Anda di halaman 1dari 7

NAMA : KRISNA DWI SAPUTRA

KELAS :B
NIM : 21407141057

UJIAN TENGAH SEMESTER


METODE SEJARAH
(take home exam)

1. APA MAKSUD SEJARAH DALAM ARTI OBJEKTIF DAN DALAM ARTI SUBJEKTIF?
Penulisan sejarah memiliki dua arti pembagian, yang dimana pembagian tersebut akan
menentukan hasil dari kesimplan sejarah. Pembagian tersebut yakni sejarah dalam arti objektif,
dan sejarah dalam arti subjektif. Keduanya , merupakan pendefinisian sejarah dalam latar
belakang yang berbeda. Dalam kenyataan prinsip seleksi, terlihat bahwa seorang sejarawan tidak
mungkin mampu menceritakan setiap hal atau setiap aspek kehidupan yang yang terjadi di masa
lalu (departemental) dan akan meyebabkan fakta lainnya menjadi terabaikan. Karena faktor
tersebut menyebabkan nilai-nilai individual sejarawan menentukan apa yang dianggap bernilai
dan apa yang dianggap penting. Dimana kesimpulan sejarah akan dipengaruhi oleh unsur-unsur
yang melatari sudut pandang sejarah.
Dengan ini, sejarah dalam arti objektif yakni proses sejarawan yang melibatkan empat
faktor yang menurut Walsh dianggap sebagai faktor utama yang melatar belakangi sudut
pandang sejarawan. Keempat faktor tersebut yaitu; Pertama, Kecenderungan Pribadi
(personal bias) yaitu masalah pribadi yang memiliki latar belakang antara suka dan tidak suka.
Bahwa tiap-tiap sejarawan memiliki kecenderungan pribadi seperti, rasa suka atau tidak suka
terhadap suatu tokoh sejarah atau sebuah peristiwa atau suatu paham tertentu. Kecenderungan
tersebut menimbulkan bias dalam melakukan proses intepretasi. Kedua, Prasangka Kelompok
(Group Prejudice) yaitu anggapan yang berkaitan dengan masuknya seorang sejarawan yang
merupakan bagian dari suatu kelompok atau golongan tertentu, sedangkan pada umumnya
anggapan kelompok telah didukung oleh dengan pertimbangan yang rasional menurut suatu
kelompok yang dimaksud. Hal tersebut akan menyebabkan sulitnya melahirkan karya sejarah
yang objektif karena naskah sejarah yang mengandung anggapan kelompok sering dianggap
sama dengan perimbangan rasional sebagaimana yang terdapat pada suatu kelompok masyarakat
tersebut. Ketiga, Teori-teori yang saling bertentangan atas dasar penafsiran sejarah
(Condiflicting theories of historical interpretion) maksdunya adalah teori-teori yang
berdangkutan dengan faktor sebab akibat yang penting dalam intepretasi sejarah yang memang
banyak variasinya. Banyak teori besar yang dijadikan landasan untuk menafsirkan suatu
peristiwa sejarah. Misalnya, teori Hegel yang lekat dengan pandangan dialektika tesis dan
sintesisnya, adapun teori Karl Marx mendominasi teori-teori yang bersangkutan dengan
perekonomiannya, kemudian teori Russel yang cenderung mengakomodasi pandagan-pandangan
yang bersifat prularis. Teori-teori tersebut akan takan menghasilkan tafsiran sejarah yang
berbeda antar sejarawan yang memiliki pandangan terhadap unsur-unsur teori tersebut. Keempat,
Pandangan filsafat yang berbeda (underlying philosop hitalconficts) yaitu pandangan filsafat
yang merupakan keyakinan moral dan metafisis. Dimana yang pertama berarti penilaian-
penilaian terakhir yang diberikan oleh ahli sejarah kedalam pengertian mereka tentang masa
lampau. Dalam melakukan kegiatan penelitian dan penulisan, tidak jarang para sejarawan
terpengaruh oleh pandangan filsafat yang dipelajarinya. 1
Sedangkan sejarah dalam arti subjektifitas adalah naskah sejarah yang ideal, dengan
mengakui kenyataan akan pentingnya berbagai macam sudut pandang dalam usaha menulis
sebuah naskah sejarah yang tak lain pada pegakuan atas subjektifitas. Objektivitas dalam hal ini
diartikan sebagai usaha untuk mencapai aktualitas; dan kejadian tersebut terlepas dari suati
subjek. Hal-hal yang membuat objektivitas mustahil untuk dicapai karena : (1) seringkali
sejarawan tidak memiliki bukti-bukti yang cukup untuk menulis sejarah yang utuh, (2) sejarah
ditulis oleh sejarawan dengan memakai sudut pandang tertentu, baik itu disengaja maupun tidak
sengaja.2
Sedangkan menurut Drs. Agus Santoso dalam modul 1 konsep dasar sejarah dan sejarah
lisan ia menerangkan unsur subjektif dan objektif sejarah yang sedikit berbeda. Ia menerangkan
bahwa sejarah dipandang dari dua unsur yang disusun atau dibangun oleh penulis yang
merupakan suatu kesatuan, yang mencakup fakta-fakta terangkai untuk menggambarkan suatu
gejala sejarah, baik proses maupun struktur. Sejarah dalam arti objektif menunjuk kepada
kejadian atau peristiwa itu sendiri dan kejadian tersebut tidak dapat diulang atau terulang
kembali. Sedangkan sejarah dalam arti subjektif adalah bila dikatakan bahwa kita perlu belajar
dari sejarah. Maksudnya, kita tidak akan mengulang kembali suatu peristiwa yang pernah kita
alami.3
2. TERANGKAN DUA CONTOH SUMBER SEJARAH KEBENDAAN YANG DAPAT
DIPAKAI UNTUK MEREKONSTRUKSI SEJARAH YOGYAKARTA!
Sumber sejarah kebendaan yang dapat menjadi sebagai sumber dalam merekonstruksi
sejarah Jogjakarta adalah salah satunya peninggalan sebuah benteng yang memiliki nama
Benteng Vredeburg. Mengapa benteng Vredeburg?, karena benteng ini merupakan sumber
sejarah yang dapat diulas kesejarahannya dalam sudut pandang yang banyak. Adapun bilamana
seorang sejarawan yang akan merekonstruksi sejarah melalui benteng Vredeburg salah satunya
bisa mendeskripsikannnya dari aspek model bangunan yang dapat dilihat dari bangunan benteng
Vredeburg. Adapun gaya bangunan yang diterapkan dalam bentuk bangunan benteng tersebut
adalah memiliki ciri khas bergaya indis. Artinya adalah arsitektur Jawa dan bangsa Barat.
Dengan aspek arsitektur bangunan sejarawan dapat menghadirkan sebuah kesimpulan bahwa
bangsa Barat lah yang menjajah Jogjakarta, adapun bangsa Barat tersebut adalah bangsa
Belanda, hal tersebut dapat dilakukan pengkajian kembali dalam merekonstruksi sejarah
Jogjakarta melalui sumber-sumber lain. Namun, kesimpulan tersebut telah memberikan arti dari
sebuah sumber sejarah yang berbentuk kebendaan memiliki nilai yang dapat digunakan untuk
memperdalam relevansi dalam usaha merekonstruksi sejarah Jogjakarta. Aspek lain yang dapat
diketahui dalam deskripsi pembangunan yang terdapat dalam tubuh bangunan benteng seperti
pembangunan yang dimulai pada tahun 1765-1790, dibangun atas tanah milik Kasultanan
1
Heryati S.Pd., M.Hum., Pengantar Ilmu Sejarah, Univ. Muhammadiyah Palembang, 2017, hlm. 113
2
Ibid. hlm. 114-115.
3
Drs. Agus Santoso, Modul 1 Konsep Dasar Sejarah dan Sejrah Lisan, hlm. 1.5
Jogjakarta untuk kepentigan VOC dibawah kepengawasan Nicolaas Harting, Gubernur Pantai
Utara Jawa. Dengan deskripsi itulah seorang sehjarawan yang akan merekntruksi sejarah
Jogjakarta bisa memperoleh informasi sejarah tahun pembangunan benteng Vredeburg yang
semula memiliki nama Rustenburg.4
Kemudian sumber sejarah dalam bentuk benda yang dapat membantu sebagai bukti-bukti
dalam merekonstruksi sejarah Jogjakarta yakni merupakan sebuah makam. Makam merupakan
salah satu sumber sejarah yang berbentuk kebendaan dan dapat dijadikan sebagai bukti serta
informasi yang dapat melengkapi serta memperkuat sumber primer dari sejarah Jogjakarta.
Makam tersebut merupakan makam dari seorang ulama sekaligus bangsawan yang
masyhur menurunkan keturunan yang 80% nya adalah seorang ulama. 5 Tempat yang banyak
diziarahi oleh banyak pengunjung dari berbagai daerah ini merupakan makam dari Kyai Nur
Iman, yang memiliki nama bangsawan atau gelar yakni BPH. Sandiyo. Makam tersebut terletak
di dusun Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Jogjakarta. Adapun konklusi yang dapat
dihubungkan dengan usaha merekonstruksi sejarah Jogjakarta adalah banyaknya sumber serta
keterangan pendukung lainnya. Sejarawan yang ingin merekonstruksi sejarah Jogja disini dapat
secara langsung memeperoleh informasi dari juru kunci makam yang merupakan anak turun dari
Kyai Nur Iman Mlangi atau BPH. Sandiyo yang bernama Habib Ahmad. Selain itu masyarakat
asli Mlangi juga merupakan anak-cucu dari BPH. Sandiyo yang garis keturunanya runtut dan
jelas karena telah terverifikasi oleh pihak Keraton Jogjakarta. Dengan makam tersebutlah
seorang sejarawan yang akan merekonstruksi sejarah Jogjakarta dengan sumber yang valid dan
dari keterangan turun-temurun dari anak-cucu Kyai Nur Iman Mlangi. Kyai Nur Iman Mlangi
sendiri merupakan anak pertama dari generasi terakhir Kesultanan Mataram yang masih berpusat
di Surakarta yakni Amangkurat IV . Kyai Nur Iman Mlangi, merupakan sudara tertua dari tiga
saudaranya yaitu Harya Mangunegara (ayah dari Raden Mas Said), Raja Pakubuwana II, dan
Raja Hamengkubuwana I.
3. JELASKAN DUA CONTOH SUMBER SEJARAH SEKUNDER YANG DAPAT
DIGUNAKAN BILA SAUDARA HENDAK MENELITI SEJARAH INDONESIA PADA
MASA PENDUDUKAN JEPANG!
Sumber sekunder adalah bila sumber atau penulis sumber hanya mendengar peristiwa itu
dari orang lain.6 Mudahnya sumber sekunder adalah sumber yang tidak hidup sezaman dengan
suatu peristiwa sejarah. Adapun sumber sekunder yang bisa dimanfaatkan adalah buku, artikel,
dan seseorang yang pernah mendengar cerita langsung dari pelaku sejarah.
Adapun sumber sejarah sekunder yang akan dijadikan sebagai rujukan atas penelitian
sejarah pendudukan Jepang di Indonesia terdapat banyak sekali macamnya. Akan tetapi, memilih
sumber sejarah sekunder yang kredibel sangat dibutuhkan. Sangat mungkin sekali bilamana
sumber sekunder yang akan digunakan untuk meneliti peristiwa sejarah masa kependudukan
Jepang di Indonesia banyak yang memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi, mengingat masa-
masa kependudukan Jepang masih tak terlalu jauh untuk digali kembali. Contohnya adalah
banyak dari pelaku hidup yang masih bisa menceritakan peristiwa kedatangan Jepang. Dan
4
Website resmi Kemdikbud, http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2015071000001/
benteng-vredeburg
5
Wawancara langsung bersama Habib Ahmad sebagai juru kunci Makam BPH. Sandiyo, 26 Maret 2022, pukul
18:00 WIB.
6
Prof. Dr. Nina Herlina, M. S., Metode Sejarah edisi revisi 2020, Satya Historika, Bandung, 2008. hlm. 26
banyak juga dari para sejarawan yang menuliskannya sebagai narasi sejarah yang lengkap.
Tulisan dari para sejarawan tersebutlah yang akan menjadikan rujukan sekunder sebagai penguat
fakta-fakta sejarah yang ingin dikaji.
Sebut saja sumber sejarah sekunder yang dapat digali dari buku karya Aiko Kurasawa
yang berjudul “Kuasa Jepang Di Jawa”. Buku ini dapat dijadikan sebagai sumber sekunder yang
kredibel mengingat Aiko Kurasawa memiliki perhatian dan ketertarikan terhadap Indonesia
ketika berusia 18 tahun. Buku tersebut merupakan disertasi Aiko Kurasawa dalam memperoleh
gelar Ph.D. di Cornell University Amerika Serikat pada tahun 1988. Yang menarik dari buku
sumber ini adalah meskipun penulis adalah seseorang berkebangsaan Jepang, namun Aiko
Kurasawa menulis buku tersebut dengan pendekatan Indonesia-sentris. Dari sudut bangsa
Indonesialah Aiko Kurasawa menuliskan sejarah kependudukan Jepang di Indonesia, sehingga
Aiko banyak mendapatkan pertentangan oleh pemerintahan dari Jepang. Sebagai penulis, Aiko
menuliskan gambaran secara jelas bangsa Jepang sebagai penjajah di Indonesia, sedangkan bagi
Jepang kehadiran mereka justru membantu Indonesia untuk menyiapkan kemerdekaan.
Seperti yang dikabarkan oleh Fahmi Irhamsyah yang menuliskan Resensi Buku Sejarah
Kuasa Jepang di Jawa (1941-1945) pada laman berita Kompasiana ia menjelaskan bagian-bagian
dari isi buku tersebut. Dengan ini apabila ingin mnejadikan rujukan sebagai sumber sejarah
sekunder kita akan bisa mengetahui bagaimana dan apa saja yang dilakukan oleh Jepang ketika
di Jawa dengan menggunakan sudut pandang bangsa Indonesia. Adapun bagian-bagian tersebut
adalah kita dapat meneliti yakni kebijakan Jepang terhadap desa di Jawa, usaha propaganda dan
mobilisasi penduduk, kemudian terguncangnya masyarakat desa.7
Kedua, buku yang ditulis dengan sudut pandang Indonesia-sentris lagi adalah buah
tangan yang ditulis oleh Nino Oktorino. Buku yang memiliki judul “Di Bawah Matahari Terbit”
ini menggambarakan pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1941-1945, sama dengan Aiko
Kurasawa. Namun, penulis memiliki sudut pandang latar konflik atau peristiwa yang berbeda
dengan buku Sejarah Kuasa Jepang di Jawa (1941-1945). Dalam memperkaya referensi dari
penelitian pendudukan Jepang, umumnya kedua sumber tersebut setidaknya sudah sangat
mencukupi dalam memenuhi data pengkajian sumber. Karena dalam buku yang ditulis oleh Nino
Oktorino ia lebih banyak membahas seputar invasi Jepang, penindasan, hingga perlawanan
bangsa Indonesia terhadap Jepang. Penulis tidak begitu banyak mengulas segi dalam sudut
pandang lain seperti perekonomian masa pendudukan Jepang, atau kondisi masayarakat desa
yang terdampak oleh kedatangan bangsa Jepang di Indonesia.
4. BAGAIMANA CARA UNTUK MENDAPATKAN FAKTA SEJARAH DARI
MASYARAKAT YANG BELUM BANYAK MENGENAL TULISAN?
Menurut Sartono Kartodirjo (1992) ia menjelaskan bahwa fakta sebenarnya telah
merupakan produk dari proses mental (sejarawan) atau memorisasi, oleh karena itu pada
hakikatnya fakta juga bersifat subjektif, menurut unsur dari subjek. Jadi fakta adalah bahan-
bahan yang merupakan bukti atas suatuu peristiwa sejarah dan oleh sejarawan dapat digunakan
untuk menyusun ceritera sejarah melalui kritik sejarah.8
7
https://www.kompasiana.com/fahmi_elbantani/55501685d59373b0048b4569/resensi-buku-sejarah-kuasa-
jepang-di-jawa-19421945
8
MH. Sukarno, Pemahaman Fakta Sejarah Nasional Indonesia pada siswa SMU Ditinjau dari kemampuan Guru
dalam Pembelajaran Dan Pengalaman Mengajar Guru Sejarah, jurnal media.neliti.com,
https://media.neliti.com/media/publications/220996-pemahaman-fakta-sejarah-nasional-indones.pdf, hlm. 5-6
Fakta merupakan hasil konstruksi subjek atau suatu peristiwa, jadi fakta tidak dapat
diubah atau sudah tetap, maka tidak disadari oleh pembicara bahwa fakta adalah hasil
rekonstruksi subjek. Sejarah bukanlah kumpulan fakta-fakta belaka, tetapi telah tersusun sebagai
kesatuan seperti yang direncanakan.9 Namun ada hal yang dipertanyakan bagaimana cara untuk
mendapatkan fakta sejarah dari masyarakat yang belum banyak mengenal tulisan. Disisi lain juga
berbagai dokumen peristiwa sejarah banyak yang merupakan bahan fakta sejarah yang bisa
disebut dengan data. Sebelumnya kita bisa melihat dari penuturan Luis Gottschalk (2008) bahwa
fakta sejarah merupakan elemen yang disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung
oleh sumber sejarah yang bisa dipercaya; untuk memastikan kredibilitasnya, dilakukanlah
validasi melalui metode sejarah.10
Adapun metode yang dapat digunakan dalam mengulik fakta sejarah dari kalangan
masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu dengan memperhatikan beberapa pembagian
yakni fakta sejarah yang dilihat dari bentuknya yaitu Artefak, Fakta Sosial, dan Fakta Mental.
Jika tidak memungkinkan mendapatkan informasi fakta sejarah dari masyarakat maka kita dapat
mengetahui dengan metode seperti yang telah disebutkan yakni yang Pertama, dengan melihat
benda hasil karya manusia. Masyarakat dulu biasanya menggunakan suatu benda pada masa
dahulu yang pada masa kini dapat menjadi sebuah bukti atas terjadinya peristiwa masa lalu. Pada
metode yang menggunakan benda hasil karya manusia ini juga sebagai cerminan atas budaya
yang berkembang pada zaman dahulu pada suatu lingkungan masyarakat. Kita bisa mengenalnya
dengan prasasti, monumen, dan lain sebagainya. Kedua, melihat fakta sejarah dari segi fakta
sosial. Fakta sosial yang dilandasi dengan pandangan akan struktur atau dinamika sosialnya
sangat berpengaruh terhadap hasil kajian terhadap masyarakat yang tidak mengenal tulisan.
Dengan memperhatikan struktur sosial kita bisa mengetahui fakta sejarah melalui cara orang
berpikir dan bertindak. Dalam hal lain, fakta sosial termasuk didalamnya juga yaitu norma-
norma sosial dalam suatu interaksi diantara anggota suatu komunitas. Ketiga, kita bisa melihat
dari segi ideologi yang berkembang ditengah masyarakat, metode tersebut biasa disebut dengan
Fakta Mental. Fakta mental menggambarkan pada zaman dahulu atau peristiwa sejarah yang
sedang terjadi dengan memperhatikan kondisi masyarakat sebagai suatu komunitas manusia yang
membangun kebiasaan sehingga menjadi sebuah tradisi. Tanpa menggunakan bukti-bukti tulisan,
dan dengan memperhatikan tradisi atau kesenian pada suatu masyarakat tersebut fakta sejarah
akan dapat digali secara lebih dalam hubungannya dengan peristiwa sejarah.
5. BAGAIMANA CARA UNTUK MEMASTIKAN KREDIBILITAS FAKTA SEJARAH
DARI ENSIKLOPEDIA YANG TERSEDIA SECARA ONLINE?
Salah satu laman ensiklopedia online yang terkemuka dan banyak menjadi andalan dari
semua orang didunia dalam mencari sumber informasi dasar yaitu Wikipedia. Namun banyak
dari perguruan tinggi mengatur untuk rujukan kutipan ilmiah bagi para mahasiswa agar tidak
menjadikan Wikipedia sebagai bahan rujukan karya ilmiah.
Ensiklopedia online merupakan sumber online yang masih butuh validalitas yang resmi
dan akurat. Adapun dalam buku Metode Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa yang ditulis oleh Dr. Farida Nugrahani, M.Hum menjelaskan bagian-bagian yang harus
dilalui ketika akan memastikan kredibilitas data. Adapun hal tersebut jika dibutuhkan untuk

9
Ibid. hlm. 6
10
Louuis Gottschalk, Mengerti Sejarah; Pengantar Metode Sejarah, UI-Press, 1975, Jakarta, 1975.
mengulas kredibilitas fakta sejarah, maka bagian-bagian tersebut bisa dijadikan sebagai rujukan
untuk mengulas fakta sejarah dalam suatu laman ensiklopedia online. Yang pertama adalah:
a. Kredibilitas Data
Bagaimanapun, ensiklopedia online merupakan sumber sekunder yang sumber datanya
diperlukan data dari sebuah penelitian lain untuk dijadikan sebuah perbandingan. Data penelitian
dikatakan valid apabila sesuai dengan yang diteliti, dan reliabel apabila terdapat secara
meyakinkan pada beberapa sumber atau diuji data diperoleh atau dikumpulkan dengan melalui
beberapa teknik yang berbeda.11
b. Review Informan (Informant Review)
Validalitas data dapat diusahakan melalui informant review. Sebelum data disajikan,
didiskusikan terlebih dahulu dengan informan sebagai sumber datanya. Adapun begitupula
dalam memastikan kredibilitas fakta sejarah dalam ensiklopedia online supaya kita sebagai
penganalisis mencari tahu sumber tulisan, siapakah yang menulis dan dari manakah penulis
tersebut memperoleh sumber data yang informan sajikan pada laman ensiklopedia online.12
c. Kecukupan Referensi
Dalam ensiklopedia online, biasanya penulis meninggalkan referensi yang tertera pada akhir dari
penjelasan lengkap suatu peristiwa sejarah. Adapun referensi tersebut bisa dijadikan sebagai
indikasi atas kredibilitas tulisan yang penulis buat. Semakin banyak referensi yang tertera, dan
kualitas referensi yang tepat (tidak sama-sama menggunakan sumber online), maka kredibilitas
fakta sejarah semakin baik.13

Daftar Pustaka
11
Dr. Farida Nugrahani, M.Hum., Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa, 2014, hlm 113.
12
Ibid. hlm. 118
13
Ibid. hlm. 118
Heryati S.Pd., M.Hum., Pengantar Ilmu Sejarah, Universitas Muhammadiyah
Palembang, 2017.
Drs. Agus Santoso, Modul 1 Konsep Dasar Sejarah dan Sejarah Lisan
Website resmi Kemdikbud,
http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2015071000001/benteng-vredeburg
MH. Sukarno, Pemahaman Fakta Sejarah Nasional Indonesia pada siswa SMU
Ditinjau dari kemampuan Guru dalam Pembelajaran Dan Pengalaman Mengajar Guru
Sejarah, jurnal media.neliti.com, https://media.neliti.com/media/publications/220996-
pemahaman-fakta-sejarah-nasional-indones.pdf
Louuis Gottschalk, Mengerti Sejarah; Pengantar Metode Sejarah, UI-Press, 1975,
Jakarta, 1975.
Dr. Farida Nugrahani, M.Hum., Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian
Pendidikan Bahasa, 2014.

Anda mungkin juga menyukai