Anda di halaman 1dari 17

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai banyak

berbagai macam kebudayaan, adat istiadat, dan sumber daya alam yang dapat

dijadikan sumber pendapatan utama dengan mengelola sumber daya alam

tersebut dengan baik. Salah satu kekayaan Indonesia adalah dengan adanya

beranekaragam objek wisata dengan ciri yang berbeda-beda, sehingga dapat

menarik wisatawan baik wisatawan asing muapun domestik untuk berkunjung

ke Indonesia dan menikmati objek wisata tersebut. Karena sektor pariwisata ini

sendiri diharapkan menjadi penghasil devisa nomor satu dan sebagai sumber

pendapatan terpenting sehingga pemerintah mengupayakan pengembangan dan

perbaikan di sektor pariwisata dari waktu ke waktu. Dunia pariwisata di

Indonesia sendiri mempunyai peran besar karena merupakan salah satu devisa

utama bagi negara Indonesia. Banyak sekali objek-objek wisata yang tersebar di

seluruh Indonesia mulai dari objek wisata alam, objek wisata sejarah, objek

wisata buatan, dan masih banyak lagi.

Pariwisata di Indonesia mungkin belum begitu maju seperti negara-negara

tetangga namun sekarang ini pemerintah sudah mulai gencar melakukan promosi

kepada dunia mengenai keindahan objek-objek wisata di negara Indonesia.

Objek-objek wisata di Indonesia tersebar di seluruh negeri mulai dari Sabang

sampai Merauke. Karena pada dasarnya setiap kota di negara Indonesia

mempunyai tempat tujuan wisata atau objek wisata. Untuk lebih meningkatkan
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

kualitas objek-objek wisata di Indonesia pemerintah pusat dan pemerintah

daerah mulai melakukan perbaikan-perbaikan dan pengelolaan yang baik di

setiap objek wisata.

Beraneka ragam sorotan pariswisata di Indonesia yang memberikan daya

tarik yang menakjubkan, salah satunya adalah wisata sejarah “Keraton

Ngayogyakarta”. Nama Keraton Kasultanan Yogyakarta, tentu sudah tidak asing

lagi ditelinga kita, kerajaan yang hingga sekarang ini masih eksis ini merupakan

daya tarik pariwisata tersendiri khususnya bagi Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Keraton Yogyakarta ini dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono

I, pada tahun 1756 di wilayah hutan Beringan. Nama hutan tersebut kemudian

diabadikan untuk nama pasar di pusat kota yaitu,yang terkenal dengan nama Pasar

Beringharjo. Sedang istilah Yogyakarta berasal dari kata YOGYA dan KARTA.

Yogya artinya bik dan Karta artinya makmur. Namun pengertian lain menyatakan

bahwa Yogyakarta atau Ngayogyakarta itu berasal dari kata Ayu+Bagya+ Karta (

Ngayu+Bagya+Karta), menjadi Ngayogyakarta.

Keraton Yogyakarta menghadap ke arah utara,dengan halaman depan

berupa lapangan yang disebut alun-alun Lor (Alun-alun Utara), yang pda zaman

dahulu dipergunakan sebagai tempat mengumpulkan rakyat, latihan perang bagi

para prajurit kraton,dan tempat penyelenggaraan upacara adat serta untuk

keperluan lainya. Pada masa sekarang fungsi alun-alun Lor hanya untuk upacara

Garebeg dan perayaan Sekaten. Dibagian tengah alun-alun Lor terdapat dua puhon

beringin yang dikelilingi tembok, yang disebut Beringin Kurung (Waringin

Kurung). Dua pohon beringin yang bersebelahan itu masing-masing mempunyai

nama (Kyai Dewadaru bagian barat) berasal dari Majapahit, dan (Kyai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

Wijayadaru yang bagian timur) yang bibitnya berasal dari Pajajaran. Pusat

wilayah Keraton Yogyakarta luasnya 14.000 meter pesegi, dengan dikelilingi

tembok benteng setinggi 4 meter dan lebar 3,5 meter. Disetiap sudutnya terdapat

penjagaan atau Bastion, untuk melihat/mengawasi keadaan diluar maupun di

dalam Benteng Keraton. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton

Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang

kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik

Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi

sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih

menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan

salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton

merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan,

termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan

gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh

arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan

lapangan serta paviliun yang luas.

Arsitek istana ini adalah SultanHamengkubuwana I, pendiri Kesultanan

Ngayogyakarta Hadiningrat. Keahliannya dalam bidang arsitektur dihargai oleh

ilmuwan berkebangsaan Belanda, Theodoor Gautier Thomas Pigeaud dan Lucien

Adam yang menganggapnya sebagai "arsitek" dari saudara Pakubuwono

IISurakarta. Bangunan pokok dan desain dasar tata ruang dari keraton berikut

desain dasar landscape kota tua Yogyakarta diselesaikan antara tahun 1755-1756.

Bangunan lain di tambahkan kemudian oleh para Sultan Yogyakarta berikutnya.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

Bentuk istana yang tampak sekarang ini sebagian besar merupakan hasil

pemugaran dan restorasi yang dilakukan oleh Sultan Hamengku Buwono VIII

(bertahta tahun 1921-1939).Dahulu bagian utama istana, dari utara keselatan,

dimulai dari Gapura Gladhag di utara sampai di PlengkungNirboyo di selatan.

Bagian-bagian utama keraton Yogyakarta dari utara ke selatan adalah Gapura

Gladag-Pangurakan, Kompleks Alun-alun Lor (Lapangan Utara) dan Mesjid

Gedhe (Masjid Raya Kerajaan), Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil,

Kompleks Kamandhungan, Kompleks Sri Manganti, Kompleks Kedhaton,

Kompleks Kamagangan, Kompleks Kamandhungan Kidul, Kompleks Siti Hinggil

Kidul (sekarang disebut Sasana Hinggil), serta Alun-alun Kidul (Lapangan

Selatan) dan Plengkung Nirbaya yang biasa disebut Plengkung Gadhing.Bagian-

bagian sebelah utara Kedhaton dengan sebelah selatannya boleh dikatakan

simetris. Sebagian besar bagunan di utara Kompleks Kedhaton menghadap arah

utara dan di sebelah selatan Kompleks Kedhaton menghadap ke selatan. Di daerah

Kedhaton sendiri bangunan kebanyakan menghadap timur atau barat. Namun

demikian ada bangunan yang menghadap ke arah yang lain.Selain bagian-bagian

utama yang berporos utara-selatan keraton juga memiliki bagian yang lain. Bagian

tersebut antara lain adalah Kompleks Pracimosono, Kompleks Roto Wijayan,

Kompleks Keraton Kilen, Kompleks Taman Sari, dan Kompleks Istana Putra

Mahkota. Di sekeliling Keraton dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan yang

terdiri dari tembok/dinding Cepuri dan Baluwerti. Di luar dinding tersebut ada

beberapa bangunan yang terkait dengan keraton antara lain Tugu Pal Putih,

Gedhong Krapyak, Ndalem Kepatihan (Istana Perdana Menteri), dan Pasar

Beringharjo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

Secara umum tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi

dengan pasir dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang

ditanami pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok

yang cukup tinggi dan dihubungkan dengan Regol yang biasanya bergaya Semar

Tinandu. Daun pintu terbuat dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka

setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau

Baturono. Pada regol tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang khas.

Bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya arsitektur Jawa

tradisional. Di beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari budaya asing seperti

Portugis, Belanda, bahkan dariCina. Bangunan di setiap kompleks biasanya

berbentuk/berkonstruksi Joglo atau derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka

tanpa dinding disebut dengan Bangsal sedangkan joglo tertutup dinding

dinamakan Gedhong (gedung). Selain itu ada bangunan yang berupa kanopi

beratap bambu dan bertiang bambu yang disebut Tratag. Pada perkembangannya

bangunan ini beratap seng dan bertiang besi. Permukaan atap joglo berupa

trapesium. Bahannya terbuat dari sirap, genting tanah, maupun seng dan biasanya

berwarna merah atau kelabu. Atap tersebut ditopang oleh tiang utama yang di

sebut dengan Soko Guru yang berada di tengah bangunan, serta tiang-tiang

lainnya. Tiang-tiang bangunan biasanya berwarna hijau gelap atau hitam dengan

ornamen berwarna kuning, hijau muda, merah, dan emas maupun yang lain.

Untuk bagian bangunan lainnya yang terbuat dari kayu memiliki warna senada

dengan warna pada tiang. Pada bangunan tertentu (misal Manguntur Tangkil)

memiliki ornamen Putri Mirong, stilasi dari kaligrafi Allah, Muhammad, dan Alif

Lam Mim Ra, di tengah tiangnya. Untuk batu alas tiang, Ompak, berwarna hitam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

dipadu dengan ornamen berwarna emas. Warna putih mendominasi dinding

bangunan maupun dinding pemisah kompleks. Lantai biasanya terbuat dari batu

pualam putih atau dari ubin bermotif. Lantai dibuat lebih tinggi dari halaman

berpasir. Pada bangunan tertentu memiliki lantai utama yang lebih tinggi. Pada

bangunan tertentu dilengkapi dengan batu persegi yang disebut Selo Gilang

tempat menempatkan singgasana Sultan. Tiap-tiap bangunan memiliki kelas

tergantung pada fungsinya termasuk kedekatannya dengan jabatan penggunanya.

Kelas utama misalnya, bangunan yang dipergunakan oleh Sultan dalam kapasitas

jabatannya, memiliki detail ornamen yang lebih rumit dan indah dibandingkan

dengan kelas dibawahnya. Semakin rendah kelas bangunan maka ornamen

semakin sederhana bahkan tidak memiliki ornamen sama sekali. Selain ornamen,

kelas bangunan juga dapat dilihat dari bahan serta bentuk bagian atau keseluruhan

dari bangunan itu sendiri.

Selain memiliki kemegahan bangunan Keraton Yogyakarta juga memiliki

suatu warisan budaya yaitu tradisi yang tak ternilai. Diantarannya adalah upacara-

upacara adat, tari-tarian sakral, dan musik gamelan. Upacara adat yang terkenal

adalah upacara Garebeg, upacara Sekaten dan upacara Siraman Pusaka dan

Labuhan. Upacara yang berasal dari zaman kerajaan ini hingga sekarang terus

dilaksanakan dan merupakan warisan budaya Indonesia yang harus dilindungi dari

klaim pihak asing. Pernah dilakukan renovasi pada beberapa bangunan di

kawasan Keraton Yogyakarta yang mengalami kerusakan akibat gempa beberapa

tahun yang lalu. Kemudian ada pula bangunan yang dialih fungsikan guna untuk

mengembangan potensi objek dan daya tarik wisata Keraton

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

Yogyakarta.(http:/www.yogyes.co/id/yogyakarta-tourism-object/places-of-

interest/keraton-yogyakarta/).

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang diteliti yaitu:

1. Apa saja potensi dan daya tarik wisata Keraton Yogyakarta ?

2. Upaya-upaya pengembangan apa saja yang sudah dilakukan oleh pihak

pengelola untuk meningkatkkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke

Keraton Yogyakarta ?

3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan potensi


objek wisata Keraton Yogyakarta Hadiningrat ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa saja potensi-potensi yang dimiliki oleh Keraton

Yogyakarta sebagai daya tarik wisata.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya pengembangan apa saja yang sudah

dilakukan oleh pihak pengelola dalam usaha mengembangkan objek

wisata Keraton Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui apa saja kendala-kendalayang dihadapi dalam

mengembangkan potensi objek wisata Keraton Yogyakarta Hadiningrat.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengelola Obyek Wisata Keraton Yogyakarta Hadiningrat.

Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah

pengembangan lain yangcommit to user selanjutnya khususnya mengenai


akan diambil
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

potensi wisata Keraton Yogyakarta Hadiningrat sebagai daya tarik wisata

di Yogyakarta.

2. Bagi Umum

Untuk menimbulkan minat mengadakan kunjungan wisata bagi masa yang

akan datang ke obyek wisata Keraton Yogyakarta Hadiningrat.

3. Bagi Penulis

Berguna untuk menambah pengetahuan di bidang pariwisata khususnya

mengenai potensi wisata Keraton Yogyakarta Hadiningrat sebagai daya

tarik wisata Yogyakarta.

E. Kajian Pustaka

1. Pengertian Potensi

Menurut Tim Penyusun KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tahun

2002, Potensi adalah kemampuan, kesanggupan, kekuatan. Menurut Nyoman S.

Pendit dalam bukunya Ilmu Pariwisata pada tahun 2003, Potensi wisata adalah

kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh suatu objek wisata

Potensi di daerah tujuan wisata dipengaruhi adanya 4 pendekatan yang

lebih dikenal dengan istilah 4A antara lain :

a) Atraksi

Atraksi yang merupakan daya tarik wisata dapat digolongkan menjadi:

1) Daya tarik alam

2) Daya tarik budaya

3) Daya tarik buatan manusia

b) Aksesibilitas (kemudahan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Sarana yang memberikan kemudahan mencapai daerah tujuan wisata.

Tempat tersebut mudah dijangkau, sarana yang diperlukan wisatawan mudah

ditemukan, misalnya transportasi ke tempat tujuan, jalan yang akan dilewati

aman dan nyaman.

c) Amenitas

Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti : penginapan, restaurant, hiburan,

transportasi lokal, fasilitas perbankan, fasilitas kesehatan dan lainnya.

d) Aktifitas

Aktifitas adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama di

daerah tujuan wisata. Faktor ini mempengaruhi lama tinggal wisatawan.

2. Pengertian Obyek Wisata

Menurut Chofid Fandeli dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen

Kepariwisataan tahun 1995 obyek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia,

tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat, atau keadaan alam yang

mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.

Menurut Soekardijo dalam bukunya Anatomi Pariwisata tahun 1996 obyek

wisata dapat berupa potensi alam, potensi budaya, dan potensi manusia.

a. Potensi Alam

Yang dimaksud dengan alam disini adalah alam fisik, flora dan fauna.

Ketiga-tiganya selalu berperan bersama-sama dengan modal kebudayaan dan

manusia, maka akan menjadi sebuah obyek wisata.

b. Potensi Budaya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan dalam arti luas tidak

hanya meliputi „kebudayaan tinggi‟ seperti kesenian atau peri kehidupan kraton

dan sebagainya, akan tetapi juga meliputi adat istiadat dan perilaku kebiasaan.

c. Potensi Manusia

Bahwa manusia dapat menjadi atraksi wisata dan menarik kedatangan

wisatawan. Potensi manusia meliputi daya pengelolaan obyek, daya

penampilan hasil karya dan aktifitas.

3. Bentuk-bentuk Pariwisata

Menurut Salah Wahab dalam bukunya Manajemen Kepariwisataan,

pariwisata sebagai suatu gejala dengan beraneka ragam motifasi, terwujud dalam

beberapa bentuk yang diantaranya sebagai berikut :

A. Menurut jumlah orang yang berpergian

1) Pariwisata Individu, yaitu kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh

individu atau satu keluarga.

2) Pariwisata Rombongan, yaitu sekelompok orang yang biasanya terikat

oleh hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan perjalanan secara

bersama-sama. Misalnya sekolah, kub, atau suatu tour yang

diselenggarakan oleh biro perjalanan, dan biasanya didampingi oleh

seorang pemimpin perjalanan (tour leader). Jumlah peserta rombongan

bervariasi tetapi biasanya lebih dari 15 orang.

B. Menurut maksud dan tujuan berpergian

1) Pariwisata Santai atau Rekreasi, maksud berpergian untuk mendapatkan

kesempatan rileks dari kebosanan dan kesibukan kerja selama berada di

tempat rekreasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

2) Pariwisata Budaya, berpergian dengan maksud untuk memperkaya

informasi dan pengetahuan tentang kebudayaan daerah lain dan untuk

memuaskan kebutuhan akan hiburan. Dalam hal ini termasuk juga

kunjungan ke sebuah pameran / workshop, perayaan adat, tempat-tempat

cagar alam dan budaya, dan lain-lain.

3) Pariwisata Kesehatan, yang memuaskan kebutuhan perawatan medis di

daerah lain dengan fasilitas penyembuhan. Misalnya sumber air panas

sampai perawatan khusus dengan metode penyembuhan modern seperti

Singapore Medical Check-up, Pariwisata jenis ini dengan kata lain selain

memenuhi kebutuhan akan perawatan tubuh, peserta juga dapat menikmati

keindahan daerah lain meskipun hanya sightseeing.

4) Pariwisata Olahraga, kegiatan yang memuaskan hobi atau kegiatan oleh

tubuh seperti, mendaki gunung, menyelam ke dasar laut, surfing, berburu,

memancing.

5) Pariwisata Konvensi, pariwisata jenis ini memerlukan tersedianya fasilitas

pertemuan di tempat tujuan yang lengkap dengan restaurant dan rest room.

Biasanya para peserta wisata konvensi akan meminta fasilitas yang lain

seperti tour kecil di dalam kota tujuan untuk mengunjungi obyek wisata

maupun souvenir shop.

6) Pariwisata Religi, maksud berpergian untuk memperkaya ilmu dan

kebutuhan rohani. Seperti mengunjungi pondok-pondok pesantren atau

berziarah ke makam ulama.

C. Menurut letak georgrafis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

1) Pariwisata Domestik Nasional, menunjukan arus wisata yang dilakukan

oleh warga yang terbatas dalam suatu negara tertentu.

2) Pariwisata Regional, yakni kepergian wisatawan terbatas pada beberapa

negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata, misalnya perjalanan

wisata ke negara-negara Eropa Timur.

3) Pariwisata Internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari suatu negara

ke negara lain yang bukan satu wilayah region. (Salah Wahab, 2003 : 6).

D. Strategi Pengembangan Pariwisata

Pengembangan menurut J.S Badudu dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

memberikan definisi pengembangan adalah hal, cara, atau hasil kerja

mengembangkan, sedangkan mengembangkan berarti membuka, memajukan,

menjadikan maju dan bertambah baik. Selain itu pengembangan dapat diartikan

sebagai suatu usaha untuk meningkatan suatu objek/hal agar menjadi lebih baik

dan mempunyai hasil guna bagi kepentingan bersama. Pengembangan pariwisata

dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan hal - hal yang

berkaitan dengan kegiatan perjalanan wisata, tamasya, dan rekreasi agar menjadi

lebih baik dan memberi manfaat bagi publik yang mengkonsumsinya.

Dalam buku Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata karya Oka A. Yoeti

tahun 1997, Tertulis, Berdasarkan UU No. 9 tahun 1990 tentang pokok – pokok

kepariwisataan pasal 2 dinyatakan bahwa penyelenggaraan atau pengembangan

kepariwisataan adalah bertujuan untuk Memperkenalkan, mendayagunakan,

melestarikan, dan meningkatkan mutu objek wisata dan daya tarik wisata.

Kemudian untuk memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan

antar bangsa, memperluas atau meratakan kesempatan berusaha dan lapangan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

kerja. Dapat pula untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Serta untuk mendorong

pendayagunaan produksi nasional.

Dalam buku Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata karya Oka A. Yoeti

tahun 1997, berisi dalam pengembangan pariwisata ada pula beberapa aspek yang

sangat perlu diperhatikan, yaitu wisatawan, transportasi, atraksi/objek wisata,

fasilitas pelayanan, informasi dan promosi.

1. Wisatawan

Harus diketahui karakteristik dari wisatawan, dari negara mana mereka

datang, usia, hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan.

2. Transportasi

Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia

untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju.

3. Atraksi / objek wisata

Bagaimana atraksi dan objek wisata yang akan dijual, apakah memenuhi tig

syarat berikut, apa yang dapat dilihat, apa yang dapat dilakukan dan apa

yang dapat dibeli di ODTW yang dikunjungi.

4. Fasilitas Pelayanan

Fasilitas apa yang tersedia di ODTW tersebut, bagaimana akomodasi

perhotelan yang ada, restoran, pelayanan umum seperti bank / money

changer, kantor pos, telepon di ODTW yang akan dikunjungi wisatawan.

5. Informasi dan Promosi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflet /

brosur harus disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket

wisata agar wisatawan cepat mengambil keputusan.

4. Definisi Heritage

Dalam buku Heritage Management Interpretation Identity Peter Howard

memaknakan heritage sebagai segala sesuatu yang ingin diselamatkan orang,

termasuk budaya material maupun alam. Selama ini warisan budaya lebih

ditujukan pada warisan budaya secara publik, seperti berbagai benda yang

tersimpan di museum. Padahal menurut Howard, tiap orang juga punya latar

belakang kehidupan yang bisa jadi warisan tersendiri.

Merujuk pada Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia yang dideklarasikan di

Ciloto 13 Desember 2003, heritage disepakati sebagai pusaka. Pusaka (heritage)

Indonesia meliputi Pusaka Alam, Pusaka Budaya, dan Pusaka Saujana. Pusaka

Alam adalah bentukan alam yang istimewa. Pusaka Budaya adalah hasil cipta,

rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di tanah air

Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam

interaksinya dengan Budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka

Saujana adalah gabungan Pusaka Alam dan Pusaka Budaya dalam kesatuan ruang

dan waktu. Pusaka Saujana dikenal dengan pemahaman baru yaitu cultural

landscape (saujana budaya), yakni menitikberatkan pada keterkaitan antara

budaya dan alam dan merupakan fenomena kompleks dengan identitas yang

berwujud dan tidak berwujud.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

F. Metode Penelitian

1.Lokasi Penelitian

Lokasi dari obyek wisata Keraton Yogyakarta Hadiningrat terletak di

pusat kota Yogyakarta tepatnya di Jalan Rotowijayan.

2.Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyusun tugas akhir, untuk data yang diperlukan kebenaran maka

disini penulis mengumpulkan data dengan beberapa metode pengumpulan data,

diantaranya :

a. Observasi

Teknik observasi langsung adalah teknik pengumpulan data dimana

peneliti mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-

gejala subjek yang diselidiki. Observasi lapangan ini diadakan dan

dilaksanakan di obyek wisata Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Pengamatan

dilakukan secara langsung oleh penulis. Dalam observasi penulis mengamati

beberapa potensi objek dan daya tarik wisata dan sekaligus menyaksikan

langsung beberapa kegiatan yang ada di dalam Keraton Yogyakarta

Hadiningrat.

b. Studi Pustaka

Untuk mendukung penelitian ini selain menggunakan cara wawancara dan

observasi, dilakukan pula studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan jalan

mengkaji buku-buku, yaitu mengutip bagian-bagian yang kiranya mempunyai

kaitan langsung dengan judul masalah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

c. Wawancara

Selain data yang diperoleh melalui observasi atau data dari buku, penulis

juga melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan

pihak-pihak yang terkait antara lain :

1) GBPHH.H. Prabu Kesumo, SP Pengageng Tepas Pariwisata Keraton

Yogyakarta Hadiningrat.

2) Didik Ryosohutomo, Abdidalem Keraton Yogyakarta Hadiningrat yang

bertugas di kantor informasi.

3) A. Ismurjilah, Guide Keraton Yogyakarta Hadiningrat.

4) Rahmat, Guide Museum Kereta Keraton Yogyakarta Hadiningrat.

5) Wahyudi, Guide Kompleks Taman Sari.

6) Pengunjung atau Wisatawan yang berkunjung ke Kompleks Keraton

Yogyakarta Hadiningrat.

3.Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa data yang telah dikumpulkan menggunakan teknik

analisis data deskriptif kualitas karena data-data yang di dapat berupa data yang

deskriptif yaitu data yang menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek pada

saat sekarang.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini menggunakan sistematika

penulisan laporan sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah penelitian,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode

penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II. Gambaran Umum Kepariwisataan Kota Yogyakarta.

Dalam bab ini membahas tentang sejarah singkat berdirinya Kota

Yogyakarta, gambaran umum Kota Yogyakarta, potensi objek dan daya tarik

wisata kota Yogyakarta.

Bab III. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Masalah.

Dalam bab ini membahas tentang semua hasil yang diperoleh selama

kegiatan penelitian, diantaranya adalah sejarah objek wisata Keraton Yogyakarta

Hadiningrat, potensi dan daya tarik objek wisata Keraton Yogyakarta Hadiningrat,

upaya-upaya yang sudah dilakukan pihak pengelola dalam mengembangkan

potensi objek wisata Keraton Yogyakarta Hadiningrat, dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkan potensi objek wisata Keraton Yogyakarta

Hadiningrat.

Bab IV. Penutup.

Dalam bab ini membahas tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil

penelitian dan pembahasan masalah dan saran-saran untuk mengembangkan

potensi objek wisata Keraton Yogyakarta Hadiningrat.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai