commons.wikimedia.org
Padalisan adalah banyaknya jumlah baris atau larik yang terkandung dalam satu bait pupuh (pada).
Sedangkan pada bermakna bait dalam pupuh yang terdiri dari beberapa baris (padalisan).
Guru wilangan adalah jumlah banyaknya suku kata (engang) yang terdapat pada setiap akhir barisnya
(padalisan).
Sedangkan watek atau watak adalah karakter, sifat, makna, atau tema dari isi yang dimiliki oleh pupuh
tersebut.
Ada sekiranya 17 jenis pupuh asal sunda ini. Dari 17 jenis pupuh tadi, pupuh dapat digolongkan lagi
menjadi 2 kelompok, yakni sekar ageung (besar) dan sekar alit (kecil). Sekar ageung terdiri dari 4 jenis
pupuh, sedangkan 13 sisanya termasuk sekar alit.
Pupuh yang termasuk kelompok sekar ageung adalah pupuh yang ketika dinyanyikan atau
ditembangkeun bisa menggunakan beberapa macam lagu, sedangkan pupuh yang termasuk sekar alit
adalah pupuh yang hanya bisa dinyanyikan atau ditembangkeun dengan satu macam lagu saja.
Pupuh yang termasuk sekar ageung antara lain adalah pupuh sinom, pupuh dangdanggula, pupuh
kinanti, dan pupuh asmarandana. Sedangkan pupuh yang termasuk sekar lain yakni pupuh lambang,
maskumambang, pucung, ladrang, balakbak, pangkur, magatru, juru demung, mijil, wirangrong, gurisa,
gambuh, dan durma.
Pupuh Sinom ini terikat dengan guru wilangan dan guru lagu yang membentuk pola 8-a, 8-i, 8-a,
8-i, 7-i, 8-u, 7-a, 8-i, 12-a. Angka yang terdapat pada pola tersebut menyimbolkan guru wilangan,
sedangkan huruf menyimbolkan guru lagu.
Pola guru wilangan serta guru lagu yang terbentuk dari pupuh dangdanggula ini adalah 10-i, 10-
a, 8-é/o, 7-u, 9-i, 7-a, 6-u, 8-a, 12-i, 7-a. Pola yang terbentuk lebih panjang ketimbang pupuh
Sinom karena terdiri dari 10 baris (padalisan).
8-u, 8-i, 8-a, 8-i, 8-a, 8-i merupakan pola guru wilangan beserta guru lagu yang membentuk
pupuh jenis Kinanti ini. Yang unik dari pupuh Kinanti ini, di setiap baris (padalisan) dalam pupuh
Kinanti hanya terdiri dari 8 suku kata atau guru lagu saja.
Setiap bait (pada) dari pupuh Asmarandan ini terdiri dari 7 baris (padalisan). Guru wilangan
beserta guru lagu yang terbentuk adalah 8-i, 8-a, 8-é/o, 8-a, 7-a, 8-u, 8-a. Di baris (padalisan) ke-
3, guru lagu pupuh Asmarandana bisa berupa huruf vokal “é” atau huruf vokal “o”.
Contoh Pupuh Asmarandana :
By Kuya Hejo
/ August 16, 2016
Share on FacebookPin on PinterestTweet about this on TwitterShare on LinkedIn
17 Jenis Pupuh Sunda, Karya Seni Sastra yang Perlu Terus Dilestarikan
Pupuh Sunda – Kekayaan akan suku bangsa menjadikan Indonesia sebagai negara dengan adat
istiadat dan budaya yang berlimpah luap. Dan…
17 Jenis Pupuh Sunda, Karya Seni Sastra yang Perlu Terus Dilestarikan
orangsundasararea.blogspot.com
Pupuh Sunda – Kekayaan akan suku bangsa menjadikan Indonesia sebagai negara dengan adat
istiadat dan budaya yang berlimpah luap. Dan sering kali, adat istiadat beserta budaya akan
selalu terikat dengan karya seni dan sastra yang dimilikinya.
Setiap suku-suku di Indonesia tentu memiliki berbagai macam karya seni dan sastra yang akan
menjadi ciri khas dari suku tersebut. Pun sama halnya dengan suku Sunda yang memiliki
berbagai macam karya seni dan sastra.
Pupuh merupakan salah satu karya sastra yang dimiliki oleh suku Sunda. Pupuh sendiri adalah
puisi tradisional yang menggabungkan antara seni sastra dan lagu sunda. Pupuh memiliki rima
serta jumlah suku kata yang membentuk sebuah pola pada setiap barisnya.
Agar pupuh dapat membentuk sebuah pola rima serta jumlah suku kata yang indah, tentu sudah
sepatutnya diikat dengan aturan-aturan atau patokan yang telah ditentukan. Aturan-aturan
tersebut antara lain adalah guru wilangan, guru lagu, dan watek (watak).
Bahasan Artikel Ini:
Memahami Pengertian Padalisan, Pada, Guru Wilangan, Guru Lagu, dan Watek (Watak)
Jenis-Jenis Pupuh Sunda Lengkap dengan Penjelasannya
1. Pupuh Sinom (Sekar Ageung)
2. Pupuh Dangdanggula (Sekar Ageung)
3. Pupuh Kinanti (Sekar Ageung)
4. Pupuh Asmarandana (Sekar Ageung)
5. Pupuh Lambang (Sekar Alit)
6. Pupuh Maskumambang (Sekar Alit)
7. Pupuh Pucung (Sekar Alit)
8. Pupuh Ladrang (Sekar Alit)
9. Pupuh Balakbak (Sekar Alit)
10. Pupuh Pangkur (Sekar Alit)
11. Pupuh Magatru (Sekar Alit)
12. Pupuh Juru Demung (Sekar Alit)
13. Pupuh Mijil (Sekar Alit)
14. Pupuh Wirangrong (Sekar Alit)
15. Pupuh Gurisa (Sekar Alit)
16. Pupuh Gambuh (Sekar Alit)
17. Pupuh Durma (Sekar Alit)
Memahami Pengertian Padalisan, Pada, Guru Wilangan, Guru Lagu, dan Watek (Watak)
Aturan-aturan yang Mengikat Pupuh Sunda
commons.wikimedia.org
Padalisan adalah banyaknya jumlah baris atau larik yang terkandung dalam satu bait pupuh
(pada). Sedangkan pada bermakna bait dalam pupuh yang terdiri dari beberapa baris
(padalisan).
Guru wilangan adalah jumlah banyaknya suku kata (engang) yang terdapat pada setiap akhir
barisnya (padalisan).
Guru lagu adalah bunyi huruf vokal terakhir yang terdapat dalam setiap barisnya (padalisan).
Guru lagu dikenal juga dengan istilah sora panungtung.
Sedangkan watek atau watak adalah karakter, sifat, makna, atau tema dari isi yang dimiliki oleh
pupuh tersebut.
Pupuh yang termasuk sekar ageung antara lain adalah pupuh sinom, pupuh dangdanggula,
pupuh kinanti, dan pupuh asmarandana. Sedangkan pupuh yang termasuk sekar lain yakni
pupuh lambang, maskumambang, pucung, ladrang, balakbak, pangkur, magatru, juru demung,
mijil, wirangrong, gurisa, gambuh, dan durma.
Pupuh Sinom ini terikat dengan guru wilangan dan guru lagu yang membentuk pola 8-a, 8-i, 8-a,
8-i, 7-i, 8-u, 7-a, 8-i, 12-a. Angka yang terdapat pada pola tersebut menyimbolkan guru wilangan,
sedangkan huruf menyimbolkan guru lagu.
Pola guru wilangan serta guru lagu yang terbentuk dari pupuh dangdanggula ini adalah 10-i, 10-
a, 8-é/o, 7-u, 9-i, 7-a, 6-u, 8-a, 12-i, 7-a. Pola yang terbentuk lebih panjang ketimbang pupuh
Sinom karena terdiri dari 10 baris (padalisan).
8-u, 8-i, 8-a, 8-i, 8-a, 8-i merupakan pola guru wilangan beserta guru lagu yang membentuk
pupuh jenis Kinanti ini. Yang unik dari pupuh Kinanti ini, di setiap baris (padalisan) dalam pupuh
Kinanti hanya terdiri dari 8 suku kata atau guru lagu saja.
Setiap bait (pada) dari pupuh Asmarandan ini terdiri dari 7 baris (padalisan). Guru wilangan
beserta guru lagu yang terbentuk adalah 8-i, 8-a, 8-é/o, 8-a, 7-a, 8-u, 8-a. Di baris (padalisan) ke-
3, guru lagu pupuh Asmarandana bisa berupa huruf vokal “é” atau huruf vokal “o”.
Hulang-huleng, hulang-huleng
Ngahuleng ngaraga meneng
Hate ratug, tutunggulan
Heunteu terang, kaler-kidul
Turug-turug, turug-turug
Harita teh, enggeus burit
Panonpoe geus rek surup
Keueung sieun aya meong
Di mamana si penjajah
Pada amarah marudah
Manan kapok anggur gawok
Najan dituyuk diragut
Nagri sadayana
Umumna ngabela
Nyempad rosa, pulitik penjajah
Tapi nu ngajajah
Teu pasrah, teu sadrah
Terus meres, ngahina ngarinah