Namun, salah satu dari dua gadis itu mendekati si kepiting dan mengusap
kepiting tersebut. Saat sedang mengusap bagian punggung kepiting itu,
tiba-tiba semua kepiting yang ada di daerah sekitar lenyap dan ditempat
mereka berdiri mengaga sebuah lubang besar dan semakin dalam yang
menyerupai sumur dan membawa kedua gadis tersebut. Jadilah sumur
dengan luas 70 ha dan kemudian dinamakan telaga menjer. Bentuknya
semakin mengecil kebagian dalam hingga menyerupai bentuk kerucut atau
terompet. Konon katanya didalam telaga terkadang muncul seekor ikan
raksasa yang tak terhingga ukurannya dan kadang terlihat seperti ada
seseorang yang berjalan diatas telaga.
Telaga ini terlekat di antara desa menjer, maron dan tlogo. Dibagian barat
telaga ada pohon besar yang menyatu dengan batu-batuan besar mirip
sandaran dan diantara batu ada lubang yang seperti pintu yang tertutup
oelh 3 batu. Jika batu itu dibuka, kita akan melihat mata air yang berada
dalam lekukan seperti bak yang luasnya kurang lebih 3m² dan waarga
setempat menyebutnya gua song kamal.
Banyak yang datang ke gua tersebut untuk meminum air yang berasal dari
mata air tersebut. Katanya dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit,
dan jika mereka melihat permukaan air tinggi itu pertand akebaikan akan
datang dan jika air surut itu berarti akan mendapatkan hal yg buruk atau
sesuatu yang perlu diwaspadai.
Nilai moral : sesuatu hal yg baru dan aneh itu b elum tentu baik. Ada baiknya
jika kita mencari tahu terlebih dalhulu untuk mengetahui kebenarannya dan
maksudnya.
Tapi ternyata masih banyak nih temen-temen yang belum tau mitos
terjadinya kedua gunung tersebut, ya nggak? , Mau tau mitosnya kaya apa?
Mari kita simak yang satu ini !
Berawal dari kisah sepasang suami istri, mereka hidup sebagai seorang
petani, yang hidupnya selaras dengan ritme alam pedesaan. Pagi diawali
dengan mencangkul, bercocok tanam. Siang, selepas sepenggalah sinar
matahari, istirahat sejenak. Sore menjelang, tiba saatnya untuk pulang ke
rumah. Demikian roda dinamika kehidupan setiap hari, nyaris tanpa
perubahan.
Suatu saat, mereka berdua diberikan tugas oleh kedua orangtuanya untuk
pergi ke ladang, membantu mereka bercocok tanam. Walaupun berangkat
bersama-sama, namun rupanya sang kakak dengan berat hati
menjalankannya. Di tengah jalan ia mengomel sendiri sembari membabi
buta menebasi tanaman yang tumbuh di kanan kiri jalan.
Sampai di ladang, sang adik dengan segera bergegas mengerjakan apa yang
seharusnya dilakukan, seperti mencangkuli tanah, mencabuti gulma-gulma
yang bertumbuhan, dan lainnya. Sementara si kakak hanya mondar-mandir
keliling ladang untuk mencari buah-buahan.
Kesehariannya setiap ada perintah dari orangtua mereka, sang kakak hanya
bersantai-santai saja melihat adiknya dengan tekun menggarap ladang.
Hingga suatu ketika, tanpa sepengetahuan mereka, ternyata sang ayah dari
tadi mengawasi mereka, dan sang ayah jadi tau, ternyata hanya satu
anaknya yang kerja, sedangkan yang satunya malah bermalas-malasan
saja.
Diamati oleh sang ayah ini selama 7 hari berturut-turut, dan hasilnya tetap
sama, sang adik yang bekerja keras dan si kakak hanya bermalas-malasan.
Mengetahui hal ini, ayahnya sangat marah dan dengan serta merta
menampar dan memukul si kakak, hingga bibirnya yang sedang sakit
tambah sakit sampai robek berdarah, namun karena watak si kakak yang
memang keras, ia melawan ayahnya, hingga terjadilah perkelahian yang
tidak seharusnya dilakukan oleh ayah dan anak ini.
Namun, walau telah menjadi gunung, ternyata sumbing masih saja angkuh
dengan sikapnya, ia mengeluarkan lava panas dari mulutnya terus menerus,
hingga banyak sekali lembah yang terbentuk sebagai akibat lava tersebut.
"Ayah, jika begini terus menerus, tentunya ini akan berbahaya ayah,
ijinkanlah ananda untuk menemani dan menjaga kemarahan kanda
sumbing". Kata si adik pada ayahnya.
"Tapi bagaimana nanti nasib kamu ndoro, jika kamu malah kalah dari
kakakmu itu?". Jawab ayahnya.
"Tidak ayah, jika aku engkau do'akan pula menjadi sebuah gunung, maka
aku yakin, aku bisa menghentikan kemarahan kanda sumbing".
Sejak saat itulah, terjadi dua gunung jelmaan 2 anak petani, yang kemudian
dinamai, Gunung Sumbing (dalam jawa sumbing artinya sobek mulutnya,
dan memang jika dilihat dari arah wonosobo bagian timur, gunung ini
berlubang tepat di puncaknya), dan satunya Gunung SiNdoro (Ndoro dalam
jawa berarti, berbudi baik, bijaksana dan lembut).