Anda di halaman 1dari 8

BAGIAN I

A. LATAR BELAKANG
Banten merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di Nusantara yang memiliki peranan
yang cukup tinggi. Hal ini terbukti datangnya kolonial Belanda untuk mendapatkan rempahrempah. Sebagai Kerajaan Islam yang cukup besar, Banten memiliki struktur pemerintahan
yang sudah tertata dengn baik serta tata ruang kota pemerintahan yang sudah tertata dengan
baik. Hal ini dapat dilihat hingga sekarang dari tinggalan arkeologis yang masih tersisa.
Banten merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata yang cukup
banyak, baik itu wisata alam, wista kuliner maupun wisata budaya. sebagai daerah yang kaya
akan potensi wisata yang ada, Banten merupakan salah satu objek daya tarik wisata yang
harus dikembangkan. Salah satu objek wisata yang belum optimal ialah kawasan Banten
Lama. Secara administratif, kawasan Banten Lama terletak di dua wilayah kecamatan, yaitu
Kecamatan Kasemen dan Kecamatan Karangwatu. Luasnya lebih kurang 18,5 kilometer
persegi. Situs ini mencakup makam Sultan Banten dan keluarganya, Masjid Agung Banten,
bekas Keraton Surosowan, Istana Kaibon, Benteng Speelwijk, Taman Air Tasik Ardi, dan
Wihara Avalokitesvara yang merupakan tinggalan arkeologis. Selain objek wisata berupa
tempat wisata, Banten juga memiliki kesenian budaya yang khas yakni debus serta makanan
yang khas yakni sate bandeng serta nasi bakar sumsum. Dengan adanya potensi wisata pada
kawasan Banten Lama ini diperlukan pengelolaan agar terjalin pemanfaatan dan pelestarian
yang seimbang.
B. PERUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan masalah yang diajukan adalah:
1. Apa potensi wisata yang dimiliki kawasan Banten Lama sebagai pendukung
pariwisata?
2. Bagaimana model jenis wisata yang akan diterpakan pada kawasan Banten Lama
sebagai objek pendukung pariwisata menurut masyarakat?
C. TUJUAN
1. Mengetahui manfaat yang dimiliki kawasan Banten Lama untuk revitalisasi
pendukung pariwisata.
2. Menemukan model sistem tata kelola cagar budaya yang berbasis kearifan lokal
masyarakat.
3. Mengetahui model revitalisasi yang dibangun berdasarkan aspirasi masyarakat.
D. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan bagi para pemerintah pusat maupun daerah untuk
merevitalisasi benda cagar budaya sebagai objek pendukung pariwisata. Dengan

adanya penelitian ini, diharapkan adanya upaya dari pemerintah dan masyarakat untuk
melestarikan cagar budaya sesuai dengan nilai-nilai sejarah yang dimiliki.
E. KEGUNAAN
Secara umum kegunaan kegiatan ini adalah:
a. Bagi Mahasiswa:
1. Mahasiswa melaksanakan penelitian sebagai salah satu perwujudan Tri
Dharma Perguruan Tinggi.
2. Mahasiswa dapat menerapakan teori yang diperoleh di bangku kuliah untuk
diterapkan dalam penelitian ini.
b. Bagi Institusi Pengelola Benda Cagar Budaya
1. Mengetahui model Penembangan Revitalisasi Benda Cagar Budaya.
2. Memungkinkan bagi Institusi Pengelola Benda Cagar Budaya untuk
mengembangkan model pengelolaan cagar budaya di tempat lain.
c. Bagi Masyarakat:
1.

Terjalinnya hubungan yang harmonis antara Institusi Pengelola Benda Cagar


Budaya dengan masyarakat umum.

2.

Mengetahui nilai sejarah pada benda cagar budaya.

Bagian II
Sebagai kawasan yang memiliki potensi objek daya tarik wisata maka diperlukan
suatu manajemen wisata budaya. Adapun bentuk manajemen wisata budaya tesebut dapat
berupa tour wisata mengelilingi kawasan Banten Lama. Tour wisata mengelilingi kawasan
Banten Lama ini akan dimulai dari Wihara Avalokitevara. Wihara Avalokiteswara merupakan
tempat beribadah masyarakat Cina pada masa kesultanan Banten. Hubungan antara
kesultanan Banten serta masyarakat Cina yang tinggal di sekitar daerah kesultanan saling
bantu membantu. Pada tempat pertama ini diharapkan pengunjung dapat memahami nilai
toleransi dalam beragama, tolong menolong, serta saling menghargai. Wihara Avalokiteswara
dijadikan menjadi tempat pertama sebagai tour wisata sebab letaknya lebih dekat dari tempat
parkir.
Setelah itu tempat selanjutnya yang dikunjungi ialah Benteng Speelwijk. Benteng
Speelwijk merupakan bekas benteng pertahanan Kesultanan Banten yang dilengkapi dengan
ruang-ruang bawah tanah, gudang mesiu, dan ruang lainnya hingga ditaklukan oleh kolonial
Belanda. Benteng Speelwijk dipilih menjadi tempat kedua yang dikunjungi sebab letaknya
tidak jauh dari vihara. Pada tempat ini diharapkan pengunjung dapat tahu bagaimana sejarah
dari benteng tersebut serta hubungan antara benteng dan wihara. Benteng sebelum jatuh ke
tangan Belanda merupakan tempat keamanan yang digunakan oleh masyarakat Cina juga

termasuk melakukan perdagangan. Pada benteng ini terdapat kanal yang mengelilingi
benteng. Kanal ini akan difungsikan kembali sehingga dapat dipergunakan untuk pengunjung
mengelilingi benteng dengan menggunakan perahu kecil.
Lalu tempat yang ketiga ialah Masjid Agung Banten dan makam Sultan Banten.
Masjid Agung Banten merupakan masjid kuno yang digunakan oleh Sultan Banten dalam
perayaan

hari Besar Islam maupun acara keagamaan lainnya. Pada tempat ketiga ini

diharapkan pengunjung dapat merasakan wisata religi khususnya untuk umat Islam. Selain
berkunjung ke Masjid Agung Banten, para pengunjung juga dapat melakukan ziarah ke
makam sultan Banten untuk berdoa. Selain berkunjung ke masjid, pengunjung juga dapat
menaiki menara Masjid Agung Banten untuk melhat pemandangan dari atas. Dari menara ini
pengunjung dapat melihat bekas tinggalan kasultanan Banten serta pemandangan laut
mengingat lokasi kasultanan Banten tidak jauh dari pantai.
Kemudian tempat yang keempat ialah Keraton Surosowan yang merupakan pusat
pemerintahan kasultanan Banten. Kondisi Keraton Surosowan ini memang sudah tidak utuh
lagi hanya pondasi, kolam, serta pagar yang hingga kini masih bisa kita temui. Pada bagin
tempat in akan diceritakan sejarah mengenai Keraton Surosowan. Bila sudah selesai
berkeliling Keraton, maka pengunjung dapat beristirahat menikmati makanan khas Banten,
yakni sate bandeng dan nasi sumsum bakar.
Lalu tempat yang selanjutnya ialah Istanan Kaibon. Istana Kaibon merupakan bekas
kediaman yang diperuntukan untuk ibu sultan. Pada tempat ini maka akan dijelaskan
sejarahnya serta pengunjung dapat menikmati pertunjukan debus yang merupakan kesenian
khas Banten. Debus merupakan kesenian yang berhubungan dengan tusuk menusuk benda
tajam ke tubuh. Dalam pelaksanaaanya, debus menggunakan musik rebana serta lantunan
ayat suci Al-Quran.
Lalu tempat yang terakhir iakah danau tasikardi. Danau ini merupakan dana buatan
yang dibuat Sultan untuk menampung dan kemudian dialirkan ke Keraton Surosowan. Di
danau ini pengujung dapat menikmati pemandangan danau tasikardi serta hawa sejuknya.
Pada danau tasikardi ini disediakan wahana air berupa bebek-bebekan maupun kapal kecil.
Disini juga pengujung dapat menikmati kuliner pada saung-saung yang disediakan.
Guna memudahkan tour untuk pergi dari satu tempat ke tenpat lainnya maka akan
menggunakan kereta kelinci hingga kembali ke tempt parkir. Pada setiap tempatnya akan
disediakan halte sehingga pengunjung dapat menunggu. Lalu fasilitas umum seperti yoilet
akan disediakan pada beberapa tempat saja mengingat terdapat beberapa tempat yang jarknya
tidak jauh. Fasilitas umum seperti toilet akan disediakan di benteng Speelwijk , Istana

Kaibon, danau Tasikardi serta Masjid Agung Banten. Kemudian untuk tempat oleh-oleh akan
diletakkan di tempat parkir agar pengunjung ketika datang dan pulang dapat membeli oleholeh yang letaknya tidak jauh dari tempat parkir.
Penyajian tour yang kami tawarkan termasuk unik sebab merupakan gabungan dari
berbagai jenis wisata seperti wisata sejarah, wisata kuliner, wisata alam dan wisata religi.
Tentunya hal ini tidak akan membuat pengunjung merasa kecewa karena mereka dapat
menikmati ketiga jenis wisata tersebut dalam satu tour.
Walaupun begitu terdapat beberapa kendala jika tour ini beroperasi. Pertama ialah
masalah pedagang yang susah diatur, padahal sebelumnya sudah di siapkan tempat yakni
dekat dengan parikir tetapi mereka tetep keras kepala untuk berjualan di sekitar lingkungan
Masjid Agung Banten sehingga lingkungan sekitar masjid menjadi kumuh dan tidak teratur.
Lalu permasalahan yang kedua kurangnya kesadaran masyarakat sekitar kawasan Banten
lama untuk menjaga kelestarian situs. Hal ini dapat dilihat pada dirobohkannya pagar untuk
melindungi situs dan menjadikan situs tersebut menjadi tempat berjualan mupun sebagai
lapangan sepak bola. Dan yang terakhir ialah hubungan dengan komunitas masyarakat situs
belum brjalan baik. Hal ni terjadi adanya perbedaan paham mengenai pemanfaatan dan
pelestarian situs. Dalam masyarakat awam maupun komunitas masyarakat tertentu suatu situs
harus diambil sebanyak-banyaknya keuntungannya hingga melupakan bagaimana menjaga
kelestarian situsnya.

Bagian III
Dengan adanya potensi dan beberapa permasalahan pada bahasan yang sebelumnya
maka diperlukan peran serta pemerintah untuk mengatur dalam pengelolaan objek daya tarik
wisata tersebut. Adapun pengelolaan yang dimaksud ialah melibatkan masyarakat sekitar
serta komunitas masyarakat di sana untuk bersama-sama mengelola objek daya tarik wisata
secara optimal. Optimal dalam pengertian di sini ialah menyeimbangkan antara manfaat yang
diperoleh dengan kelestarian situs. Dengan memberikan wawasan mengenai situs tersebut
kepada masyarakat diharapkan dapat membuat masyarakat maupun komunitas sekitar situs
paham. Dengan adanya bekal pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat maupun komunitas
dapat digunakan untuk menjadi sumberdaya dalam menjelaskan sejarah situs pada
pengunjung sehingga menjadi keuntungan juga bagi masyarakat maupun komunitas sekitar
situs. Selain itu dalam pengelolaan situs juga diikutsertakan masyarakat maupun komunitas
sebab bagaimanapun juga mereka yang tinggal di sana dan yang merasakan dampak langsung

dari adanya pengelolaan. Masyarakat maupun komunitas juga dapat diajarkan membuat
souvenir baik itu kaos, gantungan kunci, maupun oleh-oleh makanan. Tentunya mereka juga
yang menjual hasil-hasil produk souvenir yang telah dibuat agar memperoleh keuntungan
juga.
Selain memberi pengetahuan akan pentingnya suatu situs ataupun budaya, salah satu
upaya untuk melindungi situs ialah menjalin koordinasi ataupun kerja sama antara
masyarakat maupun komunitas. Kerja sama tersebut dapat berupa adanya bersama-sama
menjaga situs. Salah satu bentuk nya, yaitu memberikan pagar agar orang yang bukan tinggal
di sekitar situs tidak dapat masuk secara sembarangan. Kemudian untuk kesenian debus akan
memanggil orang-orang yang ahli dala bidangnya. Tujannya agar minat masyarakat Banten
akan kesenian debus dapat meningkat mengingat banyak generasi muda yang tidak mau
belajar kesenian debus.

Bagian IV
Dengan adanya potensi yang dimiliki kawasan Banten Lama maka layak untuk
dikebangkan potensinya. Dengan adanya aspek-aspek budaya seperti adanya nilai tradisonal
yang masih dipertahankan pada makanan khas Banten seperti sate bandeng dan nasi sumsum
bakar yang masih menggunakan daun pisang serta cara memasaknya. Selain itu nilai religi
dan tradisonal yang ada dalam kesenian debus juga masih terus dipertahankan. Kegiatan
debus ini bersifat turun temurun dan hanya diwariskan secara terbatas. Artinya hanya
beberapa orang tertentu saja yang dapat meneruskan kegiatan tersebut. Kegiatan debus
hingga sekarang masih dilakukan karena nilai spiritual yang terkandung pada debus telah
mengakar kuat pada jiwa seseorang yang melakukannya. Kesenian debus lahir pada bada ke17 yakni pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Kegiatan ini bertujuan untuk menguji ketabahan
dan keimanan para prajurit Banten yang dilatih perang. Ujian yang dilakukan yakni dengan
menggunakan alat-alat tajam dan runcing seperti golok, keris, tombak, hingga bambu
runcing. Debus tidak diajarkan melalui lembaga formal melainkan secara informal dan
tradisional karena berlangsung secara alami dan tumbuh di pedesaan tanpa rekayasa, trik,
atau tipuan (Azhari, 2004: 68-69). Debus dapat digolongkan sebagai salah satu upacara
(syaman) yang isi dan pelaksanaannya berkaitan dengan keagamaan berupa agama Islam.
Bahkan debus didukung oleh para ulama karena dalam kegiatannya debus diiringi dengan
dzikir dan alunan musik. Kegiatan kesenian debus ini memiliki makna filosofis keagamaan
berupa apa yang dihantamkan ke tubuh yang terlihat berbahaya namun jarang melukai

mereka merupakan bentuk keimanan yang kuat dan pasrah serta ikhlas kepada Allah SWT
(http://palingindonesia.com/).
Kemudian situs-situs arkeologi tentnya menjadi saksi sejarah bahwa Banten
merupakan kerajaan masa Islam yang maju terbukti dengan adanya pemilihan kolonial
Belanda mendarat di Banten untuk mendapatkan rempah-rempah.unsur-unsur kebuayyan
Islam ini masih melekat hingga sekarang pada masyarakat Banten. Buktinya bahwa
masyarakat sekitar situs masih merayakan perayaan hari besar Islam dengan meriah serta
kebanyakan pengunjung mengunjungi Banten guna berziarah di makam Sultan Banten dan
mengunjungi Masjid Agung Banten.
Masih melekatnya nilai-nilai yang terkandung pada kawasan Banten Lama tentunya
harus dikeloa dengan baik. Adanya pengelolaan yang baik ini harus memperhatikanketentuan
B[ataupun peraturan yang telah ada seperti UU Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010 serta
konsep-konsep tentang perencanaan pariwisata dalam mengelola warisan budaya seperti
dalam tulisannys Walter Jameison. Di dalam tulisannya Walter mengemukakan bahwa untuk
mengelola suatu warisan budaya maka harus mengetahui potensi budaya tersebut serta
mencari nilai penting yang terkandung. Kemudian pada tahap manajemen, Walter
mengatakan bahwa koordinasi dan kerja sama diperlukan sebab merupakan hal penting dalam
mengelola sumberdaya budaya agar tidak terjadi konflik. Setelah itu melakukan pengawasan
terhadap pengelolaan yang dilakukan. Pengawasan ini dilakukan oleh tim ahli dalam
bidangnya seperti Dinas Pariwisata maupun BPCB (Balai Pelestariaan Cagar Budaya)
Serang. Dengan adanya keikutsertaan masyarakat dan komunitas serta pemerintah dalam
mengelola kawasan Banten Lama tentu akan memperoleh keuntungan tanpa melupakan
kelestariannya.

LAMPIRAN FOTO

VIHARA AVALOKITESWARA

BENTENG SPEELWIJK

MASJID AGUNG BANTEN

KERATON SUROSOWAN

SATE BANDENG

NASI SUMSUM BAKAR

ISTANA KAIBON

ATRAKSI DEBUS

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Pustaka:
Azhari. 2004. Tesis: Pemanfaatan Situs Banten Lama Kajian Manajemen Sumberdaya
Budaya. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia.
Badudu, Zain. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Jamieson, Walter. 2015. CULTURAL HERITAGE TOURISM PLANNING AND
DEVELOPMENT: DEFINING THE FIELD AND ITS CHALLENGES.pdf
Sumber Web:
http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/943/debus-banten#.Ume9X3BFCwM
http://palingindonesia.com/debus-tradisi-ekstrim-dari-tanah-banten/

Anda mungkin juga menyukai