Beberapa ahli purbakala memperkirakan bahwa Candi Sewu dibangun pada abad ke-8
Masehi atas perintah dari Rakai Panangkaran, yang pada saat itu adalah raja dari Kerajaan
Mataram Kuno sekitar tahun 746 784 Masehi. Kemudian pada saat Pemerintahan Kerajaan
Mataram Kuno Berpindah pada Rakai Pikatan, pembangunan kompleks candi ini pun
dilanjutkannya.
Para ahli purbakala pun memperkirakan bahwa pembangunan Candi Sewu ini selesai pada tahun
1098 Masehi. Rakai Pikatan sendiri adalah seorang pangeran dari Wangsa Sanjaya yang menikah
dengan Ratu Pramodhawardhani, putri dari Raja Samaratungga yang berasal dari Wangsa
Syailendra.Diperkirakan pada zaman dahulu, kompleks Candi Sewu merupakan pusat kegiatan
agama Buddha dan berfungsi sebagai sebuah kerajaan. Hal ini didasarkan pada wilayah
kompleks candi yang cukup luas dan juga kemegahan yang dimiliki Candi Sewu.
Keberadaan Candi Sewu yang berdiri tidak jauh dari bangunan Candi Prambanan yang
bersifat Hindu ini juga menjadi sebuah indikasi bahwa pada zaman itu sudah ada toleransi
beragama yang terjalin dengan baik. Pada saat itu, meskipun raja dari Kerajaan Mataram Kuno
menganut agama Hindu, namun banyak dari rakyatnya yang tetap menganut agama sebelumnya,
yaitu Buddha.Pada tahun 1960 ditemukan prasasti yang terpahat pada sebuah batu andesit pada
salah satu candi perwara yang berangka tahun 792 Masehi. Prasasti tersebut ditulis dengan
bahasa Melayu Kuno dan dikenal sebagai Prasasti Manjusrigrha.Isi prasasti tersebut
menceritakan adannya usaha dalam penyempurnaan prasada (candi/ kuil) yang bernama
Wajrasana Manjusrigrha pada tahun 714 Saka (792 Masehi). Pada sebuah prasasti yang
ditemukan di dekat Candi Lumbung, Prasasti Kelurak (782 Masehi) juga menyebutkan nama
candi ini adalah Manjusrigrha.
Kata Manjusrigrha sendiri memiliki arti sebagai Rumah Manjusri dan dalam ajaran
Buddha Manjusri merupakan salah satu Boddhisatva. Dari kedua buah prasasti ini menunjukkan
bahwa sebenarnya nama dari Candi Sewu adalah Prasada Vajrasana Manjusrigrha.Pada saat
terjadi gempa di daerah Yogyakarta bagian selatan pada bulan Mei 2006 candi ini mengalami
kerusakan yang cukup berat. Terutama pada candi utama yang mengalami kerusakan terparah
dan struktur bangunan candi menjadi rusak berat.Untuk menyelamatkan candi utama dari
pencurian, candi ini pun ditutup dan tidak boleh dimasuki oleh pengunjung Candi Sewu.
Meskipun, saat itu sudah dibuka kembali untuk wisata dan ziarah. Akibat gempa tersebut candi
utama mengalami retakan di antara sambungan batu-batunya. Beberapa pecahan batuannya pun
ada yang berserakan di atas tanah.Untuk menyelamatkan bangunan candi dari keruntuhan pada
keempat sudut bangunan candi dipasangkan kerangka besi yang berfungsi sebagai penyangga
tubuh candi. Pada saat ini candi utama sudah selesai dipugar dan kerangka besi penyangganya
pun sudah dilepas, sehingga pengunjung candi sudah diperbolehkan untuk masuk ke dalam
ruangan candi utama dari kompleks Candi Sewu ini.
Pada tiap sisi dan tengah-tengahnya terdapat pintu gerbang sebagai jalan masuk pelataran
candi. Untuk menuju pelataran luar kompleks candi ini ada 4 buah pintu gerbang yang berada
pada sisi timur, selatan, barat, dan utara. Pada tiap-tiap pintu gerbang ini dijaga oleh sepasang
Dwarapala yang berhadap-dahapan.Untuk menuju pelataran dalam terdapat empat buah pintu
gerbang yang menghubungkan pelataran luar dan pelataran dalam. Tiap-tiap gerbang tersebut
juga dijaga oleh sepasang arca yang sama seperti yang ada di gerbang luar, yaitu arca
Dwarapala.Arca-arca Dwarapala tersebut terbuat dari batu dan berada di atas lapik persegi
setinggi 1,2 meter dan tinggi arca ini sendiri sekitar 2,3 meter. Arca ini berada pada posisi salah
satu kakinya ditekuk dan satunya berlutut dan salah satu tangannya sedang memegang gada.
Candi Utama
Candi utama dari kompleks Candi Sewu ini berbentuk persegi empat dengan sudut-sudut yang
menonjol keluar atau lebih mirip bentuk poligon berjumlah 20 dan memiliki diameter sepanjang
29 meter. Bangunan candi utama ini memiliki tinggi 30 meter dan memiliki 9 atap yang pada
setiap puncaknya terdapat stupa.
Tubuh candi utama berdiri di atas batur dengan ketinggian 2,5 meter pada sebuah pelataran
seluas 40 m2 dan dikelilingi pagar batu yang tersusun setinggi 0,85 meter. Candi utama
menghadap ke arah timur dengan sebuah pintu masuk yang pada sisi kiri dan kanan ambang
pintunya dihiasi kepala naga dengan mulut yang terbuka lebar.
Dari pintu ini, pengunjung dapat masuk ke kamar tengah yang merupakan kamar terbesar. Candi
utama dari Candi Sewu terbuat dari batu andesit, namun pada ruangan dalam tubuh candi
dinding-dindingnya terbuat dari susunan batu bata merah. Ruangan dalam tubuh candi
membentuk sebuah kubus yang terdapat sebuah asana di dalamnya.
Terdapat tiga buah kamar lain di dalam candi utama yang tidak berhubungan dengan kamar
tengah, karena masing-masing kamar mempunyai pintu yang dapat dicapai dengan tangga batu
selebar 2 meter. Pintu-pintu tersebut menghadap ke arah selatan, barat dan utara.Pada pangkal
pipi tangga batu terdapat hiasan Makara dan kepala naga dengan mulut yang terbuka dan ada
arca budha di dalamnya. Sedangkan dinding luar pipi tangga berhias hasil pahatan gambar
raksasa Kalpawreksa. Atap-atap kamar itu dibangun rendah. Hanya pada kamar tengah atapnya
lebih tinggi menjulang ke atas. Kaki candi utama memiliki hiasan dengan motif bunga.
Candi apit memiliki batur batu setinggi satu meter. Untuk mencapai ke selasar candi terdapat
tangga. Di depan ujung tangga terdapat pintu candi dengan ambang pintu yang berhias reliefrelief. Pada dinding-dinding tubuh candi apit terdapat pahatan yang menggambarkan beberapa
sosok pria berbusana kebesaran seperti sosok dewa yang sedang berdiri dan tangannya sedang
memegang setangkai teratai. Atap candi apit berbentuk stupa dan pangkalnya terdapat deretan
stupa.
Candi perwara berdiri pada sisi terluar kompleks Candi Sewu. Deretan candi perwara
mengelilingi candi utama dan candi-candi apit. Terdapat empat deretan candi perwara, deretan
pertama dari luar terdapat 88 bangunan candi perwara, deret kedua 80 bangunan candi, deret
ketiga 44 bangunan dan deret keempat (terdalam) berdiri 28 bangunan candi perwara.
Candi-candi perwara tersebut menghadap ke luar, kecuali candi-candi yang berada pada deret
kedua. Candi-candi perwara pada deret kedua menghadap ke dalam. Pada saat ini, bentuk dari
candi-candi perwara di pelataran Candi Sewu nampak sudah tidak sempurna lagi, karena banyak
yang sudah rusak dan beberapa hanya tersisa reruntuhannya saja.
Sejarah Candi Prambanan, Dinasti Wangsa Sanjaya sebagai Pendiri Candi Prambanan
Jika candi Borobudur didirikan oleh Wangsa Syailendra, maka menurut para ahli
berdasarkan sejarah Candi Prambanan dibangun oleh Wangsa Sanjaya, sebuah dinasti yang
kemunculannya mengakhiri kejayaan Dinasti Wangsa Syailendra. Berdasarkan sejarah Candi
Prambanan, tokoh yang berjasa dalam pembangunan candi ini adalah Rakai Pikatan yang juga
merupakan menantu dari Raja Samaratungga dari Dinasti Wangsa Syailendra.
Dalam sejarah Candi Prambanan istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan kali pertama oleh
sejarahwan yatiu Dr. Bosch dalam salah satu karangannya yang berjudul Sriwijaya, de
Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa (1952). Di dalam karyanya itu, Bosch menyebutkan
tentang adanya dua dinasti yang berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Dinasti Syailendra.
Menurut Bosch, istilah Wangsa Sanjaya sendiri juga merujuk pada nama pendiri Kerajaan
Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun 732.
Berbeda dengan Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha Mahayana, Dinasti
Sanjaya menganut agama Hindu aliran Siwa, dan berkiblat ke Kunjara dari di daerah India. Ibu
sanjaya bernama Sanaha dan termasuk cucu Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga di Jepara.
Sementara ayahnya bernama Sena/Senna/Bratasenawa yang tidak lain adalah putra Raja
Mandiminak, raja galuh kedua (702-709 Masehi). Sehingga Sanjaya menjadi penerus Kerajaan
galuh yang sah.Wangsa Sanjaya membangun hubungan kekeluargaan dengan Wangsa Syailendra
melalui hubungan pernikahan antar Pramordawardhani, putri Raja Samaratungga (Penguasa
Dinasti Syailendra) dengan Rakai Pikatan, salah seorang keturunan Sanjaya pada tahun 840
Masehi.
Sejarah Candi Prambanan dimulai dari keinginan Raja Pikatan untuk menunjukkan
pengaruhnya. Sehingga kemudian Raja Pikatan dan Balitung yang menganut agama Hindu
mendirikan Candi Prambanan pada tahun 850 Masehi. Di dalam Prasasti wantil dan Prasasti
Siwagreha yang dikeluarkan pada tanggal 11 November 856 disebutkan tentang pendirian
Mamratipura dan juga bangunan suci Siwagreha, yang diterjemahkan sebagai Candi Siwa.
Berdasarkan ciri-ciri yang digabarkan dalam prasasti, maka Candi Siwa sangat identik dengan
gambaran yang ada dalam prasasti tersebut.Sekarang kita tahu bahwa candi Prambanan
merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Asia Tenggara. Namun, kejayaan Hindu bersama
didirikannya bangunan sejarah candi prambanan itu tidak berlangsung lama. Sebab, menurut
sejarah Candi Prambanan sudah tidak difungsikan lagi sejak tahun 928. Hal ini terjadi karena
adanya perpindahan istana Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Alasan
perpindahan ini diduga karena akibat letusan Gunung Merapi atau mendapat serangan dari
Sriwijaya.
Sejarah Candi Prambanan Menurut Legenda
Menurut legenda yang beredar di masyarakat, sejarah candi prambanan dibangun oleh
Bandung Bondowoso sebagai syarat lamaran yang diajukan oleh Roro Jonggrang. Dahulu di
Jawa Tengah terdapat dua kerajaan yang bertetangga, yaitu Kerajaan Pengging dan kerajaan
Baka.Kerajaan Pengging merupakan kerajaan yang sangat subur dan makmur yang dipimpin
oleh Prabu Damar Maya, sosok seorang raja yang sangat bijaksana. Prabu Damar Maya memiliki
putra bernama Raden Bandung Bondowoso, seorang kesatria yang sakti dan gagah perkasa.
Sementara itu, kerajaan Baka dipimpin oleh Prabu Baka, seorang yang dikenal kejam,
buas, dan pemakan manusia. Dalam menjalankan pemerintahannya, Prabu Baka dibantu oleh
seorang Patih bernama Patih Gupala yang tidak lain juga seorang raksasa. Prabu Baka memiliki
seorang putri yang sangat cantik. Putri tersebut bernama Roro Jonggrang. Karena memilki
keinginan untuk memperluas daerah kekuasaannya, maka Prabu Baka berhasrat merebut
Kerajaan Pengging.Prabu Baka beserta bala tentaranya berangkat menyerbu Kerajaan Pengging.
Pertempuran dua kerajaan yang berbeda sosok pemimpinnya itu berlangsung hebat. Untuk dapat
mengalahkan bala tentara Kerajaan Baka, maka Prabu Damar Maya mengirim putranya,
Pangeran Bandung Bondowoso untuk bertempur melawan Prabu Baka.
Dikisahkan pula bahwa pertempuran antara keduanya berlangsung begitu hebat. Namun,
berkat kesaktian Bandung Bondowoso, akhirnya Prabu Baka berhasil dikalahkan dan dibunuh.
Mendengar Prabu Baka tewas, Patih Gupala pun melarikan diri dan kembali ke Kerajaan Baka.
Mengetahui hal itu Pangeran Bandung Bondowoso pun mengejarnya. Dan pada saat itulah dia
melihat Putri Roro Jonggrang yang cantik dan dia pun terpikat.Tidak lama kemudian, Bandung
Bondowoso melamar Roro Jonggrang untuk menjadikannya istri. Roro Jonggrang pun
mengajukan syarat yang sangat mustahil untuk dilakukan. Syarat pertama ia meminta dibuatkan
sumur yang dinamakan sumur Jalatunda.
Syarat kedua ia meminta untuk dibangunkan seribu candi dan harus selesai dalam waktu
semalam. Dengan kesaktian yang dimilikinya dan bantuan para jin, Bandung Bondowoso pun
berhasil menyelesaikan sembilan ratus sembilan puluh sembilan candi. Mendengar kabar
tersebut Roro Jonggrang berusaha menggagalkan dengan membangunkan para dayang-dayang
istana dan perempuan-perempuan desa untuk menumbuk padi dan juga membakar jerami di sisi
timur, sehingga para jin mengira pagi telah tiba. Para jin pun pergi karena hari telah pagi,
sehingga Bandung Bondowoso gagal memenuhi syarat yang diajukan Roro
Jonggrang.Mengetahui semua itu adalah hasil rekayasa Roro Jonggrang Bandung Bondowoso
pun marah dan murka seketika. Sehingga kemudian dia mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu
dan menjadi arca menggenapi candi terakhir. Demikianlah sejarah Candi Prambanan berdasarkan
legenda yang beredar di masyarakat.
Sejarah Candi Borobudur Singkat. Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di
sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut
Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana
sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah
candi atau kuil Buddha terbesar di dunia,sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di
dunia.
Para ahli arkeologi menduga bahwa rancangan awal Borobudur adalah stupa tunggal
yang sangat besar memahkotai puncaknya. Diduga massa stupa raksasa yang luar biasa besar dan
berat ini membahayakan tubuh dan kaki candi sehingga arsitek perancang Borobudur
memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini dan diganti menjadi tiga barisan stupa kecil
dan satu stupa induk seperti sekarang. Berikut adalah perkiraan tahapan pembangunan
Borobudur:
1. Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan kurun 750 dan 850 M).
Borobudur dibangun di atas bukit alami, bagian atas bukit diratakan dan pelataran datar
diperluas. Sesungguhnya Borobudur tidak seluruhnya terbuat dari batu andesit, bagian bukit
tanah dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai cangkang yang membungkus
bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis. Pada awalnya dibangun tata
susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak, tetapi kemudian diubah.
Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup
struktur asli piramida berundak.
2. Tahap kedua
Penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu undak melingkar yang diatasnya
langsung dibangun stupa tunggal yang sangat besar.
3. Tahap ketiga
Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar
dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris
melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya.
Karena alasan tertentu pondasi diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli
sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula
dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur sangkar.
Akan tetapi stupa besar ini terlalu berat sehingga mendorong struktur bangunan condong
bergeser keluar. Patut diingat bahwa inti Borobudur hanyalah bukit tanah sehingga tekanan pada
bagian atas akan disebarkan ke sisi luar bagian bawahnya sehingga Borobudur terancam longsor
dan runtuh. Karena itulah diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan
menggantikannya dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang dan
hanya satu stupa induk. Untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan
struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi
bagaikan ikat pinggang yang mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar,
sekaligus menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu
4. Tahap keempat
Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar,
perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki.
Perayaan Waisak di Borobudur
Setiap tahun pada bulan purnama penuh pada bulan Mei (atau Juni pada tahun kabisat),
umat Buddha di Indonesia memperingati Waisak di Candi Borobudur. Waisak diperingati sebagai
hari kelahiran, kematian dan saat ketika Siddharta Gautama memperoleh kebijaksanaan tertinggi
dengan menjadi Buddha Shakyamuni. Ketiga peristiwa ini disebut sebagai Trisuci Waisak.
Upacara Waisak dipusatkan pada tiga buah candi Buddha dengan berjalan dari Candi Mendut ke
Candi Pawon dan berakhir di Candi Borobudur.
Pada malam Waisak, khususnya saat detik-detik puncak bulan purnama, penganut Buddha
berkumpul mengelilingi Borobudur. Pada saat itu, Borobudur dipercayai sebagai tempat
berkumpulnya kekuatan supranatural. Menurut kepercayaan, pada saat Waisak, Buddha akan
muncul secara kelihatan pada puncak gunung di bagian selatan.
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat
Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk
memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal
di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Semoga dengan adanya artikel ini dapat
melestarikan warisan dunia.
JANJI PRASASTI