Anda di halaman 1dari 26

Peninggalan sejarah bercorak Hindu

Beberapa peninggalan sejarah bercorak agama Hindu yang dikenal luas saat ini antara lain sebagai berikut :

1. Candi

Candi merupakan salah satu bangunan peninggalan sejarah pada masa Hindu. Dahulu, candi banyak digunakan
sebagai tempat menyimpan abu jenazah seorang raja. Beberapa bangunan candi peninggalan pada masa Hindu
adalah sebagai berikut :
a. Candi Prambanan
Candi Prambanan yang disebut juga Candi Lara Jonggrang merupakan candi yang bercorak Hindu yang cukup
besar. Berdasarkan Prasasti Mantiasih, Siwargha, dan tulisan pendek pada Candi Prambanan, diketahui bahwa
pendiri Candi Prambanan adalah Sri Maharaja Rakai Pikatan. Candi ini dibangun pada abad IX Masehi, pada
masa Kerajaan Mataram Kuno.

Candi Prambanan dibagi menjadi 3 bagian. Ketiga bagian itu adalah halaman pertama atau jeroan, halaman
kedua atau tengahan, dan halaman ketiga atau jaba.

Candi-candi di kompleks Candi Prambanan di antaranya Candi Syiwa Mahadewa, Candi Wishnu, Candi
Brahma, Candi Angsa, Candi Nandi, dan Candi Garuda.

Peninggalan Hindu Candi Prambanan


b. Candi Cangkuang
Candi Cangkuang terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Candi
ini diperkirakan berasal dari abad VII-VIII Masehi. Bentuk bangunan candi sangat sederhana. Keterangan
mengenai Candi Cangkuang belum lengkap.

Peninggalan Hindu Candi Cangkuang


c. Candi Dieng

Candi Dieng terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.
Candi Dieng bercorak agama Hindu, yang dibangun sekitar abad VIII-XI Masehi. Candi Dieng dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut :

 Candi kelompok utara, yaitu Parikesit dan Dwarawati.


 Candi kelompok tengah, yaitu Arjuna, Srikandi, Puntadewa, Sembadra, dan Semar. Kelompok candi ini
disebut kelompok Candi Pandawa.
 Candi kelompok barat, yaitu Setyaki, Antareja, Petruk, Gareng, Sadewa, dan Gatotkaca.
 Candi kelompok timur, yaitu Abiyasa dan Pandu.
 Candi kelompok selatan, yaitu Bima.

Untuk candi sebelah utara sudah tidak utuh, candi kelompok barat pun sudah tidak utuh, kecuali Candi
Gatotkaca.

Peninggalan Hindu Candi Dieng


2. Prasasti

Masuknya agama Hindu bisa dilihat dari peninggalan sejarah berupa prasasti. Prasasti disebut juga "batu
bersurat" atau "batu bertulis". Bahan prasasti biasanya terbuat dari batu atau lempengan logam yang terbuat dari
tembaga. Prasasti peninggalan agama Hindu yang terkenal adalah sebagai berikut :

1. Prasasti Kerajaan Kutai


Yupa merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Kutai yang berbentuk tugu peringatan pada upacara tertentu.
Tulisan pada Yupa menggunakan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta. Dari keterangan pada Yupa tersebut
dapat diketahui masuknya agama Hindu ke Indonesia. Prasasti Yupa diperkirakan berasal dari abad ke-4
Masehi. Prasasti ini membuktikan adanya kerajaan Hindu tertua Nusantara, yaitu Kerajaan Kutai yang berada di
Kalimantan timur. Selengkapnya mengenai kerajaan ini silahkan baca di artikel sejarah Tentang Kerajaan Kutai
dan 3 rajanya

Yupa pertama kali dibuat oleh Raja Mulawarman sebagai bukti bahwa raja sudah mempersembahkan korban
dan berbagai hadiah kepada brahmana.

2.Prasasti Kerajaan Tarumanegara


Ada beberapa prasasti yang ditemukan pada zaman Kerajaan Tarumanegara. Prasasti tersebut adalah Ciaruteun,
Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, dan Prasasti Muara Cianteun. Kesemua prasasti tersebut ditemukan di daerah
Bogor, Jawa Barat. Prasasti Tugu ditemukan di Cilincing, Jakarta, Prasasti Lebak ditemukan di Desa lebak, di
tepi sungai Cidanghiang, Banten.

Melalui keterangan yang ada pada prasasti dapat diketahui bahda di Jawa Barat pada zaman dahulu terdapat
masyarakat yang hidup teratur. Masyarakat sudah hidup menetap dan bertani. Mereka hidup makmur. Untuk
keperluan pengairan dibangun Sungai Gomati sepanjang 12 kilometer. Sungai Gomati juga berguna untuk
mencegah bahaya banjir.

Keterangan pada prasasti membuktikan bahwa Raja tarumanegara, yaitu Purnawarman yang telah
memperhatikan rakyatnya. Sepeninggal Raja Purnawarman belum diketahui lagi perkembangan selanjutnya.

3. Karya Sastra

Peninggalan sejarah masa lampau juga berupa kesusastraan. Sastra pada waktu itu umumnya berupa nasihat,
pujian terhadap raja yang memerintah, dan cerita kepahlawanan. Karya sastra yang terkenal antara lain sebagai
berikut :

 Negarakertagama, ditulis oleh Mpu Prapanca.


 Sutasoma, ditulis oleh Mpu Tantular.
 Arjunawiwaha, ditulis oleh Mpu Kanwa.
4. Tradisi/Kebiasaan

Tradisi/Kebiasaan adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama, turun-temurun dari nenek moyang dan
masih dijalankan dalam masyarakat. Tradisi dapat berupa adat istiadat, ritual-ritual, ajaran sosial, nilai-nilai,
maupun aturan perilaku.

Contoh tradisi atau kebiasaan peninggalan sejarah pada masa Hindu antara lain tradisi di Hari Raya Nyepi dan
upacara Ngaben.
a. Tradisi di Hari Raya Nyepi
Nyepi merupakan upacara agama Hindu di Bali dalam rangka pergantian Tahun Saka. Rangkaian upacara
Nyepi terdiri atas Mekiis, Tawur kesanga, Nyepi, dan Ngembak api.

 Mekiis, Melis, atau Melasti, adalah upacara pembersihan sarana dan prasarana perangkat sembahyang.
 Tawur Kesanga, Tawur Agung, atau Mararu adalah persembahan kurban suci bagi roh-roh yang
membahayakan.
 Nyepi atau Sipeng, adalah kegiatan yang dilakukan tepat pada tanggal 1 bulan 1tahun baru Saka. Pada
tanggal itu umat Hindu melakukan amati geni, amati karya, amati lalungunan, dan amati lelalungan.
Maksudnya, umat Hindu tidak melakukan kegiatan yang menggunakan api, tidak melakukan perjalanan,
dan tidak bersuka ria.
 Ngembak api atau Ngembak Geni, adalah mulai menggunakan api kembali seperti biasa.

b. Upacara Ngaben
Upacara Ngaben adalah upacara pembakaran mayat atau kremasi jenazah yang dilaksanakan oleh umat Hindu
di Bali.
. Candi Borobudur

Ciri-Ciri nya :

Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga
tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua
tingkat-tingkatannya beberapa stupa.

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi
candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.
Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra.
2. Candi Mendut

Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-
makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.

Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut,
kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti
Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci
bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de
Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
3. Candi Ngawen

Ciri-Ciri nya :
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh
patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah
tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih
nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.

Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta,
yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa
Syailendra pada abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan
besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M.
4. Candi Lumbung

Candi Lumbung adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu
di sebelah candi Bubrah. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram
Kuno. Candi ini merupakan kumpulan dari satu candi utama (bertema bangunan candi Buddha)

Ciri-cirinya :
Dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus.
5. Candi Banyunibo

Candi Banyunibo yang berarti air jatuh-menetes (dalam bahasa Jawa) adalah candi Buddha yang berada tidak
jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bagian sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah kota Wonosari. Candi
ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini
terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.

Ciri-cirinya:

Keadaan dari candi ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan ukiran relief kala-makara dan bentuk relief
lainnya yang masih nampak sangat jelas. Candi yang mempunyai bagian ruangan tengah ini pertama kali
ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun 1940-an, dan sekarang berada di tengah wilayah persawahan.
6. Kompleks Percandian Batujaya

Kompleks Percandian Batujaya adalah sebuah suatu kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuna yang terletak
di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs ini disebut
percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik.

Cirri-cirinya:
Dari segi kualitas, candi di situs Batujaya tidaklah utuh secara umum sebagaimana layaknya sebagian besar
bangunan candi. Bangunan-bangunan candi tersebut ditemukan hanya di bagian kaki atau dasar bangunan,
kecuali sisa bangunan di situs Candi Blandongan.
Candi-candi yang sebagian besar masih berada di dalam tanah berbentuk gundukan bukit (juga disebut sebagai
unur dalam bahasa Sunda dan bahasa Jawa). Ternyata candi-candi ini tidak memperlihatkan ukuran atau
ketinggian bangunan yang sama.
7. Candi Muara Takus

Candi Muara Takus adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Riau, Indonesia. Kompleks candi ini tepatnya
terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau jaraknya kurang lebih 135
kilometer dari Kota Pekanbaru, Riau. Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar
2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir Sungai Kampar Kanan.

Ciri-cirinya:

Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter diluar arealnya terdapat pula tembok tanah
berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di
dalam kompleks ini terdapat pula bangunan Candi Tua, Candi Bungsu dan Mahligai Stupa serta Palangka.
Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. Menurut sumber tempatan, batu bata
untuk bangunan ini dibuat di desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Bekas
galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk.
Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini
walaupun belum pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi itu secara bergotong
royong dan dilakukan oleh orang ramai.
8. Candi Sumberawan

Candi Sumberawan hanya berupa sebuah stupa, berlokasi di Kecamatan Singosari, Malang. Dengan jarak
sekitar 6 km dari Candi Singosari. Candi ini Merupakan peninggalan Kerajaan Singhasari dan digunakan oleh
umat Buddha pada masa itu.

Candi Sumberawan terletak di desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, +/- 6 Km, di sebelah
Barat Laut Candi Singosari, candi ini dibuat dari batu andesit dengan ukuran P. 6,25m L. 6,25m T. 5,23m
dibangun pada ketinggian 650 mDPL, di kaki bukit Gunung Arjuna. Pemandangan di sekitar candi ini sangat
indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang sangat bening airnya. Keadaan inilah yang memberi nama
Candi Rawan.

Cirri-cirinya:
Candi ini terdiri dari kaki dan badan yang berbentuk stupa. Pada batur candi yang tinggi terdapat selasar, kaki
candi memiliki penampil pada keempat sisinya. Di atas kaki candi berdiri stupa yang terdiri atas lapik bujur
sangkar, dan lapik berbentuk segi delapan dengan bantalan Padma, sedang bagian atas berbentuk genta (stupa)
yang puncaknya telah hilang.
9. Candi Brahu

Candi Brahu dibangun dengan gaya dan kultur Buddha, didirikan abad 15 Masehi. Pendapat lain, candi ini
berusia jauh lebih tua ketimbang candi lain di sekitar Trowulan. Menurut buku Bagus Arwana, kata Brahu
berasal dari kata Wanaru atau Warahu. Nama ini didapat dari sebutan sebuah bangunan suci seperti disebutkan
dalam prasasti Alasantan, yang ditemukan tak jauh dari candi brahu. Dalam prasasti yang ditulis Mpu Sendok
pada tahun 861 Saka atau 9 September 939,

Cirri-cirinya:
Candi Brahu merupakan tempat pembakaran (krematorium) jenazah raja-raja Brawijaya. Anehnya dalam
penelitian, tak ada satu pakarpun yang berhasil menemukan bekas abu mayat dalam bilik candi. Lebih lebih
setelah ada pemugaran candi yang dilakukan pada tahun 1990 hingga 1995.
10. Candi Sewu

Candi Sewu adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks candi Prambanan (hanya beberapa ratus
meter dari candi utama Roro Jonggrang). Candi Sewu (seribu) ini diperkirakan dibangun pada saat kerajaan
Mataram Kuno oleh raja Rakai Panangkaran (746 – 784). Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha
terbesar setelah candi Borobudur, sementara candi Roro Jonggrang merupakan candi bercorak Hindu.

Menurut legenda rakyat setempat, seluruh candi ini berjumlah 999 dan dibuat oleh seorang tokoh sakti
bernama, Bandung Bondowoso hanya dalam waktu satu malam saja, sebagai prasyarat untuk bisa memperistri
dewi Roro Jonggrang. Namun keinginannya itu gagal karena pada saat fajar menyingsing, jumlahnya masih
kurang satu.
7 Kerajaan Bercorak Hindu Di Indonesia
0 Kali DIBAGIKAN

Share 0 Share 0 Share

7 Kerajaan Bercorak Hindu Di Indonesia - Perkembangan agama Hindu di Indonesia berawal sekitar 1500 sebelum
Masehi (SM) seiring dengan kedatanagn bangsa Yunan. Bagaimana mereka sampai ke Indonesia? Mereka masuk wilayah
Nusantara dengan menaikki perahu layar. Kelompok ini datang dari Kampuchea (Kamboja). Mereka akhirnyamendirikan
rumah dan hidup berkelompok dalam masyarakat desa dan selanjutnya menetap di Nusantara.

Pengaruh ajaran serta budaya Hindu terhadap budaya Indonesia begitu kuat. Bahkan, mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan masyarakat utamanya dalam hal pemerintahan. Hal ini terlihat dengan berdirinya beberapa kerajaan
bercorak Hindu.

1. Kerajaan Kutai
Kerajaan bercorak Hindu di Indonesia yang pertaman adalah Kerajaan Kutai .Kerajaan ini terletak di daerah Muara
Kaman, di sekitar tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu tertua yang pernah
ada di Indonesia, didirikan oleh Kudungga pada masa abad ke-4 M. Bukti berdirinya Kerajaan Kutai adalah dengan
ditemukannya yupa. Yupa merupakan tiang batu untuk mengikat hewan korban yang akan dipersembahkan oleh para
brahmana. Yupa ditulis dalam huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.

Yupa

Berdasarkan apa yang tertulis dalam yupa, raja Hindu pertama di Kerajaan Kutai bernama Aswawarman. Ini bisa
dibuktikan akan gelar yang dimilikinya, yaitu wangsakerta atau pendiri keluarga kerajaan (dinasti).

Dari tulisan yang ada pada yupa tersebut dapat disimpulkan adanya 3 generasi. Sisilah dimulai dari Kudungga yang
memperanakkan anak bernama Aswawarman.
Aswawarman memiliki tiga anak, satu di antaranya bernama Mulawarman. Pada saatpemerintahan Mulawarman,
Kerajaan Kutai berhasil berkembang menjadi sebuah kerajaan besar. Hal ini terlihat dari prasasti yang ditemukan. Bukti
kebesarann dapat ditunjukkan sebagai berikut.

1. Raja menggelar upacara waprakeswara (sebidang tanah suci) setiap tahunnya.


2. Raja memberikan hadiah kepada para brahmana berwujud tanah, ternak, dan emas dengan adil.

Mulawarman memerintah kerajaan Kutai dengan bijaksana. Pada masa pemerintahannya, rakyat hidup makmur.
Sebagai bentuk ucapan terima kasih, rakyat melakukan seperti berikut.

1. Mengadakan kenduri keselamatan raja.


2. Membuat prasasti/ yupa yang berisi tulisan tentang raja mereka.

Para brahmana turut membangun sebuah batu bertulis. Hal ini sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada Raja
Mulawarman. Raja telah memberikan hadiah kepada mereka seperti minyak kental, lampu, dan lembu sebanyak 20.000
ekor. Peninggalan sejarah dari Kerajaan Kutai yang bercorak kerajaan Hindu antara lain:
1) Tujuh yupa yang diketemukan sekitar Muara Kaman pada 1879 dan 1940.
2) Kalung Cina erbuat dari emas.
3) Arca bulus.
4) Arca Buddha dari perunggu.
5) Arca batu.

2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan bercorak hindu berikutnya adalah Kerajaan Tarumanegara. Keberadaan kerajaan Tarumanegara dapat dilacak
dengan ditemukannya tujuh buah prasasti. Selain itu, dari berbagai sumber berita dari luar negeri. Kerajaan
Tarumanegara letaknya di Sungai Citarum, Bogor, Jawa Barat. Kerajaan Tarumanegara berdiri pada masa abad ke-5 M.
Wilayah kerajaan ini meliputi Karawang, Jakarta, Banten , dan Bogor.

Raja yang terkenal adalah Purnawarman. Raja Purnawarman penganut agama Hindu beraliran Wisnu. Mata
pencaharian utama penduduk Tarumanegara adalah tani dan berdagang. Namun, para petani sering mengalami gagal
panen karena dilanda musibah banjir.
Pada tahun ke-22 masa pemerintahan Purnawarman, dibangunlah saluran air. Tujuan dari pembangunan saluran itu
adalah untuk mengairi sawah dan mencegah banjir. Saluran itu dikenal dengan Gomati dan Chandrabagha.
Pembuatannya memakan waktu selama 21 hari. Panjang saluran adalah 6.112 tombak (11 km).
Selesainya proses pembangunan saluran air ditandai penyerahan sejumlah 1.000 ekor lembu kepada para brahmana.
Raja Purnawarman dikenal sebagai raja yang gagah berani. Ia tegas menghadapi berbagai masalah dan musuh. Kerajaan
bercorak Hindu tertua di pulau Jawa ini selalu mengadakan hubungan yang baik dengan bangsa lain. Contohnya dengan
Cina. Hal ini dibuktikan dalam catatan bangsa Cina dan Prasasti Tarumanegara. Sumber lainnya, penuturan Fa Hsien,
seorang musafir Buddha dari Cina mengatakan bahwa di Tarumanegara terdapat lebih dari satu agama kepercayaan.
Ajaran Hindu yang berkembang di Tarumanegara diajarkan Rahib Gunawarman.
Kerajaan Tarumanegara memiliki banyak peninggalan sejarah. Semua peninggalan dapat menunjukkan keberadaan dari
kerajaan Tarumanegara.Peninggalan sejarah yang dimaksud antara lain:
Prasasti Ciaruteum

1. Prasasti Ciaruteun: Ditemukan di daerah Ciampea, Bogor. Pada prasasti ini terdapat telapak kaki Raja
Purnawarman dan lukisan berupa laba-laba. Raja Purnawarman dianggap perwujudan Dewa Wisnu.
2. Prasasti Jambu: Ditemukan di daerah Bukit Koleangkak, 30 km barat daya Kota Bogor, tertulis kata tarumayam
(Tarumanegara).
3. Prasasti Lebak (Cidanghiang): Ditemukan di daerah Kampung Lebak, Pandeglang, menyebutkan bahwa Raja
Purnawarman merupakan raja yang agung, pemberani, dan perwira.
4. Prasasti Kebon Kopi: Ditemukan di daerah Kampung Muara Hilir, Bogor, terdapat lukisan telapak kaki Airawata
(gajah kendaraan dari Dewa Wisnu).
5. Prasasti Tugu: Ditemukan di daerah Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara, memiliki tulisan terpanjang yang
menceritakan pembuatan saluran air (Gomati dan Chandrabhaga).
6. Prasasti Pasir Awi: Ditemukan di daerah Pasir Awi, Bogor, terdapat lukisan tapak kakidan sampai sekarang belum
bisa dibaca karena dalam bentuk huruf ikal.
7. Prasasti Muara Cianten: Ditemukan di daerah Muara Cianten, Bogor, prasasti ini juga belum bisa terbaca.

Selain prasasti juga diketemukan arca-arca. Misalnya arca Rajarsi di Jakarta. Di Desa Cibuaya ditemukan arca Wisnu
Cibuaya I dan Wisnu Cibuaya II.

3. Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan bercorak Hindu berikutnya adalah Mataram Kuno. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-8 M, terletak di
pedalaman Jawa Tengah. Bukti keberadaan dari kerajaan ini tertulis dalam Prasasti Canggal dan Prasasti Balitung
(Mantyasih). Berdasarkan prasasti tersebut, kerajaan bermula sejak masa pemerintahan Raja Sanjaya yang diberi gelar
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Prasasti Canggal juga mengungkap pendirian lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja
Sanjaya.
Sebelum itu, Kerajaan Mataram Kuno dipimpin raja bernama Sanna. Raja Sanna memerintah rakyat secara bijaksana.
Kerajaan ini kaya padi dan emas. Oleh sebab itu, Pulau Jawa mendapat julukan Jawadwipa.

Candi Prambanan
Peninggalan sejarah dari Kerajaan Mataram Kuno sangat banyak, diantaranya Candi Gedong Songo, kompleks candi
Dieng, dan komplek Candi Prambanan. Kehidupan rakyat terbilang cukup makmur, dibuktikan banyaknya candi-candi.

4. Kerajaan Kediri
Pada 1019 M terdapat Kerajaan Kahuripan yang dipimpin Raja Airlangga. Ia memiliki tiga orang anak diantaranya
Sanggramawijaya, Samarawijaya, dan Mapanji Garasakan. Pada awalnya, Airlangga memberikan tahta kepada
Sanggramawijaya. Tetapi, Sanggramawijaya tidak bersedia. Ia lebih memilih jalan hidup sebagai pertapa.
Sanggramawijaya dijulukiRaja Sucian atau Dyah Kili Suci.

Patung Airlangga diwujudkan sebagai Wisnu yang


sedang menunggang garuda.

Namun, Airlangga masih mempunyai 2 anak lainnya, dan ia pun membagi kerajaan menjadi dua bagian. Hal ini
bertujuan untuk menghindari perang saudara.
Pada 1041 M, Mpu Bharada membagi Kerajaan Kahuripan sesuai perintah Airlangga. Kerajaan Panjalu atau Kerajaan
Kediri yang beribu kota di Daha diserahkan kepada Samarawijaya. Kerajaan Jenggala atau Kahuripan yang berpusat di
Kahuripan diserahkan kepada Mapanji Garasakan. Airlangga lalu mengasingkan diri menjadi pertapa dengan nama Resi
Gentayu. Tahun 1049, Airlangga wafat lalu dimakamkan di Candi Belahan.
Berikut ini beberapa raja yang pernah memerintah Kediri.

1. Bameswara /Kameswara I (tahun 1115–1130 M)


2. Jayabaya (1130–1160 M)
3. Sarweswara (1160–1170 M)
4. Aryyeswara
5. Gandra
6. Srungga
7. Kertajaya (1200–1222 M)

Kertajaya adalah raja terakhir Kerajaan Kediri. Ia dijuluki Dandhang Gendhis. Akhirnya, Kertajaya terpaksa menyerahkan
kerajaannya kepada Kerajaan Singasari (Ken Arok). Peristiwa itu menandai akhir dari riwayat Kerajaan Kediri.
Menurut cerita rakyat yang ada, pembagian Kerajaan Kediri dilakukan oleh Mpu Bharada dengan cara terbang di udara.
Ia membawa kendi yang berisi air yang dituangkan ke kawah. Air yang dituangkan tersebut mengalir menjadi Sungai
Brantas.
Peninggalan Kerajaan Kediri berupa prasasti, antara lain:

1. Prasasti Penumbangan (1120)


2. Prasasti Hantang (1135)
3. Prasasti Talan (1136)
4. Prasasti Jepun (1144)
5. Prasasti Weleri (1169)
6. Prasasti Angin (1161)
7. Prasasti Padlegan (1170)
8. Prasasti Jaring (1181)
9. Prasasti Semandhing (1182)
10. Prasasti Ceker (1185)

Peninggalan bidang kesusastraan di antaranya adalah:


• Kakawin Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa
• Kresnayana karya Mpu Triguna
• Samanasantaka karyaMpu Managuna
• Smaradahana karya Mpu Darmaja
• Hariwangsa oleh Mpu Panuluh
• Gathotkaca Sraya karya Mpu Panuluh
• Bharatayuda karyaMpu Panuluh dan Mpu Sedah
• Wrestasancaya dan kidung Lubdhaka karya Mpu Tanakung.

5. Kerajaan Singosari
Kerajaan bercorak Hindu berikutnya adalah Kerajaan Singasari. Kerajaan ini didirikan oleh Ken Arok. Pada mulanya,
Ken arok adalah Akuwu Tumapel, ia membantu para brahmana Kediri melawan Raja Kertajaya. Setelah menang perang,
Kerajaan Kediri dan Tumapel akhirnya bergabung. Maka muncul kerajaan baru, Kerajaan Singasari. Raja yang
memerintahantara lain:
1) Ken Arok (1222–1227)
Kemenangan Ken Arok atas Kertajaya membuat dirinya terkenal dan harum. Raja pertama Kerajaan Singasari adalah Ken
Arok. Ia diberi gelar Sri Rajasa Batara Sang Amurwabhumi. Ken Arok membuat sebuah dinasti baru bernama
Girindrawangsa. Ken Arok menganggap bahwa dirinya adalah keturunan Dewa Syiwa.
Sebagai raja, masa lalu Ken Arok sangatlah buruk. Ia membunuh Mpu Gandring dan Tunggul Ametung. Bahkan, ia juga
memperistri Ken Dedes (istri Tunggul Ametung). Pada masa itu, Ken Dedes sedang mengandung anak dari Tunggul
Ametung. Janin tersebut setelah lahir bernama Anusapati.
Perkawinan Ken Arok dengan Ken Dedes memiliki tiga anak. Ada Mahisa Wong Ateleng, Panji Saprang, Panji
Agnibaya, dan Dewi Rimbu. Perkawinan Ken Arok dengan Ken Umang memiliki empat anak. Masing-masing bernama
Panji Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wrengola, dan Dewi Rambi.
Perlakuan Ken Arok terhadap Anusapati berbeda dengan anak yang lain. Anusapati menjadi curiga. Anusapati bertanya
kepada orang di sekitarnya. Anusapati mengetahui bahwa Ken Arok yang membunuh ayah kandungnya. Lalu Anusapati
membunuh Ken Arok dengan menggunakan keris Mpu Gandring. Dengan tewasnya Ken Arok, berakhirlah kekuasaannya
di Singsari.
2) Anusapati (1227–1248)
Anusapati akhirnya menjadi raja Singasari menggantikan Ken Arok, namun tidak berhasil membuat kemajuan Kerajaan
Singasari. Anusapati mempunyai kegemaran mengadu ayam. Ia tidak punya banyak waktu untuk memikirkan nasib
rakyatnya. Anusapati juga dibunuh dengan keris Mpu Gandring. Anusapati dibunuh oleh Tohjaya yang dendam atas
terbunuhnya Ken Arok.
3) Tohjaya (1248 M)
Tohjaya naik tahta kerajaan dan hanya bertahan satu tahun, ini diakibatkan serangan dari Ranggawuni (anak dari
Anusapati) yang dibantu Mahisa Cempaka.

4) Ranggawuni (1248–1268)

Ranggawuni naik tahta mengganti Tohjaya. Ia bergelar Sri jaya Wisnuwardhana. Dalam memerintah, Ranggawuni
didampingi oleh Mahisa Cempaka (anak dari Mahisa Wong Ateleng). Sepeninggal Ranggawuni, kekuasaan digantikan
oleh puteranya yang bernama Kertanegara.
5) Kertanegara (1268–1292)
Kertanegara menduduki tahta kerajaan dengan bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Pada masa
pemerintahannya, Singasari mencapai puncak keemasan. Kertanegara seorang raja arif dan bijaksana. Kertanegara
bercita-cita mempersatukan seluruh Nusantara dan menjadikan Singasari sebagai sebuah kerajaan besar. Cita-cita
Kertanegara tersebut dikenal Cakrawala Mandala.

Untuk mewujudkan cita-citanya, Kertanegara melakukan usahausaha sebagai berikut.

1. Mengganti sejumlah pejabat pemerintahan yang kurang mendukung cita-cita besarnya.


2. Mempembarui sistem pemerintahan. Ia membentuk penasihat raja yang terdiri atas Rakyan I Hino, Rakyan I
Sirikan, dan Rakyan I Halu. Ia juga membentuk pejabat tinggi yang terdiri Rakyan Mahapatih, Rakyan Demang,
dan Rakyan Kanjuruhan.
3. Menaklukkan beberapa wilayah, antara lain Bali, Sunda, Pahang, Kalimantan Barat, dan Maluku, serta
melakukan ekspedisi Pamalayu ke Sriwijaya.
4. Mempererat hubungan dengan luar negeri, misalnya dengan negara Campa.

Semasa Kertanegara berkuasa, kekaisaran Cina giat memperluas wilayah kekuasaan. Singasari termasuk wilayah yang
ingin ditaklukkan. Kaisar Kubilai Khan mengirim seorang utusan kepada Kertanegara. Tujuannya agar Singasari mau
mengakui kekuasaan Kubilai Khan. Kertanegara dengan tegas menolak permintaan itu. Akibatnya, Kubilai Khan sangat
marah dan mendatangkan pasukan dari Cina. T1292 M, pasukan Singasari dikerahkan menghadapi kekuatan bangsa Cina.
Secara bersamaan, datang serangan dari Kediri dipimpin oleh Jayakatwang. Kertanegara membagi pasukannya. Pasukan
dipimpin oleh menantunya, yaitu Raden Wijaya dan Ardaraja (anak Jayakatwang). Namun, pasukan Ardaraja justru
berbalik membantu Jayakatwang (ayahnya) dan menyerang Singasari, dan Singasari mengalami kekalahan. Jayakatwang
berhasil membunuh Kertanegara. Kertanegara dikubur di Candi Singasari. Lalu, bagaimana nasib
RRaden Wijaya bersama pengikutnya, yaitu Ranggalawe, Sora, dan Nambi menyelamatkan diri ke Madura. Raden
Wijaya memanfaatkan kedatangan bangsa Cina dalam menyerang Jayakatwang. Raden Wijaya menghasut para pasukan
Cina. Ia mengatakan bahwa Jayakatwang adalah Kertanegara yang mereka cari. Pasukan Cina menyerang Jayakatwang.
Terbunuhnya Jayakatwang mengakhiri riwayat Kerajaan Singasari.

Artikel terkait : 7 Kerajaan Bercorak Hindu Di Indonesia

 Operasi Hitung Bilangan Bulat Kamu telah mengetahui, bahwa operasi hitung it ...

 Download Latihan Soal UAS Semester 1 PKN Kelas V SD Hai sahabat Edukasi. Memasuki akhir tahun
dan a ...

Adapun peninggalan sejarah Kerajaan Singasari di antara lain:

Candi Singasari

1. Candi Kagenengan, Candi Weleri, Candi Jago, Candi Mireng, dan Candi Singasari.
2. Arca Prajnaparamita dan arca Amoghapasya.
3. Prasasti Sarwadhana (1269).

Kerajaan Majapahit

Majapahit merupakan Kerajaan Hindu terakhir di Indonesia. Kerajaan Majapahit didirikan Raden Wijaya. Kerajaan
Majapahit terletak di daerah Kecamatan Trowulan, Mojokerto sebelah barat Surabaya. Kerajaan Majapahit mempunyai
hubungan dengan Kerajaan Singasari. Raden Wijaya adalah menantu Kertanegara.
1) Raden Wijaya (1293–1309)
Raden Wijaya raja pertama sekaligus pendiri Majapahit yang bergelar Sri Kertarajasa Jayawardana. Beliau memerintah
didampingi oleh empat putri Kertanegara sebagai permaisurinya. Di antaranya Tribhuwaneswari, Narendradahita,
Prajnaparamita, dan Gayatri. Para pengikut Raden Wijaya yang turut berjasa diangkat menjadi menjadi pejabat tinggi
pemerintahan. Pada tahun 1309, Raden Wijaya meninggal. Akhirnya, Kerajaan Majapahit diserahkan Jayanegara.
Jayanegara adalah putra dari perkawinannya dengan permaisuri Tribhuwaneswari.
2) Jayanegara (1309–1328)
Pada pemerintahan Jayanegara banyak pemberontakan. Pemberontakan pada dasarnya kelanjutan dari pada Raden
Wijaya. Ada pemberontakan Ranggalawe (1309), Sora (1311), Nambi (1316), Rasemi (1318), dan Kuti (1319).
Pemberontakan yang terbesar adalah Kuti. Muncul seorang ksatria bernama Gajah Mada. Ia berhasil menyelamatkan raja
dari upaya pembunuhan. Ia berhasil menumpas pemberontakan. Pada tahun 1328, Jayanegara meninggal. Jayanegara
diracun oleh tabib istana yang bernama Tancha.
3) Tribhuwanatunggadewi (1328–1350)
Jayanegara tidak memiliki anak. Oleh sebab itu, tahta selanjutnya diganti oleh Tribhuwanatunggadewi. Ia merupakan adik
tiri Jayanegara. Tribhuwanatunggadewi adalah putri Raden Wijaya dengan Gayatri.

Gajah Mada saat memimpin


pasukan

Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan di Sadeng (1331). Namun Gajah Mada berhasil
menumpasnya. Akhirnya Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Majapahit. Gajah Mada bersumpah untuk
menyatukan Nusantara. Sumpah itu disebut Sumpah Palapa.
4) Hayam Wuruk (1350–1389)
Hayam Wuruk anak Tribhuwanatunggadewi dengan Kertawardhana. Masa kejayaan Majapahit terjadi pada
pemerintahan Hayam Wuruk, dimana wilayah kekuasaannya meliputi seluruh Indonesia. Bahkan, sampai ke negeri Siam,
Birma, Kamboja, Amman, India, dan Cina.

Peninggalan Kerajaan Majapahit berupa candi dan karya satra. Peninggalam berupa candi antara lain

 Candi Panataran,
 Candi Sawentar,
 Candi Bora,
 Candi Sumberjati,
 Candi Jabung,
 Candi Bajang Ratu,
 Candi Tikus, dan
 Candi Sukuh.

Adapun peninggalan karya sastra antara lain

 Negara Kertagama (sejarah Singasari dan Majapahit);


 Sutasoma (cerita agama Buddha);
 Kunjarakarna (cerita agama Buddha); serta
 Pararaton (sejarah Singasari dan Majapahit/legenda).

Zaman keemasan Majapahit berakhir sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada .Hayam Wuruk wafat tahun 1389 dan
Gajah Mada wafat tahun 1346.
5) Wikramawardhana (1389–1400)
Setelah Hayam Wuruk wafat, tahta diduduki oleh Wikramawardhana (menantu Hayam Wuruk). Setelah 12 tahun
memerintah, ia mengundurkan diri pada tahun 1400.
6) Putri Suhita
Putri Suhita anak dari Wikramawardhana. Pengangkatan Suhita tidak disetujui Bhre Wirabhumi, yaitu anak Hayam
Wuruk dari seorang selir. Perang saudara terjadi antara Ratu Suhita dengan Bhre Wirabhumi. Perang ini dikenal dengan
Perang Paregreg (1401–1406).
Jadi, runtuhnya Majapahit disebabkan oleh :

1. Tidak adanya tokoh yang kuat untuk menjaga kesatuan sehingga banyak daerah jajahan yang melepaskan diri.
2. Terjadinya perang Paregreg (1401–1406),
3. berkembangn ajaran Islam di Pulau Jawa,
4. datangnya armada Cina yang dipimpin Cheng–Ho.
4 peninggalan sejarah bercorak Buddha
1. Candi

Peninggalan sejarah berupa candi yang bercorak Buddha antara lain sebagai berikut :

a. Candi Borobudur, candi Pawon, dan candi Mendut di Magelang, Jawa Tengah, merupakan peninggalan sejarah
Kerajaan Mataram Kuno.

b. Candi Kalasan di Desa Kalasan, terletak di Yogyakarta merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Kuno.

c. Candi Gedhongsongo di Semarang, Jawa Tengah.

d. Candi Muara Takus, di Bangkinang, Riau.

e. Candi Biaro Bahal, di Padang Sidempuan, Sumatra Utara.

f. Candi Tinggi, di Batanghari, Jambi.

Candi Borobudur, salah satu peninggalan sejarah Buddha


Candi Muara Takus, salah satu peninggalan sejarah Buddha, di Bangkinang, Riau

2. Prasasti

Prasasti peninggalan sejarah yang bercorak agama Buddha antara lain sebagai berikut :

a. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, Sumatra Selatan.

b. Prasasti Talang Tuwo dan Telaga Batu, di Palembang, Sumatra Selatan.

c. Prasasti Karang Berahi, di Jambi Hulu, Jambi.

3. Karya Sastra

Peninggalan sejarah yang bercorak agama Buddha berupa karya sastra antara lain sebagai berikut:

a. Sang Hyang Kamahayanikan, ditulis oleh Mpu Sendok.

b. Buddhacarita, ditulis oleh Aswasaga.

c. Jatakamala, ditulis oleh Aryasura.

4. Tradisi

Peninggalan sejarah yang berupa tradisi atau kebiasaan, atau adat istiadat yang bercorak Buddha adalah sebagai berikut
:
a. Ullambana, yaitu hari untuk menghormati leluhur atau seorang yang telah meninggal dunia.

b. Asadha, yaitu hari untuk memperingati pembabaran Dharma yang pertama kali.

c. Penyalaan api dari Mrapen, Grobogan Jawa Tengah. Penyalaan api tersebut dilakukan oleh masyarakat bersama para
biksu. Biksu adalah pendeta pria agama Buddha.

Mrapen terletak di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Api Mrapen merupakan
apai alam yang muncul dari dalam perut bumi yang selalu menyala. Api Mrapen berasal dari gas minyak bumi yang
terbakar.

Api Mrapen digunakan oleh para Biksu dan masyarakat sebagai tempat upacara menyalakan api. Api yang diambil dari
Mrapen dipercaya mempunyai berkah tertentu sesuai kepercayaan mereka.

Penyalaan api dari Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah

Itulah 4 peninggalan sejarah bercorak Buddha, semoga menjadikan catatan sejarah nusantara yang takkan terlupakan
hingga anak cucu kita.

Anda mungkin juga menyukai