Anda di halaman 1dari 4

Nama : Krisna Dwi Saputra

Kelas :B

NIM : 21407141057

DESKRIPSI BENTENG VREDEBURG YOGYAKARTA.

Sumber sejarah kebendaan yang dapat menjadi sebagai sumber dalam


merekonstruksi sejarah Jogjakarta adalah salah satunya peninggalan sebuah benteng
yang memiliki nama Benteng Vredeburg. Mengapa benteng Vredeburg?, karena
benteng ini merupakan sumber sejarah yang dapat diulas kesejarahannya dalam sudut
pandang yang banyak. Adapun bilamana seorang sejarawan yang akan merekonstruksi
sejarah melalui benteng Vredeburg salah satunya bisa mendeskripsikannnya dari aspek
model bangunan yang dapat dilihat dari bangunan benteng Vredeburg. Adapun gaya
bangunan yang diterapkan dalam bentuk bangunan benteng tersebut adalah memiliki
ciri khas bergaya indis. Artinya adalah arsitektur Jawa dan bangsa Barat. Dengan aspek
arsitektur bangunan sejarawan dapat menghadirkan sebuah kesimpulan bahwa bangsa
Barat lah yang menjajah Jogjakarta, adapun bangsa Barat tersebut adalah bangsa
Belanda, hal tersebut dapat dilakukan pengkajian kembali dalam merekonstruksi
sejarah Jogjakarta melalui sumber-sumber lain. Namun, kesimpulan tersebut telah
memberikan arti dari sebuah sumber sejarah yang berbentuk kebendaan memiliki nilai
yang dapat digunakan untuk memperdalam relevansi dalam usaha merekonstruksi
sejarah Jogjakarta. Aspek lain yang dapat diketahui dalam deskripsi pembangunan
yang terdapat dalam tubuh bangunan benteng seperti pembangunan yang dimulai pada
tahun 1765-1790, dibangun atas tanah milik Kasultanan Jogjakarta untuk kepentigan
VOC dibawah kepengawasan Nicolaas Harting, Gubernur Pantai Utara Jawa. Dengan
deskripsi itulah seorang sehjarawan yang akan merekntruksi sejarah Jogjakarta bisa
memperoleh informasi sejarah tahun pembangunan benteng Vredeburg yang semula
memiliki nama Rustenburg.1

1
Website resmi Kemdikbud,
http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2015071000001/benteng-vredeburg
Pembangunan benteng tersebut dengan dalih agar Beanda dapat menjaga
keamanan katon dan sektarnya, akan tetapi dibalik dalih tresebut, Belanda mempunyai
maksud tersendiri yaitu untuk memudahkan Belanda dalam mengontrol segala
perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak
tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju
kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng
strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dengan kata lain bahwa berdirinya
benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan
berbalik menyerang Belanda dan berubah memusuhi Belanda.

Benteng Vredeburg merekam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di kota


Yogyakata. Pada masa penguasaan Inggris 1811-1816, benteng ini dikuasai oleh
pemerintah Inggris di bawah penguasaan John Crawfurd atas perintah Gubernur
Jendral Thomas Stamford Raffles. Pada masa penguasaan Inggris, terjadi peristiwa
penting di tempat ini yaitu terjadinya penyerangan serdadu Inggris dan kekuatan-
kekuatan pribumi ke kraton Yogyakarta pada tanggal 18 sampai 20 Juni 1812 yang
dikenal dengan peristiwa Geger Sepoy. Pada 5 Maret 1942 ketika Jepang menguasai
Kota Yogyakarta, benteng ini diambil alih oleh tentara Jepang. Beberapa bangunan di
Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tawanan orang Belanda dan orang
Indonesia yang melawan Jepang. Benteng Vredeburg digunakan pula sebagai markas
Kempetei dan juga sebagai gudang senjata serta amunisi tentara Jepang.

Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Benteng Vredeburg


diambialih oleh instansi militer Republik Indonesia. Namun, ketika terjadi peristiwa
Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948, benteng ini dikuasai oleh pasukan
Belanda pada tahun 1948 sampai 1949. Belanda menjadikan benteng ini untuk markas
tentara IV G (Informatie Voor Geheimen), yaitu Dinas Rahasia Belanda. Disamping
itu, benteng ini juga digunakan sebagai markas batalyon pasukan dan penyimpanan
perbekalan berbagai peralatan tempur. Oleh karena itu, pada peristiwa Serangan Umum
1 Maret 1949, pasukan TNI menjadikan benteng ini sebagai salah satu sasaran
serangan untuk dapat menaklukan pasukan Belanda. Pada 29 Juni 1949, setelah
mundurnya pasukan Belanda dari Yoyakarta, maka pengelolaan Benteng Vredeburg
dipegang oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia).

Pada tahun 1992 sampai sekarang, berdasarkam SK Mendikbud RI Prof. Dr.


Fuad Hasan No. 0475/0/1992 tanggal 23 November 1992, secara resmi Museum
Bneteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama
Museum Benteng Vredeburg Yoyakarta yang menempati tanah seluas 46.574 m
persegi. Kemudian tanggal 5 September 1997, dalam rangka peningkatan
fungsionalisasi museum, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mendapat limpahan
untuk mengelola museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta
berdasarkan SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM. 48/OT.
001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003.

Kini Benteng Vredeburg telah menjadi tempat sebagai fasilitas guna menunjang
pembelajaran sejarah. Koleksi Diorama peristiwa bersejarah sangat membantu guru
atau dosen untuk dapat menjelaskan kepada siswa peristiwa sejarah yang terjadi,
Secara keseluruhan diorama yang di sajikan di Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta menceritakan peristiwa-peristiwa bersejarah di Yogyakarta sejak
meletusnya Perang Diponegoro sampai dengan masa Orde Baru yang di visualkan
dalam bentuk diorama Pencanangan P4 (Pedoman Pelaksanaan Pengamalan Pancasila)
oleh Presiden Soeharto tahun 1974. Adegan tersebut di wujudkan dalam 55 buah
diorama yang di sajikan dalam 4 ruang pameran tetap. Untuk menunjang tugas
pelayanan terhadap masyarakat dan tentunya pelajar, Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung layanan publik.Ruang
pameran temporer menempati gedung D lantai atas dan gedung E lantai atas. Ruangan
ini berpotensi untuk digunakan sebagai tempat pelaksanaan pameran temporer.
Disamping oleh Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, gedung ini sering
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyelenggarakan pameran baik secara individu
maupun kelompok.

Museum benteng vredeburg memiliki koleksi yang beragam seperti koleksi


berupa bangunan yang sangat megah dan telah di pugar dengan indah, diorama
peristiwa sejarah yang menyajikan pameran yang luar biasa. Saat ini diorama yang
berada di ruang diorama I dan II Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, telah
dilengkapi dengan LCD sebagai media interaksi dengan pengunjung. Informasi sejarah
mengenai adegan yang di visualisasikan dalam diorama dapat diakses melalui layar
LCD yang tersedia.

Koleksi yang selanjutnya adalah lukisan yang tidak semata-mata dari segi
keindahannya namun lebih di dominasi dari aspek nilai kesejarahannya. Lukisan
tersebut mampu memberikan cerita (telling story) tentang sebuah peristiwa sejarah dan
nilai luhur kejuangannya. Selanjutnya adalah koleksi berupa maket yakni bentuk
tiruan, terdapat pula peta bernilai sejarah yang dimiliki oleh Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta yang adalah peta interaktif , yakni peta hasil interpretasi dari
sumber atau data literatur. Koleksi yang selanjutnya adalah miniatur, patung-patung
pahlawan, bendabenda realia yang merupakan benda asli (autentik) yang benar-benar
menjadi saksi dan data peristiwa sejarah yang terjadi, benda tersebut berperan langsung
dalam peristiwa tersebut. Koleksi benda replika juga menjadi koleksi Museum 11
Benteng Vredeburg, selain itu terdapat pula koleksi yang mendominasi koleksi
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Dari foto-foto tersebut ada yang dibuat
duratan, yaitu foto yang tembus cahaya yang dalam penyajiannya di belakang gambar
diberi lampu, dengan demikian gambar akan terlihat bagus. Selanjutnya adalah koleksi
film, yang kebanyakan film-film dokumenter baik dalam bentuk kaset VHS,Betamax,
maupun DVD/VCD.

Melihat berbagai fasilitas dan juga koleksi yang di sajikan tentunya Museum
Benteng vredeburg memiliki potensi yang baik untuk senantiasa di gunakan sebagai
media pembelajaran di sekolah. Sehingga museum Benteng Vredeburg dapat
menambah pengetahuan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta.
Menggunakan Museum sebagai media pembelajaran disini tentunya ada berbagai
kendala juga yang dihadapi seperti transportasi dan juga pendanaan. Sehingga disini
guru atau dosen merasa kesulitan untuk dapat mengaplikasikan, namun disisilain guru
dan dosen telah berupaya untuk memberikan metode penugasan bagi pelajar dan
Mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai