Anda di halaman 1dari 6

CANDI PLAOSAN LOR SEBAGAI OBJEK PARIWISATA YANG BELUM TEREKSPLOR

A. Pengantar
Wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah, merupakan wilayah yang kaya dengan peninggalan masa lampau. Peninggalan tersebut berupa artefak-artefak dan bangunan kuna seperti candi-candi baik Candi Hindu ataupun Candi Budha. Peninggalan Candi yang telah dikenal masyarakat luas bahkan Internasional adalah Candi Prambanan, Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut, Candi Kalasan, dsb. Candi-candi tersebut telah lama menjadi tujuan wisata. Di kompleks candi Prambanan terdapat sebuah candi yang unik dan menarik yakni candi Plaosan. Candi tersebut belum menjadi salah satu tujuan wisata utama para wisatawan. Candi Plaosan terletakdi Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.Candi ini tepatnya berada 1, 5 kilometer arah dari Candi Sewu,atau Candi Prambanan, dan 3 kilometer ke arah utara jalan raya Yogyakarta

Solo.Candi Plaosan Lor berada di dataran rendah yang subur yang memiliki jarak tempuh kurang lebih 25 kilometer ke arah Gunung Merapi yang masih aktif.Candi Plaosan memiliki sejarah yang menarik, dan merupakan sebuah candi perpaduan dua agama yaitu agama Hindu dan Budha. Sebagaimana diketahui bahwa bangunan Candi agama Hindu memiliki ciri khas seperti : berbentuk kuil,hiasan Kala Makara dsb, sedangkan candi Budha memiliki ciri khas berupa Stupa. Perpaduan ciri-ciri kedua agama besar tersebut terdapat dalam bangunan Candi Plaosan Lor. Hal inilah yang sesungguhnya membuat Candi Plaosan Lor menarik untuk dijadikan tujuan utama pariwisata, khususnya wisata budaya.

B. Candi Plaosan Lor dan Keunikannya. Candi Plaosan memiliki sejarah menarik. Saat Candi tersebut dibangun, Raja yang berkuasa ketika itu adalah Sri Maharaja Rakai Pikatan.Ia merupakan raja keenam dalam daftar raja-raja Mataram kuno yang disebut dalam prasasti Mantyasih 907 Masehi, dan memerintah sekitar tahun 847 - 856 Masehi. Rakai Pikatan juga dikenal sebagai pendiri candi Roro Jonggrang, Prambanan , setelah beliau memasuki kehidupan sebagai Cakrawatin,

atau dengan sebutan Jatiningrat. Ketika itu Rakai Pikatan yang beragama Hindhu menikah dengan Pramodhawardhani seorang putri dari raja Samarattungga yang beragama Budha.Pernikahan tersebut merupakan salah satu upaya untuk menghentikan persaingan dan perang antara Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya yang sudah berjalan ratusan tahun. Setelah menikah Rakai Pikatanmembangunkan sebuah candi persembahan untuk istrinya Ratu Pramodhawardhani dan mertuanya Raja Samaratungga. Candi tersebut adalah candi Plaosan yang berlatar belakang agama Budha. Adapun nama Sri Kahulunan yang disebut pula pada prasasti pendek candi Plaosan Lor adalah lbu Suri yang juga berperan dalam pembangunan candi itu secara bernama-sama.Sehingga dapat dikatakan bahwa pembuatan candi ini merupakan simbol bersatunya kedua kerajaan dengan latar belakang dua agama yang berbeda yakni Hindu dan Budha. Candi tersebut merupakan bentuk perwujudan dari kerukunan beragama pada masa itu. Keunikan bangunan candi Plaosan Lor adalah perpaduan relief-rilief hindu seperti Kala Makara dengan bangunan Stupa Budha di kiri dan kanan kompleks Candi Plaosan. Sebagai obyek wisata budaya candi tersebut sangat menarik untukbahan kajian dan untuk dicermati terutama oleh para wisatawan budaya. Sayang sekali potensi tersebut belum menarik wisatawan budaya apalagi wisatawan umum.

C. Pembenahan Sarana dan Prasarana Candi sebagai Obyek Wisata.


Fasilitas objek wisata merupakan salah satu sistem penunjang kenyamanan wisatawan ketika berkunjung. Penataan fasilitas seperti toilet umum dan loket tempat mendaftar (registrasi) belum ditata dengan baik dan masih terlihat dibangun dengan

seadanya.Lingkungan seputar candi Plaosan kondisinya yang jauh dari kesan bersih. Berada dalam kompleks candi, terlihat beberapa artefak yang belum sepenuhnya dipugar. Seperti candi-candi kecil yang ada disekitar kompleks candi yang masih berbentuk tumpukan batu-batu saja. Terlihat pula gedung penyimpanan arca bagian candi terlihat kumuh dan tidak terawat. Kompleks candi ini juga tidak terlihat pagar pembatas yang layak untuk menjaga artefak candi ini. Sehingga dikhawatirkan dapat terjadi pencurian atau pun penggantianillegal artefak candi yang sangat penting dan bernilai sejarah.

Transportasi umum yang dapat digunakan wisatawan dari Candi Prambanan atau Jalan raya Yogya Solo belum tersedia. Sehingga pengunjung yang tidak membawa kendaraan sendiri akan kesulitan m,encapai candi. Kondisi yang kurang terawat, kotor dan kumuh agaknya dapat menurunkan daya pikat wisatawan untuk mau berkunjung kekompleks candi Plaosan Lor saat ini. Untuk itu dikemudian hari hendaklah dilakukan pembenahan yang signifikan. Hal pertama yang akan menjadi perhatian ketika mengunjungi sebuah objek wisata adalah fasilitas umum seperti toilet. Walaupun Nampak sepele, namun keberadaan toilet yang bersih dan nyaman akan besar pengaruhnya terutama bagi seorang wisatawan manca negara. Hal ini seharusnya menjadi prioritas pengelola candi. Ketika pengunjung memasuki area candi terlihat di sudut kiri depan bangunan untuk registrasi tidak dibangun dengan benar, hal ini terlihat ketidaksesuaian antara fasilitas pendukung objek wisata dengan kompleks candi Plaosan yang mengganggu pemandangan area kompleks candi ini. Sehinggaterlihat ketidaksungguhan pemerintah dalam mengelola objek wisata ini. Permasalahan ini pun tidak berhenti, keadaan gudang penyimpanan artefak yang terlihat kumuh dengan beberapa genting yang bocor membuat bangunan ini tidak layak digunakan sebagai gudang penyimpanan untuk arca yang memiliki nilai histori yang tinggi. Walaupun dilindungi oleh undang-undang cagar budaya namun pada kenyataan yang terlihat banyak sekali artefak-artefak yang terbengkalai disana. Seperti halnya pagar pembatas untuk kompleks candi ini. Terdapat kawat pagar untuk pembatas kompleks candi namun beberapa pagar yang sudah tidak layak dapat menjadi kekhawatiran akan terjadinya aktifitas seperti pencurian atau pun penggantian illegal artefak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Dari sekian banyak masalah yang ada dalam objek wisata ini. Masalah yang paling mendasar adalah system pengelolaan candi yang tidak memenuhi standart. Menjadikan pemeliharaan kompleks candi ini tidak berjalan dengan baik. Sehingga muncullah masalahmasalah yang mengurangi minat wisatawan untuk datang ke kompleks candi ini.

D. Penutup
Menghadapi berbagai masalah dalam ssistem pengelolaan candi, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan melakukan pembenahan fasilitas umum seperti toilet, penyediaan kantin dll.Hal kedua minimal yang dapat dilakukan oleh para petugas dan penanggung jawab kompleks candi, adalah dengan menjaga dan merawat kebersihan fasilitas yang ada. Karena bagi seorang pengunjung, toilet merupakan cerminan sebuah budaya masyarakatnya. Sehingga kesan pertama yang paling penting adalah kebersihan sebuah toilet. Dan untuk skala yang lebih besar dibutuhkan bantuan pemerintah, lembaga yang bersangkutan atau masyarakat yang peduli untuk mau melakukan perombakan total fasilitas yang sudah ada. Terutama gudang penyimpanan artefak yang dirasa kurang tepat untuk digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-bendda yang bernilai sejarah tinggi. Pembangunan serta perombakan ini perlu adanya perencanaan yang matang agar tidak terjadi over budgeting ataupun penyelewengan dana yang dapat mengganggu proses pembangunannya. Pembangunan fasilitas ini diharapkan dapat menambah nilai keindahan objek utama pariwisata yang dalam hal ini kompleks Candi Plaosan itu sendiri. Jika dimungkinkan untuk membangun kembali candi-candi kecil yang ada di sekitar agar bisa dipugar dengan tuntas. Sehingga para pengunjung dapat memiliki gambaran bentuk kompleks candi secara utuh. Pengelolaan sistem candi pun harus ditangani oleh tenaga profeional agar mampu meningkatkan nilai pariwisata candi ini dan menambah nilai perekonomian bagi warga sekitar dan juga negara. --------------------------------------------------------------------------------------

DAFTAR PUSTAKA

http://www.indonesia-tourism.com/central-java/klaten/plaosan.html
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1995. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara VI. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.

TUGAS SENI WISATA

Anda mungkin juga menyukai