Anda di halaman 1dari 5

JENIS JENIS CANDI YANG TERDAPAT DI INDONESIA

Jenis berdasarkan agama

Candi Jawi yang bersifat paduan Siwa-Buddha tempat pedharmaan raja Kertanegara.Berdasarkan


latar belakang keagamaannya, candi dapat dibedakan menjadi candi Hindu, candi Buddha,
paduan sinkretis Siwa-Buddha, atau bangunan yang tidak jelas sifat keagamaanya dan mungkin
bukan bangunan keagamaan.

1. Candi Hindu, yaitu candi untuk memuliakan dewa-dewa Hindu seperti Siwa atau Wisnu,
contoh: candi Prambanan, candi Gebang, kelompok candi Dieng, candi Gedong
Songo, candi Panataran, dan candi Cangkuang.
2. Candi Buddha, candi yang berfungsi untuk pemuliaan Buddha atau keperluan biksu
sanggha, contoh candi Borobudur, candi Sewu, candi Kalasan, candi Sari, candi
Plaosan, candi Banyunibo, candi Sumberawan, candi Jabung, kelompok candi Muaro
Jambi, candi Muara Takus, dan candi Biaro Bahal.
3. Candi Siwa-Buddha, candi sinkretis perpaduan Siwa dan Buddha, contoh: candi Jawi.
4. Candi non-religius, candi sekuler atau tidak jelas sifat atau tujuan keagamaan-nya,
contoh: candi Ratu Boko, Candi Angin, gapura Bajang Ratu, candi Tikus, candi Wringin
Lawang.
Jenis berdasarkan hierarki dan ukuran
Dari ukuran, kerumitan, dan kemegahannya candi terbagi atas beberapa hierarki, dari candi
terpenting yang biasanya sangat megah, hingga candi sederhana. Dari tingkat skala
kepentingannya atau peruntukannya, candi terbagi menjadi:

1. Candi Kerajaan, yaitu candi yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan, tempat
digelarnya upacara-upacara keagamaan penting kerajaan. Candi kerajaan biasanya
dibangun mewah, besar, dan luas. Contoh: Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi
Sewu, dan Candi Panataran.
2. Candi Wanua atau Watak, yaitu candi yang digunakan oleh masyarakat pada daerah
atau desa tertentu pada suatu kerajaan. Candi ini biasanya kecil dan hanya bangunan
tunggal yang tidak berkelompok. Contoh: candi yang berasal dari masa Majapahit, Candi
Sanggrahan di Tulung Agung, Candi Gebang di Yogyakarta, dan Candi Pringapus.
3. Candi Pribadi, yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang tokoh, dapat
dikatakan memiliki fungsi mirip makam. Contoh: Candi Kidal (pendharmaan Anusapati,
raja Singhasari), candi Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana, raja Singhasari), Candi
Rimbi (pendharmaan Tribhuwana Wijayatunggadewi, ibu Hayam Wuruk), Candi
Tegowangi (pendharmaan Bhre Matahun), dan Candi Surawana (pendharmaan Bhre
Wengker).
Fungsi

Candi Jalatunda yang berfungsi sebagai petirtaan.


Candi dapat berfungsi sebagai:

1. Candi Pemujaan: candi Hindu yang paling umum, dibangun untuk memuja dewa, dewi,
atau bodhisatwa tertentu, contoh: candi Prambanan, candi Canggal, candi Sambisari,
dan candi Ijo yang menyimpan lingga dan dipersembahkan utamanya untuk Siwa, candi
Kalasan dibangun untuk memuliakan Dewi Tara, sedangkan candi Sewu untuk
memuja Manjusri.
2. Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha atau menyimpan relik buddhis, atau
sarana ziarah agama Buddha. Secara tradisional stupa digunakan untuk menyimpan
relikui buddhis seperti abu jenazah, kerangka, potongan kuku, rambut, atau gigi yang
dipercaya milik Buddha Gautama, atau biksu Buddha terkemuka, atau keluarga kerajaan
penganut Buddha. Beberapa stupa lainnya dibangun sebagai sarana ziarah dan ritual,
contoh: candi Borobudur, candi Sumberawan, dan candi Muara Takus
3. Candi Pedharmaan: sama dengan kategori candi pribadi, yakni candi yang dibangun
untuk memuliakan arwah raja atau tokoh penting yang telah meninggal. Candi ini kadang
berfungsi sebagai candi pemujaan juga karena arwah raja yang telah meninggal sering
kali dianggap bersatu dengan dewa perwujudannya, contoh:
candi Belahan tempat Airlangga dicandikan, arca perwujudannya adalah sebagai Wishnu
menunggang Garuda. Candi Simping di Blitar, tempat Raden Wijaya didharmakan
sebagai dewa Harihara.
4. Candi Pertapaan: didirikan di lereng-lereng gunung tempat bertapa, contoh: candi-candi
di lereng Gunung Penanggungan, kelompok candi Dieng dan candi Gedong Songo,
serta Candi Liyangan di lereng timur Gunung Sundoro, diduga selain berfungsi sebagai
pemujaan, juga merupakan tempat pertapaan sekaligus situs permukiman.
5. Candi Wihara: didirikan untuk tempat para biksu atau pendeta tinggal dan bersemadi,
candi seperti ini memiliki fungsi sebagai permukiman atau asrama, contoh: candi
Sari dan Plaosan
6. Candi Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contoh: gerbang di
kompleks Ratu Boko, Bajang Ratu, Wringin Lawang, dan candi Plumbangan.
7. Candi Petirtaan: didirikan didekat sumber air atau di tengah kolam dan fungsinya
sebagai pemandian, contoh: Petirtaan Belahan, Jalatunda, dan candi Tikus
Beberapa bangunan purbakala, seperti batur-batur landasan pendopo berumpak, tembok dan
gerbang, dan bangunan lain yang sesungguhnya bukan merupakan candi, sering kali secara keliru
disebut pula sebagai candi. Bangunan seperti ini banyak ditemukan di situs Trowulan, ataupun
paseban atau pendopo di kompleks Ratu Boko yang bukan merupakan bangunan keagamaan.
Contoh candi dan penjelasannya
1. Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah candi budha yang berada di Magelang, Jawa Tengah yang memiliki
bentuk stupa yang didirikan oleh para penganut Budha Mahayana. Borobudur diperkirakan
dibuat sekitar tahun 800 an Masehi di masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Susunan
bangunan candi Borobudur terdiri dari enam teras bujur sangkar tiga pelataran melingkar di
atasnya.

Pada dinding candi Borobudur ada 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha. Bangunan candi ini
dimahkotai stupa utama terbesar yang terletak di tengah dan dikelilingi oleh tiga barisan
melingkar berjumlah 72 stupa. Candi utama dikelilingi oleh candi-candi kecil berisi arca buddha
yang tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra Dharmachakra mudra.
Borobudur merupakan model alam semesta yang dibangun untuk tempat suci yang memuliakan
Buddha. Selain itu candi ini juga digunakan sebagai tempat ziarah untuk umat manusia sesuai
dengan ajaran Buddha yang mengalihkan alam nafsu duniawi manusia menuju pencerahan dan
kebijaksanaan. Peziarah biasanya akan masuk candi dari sisi timur dan memulai ritualnya dengan
cara berjalan melingkari candi searah jarum jam.

Peziarah kemudian akan terus naik ke undakan berikutnya melewati tiga bagian atau tingkatan
ranah dalam kosmologi Buddha yang memiliki makna, yakni kamadhatu, Rupadhatu, dan
arupadhatu. Selama ritual, peziarah akan melihat kurang lebih 1.460 panel relief yang terukir di
dinding dan pagar candi Borobudur. Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds
baca untuk mengetahui apa-apa saja yang ada di sekitar candi Borobudur.

2. Candi Prambanan

Candi Prambanan adalah kompleks candi Hindu yang berada di desa prambanan, antara
perbatasan Jawa Tengan dan Yogyakarta. Candi ini diperkirakan telah dibangun sejak abad ke-9
masehi dimana bangunan ini dipersembahkan untuk keberadaan Trimurti, yakni Brahmana,
Wisnu, dan Siwa.

Candi Prambanan sebenarnya memiliki nama asli Siwagrha yang dalam bahasa Sanskerta yang
bermakna ‘Rumah Siwa’ berdasarkan prasasti Siwagrha. Terdapat arca Siwa Mahadewa setinggi
tiga meter di ruang utama (garbagriha) candi ini yang memperlihatkan bahwa di candi
Prambanan ini dewa Siwa lebih diutamakan.

Selain jadi salah satu  keajaiban dunia berdasarkan Situs Warisan Dunia UNESCO, candi ini
juga jadi candi di Asia Tenggara yang terindah. Arsitektur candi Prambanan memiliki bangunan
yang tinggi dan ramping seperti arsitektur Hindu lainnya. Candi utama berupa candi Siwa
sebagai dengan tinggi  47 meter di tengah-tengah kompleks candi yang lebih kecil lainnya.
Candi Prambanan diperkirakan ada pada tahun 850 masehi berdasarkan  prasasti Siwagrha.
Kemudian candi ini terus berkembang di  masa kerajaan Medang Mataram saat pemerintahan
Balitung Maha Sambu.

3. Candi Dieng

Candi Dieng adalah candi warisan Mahakarya Abad ke 7 Dari Dinasti Sanjaya yang berada  di
Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Sebelumnya ada sekitar 400 candi yang pernah ada di
komplek candi ini. Itulah sebabnya daerah Dieng tempat kumpulan Candi ini disebut juga
sebagai Kompleks Candi Hindu Jawa.

Bukti Prasasti yang ditemukan di sana menunjukkan kompleks candi ini sudah ada sejak abad
ke- 8 dan 9 masehi sebagai. Kompleks candi dibangun sebagai perwujudan dari masyarakat atas
kebaktian kepada Dewa Siwa dan Sati Siwa atau sang istri Siwa.

Dari 21 Bangunan di komplek Candi Dieng kemudian dibagi menjadi 5 Kelompok. 4 Kelompok
bangunan candi berupa ceremonial site atau tempat pemujaan sebagai berikut:

 Kelompok Candi Arjuna (pandawa 5)


 Kelompok Candi Gatotkaca
 Kelompok Candi Bhima
 Kelompok Candi Dwarawati/Parikesit.
 Kelompok Candi Magersari.
Selanjutnya Kelompok Kelima adalah bangunan untuk tempat tinggal atau settlement site yang
saat ini hanya terlihat sisa-sisa puing-puingnya saja di sekitar komplek candi Arjuna. Sedang
dalam proses pelestarian, baru-baru ini juga ditemukan komplek candi yang lain, yakni Candi
Setyaki.

Anda mungkin juga menyukai