Anda di halaman 1dari 5

Candi Plaosan : Kisah Candi Paling

“Romantis”
Candi Plaosan : Kisah Candi Paling “Romantis” .Jauh sebelum William Shakespeare menciptakan
kisah romantis Romeo Juliet – Hamlet, jauh sebelum kisah romantis titanic sering kita lihat di
televisi, dan jauh sebelum drama-drama romantisme Korea beredar di Indonesia; Rakai Pikatan
telah mempersembahkan bukti cinta yang tulus – tidak mengenal batasan agama, bangsa, dan
budaya.
Candi Plaosan dibangun pada abad ke-9 oleh Rakai Pikatan, raja Mataram Kuno dari Wangsa
Sanjaya (840-856). Candi itu dibagi menjadi dua bagian; Candi Plaosan Lor (utara) dan Candi
Plaosan Kidul (selatan) yang hanya dipisahkan oleh jalan kecil 20m. Candi Plaosan memiliki teras
berbentuk segi empat, tempat semedi, dan dikelilingi parit buatan. Parit Buatan? Ya, tiap kompleks
Candi Plaosan di kelilingi oleh parit berukuran 440m x 270m, parit itu difungsikan untuk menurunkan
air tanah di kompleks candi agar tanah menjadi lebih padat.
Banyak yang salah memahami Candi Plaosan ini, yang dikatakan Candi Kembar itu bukan Candi
yang terletak di bagian Lor (utara) sama dengan dibagian Kidul (selatan). Candi Utama yang hampir
mirip satu dengan yang lain itu hanya ada pada Candi Plaosan bagian Lor. Sedangkan Candi
Plaosan bagian kidul masih belum direkonstruksi dan belum diketahui memiliki candi induk/utama
atau tidak.
Candi Plaosan Lor
Ketika akan masuk ke kompleks Candi Plaosan Lor, maka kita akan menjumpai dua pasang arca
dwarapala (diambil dari bahasa sansekerta yang artinya penjaga pintu) yang saling berhadapan,
sepasang terletak di pintu masuk utara dan sepasang terletak di pintu masuk selatan. Pada bagian
tengah terdapat pendopo berukuran 21m x 19m. Di bagian timur, ada 3 altar (utara, timur dan barat)
altar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, di bagian timur terdapat gambar Amitbha,
Ratnasambhava, Vairochana, dan Aksobya; dibagian utara dijumpai Patung Samantabadhara dan
angka Ksitigarba sedangkan bagian barat terdapat gambaran Manjusri.
Candi Plaosan Lor memiliki dua bangunan candi utama, yang memiliki bentuk sama persis. Masing-
masing dikelilingi oleh candi perwara yang semula berjumlah 174, terdiri atas 58 candi kecil dan 116
bangunan berbentuk stupa : 7 candi berbaris di masing-masing sisi utara dan selatan candi utama,
19 candi berbaris sebelah timur atau belakang kedua candi utama, sedangkan 17 candi berbaris
didepan kedua candi utama.
Menariknya, berbeda dengan Candi yang lain, permukaan teras pada Candi utama
Plaosan sangat halus. Menurut Krom, fungsi dari Candi Plaosan sendiri dulunya sebagai
penyimpanan teks-teks kanonik milik para pendeta Budha.
Bas relief (relief paling bawah dari sebuah candi) dua candi utama mempunyai perbedaan
yang mencolok, candi utama bagian utara menggambarkan perempuan dan candi utama
bagian selatan menggambarkan laki-laki. Konon, gambar relief laki-laki dan perempuan yang
mendekati ukuran sesungguhnya itu melambangkan bentuk kekaguman antara Rakai Pikatan
dan permaisurinya, Pramudyawardani.
Berdasarkan prasasti Cri Kaluhunan (842M) Candi Plaosan dibangun oleh Ratu Sri
Kaluhunan atas dukungan dari Raja. J.G.de Casparis berpendapatan bahwa yang dimaksud
Ratu Sri Kaluhunan disini adalah Pramodyawardani, putri raja Samaratungga dari Wangsa
Syailendra. Sedangkan yang dimaksud dengan Cri (Raja) disini adalah Rakai Pikatan dari
Wangsa Sanjaya. Dalam sejarah kerajaan Mataram Kuno, wangsa Syailendra adalah pengikut
setia agama budha sedangkan wangsa Sanjaya pengikut setia agama hindu. Mereka berdua
menikah, saling mencintai dan masih mempertahankan kesetiaannya pada agama masing-
masing.
Perbedaan agama dan ideologi yang berbeda tidak lalu memisahkan mereka, tetapi justru saling
mendukung dan menguatkan satu dengan yang lain. Rasa cinta mereka tertuang dalam arsitektur
candi Plaosan, candi budha yang mendapatkan nuansa arsitektur hindu. Dua Candi Kembar beserta
relief laki-laki perempuan yang melambangkan kesetiaan itu bahkan ada hingga sekarang. Mungkin
setelah kita mengunjungi Candi Prambanan tidak ada salahnya kita sekalian berwisata ke Candi
Plaosan yang hanya berjarak 2,6km dari Candi Prambanan, menyaksikan sendiri bukti kesetiaan
cinta Rakai Pikatan kepada Permaisurinya walaupun berbeda agama dan ideologi.
Laporan ini menguraikan tentang potensi dan alasasn dari Candi Plaosan di Jakarta. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui latar belakang berdirinya, pengelolaan, dan promosi dari Candi Plaosan itu sendiri, kendala
yang dihadapi dalam pengelolaan Candi Plaosan serta untuk mengetahui kendala dalam promosi Candi
Plaosan. Penulisan ini disajikan dalam bentuk deskriptif untuk memperoleh gambaran informasi
berhubungan dengan Candi Plaosan sebagai wisata sejarah di Jakarta. Metode pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka.
Hasil penelitian menunjukan bahwa latar belakang peninggalan mataram kuno yaitu Candi Plaosan yang
dibangun Rakai Pikatan yang beragama Hindu dan istrinya Pramodyawardhani yang menganut agama
Buddha sebagai pembuktian oleh mereka berdua agar kedua keluarga saling merestui. Setiap obyek wisata
diharapkan memiliki metode 4A terdiri dari aksesibilitas, amenitas, atraksi dan aktifitas. Promosi Candi
Plaosan menggunakan secara lisan, media cetak serta media elektronik sebagai penunjang promosi wisata.
Kendala yang dihadapi Candi Plaosan yaitu sudah rusaknya relief-relief candi dan masih belum dilakukannya
rekonstruksi agar relief dapat terlihat bentuk aslinya kembali. Kesimpulan penelitian ini bahwa Candi Plaosan
sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata sama seperti Prambanan dan
Borobudur karena lokasinya yang berdekatan juga dengan Candi Prambanan serta mudah memiliki
aksesibilitas terjangkau melalui peran pemerintah sebagai pemberi dana operasional dapat
menyelenggarakan event-event untuk menarik pengujung sehingga kendala yang dihadapi dan permasalahan
dalam pengelolaan Candi Plaosan dapat teratasi melalui peningkatan jumlah pengunjung.
(-)

Karena papan petunjuknya relatif kecil, maka bila kurang hati- hati bakal kebablasan. Untuk itu,
sebaiknya sering bertanya pada warga agar mudah menemukannya.

Candi Plaosan, seperti yang tertulis di papan namanya, merupakan Situs Candi Plaosan Undang Undang
RI Nomor 11 Tahun 2010, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan,
Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah .Seluruh areal candi dipagar besi setinggi 1 meter, sehingga
tiap orang bisa memasukinya dengan cara melompati pagar.

Info

Berdasarkan keterangan petugas yang berada di loket penjualan tiket, Candi Plaosan ditemukan
pada tahun 1867. Kendati begitu, baru di tahun 1909 dilakukan penelitian oleh Ijzerman.
Berulangkali dipugar, tapi sepertinya hal tersebut tetap kurang optimal. Terbukti, tumpukan
bebatuan masih terlihat teronggok di berbagai sudut.
Masih menurut petugas yang sama, tentunya ia mengutip literatur yang ada, Candi Plaosan
merupakan sisa peradaban Budha serta Hindu. Yang mana, selain puncaknya terdapat stupa, juga
diperkuat dengan keberadaan candi perwara (pendamping) memiliki bentuk mirip stupa pula. "
Candi ini dibangun di jaman kerajaan Mataram Kuno yang dipimpin Rakai Pikatan," ungkapnya.

Dalam prasasti Cri Kahulunan tahun 842 Masehi, disebutkan bahwa Candi Plaosan Lor dibangun untuk
Ratu Sri Kahulunan yang mendapat support penuh sang suami. Kisah asmara berbeda agama itu rupanya
melekat erat di benak masyarakat sehingga memunculkan mitos tentang langgengnya pasangan yang
mau berkunjung ke Candi Plaosan.

(+-)

Terlepas dari adanya mitos atau tidak, kawasan Candi Plaosan memang memiliki daya pikat
tersendiri. Terlebih lagi saat menjelang matahari terbenam, sinar matahari yang membalut
kawasan candi terlihat sangat indah. Hanya sayang, bebatuan yang teronggok di setiap sudut
cukup mengganggu pemandangan. Sisa peradaban masa lalu itu, harusnya mampu direstorasi
sehingga bakal mengundang wisatawan manca negara.
Candi Plaosan Lor memiliki dua candi induk yang

berderet utara-selatan, masing-masing candi induk, memiliki halaman sendirisendiri

yang dibatasi pagar dengan pintu gerbang. Candi Induk memiliki tiga bilik

dengan dua lantai. Pada masing-masing bilik yang ada pada lantai dasar,

terdapat sebuah lapik arca yang diapit oleh dua arca batu. Selain itu, terdapat

juga relung yang mungkin terdapat arca (Atmosudiro 2001, 55).

PENTING BGT

Sebaliknya, Rakai Pikatan pun tak segan-segan membantu pendirian candi-candi umat Buddha
(Sukamto, Perjumpaan Antarpemeluk Agama di Nusantara, 2015: 146). Bahkan, ia turut
menyumbang pembangunan candi-candhi Buddha tersebut, termasuk di wilayah Plaosan, dekat
Prambanan (kini perbatasan antara Yogyakarta dan Kabupaten Klaten). TIRTO

Anda mungkin juga menyukai