Anda di halaman 1dari 13

Ciri khas candi Buddha Salah satu ciri khas utama dari candi Buddha ialah atapnya berbentuk

stupa. Selain itu, candi Buddha juga memiliki ciri khas lainnya, yaitu:

1. Digunakan sebagai tempat pemujaan dewa Candi Buddha sering digunakan sebagai tempat
pemujaan atau penghormatan kepada dewa. Selain itu, candi Buddha juga dijadikan tempat
peribadatan bagi warga Buddha, pada zaman dahulu.
2. Pada candi Buddha terdapat arca Buddha dengan bentuk kesederhanaannya Dalam candi
Buddha biasanya terdapat tiga jenis arca, yakni Dyani-Buddha, Manusi-Buddha, serta
Dhyani-Bodisattwa. Ketiga arca ini melambangkan arca Buddha dalam bentuk
kesederhanannya. Biasanya disimbolkan dengan sikap tangan atau mudra sebagai bentuk
ajakan kemuliaan.
3. Pada relief candi biasanya memiliki kisah tersendiri Umumnya relief candi Buddha
menggambarkan kisah tertentu yang ingin disampaikan . Contohnya kisah dalam relief
Candi Borobudur menggambarkan tentang perjuangan kehidupan manusia untuk
meninggalkan sisi duniawinya.
4. Struktur candi dibagi menjadi tiga bagian Candi Buddha memiliki tiga struktur candi, yakni
Kamadhatu (melambangkan manusia penuh dosa), Rupadhatu (melambangkan kehidupan
manusia yang penuh dengan hawa nafsu), dan Arupadhatu (melambangkan manusia yang
mencapai nirwana).
5. Biasanya pintu candi menghadap timur Pintu masuk candi Buddha biasanya menghadap
timur. Pada bagian pintunya disertai kepala Kala dengan posisi mulut menganga tanpa
rahang bawah.
6. Bentuk bangunan candi Buddha biasanya lebih melebar Candi Buddha biasanya memiliki
bentuk bangunan yang lebih melebar dan tidak terlalu tinggi. Contohnya Candi Borobudur.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/15/191617869/ciri-khas-candi-hindu-dan-candi-
buddha.
(tambahan aja)

Ciri khas candi Hindu Menurut Purwo Prihatin dalam buku Seni Rupa Indonesia dalam Perspektif
Sejarah (2017), salah satu ciri khas dari candi Hindu ialah bentuk atapnya yang tinggi menjulang.
Contohnya Candi Prambanan yang memiliki atap menjulang tinggi. Lihat Foto Kompleks Candi
Prambanan.

Selain itu, candi Hindu juga memiliki beberapa ciri khas lainnya. Apa sajakah itu? Berikut
penjelasannya yang dikutip dari buku Ensiklopedia Meyakini Menghargai, karya Ibn Ghifarie.

1. Bentuk candi Hindu biasanya lebih ramping dan menjulang tinggi Candi Hindu memiliki
bentuk bangunan yang lebih ramping, mungkin bentuk ruangannya seperti segi empat dan
tidak terlalu lebar.
2. Ada arca Dewa Trimurti Candi Hindu memiliki arca Dewa Trimurti, yakni Dewa Siwa, Dewa
Wisnu dan Dewa Brahma. Ini merupakan ciri khas candi Hindu yang membedakannya
dengan candi Buddha. Selain arca Dewa Trimurti, biasanya dalam bangunan candi juga bisa
ditemui arca Dewa Ganesha, Dewi Durga, dan lain sebagainya.
3. Digunakan sebagai tempat penghormatan orang meninggal serta pemakaman raja Candi
Hindu digunakan sebagai tempat penghormatan orang yang telah meninggal dan lokasi
pemakaman raja, pada zaman dahulu. Candi Hindu juga sering digunakan sebagai tempat
penyembahan kepada dewa.
4. Struktur candi dibagi menjadi tiga bagian Candi Hindu memiliki tiga struktur candi, yakni
Bhurloka (kaki candi tempat makhluk hidup tinggal), Bhuwahloka (bagian tengah candi
melambangkan manusia yang sedang disucikan dan menuju kesempurnaan batiniah) serta
Swahloka (perlambang dunia dewa).
5. Bagian atas atau puncaknya berbentuk ratna Ratna merupakan bentuk atap yang
meruncing. Biasanya menjulang tinggi ke atas disertai dengan bentuk seperti mengerucut
(makin lama makin kecil).

Biasanya pintu masuk menghadap arah barat Pintu masuk candi Hindu biasanya menghadap arah
barat. Pada bagian pintunya disertai kepala kala dengan rahang bagian bawah

https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/15/191617869/ciri-khas-candi-hindu-dan-candi-
buddha.

Candi Sewu atau Manjusrighra
adalah candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8 Masehi yang berjarak hanya delapan ratus
meter di sebelah utara Candi Prambanan. Candi Sewu merupakan kompleks candi Buddha terbesar
kedua setelah Candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi Sewu berusia lebih tua daripada Candi
Borobudur dan Prambanan. Meskipun aslinya memiliki 249 candi, oleh masyarakat setempat candi
ini dinamakan "Sewu" yang berarti seribu dalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah
legenda Loro Jonggrang dan Bnadung Bondowoso.

Jl. Raya Solo - Yogyakarta No.KM.16, Bugisan, Kec. Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta

Candi Sewu terletak di Kabupaten Klaten Jawa Tengah, tepatnya di Kecamatan Prambanan. Dan hanya
berjarak 800 meter dari Candi Prambanan yang merupakan salah satu candi peninggalan Hindu di
Indonesia. 
Sejarah
berdasarkan prasasti Kelurak dan Manjusinggrha yang ditemukan pada tahun 782 Masehi dan 792
Masehi. Candi ini dibangun pada masa kepemimpinan kerajaan mataram kuno di bawah pemerintahan
Rakai Panangkaran yang merupakan Raja terpopuler di dinasti Syailendra, dimana beliau memerintah
pada tahun 746 Masehi hingga 784 Masehi. Hingga pada akhirnya dilakukan perbaikan dan
pembangunan ulang oleh seorang pangeran dari dinasti Sanjaya, yaitu Rakai Pikatan yang menikah
dengan salah satu puteri dari dinasti Syailendra, yaitu, Pramodhwardhani. Dan mulai saat itu
pemerintahan diambil alih oleh Dinasti Sanjaya.

Meskipun Dinasti Sanjaya berbeda agama dengan Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha.
Pemerintahan dinasti Sanjaya tetap membiarkan rakyatnya memeluk agama sebelumnya dimana Cani
Sewu dijadikan sebagai tempat peribadatan utama bagi para penganut agama Budha. Hal inilah yang
mendasari kenapa Candi Sewu yang bercorak agama Budha bisa berdampingan dengan Candi
Prambanan yang notabene bercorak agama Hindu. Dan hingga saat ini masih bisa kita nikmati keindahan
keduanya.

Kompleks candi

Candi Sewu memiliki luas area sekitar 185 meter x 165 meter. Dimana  candi sewu merupakan
kompleks candi Budha terbesar kedua di Indonesia. Terdapat empat pintu masuk menuju
komplek candi Sewu yang berada di timur, selatan, barat, dan utara. Namun jika anda cermati
dari bangunanya, Pintu masuk utama dari candi ini terletak di sebelah timur.
Di masing-masing pintu candi, dijaga oleh dua patung raksasa yang berukuran cukup besar,
tingginya saja mencapai 2,3 meter. Patung-patung ini juga dinamakan Dwarapala. Patung-patung
Dwarapala yang ada di candi sewu masih berdiri tegak dan utuh hingga sekarang. Selain itu,
anda juga bisa melihat replika dari patung dwarapala ini di keraton Yogyakarata.

Candi-candi ini membentuk sebuah pola; dimana dalam kepercayaan agama Budha Mahayana;
pola ini disebut sebagai Mandala Wadjradhatu, yang melambangkan perwujudan alam semesta
dimana terdapat satu candi pusat di tengahnya dan dikelilingi candi-candi yang lebih kecil yang
disebut candi perwara dan candi penjuru. sedangkan di belakang candi perwara dan penjuru juga
terdapat 2 bangunan candi kembar yang berada di masing-masing arah mata angin. Namun,
sekarang hanya tersisa dua candi di sebelah timur dan satu candi yang berada di sebelah utara.
Namun, ada penelitian yang menunjukkan bahwa candi tersebut memang belum selesai
dibangun.

1. Candi Utama
Candi utama ini merupakan candi terbesar yang berada di kompleks candi Sewu, dimana candi
ini juga berada di tengah-tengah candi-candi pendampingnya yang mengelingi candi ini. Dan
Candi ini memiliki tinggi sekitar 30 meter dengan dimater bangunan kurang lebih 29 meter.
Selluruh bangunan candi utama dibangun menggunakan batu andesit.

Bangunan candi utama pada dasarnya berbentuk poligon dengan jumlah sisi sebanyak 20.
Sedangkan pada setiap sudut yang menghadap penjuru mata angin memiliki  bagian yang sedikit
menjorok keluar. dan juga terdapat tangga di masing-masing sudut mata anginya. Diatas
bangunan candi utama terdapat susunan stupa.

Candi-candi ini membentuk sebuah pola; dimana dalam kepercayaan agama Budha Mahayana;
pola ini disebut sebagai Mandala Wadjradhatu, yang melambangkan perwujudan alam semesta
dimana terdapat satu candi pusat di tengahnya dan dikelilingi candi-candi yang lebih kecil yang
disebut candi perwara dan candi penjuru. sedangkan di belakang candi perwara dan penjuru juga
terdapat 2 bangunan candi kembar yang berada di masing-masing arah mata angin. Namun,
sekarang hanya tersisa dua candi di sebelah timur dan satu candi yang berada di sebelah utara. 

2. Candi Perwara
Candi Perwara merupakan candi yang mengelilingi candi utama. Berjumlah 240 candi yang
memiliki bentuk hampir mirip dengan candi utama, Namun memiliki ukuran yang lebih kecil.
Pada dasarnya candi perwara tersusun atas 4 baris konsentris diantaranya yaitu:

 Pada Baris pertama terdapat 28 buah candi Perwara


 Baris Kedua terdapat 44 buah candi Perwara
 Di Baris Ketiga terdapat 80 buah candi Perwara
 Baris Keempat terdapat 88 buah candi Perwara
Terdapat Archa Dhayani Budha di dalam Candi Perwara. Dimana jika dikelompokkan terdapat
empat jenis Archa yang hampir serupa dengan archa-archa yang terdapat di candi Borobudur.

3. Candi Pengapit
Sedangkan disela-sela barisan terluar candi Perwara terdapat candi Pengapit yang berjumlah 8
buah. Dimana candi pengapit merupakan gerbang pintu masuk menuju candi utama. Candi
pengapit juga terdapat di 4 sisi mata angin, yaitu di timur, selatan, barat dan utara. Serta memiliki
tinggi sekitar 1 meter. Candi ini juga dihiasi beberapa relief pahatan kalamakaraa. Serta juga
terdapat sosok pria yang berdiri dengan memegang setangkai bungai teratai dengan pakaian
seperti dewa. Sedangkan diatas candi pengapit berbentuk stupa besar ditengah dan dikelilingi
stupa-stupa kecil disampingnya.

Arsitektur candi

Candi Sewu dibangun menggunakan denah yang sama yaitu mengacu pada
mandala, aliran Mahayana. Ciri khas yang terdapat pada bangunan Candi Sewu
ialah terdapat atap sendiri-sendiri. Secara utuh bangunan Candi Sewu
membentuk segitiga, bentuk segitiga sesuai dengan konsep surgawi.

Tata ruang luar dan dalam membentuk cluster geometris. Tata ruang Candi
Sewu pemusatan ditengah dengan diperkuat oleh candi perwara disekelilingnya.
Candi Induk sewu sedikit memiliki ornamen hiasan.
Pembangunan Candi Sewu, dilakukan secara bertahap sehingga terkadang
terdapat perubahan arsitektur dalam bentuk bangunannya. Perubahan biasanya
dilakukan pada tangga dan bilik pintu di Candi Perwara dan Candi Induk.
Perubahan tahap pertama dilakukan pada bilik candi 1. Sebelumnya dibagian
barat dibagian kanan kiri lapik arca yang semula kosong dan terdapat tangga
kecil yang biasanya digunakan untuk naik keatas lapik. Namun seteleh
dilakukan penggalian ditemukan arca baru yang menyebabkan jalan kedua sisi
tertutup, sehingga terjadi perubahan pada tangga yang dimajukan supaya rata
dengan perbingkaian bidang dengan lapik arca, kemudian sandaran arca
dikerug bagian bawahnya.

Perubahan pintu pada Candi Induk, awalnya terdapat pintu yang terpasang
pada puncak tangga menutup bilik. Pintu tersebut berdaun dua dan membuka
kedalam serta terdapat bingkai kayu yang berlubang purus diatas dan
bawahnya. Perubahan yang dilakukan pertama ialah dengan melakukan
penyempitan pada lorong pintu. Perubahan kembali dilakukan pada ambang
atasnya, kemudian dirubah kembali dengan dipasang bilik pintu dengan
ditumpukan pada undak kedua bilik candi. Bingkai pintu ini terus diperbarui,
hingga akhirnya dihilangkan.
Sama halnya dengan Candi Induk, Candi Perwara juga mengalami perubahan.
Semula Candi Perwara tidak memiliki pintu sehingga arca terlihat dari luar,
namun kemudian dibangun pintu dibeberapa gugusan candi. Beberapa
pembangunan pintu dalam Candi Perwara tidak dapat dilakukan karena tempat
masuk candi terlalu sempit, mengatasi hal tersebut dilakukan perombakan pada
jenagan pintu. Agar pintu tidak memakan tempat maka dilakukan dengan
pengerukan pada jenang-jenang pintu untuk memberikan tempat palang-palang
daun pintu ketika terbuka.
Salah satu dari candi penjuru di Candi Sewu

Corak ornamen hiasan dalam Candi Perwara yaitu dipuncak candi terdapat
hiasan keben dan stupa. Penempatan keben diletakkan pada tingkatan paling
bawah, sedangkan stupa diletakkan pada tingkatan paling atas. Pada bagian
atap penampin ornamen hiasa yang terlihat ialah lereng bangku dan kumis
militer. Perbedaan bentuk atap diikuti dengan perbedaan pola hiasnya juga.
Bentuk atap lereng bangku memiliki kala yang diapit oleh dua makhluk
kahyangan. Hiasan pada atap yang berbentuk kumis militer terdapat kala yang
menggigit kumpulan bunga yang diapit oleh dua makhluk kahyangan. Dalam
badan candi terdapat ornamen hiasan dengan bentuk kala dan makara. Kara
disebut kirtimekha  atau pancavakrta,  digambarkan wajah singa yang sedang
membuka mulutnya. Sedangkan Makara merupakan hewan mitologi yang
merupakan wahana dari Dewa Varuna. Selain itu hal yang menarik ialah adanya
hiasan bunga padma yng dibawa oleh kedua tokoh motologi. Bunga padma
dianggap sebagai simbol dari kelahiran dan penciptaan.
Ornamen selanjutnya ialah tokoh pengiring laki-laki yang terdapat pada Candi
Perwara II dan III, sedangkan tokoh pengiring wanita terdapat pada Candi
Perwara I dan IV. Relief tokoh pengiring laki-laki digambarkan digambarkan
dengan seorang laki-laki yang memegang tangkai padma  di tangan kiri dan
memegang camara  ditangan kanannya. Relief pengirim perempuan
digambarkan posisi berdiri lurus mengenakan mahkota yang
berbentuk Jatamakuta  ( rambut yang digelung dan dibentuk seperti mahkota)
kemudian memakai hiasan antara dahi dan mahkota, menggunakan anting,
hiasan lengan, gelang tangan dan menggunakan hiasan badan yang berbentuk
menyilang. Pakaian yang digunakan terdapat hiasan urudana  (sampur yang
menjuntai ke bangian depan) dan udarabhanda  (hiasan pinggang). Relief
permpuan ini digambarkan memegang tangkai padma  ditangan kiri
dan camara  ditangan kanan.
ornamen makara

Anda mungkin juga menyukai