atas permukaan laut. Dari prasasti yang
tersimpan di bagian candi diperkirakan candi ini
dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan
Kadiri sekitar tahun 1200 Masehi dan berlanjut
digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun
1415.
Dalam kitab Desawarnana atau Nagarakretagama yang ditulis pada tahun 1365, Candi ini disebut
sebagai bangunan suci “Palah” yang dikunjungi Raja Hayam Wuruk dalam perjalanan kerajaan
bertamasya keliling Jawa Timur.

Candi Sewu
Candi Sewu adalah candi Buddha yang dibangun
pada abad ke-8 yang berjarak hanya delapan ratus
meter di sebelah utara Candi Prambanan. Candi
Sewu merupakan kompleks candi Buddha terbesar
kedua setelah Candi Borobudur di Jawa Tengah.
Candi Sewu berusia lebih tua daripada Candi
Prambanan. Meskipun aslinya terdapat 249 candi,
oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan
“Sewu” yang berarti seribu dalam bahasa Jawa.
Penamaan ini berdasarkan kisah legenda Loro
Jonggrang.
Candi Mendut
Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak
Buddha. Candi yang terletak di Jalan Mayor Kusen
Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah ini, letaknya berada sekitar 3 kilometer dari
candi Borobudur
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja
Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti
Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi,
disebutkan bahwa raja Indra telah membangun
bangunan suci bernama wenuwana yang artinya
adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi
Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.

Candi Kidal
Candi ini terdapat didaerah Malang Jawa Timur.
Candi ini dibangun sekitar 1248 dan dilakukan
pemugaran pada tahun 1990 oleh pemerintah
Indonesia. Uniknya candi Kidal adalah candi ini
tidak saja digunakan untuk upacara pemujaan
dewa semata. Candi ini dibangun untuk
penghormatan kepada raja kedua kerajaan
Singosari, Raja Anuspati. Karena pada zaman
Anuspati, kerajaan Singosari merengkeh
kemakmuran selama 20 tahun sebelum berakhir
karena Anuspati dibunuh oleh Panji Tohjaya saat
terjadi kudeta. Kejadian ini terjadi karena legenda kutukan Mpu Gandring.

Candi Jago

Candi yang menurut penelitian dibangun abad ke


13 masehi pada masa kerajaan Singosari ini. candi
ini terdapat di daerah Tumpang, Malang Jawa
timur. Di Candi Jago terdapat dua cerita relief yang
menjadi dasar pendirian candi, yakni relief
Kunjakarna dan Pancatantra. relief itu banyak
menceritakan kisah-kisah hindu salah satunya
pernikahan Arjuna dengan Dewi Suparba.

Dalam area candi juga di temukan prasasti Arca


manjusri. Arca menceritakan tentang asal mula pembangunan candi. Konon candi ini dibangun
oleh Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang ayahnya Raja Wisnuwardhana.
Candi Sukuh

Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi


agama Hindu yang secara administrasi terletak di
daerah tengah wilayah Desa Berjo, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa
Tengah. Candi yang berbentuk hampir mirip
dengan piramida bangsa maya di mexico ini diberi
nama Candi Sukuh.

Prasasti Talang Tuo

Prasasti Talang Tuo merupakan prasasti Kerajaan


Sriwijaya yang berisikan amanat kepada kita semua
bagaimana cara menata lingkungan hidup yang
berkesinambungan demi kemakmuran semua makhluk
hidup.

Petirtaan Jolotundo
Petirtaan Jolotundo, adalah sebuah bangunan masa lampau
yang dulu merupakan pemandian atau kolam yang dibuat
pada masa kerajaan Majapahit. Menurut sejarahnya,
petirtaan ini merupakan kolam cinta yang dibangun oleh
Udhayana, raja Bali, yang menikah dengan putri Guna Priya
Dharma dari Jawa. Dari perkawinan tersebut lahirlah
Airlangga pada 991 M. Lalu pada tahun 997 M, raja
Udhayan membangun kolam ini, sesuai dengan angka yang
tertera di dinding kolam, yang disiapkan untuk menyambut kelahiran putra Airlangga.
Arca Prajnaparamita
Pradnya Paramita atau Prajnaparamita adalah salah satu
aspek sifat seorang bodhisattwa yang disebut paramita.
Arti harafiahnya adalah "kesempurnaan dalam
kebijaksanaan" dan merupakan salah satu dari enam atau
sepuluh sifat transedental manusia. Selain itu dikenal
pula sutra-sutra Prajñāparamitā, suatu jenis
literatur Buddha mazhab Mahayana yang berhubungan
dengan Kesempurnaan Kebijaksanaan. Istilah
Prajñāparamitā tidak pernah merujuk kepada salah satu
teks khusus tetapi kepada sebuah khazanah teks.
Sedangkan istilah Dewi Prajnaparamita merujuk kepada
personifikasi atau perwujudan konsep kebijaksanaan
sempurna dalam naskah ini sebagai bodhisattva-
devi (bodhisatwa wanita) , yakni dewi kebijaksanaan transendental dalam aliran Buddha
Mahayana. Arca perwujudan Prajnaparamita yang paling terkenal sekaligus terindah kini
disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

Kitab Negarakertagama
Kitab Negarakertagama atau disebut juga
dengan Kakawin Negarakertagama memiliki
judul asli Desawarnana, kitab ini ditulis oleh
Mpu Prapanca ini merupakan sumber sejarah
Majapahit yang begitu dipercaya. Kitab
negarakertagama ini ditulis pada masa
kerajaan Majapahit masih berdiri di bawah
pemerintahan Sri Rajasanagara atau dikenal
juga dengan nama Hayam Wuruk.

Prasasti Mulawarman
Prasasti Mulawarman, atau disebut juga Prasasti Kutai,
adalah sebuah prasasti yang merupakan peninggalan dari
Kerajaan Kutai. Terdapat tujuh buah yupa yang memuat
prasasti, namun baru 4 yang berhasil dibaca dan
diterjemahkan. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa
Pra-Nagari dan dalam bahasa Sanskerta, yang diperkirakan
dari bentuk dan jenisnya berasal dari sekitar 400 Masehi.
Prasasti ini ditulis dalam bentuk puisi anustub.
Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun adalah peninggalan Kerajaan Tarumanegara.
Prasasti ini ditemukan di dekat Sungai Cisadane, Bogor. Adapun
isi dari Prasasti Ciaruteun ini adalah tulisan dengan huruf
pallawa menggunakan bahasa sanskerta disertai dengan pahatan
membentuk telapak kaki, gambar sulur-suluran dan juga umbi.

Arca Ganesha

Di Indonesia, utamanya di Jawa Tengah banyak sekali temuan lepas


berupa arca Ganesha. Dilihat dari kenampakan fisiknya, arca Ganesha
digambarkan sebagai tokoh yang memiliki bentuk tubuh tambun,
perut buncit, berkepala gajah, bermata sipit, berlengan empat,
memegang kapak dan mangkuk, dan atribut lain yang dipakainya.
Tulisan ini akan lebih fokus membahas mengenai ciri yang nampak
pada arca Ganesha yaitu belalainya. Belalai Ganesha melambangkan
perubahan. Artinya, belalai tersebut menandakan fleksibilitas,
efisiensi, dan kemampuan untuk berubah dan menyesuaikan dengan
waktu.

Prasasti Ligor

Prasasti Ligor di Ketemukan di Nakhon Si


Thammarat Thailand di bagian selatanyang
mempunyai tektur pahatan di bagian ke dua
sisinya. Di bagaian sisi pertama di beri
nama Prasasti Ligor A atau Manuskrip
Vian Sa. Dan di sisi satunya lagi di
namakan Prasasti Ligor B yang di ciptakan
oleh raja dari wangsa Sailendra.

Yang menceritakan tentang pemberian


nama gelar Visnu Sesawarimadwimathana
untuk Sri Maharaja. Prasasti Ligor A
mengisahkan tentang Raja Sriwijaya sedangkan Prasasti Ligor B Mengisahkan tentang Nama
Visnu yang mempuyai gelar Sri Maharaja dari keluarga Sailendravamsa serta mendapat julukan
Sesavvarimadavumathna yang artinya Pembunuh musuh yang sombong sampai tak tersisa.
Prasasti Kedukan Bukit

Peningggal Kerajaan Sriwijaya berikutnya ialah


Prasasti Kedukan Bukit yang di ketemukan pada
tanggal 29 November 1920 oleh M. Batenburg di
Kampung Kedukan Bukit. Lebih jelasnya di tepi
sungai Tatang yang yang mengalir menuju sungai
Musi. Prasasti Kedukan Bukit memiliki ukuran 45cm
x 80cm menggunakan bahasa Melayu Kuno dan
huruff pallawa.

Isi nya mengenai tentang seorang utusan dari


Kerajaan Sriwijaya yakni, Dapunta Hyaang
melakukan Sidhayarta atau perjalanan suci
menggunak perahu. Dalam perjalanan itu, dian di temani dengan 2000 prajurit dan berhasil
mengalahkan sebagian daerah lainnya.

Candi Ratu Boko

Candi ini terletak di Desa Dawing dan


Desa Sambireja. Nama Candi Ratu Boko
diambil dari nama seorang raja Mataram
bernama Ratu Boko. Candi ini diyakini
merupakan reruntuhan istana atau keraton
Ratu Boko. Raja Ratu Boko ini diyakini
pula sebagai ayah dari Roro Jonggrang
yang kita kenal dalam legenda populer
Roro Jonggrang. Bila kita melihat sejarah
Mataram Kuno pada abad ke delapan, Ratu
Boko telah dipergunakan oleh dinasti
Syailendra jauh sebelum Raja
Samaratungga (yang merupakan pendiri
Borobudur) dan Rakai Pikatan (yang membangun Prambanan).

Anda mungkin juga menyukai