Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KUNJUNGAN KE MUSEUM

KERATON NGAYOGYAKARTA
PROGRAM “WAJIB KUNJUNG MUSEUM” SMK NEGERI 1 BANTUL

TAHUN AJARAN 2022/2023

NAMA: SAFIRA BUNGA NAY NENDRA

KELAS: X

JURUSAN KEAHLIAN: PEMASARAN BISNIS DIGITAL


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kunjungan ke Museum Kailasa yang dilaksanakan pada
Kamis,14 Juli 2022

Lewat laporan ini juga kami mengucapkan terima kasih khususnya kepada Bapak Kepala Sekolah
yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk melakukan perjalanan wisata ini, serta kepada
orangtua kami yang telah mengizinkan kami untuk melakukan perjalanan wisata ini, sehingga kegiatan
perjalanan wisata ini dapat berjalan dengan baik. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan
laporan ini masih banyak kekurangan, maka dari itu saran dan kritik yang membangun, sangat kami
harapkan dari pembaca demi menyempurnakan laporan ini.

Harapan kami semoga penyusunan laporan ini dapat diterima dan dimengerti serta bermanfaat
bagi kami khususnya maupun pembaca sekalian.

Yogyakarta, 14 Juli 2022

Penyusun

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ini Telah Disetujui Oleh Guru Pembimbing dan Disahkan Oleh Kepala Sekolah

Pada Tanggal 14 Juli 2022

Panitia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN

Latar belakang

Tujuan

BAB II. PEMBAHASAN

1. Museum KERATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT

1.1 Sejarah singkat keraton Ngayogyakarta Hadiningrat


1.2 sejarah dinasti Mataram

1.3Keterkaitan keberadaan isi museum dengan kehidupan masyarakat zaman sekarang

1.4 salah satu peninggalan di museum Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

1.5 arti dari tugu Yogya yang ada di sebelah timur,barat

BAB III. KESIMPULAN

Kesimpulan

Saran

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Pelaksanaan kunjungan museum merupakan program kegiatan wajib kunjung museum yang diajukan
oleh sekolah kepada Dinas Dikpora. Kunjungan museum ini diikuti oleh seluruh OSIS SMK N 1 Bantul,
yang semuanya terdiri dari kelas X dan OSIS kelas XI. Dipilihnya Museum Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat karena tempat ini adalah tempat yang tepat sebagai objek kegiatan pengamatan bagi siswa
dan siswi karena dapat memberikan pengetahuan mengenai semua informasi yang berkaitan dengan
budaya yang terdapat di dalamnya.

Dipilihnya obyek Museum Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat karena disana sebagai wahana
pelestarian budaya Jawa masa lalu yang luhur yang harus di lestarikan. Hal ini juga sangat penting bagi
para pelajar karena selain berlibur para pelajar juga dapat berwisata dan juga bisa menambah wawasan
dan pengetahuan.

I.2 Tujuan

Untuk sarana pendidikan.

Untuk mengetahui sejarah terbentuknya keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Untuk mengetahui sejarah dinasti Mataram.

Mendapatkan banyak informasi mengenai objek-objek wisata di keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Dan juga sebagai sarana rekreasi siswa

BAB II

PEMBAHASAN
1. MUSEUM KERATON NGAYOGYAKARTA 1.1 Sejarah SINGKAT KERATON NGAYOGYAKARTA

Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat) merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta


Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta. Keraton ini didirikan oleh Sri Sultan
Hamengkubuwana I pada tahun 1755 sebagai Istana/Keraton Yogyakarta yang baru berdiri akibat
perpecahan Mataram Islam dengan adanya Perjanjian Giyanti. Keraton ini adalah pecahan dari Keraton
Surakarta Hadiningrat dari Kesunanan Surakarta (Kerajaan Surakarta). Sehingga dinasti Mataram
diteruskan oleh 2 Kerajaan yakni Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta. Total luas wilayah
keseluruhan keraton yogyakarta mencapai 184 hektar, yakni meliputi seluruh area di dalam benteng
Baluwarti, alun-alun Lor, alun-alun Kidul, gapura Gladak, dan kompleks Masjid Gedhe Yogyakarta.
Sementara luas dari kedhaton (inti keraton) mencapai 13 hektar. Walaupun Kesultanan Yogyakarta
secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1945, kompleks bangunan keraton ini
masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan
tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota
Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik
kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan.
Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik,
memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.[1] Keraton Yogyakarta mulai
didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755.
Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan[2] yang bernama Garjitawati.
Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring -iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan
Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah
mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton
Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang
termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.[3]

Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler
(Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan,
Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan).[4][5] Selain itu
Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-
benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat
lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi
begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Sultan Hamengku Buwono I kemudian mulai pembangunan Keraton Yogyakarta pada 9 Oktober 1755.

Pembangunan keraton dimulai oleh Sultan Hamengku Buwono I, yang juga berperan sebagai
arsiteknya. Selama proses pembangunan yang berlangsung hampir satu tahun, Sultan Hamengku
Buwono I beserta keluarganya tinggal di Pesanggrahan Ambar Ketawang.

Pembangunan keraton dilakukan dengan penuh pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan


pemerintahan, sosial, ekonomi, budaya, maupun tempat tinggal.
1.2 sejarah dinasti Mataram

Wangsa Mataram merupakan dinasti terakhir yang berkuasa di pulau Jawa. Wangsa ini memerintah
negara yang juga memiliki nama yang sama dengan nama keluarga besarnya, Mataram, sebuah negara
yang bermula di daerah bekas reruntuhan kerajaan Mataram Kuno dan meluas hampir menguasai
seluruh tanah Jawa, Madura, dan sebagian daerah di pulau disekitarnya.

Berdasarkan sejarahnya, penguasa Mataram adalah keturunan dari Ki Ageng Sela (Sela adalah
sebuah desa dekat Demak). Salah satu keturunan Ki Ageng Sela yaitu Ki Ageng Enis memiliki putra
bernama Ki Ageng Pamanahan, mereka merupakan perintis dan pendiri wangsa Mataram bersama
tokoh dari Sela lainnya yaitu Ki Juru Martani dan Ki Panjawi.

Para penguasa dari wangsa Mataram umumnya menggunakan gelar-gelar yang diambil dari
beberapa bahasa, utamanya dari bahasa Jawa dan Arab. Di antara gelar-gelar yang mereka sandang,
sunan dan sultan adalah gelar yang paling umum diketahui.

1.3 Keterkaitan keberadaan isi museum dengan kehidupan masyarakat zaman sekarang

akan merespons sembilan nilai pokok "renesaince" Yogyakarta seperti yang diamanatkan Gubernur
DIY Sri Sultan HB X ," kata Ketua Panitia Pagelaran Widihasto Wasana Putra.

Hasto menjelaskan "Sawiji Greget Sengguh Ora Mingkuh" merupakan ajaran moral atau falsafah
Jawa yang mengandung arti konsentrasi, semangat, percaya diri dengan rendah hati dan bertanggung
jawab.

Berlandaskan falsafah itu diharapkan masyarakat mampu merespons dan mengimplementasikan


sembilan nilai pokok renesaince Yogyakarta yang menjadi dasar rencana strategis pembangunan DIY
yang mencakup sektor pendidikan, pariwisata,teknologi, ekonomi, energi, pangan, kesehatan,
keterlindungan warga, dan tata ruang dan lingkungan. "Jika tidak segera direspon maka nilai-nilai itu
akan tinggal teks saja,

" 1.4 aalah satu peninggalan di museum Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

yaitu Museum Lukisan, Museum Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Museum Kereta, dan Museum
Batik. Di samping itu, hampir seluruh bagian kraton digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-
benda budaya bernilai, termasuk replikanya. Di kompleks Pagelaran, misalnya, diperagakan berbagai
pakaian prajurit dan pakaian adat keluarga keraton.

1.5 arti dari tugu Yogya yang ada di sebelah timur,selatan,dan barat

Yaitu:

A. Timur Ingkang Mangayubagya karsa dalem kanjeng Tuwan rasidhen Y. Mullemester.

B. Selatan Wiwara harja manggala praja,Kaling VII sapar alip 1819.

C. Barat Yasan dalem ingkang sinuhun kanjeng sultan Hamengkubuwono Kaping VII.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Kegiatan kunjungan sangat bermanfaat bagi para siswa-siswi khususnya siswa-siswi SMK N 1
Bantul Yogyakarta Dengan adanya kegiatan kunjungan ini siswa dapat menambah ilmu pengetahuan.
Kegiatan kunjungan Menambah pengalaman. Dapat mengembangkan potensi,etika,estetika, dan
pratika. Menumpukkan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.

3.2 Saran

Dengan terselesainya karya tulis ingin mengemukakan beberapa saran yang kiranya berguna bagi
siswa siswi kelas X dan OSIS kelas XI.Adapun sarannya yaitu: Pada waktu melaksanakan kunjungan
hendaknya mencatat hal penting yang ada di objek. Berhati-hati dalam kunjungan karena lokasi
kunjungan adalah museum, jangan sampai merusak barang. mengikuti tata tertib museum.

A.

A. Adalah meja tulis pribadi SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO IX


B.

B. Salah satu sejarah peninggalan SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO XI

C.

C. GRM. DORODJATUN sedang bersiap-siap mengikuti balapan kuda


D.

D. GRM. DORODJATUN mengenakan busana lengkap menjelang upacara supitan.

E.

E. Wayang tokoh raksasa citakso-citraksi dan beberapa binatan sering digunakan untuk
MENDALANG.
F.

F. Sri Sultan HamengkuBowono IX di keraton kasunanan Surakarta hdiningrat

G.

G. Gelas,mangkuk,bel,lampu meja dari gading gajah dan tempat rokok yang di pergunakan Sri
Sultan HamengkuBowono IX di pasanggrahan ngeksigondo kaliurang.
H.

H. Sri Sultan Hamengku Buwono IX membuka pertemuan penegak dan pendega putra dan putri.

I.

I. Gatotkoco merupakan tokoh idola sri sultan Hamengku Buwono IX.


J.

J. SRI SULTAN HAMENG KUBUWONO IX sedang di wawancarai oleh rombongan wisatawan surat
kabar. Pada tanggl 23 juni 1949.

K.

K. Sri sultan H.B IX Salah satu pecinta seni disela kesibukan sebagai seorang raja. Dan ini sebagian
tarian bekas ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono IX .

Anda mungkin juga menyukai