c. Langgam
- Langgam merupakan istilah lain dari model atau gaya.
- Langgam dapat dilihat dari sekumpulan ciri atau kombinasi sejumlah ciri
yang bersifat khas dan membedakan dengan lainnya.
- Candi di Indonesia di bedakan menjadi dua langgam, yakni langgam Jawa
Tengah dan Langgam Jawa Timur.
d. Keraton
- Istilah keratin memiliki kesamaan dengan kedatwan (sekarang disebut
kedhaton) diartikan sebagai tempat kedudukan pemimpin desa yang berasal
dari periode akhir masa praaksara.
- Istilah kedatwan kemudian berkembang pada masa Hindu-Buddha dan
mengalami penyesuaian dengan konsep kerajaan sehingga berubah menjadi
keraton
- Keraton berasal dari kata “keratuan” yang artinya tempat kediaman ratu atau
raja
- Keraton memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat budaya, dan
tempat tinggal raja bersama keluarganya
- Keraton peninggalan masa Hindu-Buddha yang masih dapat ditemui pada
masa kini adalah Keraton Ratu Boko, dekat dengan candi Prambanan.
5. Sistem Kepercayaan
Masyarakat Indonesia telah mengenal sistem kepercayaan sejak masa pra-aksara,
seiring masuknya budaya India, masyarakat Indonesia mulai mengenal agama
Hindu-Buddha.
Sistem kepercayaan masyarakat pada masa Hindu-Buddha menunjukkan
keberlanjutan sistem kepercayaan pada masa praaksara
Konsep keberlanjutan itu ditunjukkan oleh tiga unsur berikut :
- Pada masa praaksara, penghormatan kepada pemimpin suku ditunjukkan
dengan membuat bangunan-bangunan megalithikum seperti menhir
Pada masa Hindu-Buddha penghormatan kepada raja atau pemimpin dengan
membuat linggaa dan arca-arca dewa sebagai perwujudan sang raja
- Pada masa praaksara, kepercayaan terhadap benda-benda yang memiliki
kekuatan magis atau benda pusaka
Pada masa Hindu-Buddha kepercayaan terhadap benda-benda sakti masih
kental terbukti dengan ditemukannya pusaka-pusaka yang dikubur di sekitar
bangunan candi
- Pada masa praaksara, pemimpin agama mendapat tempat terhormat karena
dianggap memiliki kekuatan magis
Pada masa Hindu-Buddha pemimpin agama juga dihormati dan di tempatkan
dalam kelompok sosial terpandang.
Kedatangan agama Hindu-Buddha tidak menyebabkan kepercayaan asli
masyarakat Indonesia hilang, tetapi agama Hindu-Buddha berpadu dengan
kepercayaan lokal yang telah ada
Perpaduan ini menghasilkan akulturasi budaya dan menciptakan sinkretisme
dalam kepercayaan
Sinkretisme adalah perpaduan dua kepercayaan berbeda untuk mencari keserasian
dan keseimbangan.
6. Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia sudah mengenal sistem
pemerintahan sederhana berupa pemerintahan kesukuan atau pemerintahan di
desa.
Kepemimpinan dalam masyarakat di tangan kepala suku dengan gelar datu/datuk
atau ratu/raka.
Kepemimpinan kepala suku sudah ada sejak masa perundagian dan dipilih dengan
menggunakan sistem primus interpares (orang yang utama atau paling
berpengaruh diantara yang lain).
Syarat untuk menjadi kepala suku antara lain memiliki kesaktian, kewibawaan,
dan jiwa keperwiraan
Setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, kepemimpinan kepala
suku berubah menjadi kepemimpinan seorang raja.
Sistem pemerintahan kesukuan berubah menjadi sistem kerajaan.
Kepemimpinan masyarakat dipegang oleh seorang raja yang berkuasa mutlak
karena dianggap sebagai keturunan dewa di bumi dan memiliki gelar
raja/maharaja
Pemilihan raja/maharaja dengan cara turun temurun atau berdasarkan garis
keturunan
7. Arsitektur
Salah satu bangunan yang menunjukkan perpaduan arsitektur Hindu-Buddha dan
lokal adalah candi,
Bentuk arsitektur lokal pada candi adalah punden berundak yang merupakan
penggambaran dari alam semesta yang bertingkat-tingkat. Tingkat paling atas
dipercaya sebagai tempat bersemayamnya roh nenek moyang.
Punden berundak menjadi sarana penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek
moyang, dan sebagian besar candi di Indonesia dibangun menyerupai gaya
punden berundak.
Contoh perpaduan tersebut dapat dilihat pada candi Plaosan, Jalatunda, dan candi
Tikus. Di Indonesia juga terdapat bentuk stupa berundak-undak yang terlihat pada
stupa candi Borobudur.
Pengaruh pundek berundak pada tempat ibadah pada masa Hindu-Buddha
menunjukkan peran penting kearifan lokal (local genius) masyarakat Indonesia
dalam mengolah kebudayaan
Local genius adalah kemampuan istimewa masyarakat lokal dalam menghadapi
budaya asing dengan tetap memunculkan jati diri kebudayaan lokal dalam bentuk
baru sebuah kebudayaan.
9. Pendidikan
Masuknya Hindu-Buddha memperkenalkan budaya aksara terhadap masyarakat
Indonesia
Kerajaan bercorak Hindu-Buddha juga mendirikan lembaga pendidikan
keagamaan, dengan demikian kerajaan tidak hanya berkedudukan sebagai pusat
pemerintahan, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan keagamaan
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan pertama di Indonesia yang memberi
perhatian pada pendidikan agama Buddha bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan
di India. Dibuktikan dengan keberadaan prasasti Nalanda dan catatan perjalanan
I-Tsing