Anda di halaman 1dari 4

Ciri Bangunan Candi di Indonesia

Written by admin

Seni bangunan candi di Indonesia berlangsung sejak abad VIII hingga abad XV Masehi dan
terpusat di Jawa tengah dan Jawa timur. Adapun candi di Sumatra ditemukan di Sumatra
selatan, Muara Takus dan Padanglawas. Candi di Sumatra umumnyaberbentuk stupa (bersifat
Budhis) dengan relief Heruka yang sedang menari. Relief ini menunjukkan perkembangan
agama Budha aliran Tantrayana. Percandian tersebut didirikan dalam kurun waktu abad XI
XIV Masehi.
Secara umum bangunan candi di Indonesia dapat dibedakan atas dua langgam seni yaitu :
a. Candi langgam Jawa Tengah
Candi langgam Jawa Tengah memiliki ciri khas: berbentuk bangunan agak tambun, atap
nyata berundak-undak, puncak atap berbentuk ratna atau stupa, pintu candi terdapat hiasan
kala makara, letak candi induk di tengah halaman, bentuk arca dipahat lebih luwes, relief
timbul agak tinggi, lukisan naturalistis, kebanyakan menghadap ke timur dan umumnya
terbuat dari batu andesit. Contoh : candi Borobudur, candi Sewu, Kalasan, Plaosan Lor dan
sebagainya.
b. Candi langgam Jawa Timur (termasuk Sumatra)
Candi langgam Jawa Timur memiliki ciri khas yaitu: berbentuk bangunan ramping, atap
merupakan perpaduan tingkatan, puncak berbentuk kubus, pintu masuk terdapat hiasan kala,
bentuk arcanya agak kaku, relief timbul sedikit, lukisan bersifat simbolis (wayang), letak
candi induk di belakang halaman, kebanyakan menghadap ke barat dan kebanyakan terbuat
dari bata. Contoh : candi Kidal, candi Tikus, candi Panataran dan sebagainya.
Apabila ditinjau berdasarkan gaya arsitekturnya, bangunan candi di Indonesia dibedakan atas:
a. Candi gaya kuno tua
Gaya arsitektur kuno tua berlangsung pada abad VIII Masehi, kaki candi tidak terdapat
hiasan, tidak terdapat susunan bingkai-bingkai, tidak ada goresan hiasan apapun, misal candi
Gunung Wukir, candi Badut dan candi Kalasan. Lakukan pengamatan terhadap salah satu
bangunan candi tersebut.
b. Candi gaya kuno muda
Gaya arsitektur kuno muda memiliki ciri : berbentuk candi ramping, berlangsung pada
pertengahan abad XIII Masehi, kaki bersusun dua, dinding tubuh candi diberi kesan

bertingkat dua oleh bingkai sabuk, atap tersusun rapat tidak berkesan berundak-undak, misal
candi Jago, candi Kidal, candi Bajang Ratu, candi Panataran dan sebagainya.
Sedangkan berdasarkan tata letaknya, bangunan percandian dibedakan atas:
a. Candi Jawa Tengah selatan
Pola ini memiliki ciri bangunan candi induk berada ditengah-tengah, dikelilingi candi
perwara. Hal ini menunjukkan sistem pemerintahan yang terpusat dan bersifat feodal.
Bangunan candi pola tersebut meliputi: Kalasan, candi Sari, Borobudur, Mendut, candi Sewu,
candi Plaosan, kompleks candi Prambanan. Amati salah satu denah bangunan candi tersebut.
b. Candi Jawa Tengah utara
Bangunan candi dengan pola Jawa Tengah utara berupa gugusan candi yang masing-masing
berdiri sendiri yang melambangkan pemerintahan yang demokratis. Bangunan candi yang
ada meliputi: candi Gunung wukir, candi Badut (di Jawa Timur), candi Dieng, candi
Gedongsongo. Mengapa candi Badut termasuk pola Jawa Tengah utara ?
c. Candi Jawa Timur
Susunan candi Jawa Timur (termasuk pula candi di Sumatra) memiliki ciri bangunan candi
induk terletak di bagian belakang halaman. Candi perwara (Pengawal) dan bangunan lain ada
di depan. Pola ini menunjukkan pemerintahan federal yang terdiri atas negara-negara bagian
dengan otonomi penuh. Pemerintah pusat berdiri di belakang mempersatukan daerah-daerah
dalam rangka membentuk suatu kesatuan. Bangunan candi ini meliputi: candi Kidal, candi
Jago, candi Jawi, candi Panataran, candi Jabung, candi Muara Takus, candi Gunung Tua.
Berdasarkan sifat keagamaannya, bangunan candi dibedakan atas:
a. Candi Hinduistis
1) Candi berfungsi sebagai makam, dalam sumuran terdapat peripih berisi abu jenasah dan
diatasnya terdapat arca perwujudan raja, misal candi Jawi sebagai makam raja Kertanegara
sebagai Siwa Budha.
2) Pada ruang dan relung candi terdapat arca mahaguru, Durga dan Ganea.
3) Puncak atap candi terdapat lingga, padma.
4) Pada dinding candi terdapat relief cerita Hinduistis, misal Ramayana.
b. Candi Budhistis
1) Candi berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa, didalam sumuran tidak terdapat peripih
dan arca perwujudan raja. Abu jenasah ditanamkan di sekitar bangunan candi dalam
bangunan stupa.
2) Pada relung dan ruang candi terdapat arca Sang Budha, Padmapani, Wajrapani.
3) Puncak atap candi terdapat stupa.
4) Pada dinding candi terdapat relief cerita Budhis: Lalitavistara, Jataka
Unsur arsitektur berupa bangunan peninggalan lain yang menyerupai candi diantaranya
adalah :
a. Patirtan/ pemandian
Candi patirtan yang terkenal diantaranya candi Jolotundo dan Belahan (lereng gunung
Penanggungan), candi Tikus (Trowulan) dan Goa Gajah (Gianyar Bali). Bangunan patirtan
disusun menyerupai candi, namun fungsi utamanya adalah sebagai tempat pemandian khusus,

dimana terdapat pancuran yang jumlahnya ganjil dan sumber air dianggap berasal dari tempat
para dewa.
b. Candi padas
Candi padas dapat dijumpai di gunung Kawi, Tampaksiring, yaitu bangunan candi yang
dipahatkan seperti relief di tebing padas sungai Pakerisan.
c. Gapura
Gapura berbentuk seperti candi. Pada bagian tubuh candi terdapat jalan keluar masuk, misal
candi Jedong, candi Plumbangan dan candi Bajang Ratu. Pada umumnya bangunan ini
terdapat di Jawa Timur.
d. Candi bentar
Bangunan candi ini dengan pola dasar gapura berbentuk seperti candi yang dibelah dan
sebagai jalan keluar masuk yang disebut candi bentar, misal candi Waringin Lawang dan
candi Bentar.
2. Stupa
Stupa digunakan sebagai penggambaran sewaktu Budha masuk nirwana. Bentuk stupa terdiri
atas tiga bagian, yaitu:
a. Andah/ anda
Andah merupakan bagian bawah susunan stupa yang menggambarkan dunia bawah, yaitu
tempat manusia yang masih dipenuhi hawa nafsu.
b. Yanthra
Yanthra merupakan suatu benda untuk memusatkan pikiran (meditasi).
c. Cakra
Cakra berbentuk mirip payung yang menggambarkan manifestasi tempat para dewa
(nirwana).
Selain bangunan candi, juga berkembang seni patung/ arca. Patung merupakan bentuk
pahatan yang berdiri sendiri dan melekat serta digambarkan lebih dari bagian. Patung
selalu dikaitkan dengan fungsi keagamaan, sehingga banyak patung yang menggambarkan
seorang raja yang sudah bersatu kembali. Sandaran patung disebut Stela, sedangkan bagian
dasar patung terdapat lapik.
Untuk mengetahui sifat dan nama patung, dapat dilihat dari ciri/ lakana atau atributnya.
Secara umum patung bercirikan selalu memakai kalung upavita atau seorang dewa biasanya
memakai mahkota. Contoh patung Hindu: syiwa sebagai Mahadewa, syiwa sebagai
Mahaguru, syiwa sebagai Bhairawa, dewi Durga, Ganesha, Wisnu, Brahma. Sedangkan
patung Budha memiliki ciri umum: rambut selalu keriting, di atas kepala terdapat sanggul
(Usnisa) dan diantara kening terdapat jerawat (Urna). Perbedaan khusus patung Budha
terletak pada sikap tangan.
Patung yang ditemukan pada umumnya memiliki keterkaitan dengan perkembangan agama.
Arca di wilayah Jawa bersifat Hinduistis dan Budhis. Adapun arca yang ditemukan di
Sumatra misal arca Bhairawa (Padang Raca), Amoghapasa (Rambahan) dan Heruka
(Padanglawas), lebih mengarah sifat Budha aliran Tantrayana.

Anda mungkin juga menyukai