Anda di halaman 1dari 8

MUSEUM VREDEBURG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA

DI YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Nama : Ananda Anggun Salsabila

NIM : 227381

Program Studi : S1 Pariwisata Stipram Yogyakarta

2022

MUSEUM VREDEBURG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI YOGYAKARTA


ABSTRAK
Museum adalah salah satu daya tarik wisata budaya. Artefak, benda warisan budaya atau
peninggalan benda-benda bersejarah yang menjadi koleksi dan bahan pameran dari suatu
museum sering menjadi daya tarik wisata.
Aneka ragam benda budaya yang menjadi koleksi sebuah museum biasanya merupakan milik
berbagai etnik dan berasal dari beberapa daerah. Dalam konteks ini koleksi museum
sesungguhnya mencerminkan pluralisme budaya atau multikultur.
Sesuai dengan judul maklah ini maka permasalahan yang akan dibahas berikut adalah bagaimana
memanfaatkan museum sebagai salah satu daya tarik wisata yang sekaligus juga dapat menjadi
sarana ideologi multikuturalisme. Ideologi multikulturalisme adalah suatu paham atau kesadaran
mengapresiasi dan menghormati adanya perbedaan budaya. Selanjutnya juga diuraikan strategi
untuk mewujudkan ideologi multikulturalisme melalui benda budaya koleksi museum.

ABSTRAK
The museum is one of the attractions of cultural tourism. Artifacts, objects of cultural heritage
or relics of historical objects which are collections and exhibition materials of a museum often
become a tourist attraction.
The various cultural objects that make up the collection of a museum usually belong to various
ethnic groups and come from several regions. In this context the museum collection actually
reflects cultural pluralism or multiculture.
In accordance with the title of this paper, the problem that will be discussed below is how to use
the museum as a tourist attraction which at the same time can also be a means of
multiculturalism ideology. The ideology of multiculturalism is an understanding or awareness of
appreciating and respecting cultural differences. Furthermore, it also describes the strategy for
realizing the ideology of multiculturalism through the museum's collection of cultural objects.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia
yang merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Negara Kadipaten Paku Alaman.
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan berbatasan dengan
Provinsi Jawa Tengah dan Samudra Hindia. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu
Provinsi di Indonesia yang memiliki beragam tempat wisata yang menarik dan banyak
dikunjungi oleh wisatawan.
Provinsi ini memiliki banyak potensi wisata seperti: keanekaragaman budaya, panorama
dan keindahan alam di daerah tujuan wisata dan juga banyaknya museum yang tersebar di
berbagai daerah kabupaten tersebut. Dilihat dari obyek dan daya tarik, wisata alam memiliki
potensi yang sangat bagus untuk dikembangkan dan dapat berperan penting dalam meningkatkan
pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari banyaknya museum yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, ada salah satu
museum yang sangat populer yakni Museum Benteng Vredeburg. Museum Benteng Vredeburg
merupakan salah satu bangunan yang menjadi saksi bisu peristiwa-peristiwa bersejarah yang
terjadi di Yogyakarta semenjak pemerintah kolonial Belanda masuk ke Yogyakarta. Berdirinya
benteng Vredeburg di Yogyakarta tidak lepas dari lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Kraton
Kasultanan Yogyakarta pertama dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755.
Setelah kraton mulai ditempati kemudian dibangun bangunan pendukung lainnya seperti
Pasar Gedhe, Masjid, alun-alun dan bangunan pelengkap lainnya. Kemajuan kraton semakin
pesat sehingga hal ini membawa kekhawatiran bagi pihak Belanda. Oleh karena itu, pihak
Belanda  mengusulkan kepada  Sultan agar diizinkan membangun sebuah benteng di dekat
kraton. Pembangunan benteng tersebut dengan dalih agar Beanda dapat menjaga keamanan
kraton dan sekitarnya, akan tetapi dibalik dalih  tersebut, Belanda mempunyai maksud tersendiri
yaitu untuk memudahkan Belanda dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam
kraton.
Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang
menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat
dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dengan kata lain
bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu
Sultan berbalik menyerang Belanda dan berubah memusuhi Belanda.
Pada tahun 1760 mulai dibangun sebuah bangunan yang digunakan sebagai benteng
kompeni. Bagunan benteng ini masih sangat sederhana, dan pada tahun 1767 oleh gubernur
pantai Utara Jawa di Semarang meminta kepada Sultan agar benteng tersebut dibangun lebih
kuat untuk menjamin keamanan orang-orang Belanda. Berkat izin Sri Sultan Hamengku Buwono
I, pembangunan benteng selesai pada tahun 1787 dan dibawah pimpinan Gubernur Johannes
Sioeberg diresmikan menjadi benteng kompeni dengan nama Rustenburgh yaang artinya “tempat
istirahat”. Benteng Rustenburgh mengalami perkembangan yang cukup pesat, dan pada tahun
1867 di Yogyakarta mengalami gempa bumi sehingga beneng memerlukan perbaikan. Setelah
pemugaran selesai oleh Daendels nama benteng Rustenburgh diubah menjadi
benteng Vredeburg yang artinya “perdamaian”.
Seiring dengan berjalannya waktu, Benteng Vredeburg merekam peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi di kota Yogyakata. Pada masa penguasaan Inggris 1811-1816, benteng ini
dikuasai oleh pemerintah Inggris di bawah penguasaan John Crawfurd atas perintah Gubernur
Jendral Thomas Stamford Raffles. Pada masa penguasaan Inggris, terjadi peristiwa penting di
tempat ini yaitu terjadinya penyerangan serdadu Inggris dan kekuatan-kekuatan pribumi ke
kraton Yogyakarta pada tanggal 18 sampai 20 Juni 1812 yang dikenal dengan peristiwa Geger
Sepoy.
Pada 5 Maret 1942 ketika Jepang menguasai Kota Yogyakarta, benteng ini diambil alih
oleh tentara Jepang. Beberapa bangunan di Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat
tawanan orang Belanda dan orang Indonesia yang melawan Jepang. Benteng Vredeburg
digunakan pula sebagai markas Kempetei dan juga sebagai gudang senjata serta amunisi tentara
Jepang.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Benteng Vredeburg diambialih
oleh instansi militer Republik Indonesia. Namun, ketika terjadi peristiwa Agresi Militer Belanda
II pada 19 Desember 1948, benteng ini dikuasai oleh pasukan Belanda pada tahun 1948 sampai
1949. Belanda menjadikan benteng ini untuk markas tentara IV G (Informatie Voor Geheimen),
yaitu Dinas Rahasia Belanda.
Disamping itu, benteng ini juga digunakan sebagai markas batalyon pasukan dan
penyimpanan perbekalan berbagai peralatan tempur. Oleh karena itu, pada peristiwa Serangan
Umum 1 Maret 1949, pasukan TNI menjadikan benteng ini sebagai salah satu sasaran serangan
untuk dapat menaklukan pasukan Belanda. Pada 29 Juni 1949, setelah mundurnya pasukan
Belanda dari Yoyakarta, maka pengelolaan Benteng Vredeburg dipegang oleh APRI (Angkatan
Perang Republik Indonesia).
Pada tahun 1992 sampai sekarang, berdasarkam SK Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan
No. 0475/0/1992 tanggal 23 November 1992, secara resmi Museum Bneteng Vredeburg menjadi
Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yoyakarta
yang menempati tanah seluas 46.574 m persegi. Kemudian tanggal 5 September 1997, dalam
rangka peningkatan fungsionalisasi museum, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mendapat
limpahan untuk mengelola museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta
berdasarkan SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM. 48/OT. 001/MKP/2003
tanggal 5 Desember 2003.
Sebagai bahan informasi tambahan, Museum Benteng Vredeburg Jogja merupakan
museum perjuangan khusus sejarah nasional bangsa Indonesia. Lokasi ini menjadi  salah satu
tujuan destinasi wisata edukasi yang memuat tentang seni, budaya, dan ilmu pengetahuan tentang
sejarah. Museum Benteng Vredeburg sendiri memiliki fungsi koleksi, rekreasi dan edukasi.
Tidaklah heran bila di dalam kawasan ini kita banyak menemukan patung diorama yang
melambangkan kisah perjuangan bangsa Indonesia pada saat melawan penjajah pada saat waktu
itu.

Museum Benteng Vredeburg dikelola oleh sebuah Badan Pengelola Museum yang secara
struktural bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan
Permuseuman Kementrian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar. Faktor pendorong upaya
pengelolaan Museum Benteng Vredeburg dalam penelitian ini adalah berbagai kekuatan dan
peluang (strengths & opportunities) yang dimiliki dalam pengelolaan Museum Benteng
Vredeburg, sedangkan faktor penghambat upaya pengelolaan ini adalah berbagai kelemahan dan
ancaman (weaknesses & threats) yang dihadapi dalam pengelolaan Museum Benteng Vredeburg
sebagai daya tarik wisata warisan budaya.

Pengelolaan Museum Benteng Vredeburg sebagai daya tarik wisata yaitu strategi
pertahankan dan pelihara atau strategi tidak berubah dimana strategi yang telah dilaksanakan
selama ini agar tetap dipertahankan dan dilanjutkan. Selanjutnya dengan analisis matriks SWOT
menghasilkan strategi alternatif (alternative strategy) pengelolaan Museum Benteng Vredeburg
sebagai daya tarik wisata yaitu berupa berbagai program strategi, seperti : strategi pengembangan
produk wisata, strategi peningkatan keamanan dan memperkuat potensi yang menjadi ciri khas
Museum Benteng Vredeburg, strategi pengembangan sarana dan prasarana pokok maupun sarana
penunjang kepariwisataan di sekitar museum, strategi penetrasi pasar wisata dan promosi
keberadaan Museum Benteng Vredeburg, serta strategi pengembangan sumber daya manusia dan
lembaga pengelola Museum Benteng Vredeburg.

B. RUMUSAN MASALAH
Berkaitan dengan latar belakang yang dipaparkan di atas, penulis memiki beberapa rumusan
masalah untuk membantu menentukan alur dan pembahasan. Beberapa rumusan masalah
diantaranya adalah:
1. Bagaimana cara pengelolaan Museum Benteng Vredeburg sebagai daya tarik wisata saat
ini
2. Faktor-faktor yang menjadi pendorong dan penghambat upaya meningkatkan
pengelolaan Museum Museum Benteng Vredeburg sebagai daya tarik wisata
3. Strategi yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pengelolaan Museum Benteng
Vredeburg sebagai daya tarik wisata warisan budaya supaya berfungsi optimal.
C. BATASAN MASALAH
Batasan ditulis agar pembaca mengetahui bahwa pembahasan masalah dalam artikel ini
seputar tentang “PENGEMBANGAN MUSEUM VREDEBURG SEBAGAI DAYA TARIK
WISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”.

D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Musem Vredeburg.
2. Untuk mengetahui strategi pengembangan Museum Vredeburg.
3. Untuk mengetahui kendala dalam pengembangan Museum Vredeburg.
4. Untuk mengetahui manfaat dari adanya Museum Vredeburg bagi masyarakat sekitar
maupun pendatang.

E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Bagi Penulis
Dengan penelitian ini, akan memberikan wawasan dan pengalaman bagi penulis, dan dapat
menambah banyak pengalaman dalam pengelolaan daya tarik wisata. Ini juga dapat bermanfaat
untuk penulis dalam menambah ilmu pengetahuan dan juga pengembangan diri penulis dibidang
ilmu pariwisata.
2. Manfaat Bagi Pembaca
Dapat memberikan sumbangan informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
sehingga menambah wawasan dan informasi khususnya pengembangan sektor pariwisata dalam
pengembangan wisata alam berbasis museum. Dan juga menambah informasi mengenai daya
tarik wisata Museum Vredeburg yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Manfaaat Bagi Pemerintah
Penulis berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau bahan pertimbangan
buat pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk partisipasinya dalam melestarikan warisan
budaya, dapat dikembangkan sebagai wisata minat khusus dan menjadi destinasi wisata di
Daerah Istimewa Yogyakarta yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan baik domestik
maupun mancanegara.

BAB 2
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Museum Benteng Vredeburg merupakan salah satu bangunan yang menjadi saksi bisu
peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi di Yogyakarta semenjak pemerintah kolonial Belanda
masuk ke Yogyakarta. Berdirinya benteng Vredeburg di Yogyakarta tidak lepas dari lahirnya
Kasultanan Yogyakarta. Oleh karena itu, pihak Belanda mengusulkan kepada Sultan agar
diizinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton.
Seiring dengan berjalannya waktu, Benteng Vredeburg merekam peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi di kota Yogyakata. Pada masa penguasaan Inggris 1811-1816, benteng ini
dikuasai oleh pemerintah Inggris di bawah penguasaan John Crawfurd atas perintah Gubernur
Jendral Thomas Stamford Raffles.Pada 5 Maret 1942 ketika Jepang menguasai Kota
Yogyakarta, benteng ini diambil alih oleh tentara Jepang. Pada 29 Juni 1949, setelah mundurnya
pasukan Belanda dari Yoyakarta, maka pengelolaan Benteng Vredeburg dipegang oleh
APRI . Pada tanggal 23 November 1992, secara resmi Museum Bneteng Vredeburg menjadi
Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yoyakarta
yang menempati tanah seluas 46.574 m persegi.
Museum Benteng Vredeburg Jogja merupakan museum perjuangan khusus sejarah
nasional bangsa Indonesia. Museum Benteng Vredeburg sendiri memiliki fungsi koleksi, rekreasi
dan edukasi.Museum Benteng Vredeburg dikelola oleh sebuah Badan Pengelola Museum yang
secara struktural bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan
Permuseuman Kementrian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar.
Faktor pendorong upaya pengelolaan Museum Benteng Vredeburg dalam penelitian ini
adalah berbagai kekuatan dan peluang yang dimiliki dalam pengelolaan Museum Benteng
Vredeburg, sedangkan faktor penghambat upaya pengelolaan ini adalah berbagai kelemahan dan
ancaman yang dihadapi dalam pengelolaan Museum Benteng Vredeburg sebagai daya tarik
wisata warisan budaya. Pengelolaan Museum Benteng Vredeburg sebagai daya tarik wisata yaitu
strategi pertahankan dan pelihara atau strategi tidak berubah dimana strategi yang telah
dilaksanakan selama ini agar tetap dipertahankan dan dilanjutkan.
B. SARAN
Sarana dan Prasarana menjadi bagian yang harus mendapat perhatian khusus di museum.
Sarana dan Prasarana tersebut bukan menenggelamkan potensi Wisata Museum melainkan
memunculkan nuansa Wisata Museum. Sarana dan Prasarana itu ialah tersedianya Ruang
Pameran, Ruang Parkir, Halaman atau Taman Bermain, Kamar Kecil, Tempat Ibadah, Kantin
dan Toko, Sarana dan Prasarana Transportasi Umum Massal. Di Museum Vredeburg masih
belum menyediakan tempat ibadah seperti mushola sehingga wisatawan belum bisa beribadah di
museum tersebut. Mengingat bahwa sarana dan prasarana sangat penting, maka hal tersebut
setidaknya ada di Museum Vredeburg. Dengan alasan memudahkan wisatawan untuk mengakses
semua aspek sarana dan prasarana di Museum tersebut.

C. DAFTAR PUSTAKA

Hadiyanta, Ign.Eka. 2017. Dinamika Pelestarian Cagar Budaya. Yogyakarta; Ombak.


Handinoto. 2012. Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa pada Masa Kolonial. Surabaya: Graha Ilmu.
Tim Penyusun Dinas Kebudayaan DIY. 2017. Ragam Penanda Zaman: Memaknai
Keberlanjutan Merawat Jejak Peradaban. Sleman: Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Tim Penyusun Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. 2019. Kajian Pemuktahiran Data
Bangunan
Cagar Budaya Kota Yogyakarta. Yogyakarta; CV.Pandhawa Jaya Reswara.
Pengurus Dinas Kebudayaan DIY. (2021, 07 29). https://kebudayaan.jogjakota.go.id/page.
Diambil kembali dari Kebudayaan Jogjakota:
https://kebudayaan.jogjakota.go.id/page/index/bentengvredeburg

Junaid, I. (2017). Museum Dalam Prespektif Pariwisata Dan Pendidikan. Sosialisasi Museum,
12.

Anda mungkin juga menyukai