Anda di halaman 1dari 97

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) PERINTIS

KECAMATAN JABUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR


PROVINSI LAMPUNG

MODUL SEJARAH INDONESIA KELAS 10

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) PERINTIS ADILUHUR


KECAMATAN JABUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TAHUN AJARAN 2020-2021
2

BAB I
MENELUSURI PERADABAN AWAL DIKEPULAUAN INDONESIA

Topik Bahasan: Sebelum Mengenal Tulisan

A. Arti Sejarah
Kata “sejarah” berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata
“syajaratun” (dibaca” syajarah), yang memiliki arti “pohon
kayu”. Pengertian “pohon kayu” di sini adalah adanya
suatu kejadian, perkembangan atau pertumbuhan
tentang sesuatu hal (peristiwa) dalam suatu
kesinambungan (kontinuitas).

Selain itu ada pula peneliti yang menganggap bahwa arti


Iustrasi Arti Sejarah Sebagai Pohon
kata “syajarah” tidak sama dengan kata “sejarah”, sebab
sejarah bukan hanya bermakna sebagai “pohon
keluarga” atau asal-usul atau silsilah. Walaupun demikian diakui bahwa ada hubungan antara kata
“syajarah” dengan kata “sejarah”, seseorang yang mempelajari sejarah tertentu berkaitan dengan
cerita, silsilah, riwayat dan asal-usul tentang seseorang atau kejadian. Dengan demikian
pengertian “sejarah” yang dipahami sekarang ini dari alih bahasa Inggeris yakni “history”, yang
bersumber dari bahasa Yunani Kuno “historia” (dibaca “istoria”) yang berarti “belajar dengan cara
bertanya-tanya”. Kata “historia” ini diartikan sebagai pertelaan mengenai gejala-gejala (terutama
hal ikhwal manusia) dalam urutan kronologis

Setelah menelusuri arti “sejarah” yang dikaitkan dengan arti kata “syajarah” dan dihubungkan
dengan pula dengan kata “history”, bersumber dari kata “historia” (bahasa Yunani Kuno) dapat
disimpulkan bahwa arti kata sejarah sendiri sekarang ini mempunyai makna sebagai cerita, atau
kejadian yang benarbenar telah terjadi pada masa lalu. Namun yang jelas kata kuncinya bahwa
sejarah merupakan suatu penggambaran ataupun rekonstruksi peristiwa, kisah, mapun cerita, yang
benar-benar telah terjadi pada masa lalu.
3

Adapun Arti Sejarah sebagai ilmu berdasarkan pendapat para ahli sebagai berikut:
1. Herodotus
Herodotus dijuluki sebagai “bapak sejarah” mendefinisikan sejarah sebagai suatu kajian
yang menceritakan perputaran jatuh bangunnya seseorang, tokoh, atau peradaban dunia.
2. Moh. Yamin
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun hasil penyelidikan beberapa peristiwa
yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.
3. Ibnu Khaldun
Sejarah adalah catatan tentang masyarakat umum mnausia atau peradaban manusia yang
terjadi pada watak atau sifat masyarakat itu.
4. Patrick Gardiner
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia

B. Sejarah Sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu Dan Seni


1. Sejarah Sebagai Peristiwa
Pengertian sejarah sebagai peristiwa, sebenarnya memiliki makna yang sangat luas dan
beraneka ragam. Keluasan dan keanekaragaman tersebut sama dengan luasnya dan
kompleksitas kehidupan manusia. Beberapa aspek kehidupan kita seperti aspek sosial,
budaya, ekonomi, pendidikan, politik, kesehatan, agama, keamanan, dan sebagainya
semuanya terjalin dalam peristiwa sejarah. Dengan demikianm sangat wajar jika untuk
memudahkan pemahaman kita tentang para ahli sejarah mengelompokkan lagi atas
beberapa tema. Pembagian sejarah yang demikian itulah yang disebut pembagian sejarah
secara tematis, seperti: sejarah politik, sejarah kebudayaan, sejarah perekonomian, sejarah
agama, sejarah pendidikan, sejarah kesehatan, dan sebagainya. Dapat diartikan bahwa
sejarah merupakan fakta, kejadian dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa
lampau. Kejadian masa lampau tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dan
merekonstruksi kehidupan masa tersebut.

2. Sejarah Sebagai Kisah


Sejarah sebagai kisah; bahwa sejarah itu pada hakikatnya merupakan hasil rekonstruksi
sejarawan terhadap sejarah sebagai peristiwa berdasarkan fakta-fakta sejarah yang
dimilikinya. Dengan demikian di dalamnya terdapat pula penafsiran sejarawan terhadap
makna suatu peristiwa. Perlu diketahui bahwa buku-buku sejarah yang kita baca, baik buku
4

pelajaran di sekolah, karya ilmiah di perguruan tinggi, maupun bukubuku sejarah lainnya,
pada hakekatnya merupakan bentuk-bentuk konkrit sejarah sebagai peristiwa. Dengan
demikian kisah sejarah adalah kejadian masa lalu yang diungkapkan kembali berdasarkan
penafsiran dan interpretasi yang dapat dipertanggung jawabkan.

3. Sejarah Sebagai Ilmu


Sejarah sebagai ilmu adalah merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara
sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran mengenai
peristiwa masa lampau.  Sejarah sebagai suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang
telah dialami manusia di waktu lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu
sekarang, di mana tekanan perhatian terutama diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri,
dalam hal ini terutama yang bersifat khusus dan segi-segi urutan perkembangannya, yang
kemudian disusun dalam suatu cerita sejarah. Sebagai suatu studi yang berusaha untuk
mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah dialami (diucapkan, dipikirkan,
dan dilaksanakan) oleh manusia di masa lampau yang bukti-buktinya masih bisa
ditelusuri/diketemukan masa sekarang.

Sejarah sebagai ilmu harus memiliki objek yakni kejadian manusia dimasa lalu, metode
tersendiri, dan pokok permasalahan. Metode khas sejarawan untuk merekonstruksi secara
kritis, analitis,imajinatif masa lampau manusia berdasarkan data, peninggalan, bukti tulisan,
rekaman. Di dalam metodologi penulisan sebuah sejarah menggunakan berbagai tahapan.
Tahapan penulisan sejarah yaitu mengumpulkan sumber (heuristic), menyeleksi sumber
(verifikasi/kritik), penafsiran sumber (interpretasi) dan penulisan peristiwa sejarah
(Historiografi).

4. Sejarah Sebagai Seni


Sejarah bisa diajarkan melalui seni yang menarik untuk dipelajari. Penulisan sejarah sebagai
seni menjadi petunjuk moral bagi pembacanya karena sejarawan harus memiliki seni
tersendiri dalam menyampaikan kisah-kisah sejarah bagi pembacanya. Sejarah apabila
diceritakan begitu saja akan terasa hambar. Seorang sejarahwan yang baik akan mampu
membawa orang yang membaca sejarah seolah-olah melihat, mendengar, dan merasa
secara langsung ketika membaca atau mendengarkan peristiwa sejarah. Seorang sejarawan
yang tidak memiliki cita rasa seni, membuat tulisannya terkesan membosankan dan tidak
5

menarik. Pada zaman dahulu sejarah termasuk dalam ilmu sastra yang sangat erat
kaitannya dengan seni
C. Ciri-Ciri Peristiwa Sejarah
Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik dan
penting.
1. Sejarah adalah Abadi
Peristiwa yang abadi karena perisriwa tersebut tidak berubah-ubah dan tetap dikenang
sepanjang masa.
2. Sejarah adalah unik
Peristiwa yang unik karena hanya terjadi satu kali, dan tidak pernah terulang persis untuk
kedua kalinya
3. Sejarah adalah penting
Peristiwa yang penting karena peristiwa sejarah merupakan peritiwa yang penting dan dapat
dijadikan momentum karena mempunyai arti dalam kehidupan orang banyak

D. Corak Penulisan Sejarah dibedakan menjadi dua yaitu:


1. Penulisan Sejarah Umum:
Menguraikan perkembangan sejarah dari suatu bangsa atau suatu wilayah dan lokalitas dari
zaman ke zaman . seperti Contoh: Sejarah Indonesia, Sejarah Eropa, Sejarah Afrika atau
Jakarta di abad 20 dll. Dalam hal ini bahwa Sejarah negara-negara tersebut dapat diurutkan
berdasarkan zaman ke zaman yang memiliki karakteristik berbeda dari zaman sebelumnya.

2. Penulisan Sejarah Khusus atau Sejarah Tematis :


Menguraikan perkembangan sejarah hanya berdasarkan pada peristiwa tertentu saja atau
satu peristiwa penting. Corak penulisan sejarah seperti ini umpamanya ialah “Budaya Kuliner
Zaman Kolonial”, “Reformasi Agraria di Awal Abad Ke-20”, “Pertempuran Lima Hari di
Semarang” dan sebagainya.

Dengan kata lain, judul-judul ini hanya tertarik pada aspek tertentu atau peristiwa tertentu
saja; kuliner, gerakan keagamaan, dan pertempuran yang terjadi pada tempat dan waktu
tertentu. Bila kita ingin mempelajari sejarah ekonomi maka perlu kita membaca buku karya
Anne Booth. Ini yang dimaksud dengan pendekatan tematik integratif, Sartono Kartodirdjo
menyebutnya dengan (multidimensional approach), pendapat Kuntowijoyo sejalan dengan
hal itu. Pendekatan sejarah secara tematik integratif berarti mendeskripsikan suatu peristiwa
6

sejarah terkait dengan konteks kekinian, dengan tidak meninggalkan prinsip-prinsip ilmu
sejarah (kronologis). Untuk lebih mudahnya dalam menjelaskan sebuah peristiwa sejarah
diharapkan unsur-unsur ekonomi, sosial, seni, teknologi dapat masuk dalam penjelasannya,
untuk lebih lanjut dapat dibaca dalam buku Metodologi Sejarah. Contoh : Pertempuran lima
hari di Semarang, Pertempuran Surabaya dll.

E. Arti Praaksara
Penggunaan istilah prasejarah untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan manusia saat
belum mengenal tulisan kurang tepat. Pra artinya sebelum, dan sejarah artinya peristiwa yang
terjadi pada masa lalu yang berhubungan dengan aktivitas dan perilaku manusia. Dalam
kesepakatan para ahli kata kata prasejarah kurang tepat karena meskipun manusia belum
mengenal tulisan tetapi manusia sudah menghasilkan sejarah dan kebudayaan maka dari itu istilah
praaksara digantikan dengan istilah “Praaksara”, pra berarti sebelum dan “aksara” berarti tulisan
yang digabungkan menjadi masa kehidupan manusia sebelum menganal tulisan.Istilah praaksara
mirip dengan istilah “ nirleka”, yakni “Nir” artinya tanpa, dan “leka” artinya tulisan. Masa Praaksara
atau prasejarah merupakan kurun waktu (zaman) pada saat manusia belum menganal tulisan atau
huruf.

Praaksara disebut juga zaman nirleka, yaitu zaman tidak ada tulisan. Setelah manusia mengenal
tulisan maka disebut zaman sejarah. Berakhirnya zaman prasejarah setiap bangsa berbedabeda
berdasarkan perkembangan setiap bangsa tersebut serta informasi yang masuk ke bangsa itu.
Adapun ciri-ciri zaman Praaksara sebagai berikut:
1. Orang yang hidupan di masa ini sangat ketergantungan dengan alam.
2. Mendapatkan sumber makakannya dengan cara berburu dan mengambil bahan makanan
masih secara sederhana.
3. Belum dapat berfikir dan melakukan sesuatu secara kompleks.
4. Masih mempunyai cara berpikir yang terlalu sederhana.
5. Menggunakan peralatng yang terbuat dari batu.
6. Memiliki tempat tinggal yang tidak jauh dari sumber mata air, seperti sungai, danau dan
pantai.
7. Gua dan bawah tanah dijadikan sebagai tempat tinggal.
7

Tugas Individu

1. Mengapa istilah praaksara lebih tepat dibandingkan istilah prasejarah untuk


menggambarkan kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan?
2. Jelaskan konsep prasejarah dan praaksara!
3. Jelaskan tentang keterkaitan sejarah dengan ilmu-ilmu lain dalam memahami zaman
praaksara!
4. Jika dilihat dari corak penulisan sejarah, maka sejarah Peperangan Pangeran Diponegoro
termasuk kedalam corak penulisan sejarah? Jelaskan!
5. Siapakah nama tokoh yang disebut Bapak Sejarah Dunia?
8

Topik Bahasan: Terbentuknya Kepulauan Indonesia

A. Teori Pembentukan Bumi


1. Teori Big Bang (Dentuman Besar)
Ilmuwan besar Inggris yang bernama
Stephen Hawking menyatakan bahwa alam Ilustrasi Peristiwa Pembentukan Bumi
semesta bermula dari gumpalan gas yang
mengisi seluruh jagat raya kemudian mengembang dan meledak , ledakan dahsyat itu
menimbulkan gelembung-gelembung alam semesta yang menyebar dan menggembung
keseluruh penjuru dunia sehingga membentuk galaksi, pelanet, matahari, bintang, bumi,
bulan dan meteorit.

2. Teori George Louis Leclerc


Pada tahun 1778 ilmuan Perancis ,Georges Louis Leclerc dan Comte de Buffon,
mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan matahari dengan sebuah komet yang
menyebabkan sebagian masa matahari terpental keluar. Masa yang terpental inilah yang
menjadi pelanet.

3. Teori Tidal
Pada tahun 1918 ilmuan Inggris James Jeans dan Harold Jeffreys mengemukakan bahwa
bintang melintas didekat matahari sehingga sebagian masa matahari tertarik keluar
sehingga berbentuk semacam cerutu, dan bagian inilah yang mnegalami endinginan dan
membentuk planet-planet.

4. Teori Planetisimal Hypothesis


Di kemukakan oleh, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi Amerika bersama
rekannya T.C Chamberlain, seorang ahli geologi, yang mengatakan matahari terdiri dari
massa gas bermassa besar sekali, pada suatu saat didekati oleh sebuah bintang lain yang
melintas dengan kecepatan tinggi di dekat matahari. Pada waktu bintang melintas di dekat
matahari dan jarak keduanya relatif dekat, maka sebagian massa gas matahari ada yang
tertarik ke luar akibat adanya gravitasi dari bintang yang melintas tersebut. Sebagian dari
massa gas yang tertarik ke luar ada yang pada lintasan bintang dan sebagian lagi ada yang
9

berputar mengelilingi matahari karena gravitasi matahari. Setelah bintang melintas berlalu,
massa gas yang berputar mengelilingi matahari menjadi dingin dan terbentuklah cincin yang
lama-kelamaan menjadi padat dan disebut planetisimal. Beberapa planetisimal yang
terbentuk akan saling tarik - menarik dan bergabung menjadi satu dan pada akhirnya
membentuk planet, termasuk Bumi.

5. Teori Weizsäcker
Pada tahun 1940, Carl Friedrich von Weizsäcker, seorang ahli
astronomi Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas matahari yang
dikelilingi oleh massa kabut gas. Sebagian besar massa kabut gas ini terdiri atas unsur
ringan, yaitu hidrogen dan helium. Karena panas matahari yang sangat tinggi, maka unsur
ringan tersebut menguap ke angkasa tata surya, sedangkan unsur yang lebih berat
tertinggal dan menggumpal. ini akan menarik unsur - unsur lain yang ada di angkasa tata
surya dan selanjutnya berevolusi membentuk planet - planet, termasuk Bumi.

6. Teori Kuiper
Gerald P. Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar berbentuk piringan
cakram. Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa gas yang berputar
mengelilingi protomatahari adalah protoplanet. Dalam teorinya, dia juga memasukkan unsur
- unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Pusat piringan yang merupakan protomatahari
menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet menjadi dingin. Unsur ringan tersebut
menguap dan mulai menggumpal menjadi planet - planet.

7. Teori Whipple
Fred L. Whipple, seorang ahli astronom Amerika mengemukakan pada mulanya tata surya
terdiri dari gas dan kabut debu aneh yang mengandung nitrogen yang sedikit kosmis yang
berotasi membentuk semacam piringan. Debu dan gas yang berotasi menyebabkan
terjadinya pemekatan massa dan akhirnya menggumpal menjadi padat, sedangkan
kabutnya hilang menguap ke angkasa. Gumpalan yang padat saling bertabrakan dan
kemudian membentuk planet – planet

8. Teori Laplace
Pada tahun 1796 ilmuan Perancis Pieree Simon Marquis de Laplace mengemukakan bumi
terbentuk dari gugusan gas panas yang berputar pada sumbunya, kemudian terbentuk
10

cincin-cincin, sebagian cincin itu terlempar keluar dan berputar sehingga mengalami
pendinginan dan terbentuklah gumpalan-gumpalan yang berahir menjadi pelanet.

B. Proses Evolusi Bumi


Periodisasi
Periodisasi adalah pembabakan zaman dalam
lintasan sejarah yang didasarkan pada kondisi bumi
dan hasil peradaban umat manusia di muka buminya.
Pembabakan waktu dapat dibagi menjadi :

1. Azoikum /arkaezoikum
Zaman arkaekum diperkirakan telah berusia
Ilustrasi Periodesasi Evolusi Bumi
2500 juta tahun. Zaman arkaekum memiliki
ciri-ciri kulit bumi yang masih panas dan belum stabil, hal ini karena masih memiliki
temperatur yang sangat tinggi. Pada zaman arkaekum diperkirakan belum adanya tanda-
tanda kehidupan. Bumi masih dalam suatu proses pembentukan menjadi padat.

2. Paleozoikum
Zaman paleozoikum diperkirakan telah berusia 340 juta tahun. Pada zaman paleozoikum,
bumi masih belum stabil serta masih terus menerus berubah-ubah (bumi perlahan
berangsur-angsur menjadi dingin), namun sudah mulai adanya tanda-tanda kehidupan.
Tanda-tanda kehidupan yaitu adanya makhluk hidup bersel satu atau mikroorganisme. Pada
akhir zaman paleozoikm telah muncul berbagai jenis reptil sederhana seperti kura-kura.
Tumbuhan yang muncul adalah jenis paku-pakuan. Zaman paleozoikum juga disebut zaman
primer atau zaman pertama

3. Mesozoikum
Zaman mesozoikum diperkirakan berusia sekitar 140 juta tahun dan disebut juga sebagai
zaman sekunder atau zaman kedua. Zaman mesozoikum mulai ditandai dengan
terbentuknya cekungan laut atau geosinklinal yang terisi oleh endapan yang tebal serta
meluasnya tumbuhan berjenis paku-pakuan. Pada zaman mesozoikum, iklim semakin
membaik, walaupun suhu terkadang masih berubah-ubah, curah hujan sudah mulai
berkurang, sungai besar dan danau banyak yang mengalami kekeringan, muncul pohon-
pohon besar dan hewan yang banyak hidup di darat. Munculnya reptil yang sangat besar
11

seperti dinosaurus (12 meter), tiranosaurus (30 meter), serta ada pula yang memiliki sayap
dan mampu terbang. Oleh karena itu, zaman mesozoikum disebut juga sebagai zaman
reptil. Pada akhir dari zaman mesozoikum, hewan berjenis mamalia sudah ada

4. Neozoikum
Zaman neozoikum diperkirakan berusia sekitar 60 juta tahun. Pada zaman neozoikum,
keadaan bumi sudah semakin membaik serta perubahan cuaca yang tidak begitu besar. Hal
ini dapat membuat makhluk hidup untuk berkembang lebih pesat. Zaman neozoikum
dibedakan menjadi 2 zaman, yaitu zaman tersier serta zaman kuarter.
a. Zaman Tersier
Zaman tersier sudah ditandai dengan munculnya tenaga endogen yang dahsyat yang
dapat melipat dan mematahkan lapisan kulit bumi. Oleh karena akibat tenaga endogen
tersebut, mengakibatkan terbentuk suatu rangkaian pegunungan besar di seluruh dunia.
Zaman tersier dibagi menjadi beberapa masa, yaitu zaman paleosen, eosen, oligosen,
miosen, dan pliosen. Zaman ini sudah berkembang binatang-binatang yang menyusui,
reptil-reptil raksasa lambat laun telah lenyap.
b. Zaman kuarter
Zaman kuarter diperkirakan sejak 600.000 tahun yang lalu. Zaman kuarter ini kemudian
dibagi menjadi 2 lagi, yaitu kala pleistosen dan kala holosen.
1. Kala pleistosen (Zaman diluvium)
Kala pleistosen telah berlangsung 600.000 tahun yang lalu. Kala pleistosen sudah
adanya manusia purba. Pada kala pleistosen, keadaan alam masih liar dan labil. Hal
tersebut disebabkan karena silih bergantinya 2 zaman, yaitu zaman glasial dan
interglasial.
2. Kala holosen (Zaman aluvium)
Kala holosen telah berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada kala holosen
telah muncul spesies Homo sapiens. Adanya sebuah perkembangan global telah
banyak memengaruhi perkembangan fisik alam Indonesia. Ketika lapisan es yang
terdapat di kutub utara mencair, wilayah Indonesia barat masih menyatu dengan
Benua Asia serta wilayah Indonesia timur masih menyatu dengan benua Australia.
Pada waktu suhu bumi mulai memanas serta lapisan es yang terdapat di kutub utara
mulai mencair, terbentuklah lautan yang terdapat di berbagai wilayah Indonesia serta
memunculkan banyak pulau. Wilayah yang sebelumnya mnyatu dengan benua Asia
dan sekarang menjadi dasar lautan yang disebut dengan Paparan Sunda. Sedangkan
12

wilayah Indonesia timur yang menghubungkan dengan Benua Australia disebut


Paparan Sahul.

C. Proses Terbentuknya Kepulauan Indonesia

Kepulauan
Indonesia

Indonesia dengan luas wilayah 1.990.250 Km 2 yang secara geografis terletak diantara dua benua
(Benua Asia dan Benua Australia) dan dua Samudra (samudra Hindia dan samudra Pasifik).
Indonesia juga merupakan Negara kepulauan yang memiliki 13.478 buah pulau, jumlah tersebut
adalah jumlah yang didaftarkan ke PBB, yang diidentifikasi berdasarkan metode dan definisi
konvensi PBB.

Secara zoogeografi, Indonesia dipisahkan oleh garis Wallace, garis ini memisahkan bagian barat
(Oriental region; Indo-malayan sub region) dan bagian timur (Australian region; Austro-malayan
subregion). garis ini terletak antara pulau Bali dan pulau Lombok di selatan dan antara pulau
Borneo dan pulau Sulawesi di Utara. Bagian barat termasuk di; pulau Sumatra, pulau Jawa dan
pulau Borneo (wilayah Indonesia disebut Kalimantan) serta pulau-pulau kecil di sekitarnya,
sedangkan pada bagian timur terdapat; pulau Sulawesi, Irian Jaya, pulau Sumbawa, pulau Flores,
pulau Sumba dan pulau-pulau kecil yang terdapat di sekitarnya. Hal ini dikarenakan fauna yang
terdapat di Indonesia merupakan fauna yang sama tipenya dengan fauna yang berasal dari benua
Asia dan benua Australia.

Sedangkan secara fitogeografi, Indonesia termasuk ke dalam Paleotropical kingdom; Indo-


malaysian subkingdom; Malaysian region (Lincoln et al, 1998). Perbedaan penyebaran fauna dan
flora secara geografis ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan masing-masing dalam melakukan
pemencaran dan barriernya. Hewan senantiasa memiliki suatu luas jelajah tertentu dan terutama
hewan terrestrial, yang dibatasi oleh barrier-barrier geografis. Sedangkan tumbuhan memiliki
13

distribusi yang luas dengan cara pemencaran yang beragam. Adapun empat faktor penyebab
terbentuknya Kepulauan Indonesia
1. Tenaga Endogen => Pergerakan lempengan tektonik Indonesia terbentuk oleh 3 lempengan
besar dunia dan lempengan yg lebih kecil, antara lain
a. Lempengan Eurasia Berada di bagian utara Indonesia bergerak kearah selatan-tenggara
Indonesia
b. Lempengan Indo-Australia bergerak keTimur Laut Indonesia
c. Lempengan Fasipik bergerak kearah Barat-Barat Daya Indonesia
d. Lempengan Filipina (yang paling kecil) bergerak kearah Barat Daya Indones

Kecepatan gerakan lempengan berkisar antara 7-9 cm pertahun. Kegiatan tektonik disebut
orogenesa. Pergerakan itu kemudian bertemu pada satu zona tumbuhan yang disebut zona
subduksi dan berakibat daratan terpecah-pecah, dan benua Eurasia menjadi pulau - pulau yang
terpisah satu dengan yang lain. Pergerakan subduksi antara dua lempengan juga menyebabkan
terbentuknya deretan gunung merapi dan parit (palung) samudra, dan lempengan tersebut adah
Indo - Australia dan lempengan Eurasia
2. Tenaga Eksogen => Tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umumnya adalah merombak
bentuk permukaan bumi, bukit atau tebing yang terbentuk karna proses gerakan Endogen
yaitu terkikis angin. Sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi. Tenaga Eksogen
berasal dari 3 sumber yaitu Atmosfer,Air Dan Organisme.
3. Perubahan Iklim. Perubahan iklim berupa turun nya muka bumi sekitar 60-70cm dari muka
laut karena bagian terbesar air didunia membeku, aut-laut yang dangkal kemudian berunah
menjadi daratan
4. Letusan Gunung Merapi. Lempengan-lempengan yang terus bergerak pada suatu saat
mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras, yang dapat menimbulkan
gempa,Tsunami, Dan kenaikan Magma kepermukaan bumi.
14

Tugas Individu!
1. Jelaskan keberadaan awal kepualauan Indonesia!
2. Jelaskan tentang pembabakan waktu zaman praaksara!
3. Sebutkan proses pembentukan bumi!
4. Sebutkan dan jelaskan 3 pembagian wilayah di Indonesia!
5. Sebutkan 3 teori pembentukan bumi oleh para ahli!
15

Topik Bahasan: Mengenal Manusia Purba

A. Jenis-jenis Manusia Purba


1. Megantropus
Manusia purba Meganthropus Palaejavanicus
adalah manusia purba yang paling besar dan
tertua di Indonesia. Manusia purba ini ditemukan
oleh seorang arkeolog dari Belanda yang
bernama Van Koenigswald. Ia merupakan orang
yang pertama kali menemukan fosil di daerah
Sangiran pada tahun 1936. Meganthropus
Palaeojavani memiliki arti manusia besar tua yang Ilustrasi Manusia Purba
berasal dari Jawa. Ini unsur-unsur namanya yang Meganthropus
terdiri dari kata megan berarti besar, anthropus =
manusia, paleo = tua, dan javanicus = berasal dari Jawa. Diperkirakan Meganthropus
Palaeojavanicus hidup sejak 1 juta sampai 2 juta tahun yang lalu. Hal tersebut dibuktikan
dari fosil yang ditemukan tekniknya dengan peluruhan karbon. Maka dari itu, usia dari fosil
tersebut dapat diketahui. Berikut ini adalah ciri-ciri manusia purba jenis Meganthropus
Palaeojavanicus :
1. Memiliki tulang pipi yang sangat tebal
2. Memiliki otot rahang yang kuat sekali
3. Tidak memiliki dagu dan memiliki hidung yang lebar
4. Memiliki tonjolan belakang yang tajam dan melintang sepanjang pelipis
5. Memiliki tulang kening menonjol dan mempunyai otot kunyah, gigi, serta rahang yang
besar kuat
6. Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
7. Berbadan tegap dan volume otok 900cc
8. Makanannya jenis tumbuh-tumbuhan

Adapun Jenis Megantropus yang ditemukan di Indonesia:


 Megantropus Paleojavanicus (manusia raksasa tertua dari pulau Jawa). Ditemukan rahang
bawah dan gigi geliginya manusia megantropus oleh Von Koeningswald pada tahun 1936
dan 1941 di desa Sangiran, Jawa Tengah.
16

2. Pithecantropus
Pithecanthropus merupakan manusia purba
yang fosilnya banyak ditemukan di
Indonesia. Di Indonesia sendiri, ada tiga
jenis manusia purba ini dan yang sudah
ditemukan.
Ilustrasi Manusia Purba Pithecanthropus

Diantaranya adalah PithecanthrophusErectus, Pithecanthrophus Mojokertensis, dan


Pithecanthropus Soloensis. Manusia purba ini diperkirakan hidup di Indonesia sejak satu
sampai dua juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus ditemukan oleh seorang dokter
dari Belanda yaitu Eugene Dubois. Pada awalnya dia mengadakan penelitian di Sumatera
Barat, tetapi tidak menemukan fosil disana. Kemudia dia berpindah ke pulau Jawa, ia pujn
berhasil menemukan fosil Pithecanthrophus Erectus di desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa
Timur pada tahun 1891. Fosil yang ditemukan pada saat itu adalah berupa tulang rahang
atas, tulang kaki, dan tengkorak. Fosil tersebut ditemukan pada masa kala Pleistosen
tengah. Pithecanthrophus Erectus hidup dengan cara berburu hewan-hewan. Kemudian
mereka mengumpulkan makanan dan hidup secara nomaden atau berpindah-pindah tempat.
Untuk mencari sumber bahan makanan dari satu tempat ke tempat lain.
Berikut ini adalah ciri-ciri manusia purba Pithecanthrophus Erectus :

1. Memiliki Volume otaknya sekitar 750 – 1350 cc.


2. Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm.

3. Memiliki postur tubuh yang tegap tetapi tidak setegap meganthropus.

4. Mempunyai gigi geraham yang besar dengan rahang yang sangat kuat.

5. Mempunyai hidung yang tebal.

6. Memilik tonjolan kening yang tebal dan melintang di dahi.

7. Memiliki wajah menonjol ke depan serta dahinya miring ke belakang.

8. Pada bagian belakang kepala terlihat menonjol

9. Memiliki alat pengunyah dan alat tengkuk yang sangat kuat.


17

Jenis Pithecantropus yang ditemukan di Indonesia adalah :


 Pithecantropus Mojokertensis ( manusia kera dari Mojokerto). Ditemukan oleh Von
Koeningswald di Perning (Mojokerto), Jawa Timur pada tahun 1936-1941.
 Pithecantropus Robustus (manusia kera yang besar dan kuat). Ditemukan oleh Von
Koeningswald di Sangiran, lembah sungai Bengawan Solo pada tahun 1936.
 Pithecantropus Soloensis ( manusia kera dari Solo). Ditemukan oleh Von Koeningswald dan
Ter Haar di sungai Bengawan Solo pada tahun 1934.
 Pithecantropus Erectus ( manusia kera yang berjalan tegak). Ditemukan oleh Eugene
Dubois di Trinil, pada tahun 1891. Kemudian ditemukan kembali dengan jenis yang sama di
daerah : Perning, Mojokerto, Ngandong,
Blora, Sragen, Sambung Macan.

3. Homo
Jenis fosil Homo merupakan jenis fosil
manusia purba yang termuda dari fosil
manusia purba lainnya. Fosil ini
diperkirakan berasal dari 15.000 – 40.000
SM. Jenis Homo diperkirakan bukan
manusia kera lagi ( Pithecanthrophus ) Ilustrasi Manusia Purba Homo

melainkan sudah tergolong jenis manusia


(Homo), hal itu dapat dilihat pada volume otaknya yang menyerupai manusia modern. Di
Indxcxonesia, sudah ditemukan tiga jenis manusia purba Homo yakni Homo Soloensis,
Homo Wajakensis, dan Homo Floresiensis. sebagai berikut :
1. Memiliki muka datar dan lebar
2. Memiliki hidung lebar dan bagian mulut menonjol
3. Dahinya sedikit miring dan diatas mata terdapat kerutan dahi yang nyata
4. Pipinya menonjol ke samping
5. Berat badan sekitar 30 – 150 kg
6. Tinggi badan sekitar 130 -210 cm
7. Jarak antara hidung dan mulut masih jauh
8. Berdiri dan berjalan sudah tegak

Jenis Homo yang ditemukan di Indonesia adalah :


18

1. Homo Erectus/ Pithecantropus Erectus ( manusia yang berdiri tegak). Ditemukan oleh
Eugene Dubois di Trinil, pada tahun 1891. Kemudian ditemukan kembali dengan jenis
yang sama di daerah : Perning, Mojokerto, Ngandong, Blora, Sragen, Sambung Macan.
2. Homo Sapiens (manusia sempurna/ manusia bijak). Homo Sapiens dikelompokkan
menjadi 2 yakni :
a. Homo Wajakensis (manusia Wajak). Ditemukan oleh B.D Van. Rietchoten di sebuah
lereng pegunungan Karst di Barat Laut Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur.
Cirri-cirinya adalah :
 Waja datar
 Muka lebar
 Hidung dan mulut menonjol
 Busur kening terlihat nyata
 Rahang bawah besar

b. Homo Floresiensis (manusia Liang Bua). Ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J.
Morwood bersama dengan tim dari pusat Balai Arkeologi Nasional di Flores. Tahun
1950 ditemukan tulang iga dan serpihan
gerabah. Tahun 1965 ditemukan tujuh
buah rangka manusia, bekal kubur berupa
beliung dan gerabah.

B. Sangiran
Sangiran adalah museum arkeologi yang terletak
di Kalijambe, Kabupaten Sragen, JawaTengah, Museum Sangiran
Indonesia. Museum ini berdekatan dengan area situs
fosil purbakala Sangiran yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. Situs
Sangiran memiliki luas mencapai 56 km² meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe,
dan Plupuh) serta Kecamatan Gondangrejo yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. Situs
Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi  Solo, di
kaki Gunung Lawu (17 km dari kota Solo). Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain
menjadi objek wisata yang menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra
sejarah terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia.
19

Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia
purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi,
Geologi, Paleoanthropologi. Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil
rahang bawah Pithecanthropus erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh
arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald. Lebih menarik lagi, di area situs Sangiran ini pula
jejak tinggalan berumur 2 juta tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan hingga kini.
Relatif utuh pula. Sehingga para ahli dapat merangkai sebuah benang merah sebuah sejarah yang
pernah terjadi di Sangiran secara berurutan.

C. Trinil, Ngawi, Jawa timur


Trinil adalah situs paleoantropologi di Indonesia yang sedikit lebih kecil dari situs Sangiran. Tempat
ini terletak di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, kira-kira 13 km
sebelum pusat kota Ngawi dari arah kota Solo. Trinil merupakan kawasan di lembah  Bengawan
Solo yang menjadi hunian kehidupan purba, tepatnya zaman Pleistosen Tengah, sekitar satu juta
tahun lalu. Pada tahun 1891 Eugène Dubois, yang adalah seorang ahli anatomi menemukan bekas
manusia purba pertama di luar Eropa (saat itu) yaitu spesimen manusia Jawa. Pada 1893 Dubois
menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta berbagai fosil hewan dan
tumbuhan purba.

Saat ini di Trinil berdiri sebuah museum yang menempati area seluas tiga hektare, dengan koleksi
di antaranya:
1. Fosil tengkorak  Pithecantrophus erectus, manusia purba sangat pendek tetapi memanjang
ke belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di  antara otak kera (600 cc) dan otak manusia
modern (1.200-1.400 cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian belakang mata,
terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang. Pada
bagian  belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakan
perempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan perekatan antar tulang kepala, ditafsirkan
inividu ini telah mencapai usia dewasa.

Peninggalan manusia purba tipe ini juga ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur;
Ngandong, Blora, Jawa Tengah; dan Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah.

2. Fosil tengkorak Homo erectus, manusia purba ditemukan di Ngandong, yaitu sebuah desa


di tepian Bengawan Solo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Tengkorak Homo erectus
20

Ngandong berukuran besar dengan volume otak rata-rata 1.100 cc. Ciri-ciri ini menunjukkan
Homo erectus ini lebih maju bila dibandingkan dengan Homo erectus yang ada di Sangiran.
Manusia Ngandong diperkirakan berumur antara 300.000-100.000 tahun

Tugas Kelompok:
Buatlah kelompok belajar yang beranggotakan maksimal 3 orang untuk mengerjakan soal berikut!

1. Jelaskan klasisfikasi manusia purba!


2. Jelaskan tentang hasil temuan manusia purba yang ditemukan disepanjang sungai!
3. Jelaskan alasan mengapa para ahli banyak melakukan penelitian manusia purba dibantaran
sungai?
4. Jelaskan pendapat kalian bagaimana manusia purba dapat menyebar kedalam wilayah
Kepulauan Indonesia bahkan sampai keluar wilayah Indonesia?
5. Mengapa hasil penelitian Dubois diTrinil disebut sebagai jenis Pithecantropus Erectus (kera
yang berjalan tegak)?
21

Topik Bahasan: Asal Usul Persebaran Nenak


Moyang Bangsa Indonesia

A. Proto Melayu
Proto Melayu merupakan Nenek moyang
Indonesia yang datang pada tahun 1500 SM.
Gambar Proto Melayu
Mereka adalah orang-orang Austronesia yang
memasuki Wilayah Nusantara melalui dua jalur yaitu Jalur barat melalui Malaysia - Sumatera Dan
Jalur Timur melalui Philipina - Sulawesi. Proto Melayu memiliki Ciri-Ciri sebagai berikut:
1. Memilki Rambut Lurus, Kulit kuning kecoklatan, Dan bermata sipit.
2. Mendiami daerah – daerah Indonesia bagian Timur, seperti Dayak, Toraja, Mentawai,
Nias,dan Papua
Proto Melayu membawa peradaban Batu di Indonesia, Bangsa ini memiliki peninggalan berupa :
Kapak Persegi, Kapak Bahu, Kapak Lonjong, Pemukul Kayu. Penduduk asli dan Ras Proto Melayu
pun melebur , Mereka kemudian menjadi suku bangsa Batak, Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo.
Kehidupan mereka yang melebur menyebabkan ras Proto Melayu sedikit mendapat pengaruh dari
kebudayaan Hindu maupun Islam dikemudian hari. Para ras Proto Melayu mendapat pengaruh
Kristen sejak mereka mengenal para Penginjil yang masuk ke daerah mereka dan
memperkenalkan agama Kristen dan peradaban baru dalam kehidupan mereka. Persebaran suku
bangsa Dayak hingga ke Philipina Selatan, Serawak, dan Malaka menunjukkan rute perpindahan
mereka dari kepulauan Indonesia, Sementara suku Batak yang mengambil jalur barat menyusuri
pantai-pantai Burma dan Malaka Barat.

B. Deutro Melayu
Deutro melayu merupakan Nenek moyang setelah
Proto Melayu. Mereka datang pada 400-300 SM.
Bangsa ini telah berhasil melakukan pencampuran
Gambar Deutro Melayu
budaya dengan para pendahulunya yaitu Proto
Melayu. Deutro Melayu masuk ke Indonesia melewati . Mereka menempuh rute dari Yunan –
Vietnam , Malaysia – Indonesia. Mereka telah mampu membuat barang dari bahan – bahan Logam
seperti Perunggu dan Besi. Contoh peninggalan Deutro Melayu yang terbuat dari bahan Logam
22

yaitu : Kapak separtu, Kapak Corong, dan Nekara. Selain dari bahan logam , Deutro Melayu
memiliki peninggalan benda yang terbuat dari bahan batu seperti : Menhir, Dolmen, Sarkopagus,
Kubur Batu, dan Punden berundak – undak. Deutro Melayu memiliki Ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dapat membuat benda – benda berbahan dasar Logam.
2. Suku Melayu,Makassar,Jawa,Sunda,Bugis,Minang, dll adalah keturunan asli bangsa ini.

Deutro Melayu memiliki kemampuan dalam bidang pengolahan tanah yaitu Mereka dapat membuat
irigasi pada tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka ciptakan, dengan membabat hutan
terlebih dahulu. Kedatangan ras Deutro Melayu di kepulauan Indonesia semakin lama semakin
banyak. Mereka pun berpindah mencari tempat baru ke hutan – hutan sebagai tempat hunian baru.
Pada akhirnya Proto dan Deutro membaur dan menjadi Penduduk kepulauan Indonesia. Pada
masa selanjutnya mereka sulit untuk dibedakan. Proto Melayu hidup di Gayo dan Alas di Sumatra
Utara , serta Toraja di Sulawesi. Sementara itu , semua penduduk di kepulauan Indonesia , Kecuali
penduduk Papua yang tinggal di sekitar pulau – pulau Papua, Adalah ras Deutro Melayu.

C. Melanosoid
Selain Ras Proto Melayu dan Deutro Melayu juga
terdappat Ras lain yaitu Melanesoid. Mereka
tersebar di lautan Pasifik di pulau – pulau yang
letaknya sebelah timur Irian dan benua Australia.
Gambar Melanosoid
Dikepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua,
Bersama dengan Papuau-Nugini dan Bismarck, Solomon, New Caledonia, dan Fiji , mereka
tergolong rumpun Melanesoid. Ciri – ciri bangsa Melanesoid yaitu : Kulit kehitam-hitaman, rambut
hitam dan keriting, bibir tebal, badan tegap, dan hidung lebar.
Pada mulanya kedatangan bangsa Melanesoid di Papua  berawal pada akhir zaman es sekitar
70.000 SM. Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika suhu turun hinnga
mencapai kedinginan maksimal, air menjadi beku dan Permukaan laut lebih rendah 100 meter
dibandingkan permukaan saat ini. Pada saat itulah munculnya pulau pulau baru dan memudahkan
makhluk hidup berpindah dari Asia menuju ke Oseania.

Adapun asal mula bangsa Melanesoid adala Proto Melanesoid. Proto Melanesoid tersebut adalah
manusia Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki Papua, sebelum zaman es berakhir dan
sebelum kenaikan permukaan laut yang terjadi pada waktu itu. Manusia Wajak di Papua hidup
berkelompok kelompok kecil di sepanjang sungai. Manusia Wajak tersebut hidup dengan
23

menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan serta akar-akaran, serta berburu di
hutan belukar. Tempat tinggalnya berupa perkampungan-perkampungan yang terbuat dari bahan-
bahan yang ringan. Sebenarnya rumah tersebut hanya kemah atau tadah angina yang sering
menempel pada dinding gua yang besar. Kemah atau tadah angina hanya digunakan sebagai
tempat untuk tidur dan berlindung, Sedangkan untuk aktivitas yang lain dilakukan di luar
rumah.. Pencampuran bangsa Melayu dan Melanesoid menghasilkan Melanesoid-Melayu, Saat ini
mereka merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

D. Negrito dan Wedid


Sebelum kedatangan Kelompok – kelompok
Melayu Tua dan Melayu Muda, Kepulauan
Indonesia terlebih dahulu dimasuki oleh bangsa
Negrito dan Weddid. Sebutan Negrito diberikan
oleh orang Spanyol karena memiliki kulit yang
hitam yang mirip dengan jenis – jenis Negro. Negrito dan Wedid
Kelompok Weddid terdiri atas orang-orang dengan
kepala mesocephal dan letak mata yang dalam sehingga tampak seperti berang, Kulit mereka
coklat tua dan memiliki tinggi rata-rata 155 cm. Weddid artinya jenis Wedda yaitu bangsa yang
terdapat di pulau Ceylon (Srilanka). Persebaran orang – orang Weddid di Nusantara cukup luas,
Misalnya Palembang dan Jambi (Kubu), di Siak (Sakai), Dan di Sulawesi pojok tenggara
(Toala,Tokea,Tomuna).
Ciri –ciri bangsa Negrito :
1. Berkulit hitam , Rambut keriting , ukuran badan pendek.
2.  Berhidung lebar, berbibir penuh, bermata bundar.
Periode Migrasi berlangsung abad-abad, kemungkinan mereka berasal dalam satu kelompok ras
yang sama dan dengan budaya yang sama juga.

Tugas Individu
1. Jelaskan tentang konsep Proto Melayu dan Deutro Melayu!
2. Jelaskan tentang persebaran ras Proto Melayu dan Deutro Melayu di Indonesia1
3. Jelaskan tentang asal usul nenek moyang yang berada di pulau pulau di Kepulauan
Indonesia!
24

Topik Bahasan: Corak Hidup Masyarakat Praaksara

A. Pola Hunian
Pola hunian manusia purba yang memperlihatkan
dua karakter khas hunian purba yaitu, (1)
kedekatan dengan sumber air dan (2) kehidupan
di alam terbuka. Pola hunian itu dapat dilihat dari
letak geografis situs-situs serta kondisi
lingkungannya.
Kondisi itu dapat dipahami mengingat keberadaan Ilustrasi Pola Hunian Manusia Praaksara
air memberikan beragam manfaat. Air merupakan
kebutuhan pokok bagi manusia. Air juga diperlukan oleh tumbuhan maupun binatang. Keberadaan
air pada suatu lingkungan mengundang hadirnya berbagai binatang untuk hidup di sekitarnya.
Begitu pula dengan tumbuh-tumbuhan, air memberikan kesuburan bagi tanaman. Keberadaan air
juga dimanfaatkan manusia sebagai sarana penghubung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Melalui sungai, manusia dapat melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
Pada dasarnya hunian pada zaman praaksara terdiri atas dua macam, yaitu :
1. Nomaden
Nomaden adalah pola hidup dimana manusia purba pada saat itu hidup berpindah-pindah
atau menjelajah. Mereka hidup dalam komunitas-kuminatas kecil dengan mobilitas tinggi di
suatu tempat. Mata pencahariannya adalah berburu dan mengumpulkan makanan dari alam
(Food Gathering).
Ciri – ciri kehidupan masyarakat nomaden adalah sebagai berikut:
a. Selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain,
b. Sangat bergantung pada alam,
c. Belum mengolah bahan makanan,
d. Hidup dari hasil mengumpulkan bahan makanan dan berburu,
e. Belum memiliki tempat tinggal yang tetap,
f. Peralatan hidup masih sangat sederhana dan terbuat dari batu atau kayu

2. Sedenter
Sedenter adalah pola hidup menetap, yaitu pola kehidupan dimana manusia sudah
terorganisir dan berkelompok serta menetap di suatu tempat. Mata pencahariannya
25

bercocok tanam serta sudah mulai mengenal norma dan adat yang bersumber pada
kebiasaan-kebiasaan
Pola hunian manusia purba memiliki dua karakter khas, yaitu :
a. Kedekatan dengan Sumber Air
Air merupakan kebutuhan pokok mahkluk hidup terutama manusia. Keberadaan air pada
suatu lingkungan mengundang hadirnya berbagai binatang untuk hidup di sekitarnya.
Begitu pula dengan tumbuhan. Air memberikan kesuburan pada tanaman.

b. Kehidupan di Alam Terbuka


Manusia purba mempunyai kecendrungan hidup untuk menghuni sekitar aliran sungai.
Mereka beristirahat misalnya di bawah pohon besar dan juga membuat atap dan sekat
tempat istirahat itu dari daun-daun. Kehidupan di sekitar sungai itu menunjukkan pola
hidup manusia purba di alam terbuka. Manusia purba juga memanfaatkan berbagai
sumber daya lingkungan yang tersedia, termasuk tinggal di gua-gua. Mobilitas manusia
purba yang tinggi tidak memungkin untuk menghuni gua secara menetap. Keberadaan
gua-gua yang dekat dengan sumber air dan bahan makanan mungkin saja dimanfaatkan
sebagai tempat tinggal sementara.

B. Berburu, Meramu, Bercocok Tanam


Berburu, Meramu, adalah kegiatan manusia purba dalam mencari makanan dengan mengu
mpulkan hasil-hasil hutan serta melakukan kegiatan berburu. Pada umumnya mereka masih
bergantung pada alam. Untuk bertahan hidup, mereka menerapkan pola hidup nomaden atau
berpindah-pindah tergantung dari bahan makanan yang tersedia. Alat-alat yang dibuat terbuat dari
batu yang masih sederhana.. Tempat-tempat yang dituju komunitas ini umumnya lingkungan dekat
sungai, danau, atau sumber air lainnya termasuk pantai.

Masa manusia purba berburu dan meramu sering disebut dengan masa food gathering. Mereka
hanya bisa mengumpulkan dan menyeleksi makanan karena belum dapat mengusahakan jenis
tanaman untuk dijadikan bahan makanan. Dalam perkembangannya mulai ada sekelompok
manusia purba yang bertempat tinggal sementara., misalnya di gua-gua, atau di tepi pantai.
Ciri-Ciri Kehidupan Pada Masa Berburu dan Meramu
1. Kehidupan berpindah-pindah (nomaden)
2. Bahan makanan tergantung pada alam (food cathering)
3. Tinggal di gua-gua tepi pantai.
26

4. Sudah ada pembagian tugas.


5. Alat/perkakas terdiri dari batu berbentuk kapak perimbas dan kapak genggam
6. Perkembangan masyarakatnya berjalan lambat
7. Pemilihan pemimpin dengan menggunakan sistem (primus interpares)/kepala suku primus
interpares (kepala suku) cara memilihnya yaitu dengan melihat:
 Bergantung sekali dengan alam
 bertubuh besar
 dapat berkomunikasi dengan roh
 sebagai penyembuh penyakit
 sebagai pemimpin dalam upacara ritual
8. Menggunakan alat dari berbagai alat dari batu dan tulang

C. Masa Berburu Dan Meramu Tingkat Lanjut


Ciri-ciri :
1. Masih bergantung dengan alam
2. Mulai hidup lama di gua-gua(jarang berpindah-pindah) atau (semisedenter)

D. Masa Bercocok Tanam


Ciri-ciri :
1. Sudah tinggal menetap (sedenter)
2. Sudah ada perkampungan
3. Memiliki binatang peliharaan
4. Adanya pembagian tugas antara perempuan dan laki-laki
5. Bercocok tanam dengan cara (berhuma) yaitu menebang pohon di hutan dan menanaminya
6. Telah mengetahui cara mengawetkan makanan, seperti: dikeringkan, dibakar, dibalut
rempah rempah
7. Kehidupan manusia purba pada masa ini adalah : Homo Erektus dan Homo Sapiens
8. Sudah memiliki kelompok-kelompok perkampungan

Dilihat dari aspek geografis, masyarakat pra aksara cenderung untuk hidup di daerah lembah atau
sekitar sungai dari pada di daerah pegunungan. Kecenderungan itu didasarkan pada beberapa
kenyataan, seperti:
27

a. Memiliki struktur tanah yang lebih subur dan sangat menguntungkan bagi kepentingan
bercocok tanam;
b. Memiliki sumber air yang baik sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia
c. Lebih mudah dijangkau dan memiliki akses ke daerah lain yang lebih mudah

E. Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan telah muncul sejak masa kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan.
Kuburan merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat telah memiliki anggapan tertentu dan
memberikan penghormatan kepada orang telah meninggal.
Masyarakat percaya bahwa orang yang meninggal, rohnya akan tetap hidup dan pergi ke suatu
tempat yang tinggi. Bahkan, jika orang itu berilmu atau berpengaruh dapat memberikan
perlindungan atau nasihat kepada mereka yang mengalami kesulitan. Sistem kepercayaan
masyarakat terus berkembang, penghormatan kepada roh nenek moyang dapat dilihat pada
peninggalan-peninggalan berupa  tugu batu seperti pada zaman megalitikum. Peninggalan
megalitikum lebih banyak ditemukan pada tempat-tempat yang tinggi. Hal itu sesuai dengan
kepercayaan bahwa roh nenek moyang bertempat tinggal pada tempat yang lebih tinggi. Dari
kepercayaan itu, selanjutnya berkembang kepercayaan yang bersifat  animisme, dinamisme
totemisme dan shamanisme
1. Animisme
Animisme adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami semua benda. Manusia purba
percaya bahwa roh nenek moyang masih berpengaruh terhadap kehidupan di dunia. Mereka
juga memercayai adanya roh di luar roh manusia yang dapat berbuat jahat dan berbuat baik.
Roh-roh itu mendiami semua benda, misalnya pohon, batu, gunung, dsb. Agar mereka tidak
diganggu roh jahat, mereka memberikan sesaji kepada roh-roh tersebut.
2. Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan
yang dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam
mempertahankan hidup. Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu dapat
menolong mereka. Kekuatan gaib itu terdapat di dalam benda-benda seperti keris, patung,
gunung, pohon besar, dll. Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan gaib tersebut, mereka
melakukan upacara pemberian sesaji, atau ritual lainnya.
3. Totemisme
28

Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja karena
memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap suci antara lain sapi, ular, dan
harimau.
4. Shamanisme
Shamanisme adalah kepercayaan terhadap pemujaan upacara ritual, misalnya terhadap
dukun atau pemimpin upacara ritual

Dalam melaksanakan upacara penyembahannya, manusia purba membuat berbagai bangunan


dari batu. Masa ini disebut sebagai kebudayaan Megalithik atau Megalithikum (kebudayaan batu
besar). Bangunan-bangunan tersebut masih dapat ditemui saat ini. Sarana upacara ritual manusia
purba antara lain :  Peti kubur batu, bangunan yang berfungsi sebagai peti jenazah. Peti kubur ada
yang berbentuk kotak persegi panjang, ada pula yang berbentuk kubus dan memiliki tutup dari batu
bergambar (disebut juga waruga), serta ada pula yang berbentuk menyerupai mangkuk (disebut
juga sarkofagus). Di dalamnya, selain jenazah, juga terdapat ‘bekal kubur’. Sistem kepercayaan
tersebut diatas menjadi cikal bakal dari Agama Ardhi, atau agama yang berasal dari bumi dimana
agama ini hasil usaha dari manusia untuk menemukan sumber kekuatan yang berada d luar
manusia.
29

Tugas Kelompok:
1. Jelaskan tentang kehidupan bercocok tanam dan bertempat tinggal tetap!
2. Jelaskan tentang sistem kepercayaan manusia praaksara!
3. Carilah nama benda-benda dibawah ini beserta pengertiannya!
a. ? c.?

b. ? d.?
30

Topik Bahasan: Perkembangan Teknologi Yang Digunakan

A. Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan pacitan merupakan kebudayaan yang
menghasilkan alat alat dari batu yang ditemukan di
pacitan, jawa timur setelah dilakukannya penelitian
oleh Von Koeningswald. Salah satu ciri kebudayaan
pacitan yakni ditemukannya beberapa kapak. Kapak
tersebut memiliki beberapa fungsi seperti untuk
Manusia Purba Pacitan
menggali tanah,  umbi umbian dan berburu
binatang. Manusia purba pendukung budaya Pacitan adalah Pithecanthropus Erectus.

Pada ada masa itu manusia purba masih hidup dengan cara selalu berpindah-pindah dari daerah
satu kedaerah yang lainnya atau disebut dengan nomaden dan pola pikirnya masih terbuilang
masih cukup sederhana. Selain itu cara yang mereka pergunakan untuk dapat bertahan hidup
yakni dengan mengumpulkan makanan danmelakukan perburuan dengan menggunakan alat-alat
yang terbuat dari kayu dan batu. Adapu jenis makanan yang mereka konsumsi ialah berupa umbi-
umbian dan buah-buahan, serta berbagai jenis hewan dari hasil peburuannya misalnya seperti
kerbau, rusa, banteng dan monyet.
Ciri-ciri Kebudayaan Pacitan
1. Jenis Manusia pendukung yang hidup pada zaman kebudayaan pacittan ialah
pithecanthropus erectus.
2. Berdasarkan hasil penemuan dari sejunmlah alat hasil budaya yang terbuat dari batu berupa
kapak genggam yang tidak memiliki gagang.
3. Kemudian hasil dari kebudayaan pacittan juga berupa kapak perimbas, pahat genggam,
kapak penetak dan alat serpih..
Alat – alat Peninggalan Kebudayaan Pacitan
1. Kapak Genggam
Dimana jenis kapak genggam ini ialah merupakan sebuah peralatan yang hampir
menyerupai seperti layaknya sebuah kapak akan tetapi tidak mempunyai gagang, kemudian
pada bagian dari salah satu sisinya tajam sedangkan bagian sisi lainnya tumpul. Jenis kapak
ini dikenal dengan sebutan kapak genggam sebab cara untuk menggunakannya dengan
cara digenggam. Sedangkan cara yang mereka lakukan untuk membuat jenis kapak ini ialah
dengan cara batu yang ditajamkan pada salah satu bagian sisinya dan membiarkan pada
31

sisi yang lain tetap tumpul agar dapat dipegang atau digenggam. Kemudian dari jenis Alat ini
sangat banyak dujumpai dan menjadi salah satu ciri khas dari kebudayaan pacitan. Adapun
fungsi dari kapak ini ialah untuk melakukan perburuan, menggali tanah, mencari umbi-
umbian dan lain sebagainya

2. Kapak Perimbas
Jenis alat ini Hampir sama dengan kapak genggam, dimana pada kapak perimbas ini
mempunyai bentuk sisi tajam yang lurus atau cembung.. Pada salah satu bagian sisinya
nampak tajam sedangkan pada bagian sisi lainnya tetap dibiarkan tumpul agar dapat
dipegang atau di genggaman.
Fungsi Kapak Perimbas : Yakni untuk merimbas kayu, dijadikan sebagai alat pertahanan,
dan digunakan untuk menghancurkan tulang binatang buruan. Movius berpendapat, bahwa
kapak perimbas mempunyai sejumlah ciri-ciri yang diantaranya ialah sebagai berikut:
a. Cara pembuatannya masih terbilang sangat sederhana dan tradisional.
b. Pada Tekstur permukaannya juga masih nampak kasar.
c. Secara Umum, kulit yang menempel pada batu masih tersebut menempel pada bagian
permukaan alat tersebut.

3. Alat Serpih (Flake)


Pada jenis Peralatan yang satu ini dimana bahan pembuatannya juga dari batu dengan
ditajamkan dan bentuknya berliku-liku. Kemudiann Untuk menggunakan alat ini, maka
penyerpihan dilangsungkan dengan cara bergantian atau selang seling pada kedua
pinggiran batu

B. Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Ngandong adalah kebudayaan
manusia prasejarah di Indonesia yang
berkembang di daerah Ngandong, Kabupaten
Blora (Provinsi Jawa Tengah), dekat
Kabupaten Ngawi (Provinsi JawaTimur).
Kebudayaan ini berkembang di
Gamber Kebudayaan Ngandong
Zaman Paleolitikum atau zaman batu tua,
tepatnya di lapisan pleistosen atas.
32

Kebudayaan ini dicirikan dengan penggunaan tulang yang umumnya berasal dari tulang binatang
yang berukuran sedang hingga besar. Di Kebudayaan Ngandong, banyak
ditemukan artefak berupa kapak genggam dari batu,  flakes (alat-alat serpih berukuran kecil yang
terbuat dari tulang), belati, ujung tombak dari tanduk menjangan yang diruncingkan, dan duri ikan
pari.
Dari jenis-jenis alat yang ditemukan di Situs Ngandong, dapat disimpulkan bahwa cara hidup
masyarakat saat itu adalah berburu dan mengumpulkan makanan. [2] Sedangkan berdasarkan
lokasi ditemukannya alat-alat yang berada di dekat penemuan fosil manusia purba  Homo
wajakensis di daerah Ngandong dan Homo soloensis di daerah Ndirejo, Sragen, Jawa Tengah,
dapat disimpulkan bahwa kedua jenis manusia purba itulah pelaku Kebudayaan Ngandong.
Adapun sejumlah ciri khas dari kebudayaan Ngandong yang perlu dipahami, yakni sebagai :
1. Awalnya kebudayaan ini berkembang di daerah Ngandong, Blora, Jawa Tengah dan hampir
berdekatan dengan daerah Ngawi, Jawa Timur
2. Hasil budaya yang berkembang yaitu budaya berburu, menangkap ikan dan mengumpulkan
cadangan makanan
3. Jenis dari manusia pendukungnya yaitu berjenis Homo Wajakensis dan Homo Soloensis
4. Jenis manusia purba yang hidup pada massa ini masih nomaden.
5. Hasil dari Peninggalan kebudayaan Ngandong adalah berupa alat-alat yang terbuat dari
batu, tulang, duri ikan dan tanduk rusa

Alat-alat Peninggalan Kebudayaan Ngandong


Adapun beberapa artefak peninggalan yang disertai dengan penejelasannya, yaitu sebagai berikut.
1. Flakes atau Alat Serpih
Flakes adalah sebuah alat serpih yang dibentuk dari tulang binatang dengan diruncingkan
pada salah satu bagian sisinya. Lalu biasanya Alat serpih ini berukuran kecil.

2. Kapak Genggam
Kapak Genggam adalah salah satu alat yang berbentuk seperti kapak yang terbuat dari
batu, akan tetapi tidak memiliki tangkai atau gagang. Kapak ini bentuknya tumpul dan pada
bagian sisi lainnya tajam, dimana pada bagian sisi yang tumpul umumnya dijadikan sebagai
pegangan. Lalu cara pembuatannya pun cukup sederhana adalah dengan cara
membenturkan batu yang satu dengan batu yang lainnya.
33

3. Serpih Pilah
Alat ini awalnya ditemukan di dekat daerah Sangiran, dengan berupa alat yang berukuran
sangat kecil dan dibuat dengan memakai bahan dari batuan yang indah. Lalu selain di
Sangiran, jenis alat ini juga banyak ditemukan di Cabbenge, adalah daerah Sulawesi
Selatan, yang terbentuk dari bebatuan yang sangat indah seperti kalsedon.

4. Chalcedon atau Kalsedon


 Chalcedon atau dikenal dengan sebutan Kalsedon adalah jenis alat yang terbuat dari batu
dan mempnyai fitur yang sangat indah dan menarik.

5. Alat dari Tanduk Rusa


Pada masa kebudayaan Ngandong banyak juga sejumlah alat yang berhasil ditemukan yang
terbuat dari tanduk rusa. Dimana alat tersebut pada salah satu bagian sisinya diruncingkan.
Jenis Alat ini umumnya sering digunakan untuk berburu, memotong, mengolah makanan
atau dijadikan sebagai alat untuk melindungi diri.

6. Alat dari Tulang dan Duri


Selain tanduk rusa masih banyak lagi sejumlah alat yang berhasil ditemukan yang terbuat
dari tulang binatang dan memiliki ukuran yang sedang hingga besar. Lalu cara
pembuatannya pun masih sama adalah dengan meruncingkan pada salah satu bagian
sisinya. Selain itu ada juga yang menggunakan dan memanfaatkan duri-duri ikan pari.
Dimana jenis alat tersebut umumnya digunakan sebagai belati, kemudian mata pada ujung
tombak, alat penusuk, lalu untuk merobek daging atau ubi dan lainnya.

7. Lukisan Dinding Goa


Lalu beberapa ahli menyebutkan bahwa ada juga hasil penemuan yang berupa sebuah
lukisan dinding di dalam Goa. Dimana lukisan tersebut membentuk seperti tapak tangan
yang berwarna merah dan babi hutan yang berhasil dijumpai di Goa Leang Pattae, di daerah
Sulawesi Selatan.
34

C. Kebudayaan Kejokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger berasal dari istilah bahasa
Denmark, yaitu Kjokken yang berarti dapur
dan modding yang berarti sampah. Jadi jika
digabung maka Kjokkenmoddinger berarti sampah
dapur. Lalu jika dihubungkan dengan kebudayaan Sampah Kerang Peninggalan
manusia, Kjokkenmoddinger adalah merupakan Kebudayaan Kejokkenmoddinger
suatu tumpukan timbunan kulit siput dan kerang
yang menggunung di sepanjang pantai Sumatera bagian timur yang terletak antara Langsa di Aceh
hingga Medan. Sepertinya kehidupan manusia purba pada saat itu memang sangat bergantung
dari hasil menangkap siput dan kerang karena ditemukannya sampah kedua binatang laut tersebut
dengan ketinggian sekitar 7 meter. Dengan adanya kebudayaan Kjokkenmoddinger ini maka hal ini
telah memberikan informasi bahwa di zaman mesolithikum, manusia purba pada umumnya pernah
menempati lingkungan tepi pantai.

Ciri Ciri Kjokkenmoddinger


Kjokenmodinger merupakan hasil kebudayaan dari zaman mesolitikum yang memiliki ciri ciri
tertentu. Tempat penemuan kjokkenmoddinger di sepanjang pantai timur sumatera dimana
ditemukannya di tepi pantai. Berikut adalah ciri ciri kebudayaan Kjokkenmoddinger yaitu:
1. Terdapat di pesisir pantai.
2. Sampah cangkang moluska yang membukit dari zaman mesolitikum.
3. Telah memadat dan menyatu selama ratusan bahkan ribuan tahun.

D. Kebudayaan Abris Sous Rouche


Abris sous roche  adalah  goa menyerupai
ceruk batu karang yang digunakan manusia
sebagai tempat tinggal. Penelitian mengenai
kebudayaan Abris sous roche ini juga dilakukan
oleh van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 Peninggalan Kebudayaan Abris Sous
di Goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo (Madiun). Rouche
Alat-alat yang ditemukan lebih banyak terbuat dari tulang sehingga disebut sebagai Sampung
Bone Culture. Di daerah Besuki (Jawa Timur), van Heekeren juga menemukan kapak Sumatra dan
kapak pendek. Abris sous roche juga ditemukan pada daerah Timor dan Rote oleh Alfred
Buhler yang menemukan flakes culture dari kalsedon bertangkai dan hal ini diduga merupakan
35

peninggalan bangsa  Papua Melanesoide. Hasil kebudayaan Abris sous roche juga ditemukan


di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa disebut kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala
ditemukan pada suatu goa yang disebut Goa Leang Pattae dan inti dari kebudayaan ini
adalah flakes dan pebble.

Alat-alat Peninggalan Kebudayaan Abris Sous Rache


1. Serpih Bilah
Serpih Bilah Serpih bilah merupakan semacam alat berburu yang memiliki permukaan kasar.
Salah satu alat khas zaman Mesolitikum adalah alat mikrolit yang berbentuk geometris.
Dipakai untuk membuat alat ini antara lain, kalsedon, andesit, dan batu gamping. Tradisi
serpih bilah terutama berlangsung dalam kehidupan di gua Sulawesi Selatan dan Nusa
Tenggara Timur. Teknik pembuatan alat serpih bilah hampir sama dengan pembuatan alat-
alat serpih pada masa sebelumnya.
2. Alat Tulang
Alat tulang banyak ditemukan di Jawa tepatnya di Gua Lawa dekat Sampung. Alat-alat
tersebut antara lain lancipan, belatik dari tanduk, sundip tulang, dan beberapa mata kail.
3. Lukisan Dalam Gua
Lukisan yang ada di dalam gua dibuat dengan cara menggores pada dinding-dinding
menggunakan cat berwarna merah, hitam, atau putih. Lukisannya berupa cap tangan
dengan cara merentangkan jari-jari tangan pada dinding-dinding gua. Ada juga lukisan
berupa gambaran pengalaman, perjuangan dan harapan hidup.

E. Manusia Purba Mengenal Api


Pengendalian api oleh manusia purba adalah titik
balik dalam evolusi kebudayaan manusia yang
memungkinkan manusia untuk berkembang biak
dengan memasak makanan, dan dengan
menemukan kehangatan dan perlindungan.
Manusia Purba Mengenal Api

Makanan dimasak dengan protein dan karbohidrat oleh manusia. Api juga memungkinkan
perluasan aktivitas manusia ke dalam jam lebih dingin dari malam hari (atau iklim lebih dingin
secara umum), dan memberikan perlindungan dari predator. Bukti tegas kontrol luas api sekitar
125.000 tahun yang lalu dan kemudian. Bukti untuk dikendalikan penggunaan api oleh  Homo
erectus dimulai sekitar 400.000 tahun yang lalu dan mendapatkan dukungan ilmiah yang luas.
36

Sementara klaim tentang bukti awal sebagian besar dianggap sebagai tidak meyakinkan atau
lengkap. Klaim untuk bukti definitif awal pengendalian api oleh anggota Homo berkisar 0,2-1,7 juta
tahun lalu.
Manfaat penggunaan api pada zaman pra-aksara
1. Menghangatkan Diri
Kondisi zaman dulu mungkin berbeda jauh dari yang kita alami saat ini, dulu manusia purba
hidup di alam bebas entah itu dibawah pohon, gua atau semacamnya. Yang mana ketika
malam hari suhu akan lebih dingin, dengan apilah kemudian mereka menghangatkan diri.  
2. Memasak Makanan
Selain menghangatkan diri, api juga membawa peran penting dalam mengolah makanan.
Makanan yang didapat dari hasil berburu akan diolah dan dimasak menggunakan api.
Biasanya mereka akan langsung membakarnya, dengan ditusuk pakai bambu. Mereka juga
sudah mulai mengenal bumbu-bumbuan untuk menciptakan rasa pada makanan yang
mereka olah.
3. Sebagai Benteng Pertahanan
Dipercaya atau tidak, api juga berguna dalam mempertahanka diri terutama dari binatang-
binatang buas. Api akan dihidupkan ketika malam hari, selain sebagai penghangat juga
menghalau dari binatang buas.  
4. Sumber Penerangan
Api yang menghasilkan cahaya ketika dihidupkan, sudah mereka gunakan sebagai sumber
penerangan ketika malam hari.   
5. Membuka Lahan
Manusia purba akan berpindah bila lahannya sudah habis dan tidak subur lagi, biasanya
mereka akan membuka lahan dengan cara membakar hutan. Bahkan tindakan ini masih
berlangsung hingga saat ini, tapi karena saat ini kawasan hijau sudah tidak seperti dulu lagi
makanya membakar hutan sangatlah dilarang.  
37

F. Kebudayaan Kapak Persegi


Kapak persegi adalah alat dibuat dari
batu berbentuk persegi. Asal-usul kapak
peregi bermula saat migrasi bangsa Asia
ke Indonesia. Nama kapak persegi
diberikan oleh Von Heine Geldern
dengan memperhatikan penampang dari
alat-alatnya, yang kadang kala berbentuk
Kapak Persegi
persegi panjang atau trapesium.
Di Indonesia bagian barat: pulau sumatera, jawa dan Bali didapatkan kapak persegi, tetapi di
Indonesia bagian timur, sedikit ditemukan dengan pembuatan kasar...Tempat-tempat kapak
persegi diketemukan di dekat Lahat (Palembang) , Bogor, Sukabumi, Karawang dan Tasikmalaya,
Pacitan (Jawa Timur). Diketemukan juga chalcedon (batu yang indah) dibuat sangat indah dan
halus, sehinga batu itu mungkin sebagian tanda kebesaran atau alat upacara. Sejenis dengan
kapak persegi dinamakan “kapak bahu”. 

Meskipun namanya kapak persegi, tidak semua kapak persegi berbentuk kapak, ada juga yang
berbentuk pacul dan ada juga yang termasuk jenis tarah, tarah ini digunakan untuk membuat alat
dari kayu. Semua alat ini berbentuk sedikit melengkung dan bertangkai. Hal ini berbeda pada saat
zaman-zaman sebelumnya yang alat-alatnya biasanya tanpa tangkai sehingga hanya cukup
digenggam saja.
Adapun ciri kapak persegi sebagai berikut:
1. Penampang berbentuk lonjong
2. Ujung kapak agak lancip
3. Ujung di sisi lain berbentuk agak bulat
4. Terbuat dari bahan dasar batu
38

G. Kebudayaan Kapak Lonjong


Kapak lonjong juga merupakan salah satu
peninggalan dari zaman Neolitikum.
Kebudayaan kapak ini diperkirakan lebih tua
daripada kapak persegi. Dinamakan kapak
lonjong karena mempunyai bentuk lonjong
seperti telur. Selain itu kapak lonjong memiliki ujung yang runcing, namun tidak seruncing mata
panah. Pada umumnya kapak lonjong ini dibuat dari batu kali yang berwarna kehitaman dan
mempunyai tingkat kekerasan tertentu, seperti yang masih digunakan di daerah Papua. Sedangkan
ukuran-ukuran dari kapak ini berbeda-beda, yang besar disebutwelzenbeil dan kapak yang kecil
disebut dengan kleinbeil.

Kapak lonjong mempunyai fungsi yang hampir sama dengan kapak persegi. Diantaranya kapak
lonjong yang berukuran besar ini digunakan untuk memotong makanan dan sebagai pekakas.
Sedangkan kapak lonjong yang berukuran kecil digunakan untuk benda wasiat dan
upacara.Daerah penemuan kapak lonjong di Indonesia, hanya terbatas di daaerah bagian timur,
yaitu Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanimbar, dan Papua. Di Serawak yaitu di
Gua Niah, kapak lonjong juga di temukan. Dari tempat-tempat yang disebutkan itu, hanya sedikit
yang diperoleh dari penggalian arkeologi, kecuali di Serawak dan Kalumpang di Sulawesi Tengah.
Suatu hal yang agak menyulitkan tentang penelitian kepurbakalaan ini adalah karena alat
semacam ini masih dibuat di pedalaman Pulau Papua. Tidaklah mustahil temuan-temuan lepas di
beberapa tempat di bagian timur Indonesia tu adalah hasil pengaruh dari Papua yang mencapai
tampat-tempat tersebut dalam waktu yang tidak begitu tua.

Sampai saat ini kita masih dapat menemukan kebudayatan kapak lonjong ini di Papua, karena
kapak lonjong di Papua masih digunakan dalam membuat bahan makanan. Selain itu,kapak lojong
juga digunakan usebagai alat perkakas dan sebagai alat untuk memangkas. Hal  ini juga
dikarenakan Papua merupakan pusat pembuatan dari kapak lonjong.

Adapun ciri-ciri kapak lonjong sebagai berikut:


1. Penampang Berbentuk Lonjong
Ciri yang pertama adalah terdapat penampang yang berbentuk lonjong. Oleh karena bentuk
penampang tersebutlah, kapak ini diberi nama “kapak lonjong”.
39

2. Ujung Kapak Yang Agak Lancip


Ciri berikutnya adalah adanya ujung kapak yang berbentuk agak lancip. Sisi ujung kapak
yang agak lancip tersebut biasanya digunakan sebagai tangkai kapak. Sehingga,
memungkinkan kapak untuk digenggam. Namun dalam perkembangannya, tangkai kapak
juga bisa menggunakan bahan tambahan berupa kayu maupun bambu.

3. Ujung Di Sisi Lain Yang Mempunyai Bentuk Agak Bulat Dan Tajam
Ciri selanjutnya adalah adanya sisi ujung lain yang berbentuk agak bulat dan juga tajam. Sisi
ujung inilah yang digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas memotong dan
memangkas.

4. Terbuat Dari Bahan Dasar Batu


Ciri terakhir dari kapak lonjong adalah terbuat dari bahan dasar batu. Batu yang digunakan
dalam pembuatan kapak ini dapat berupa batu kali yang berwarna hitam maupun batu nefrit
yang berwarna hijau tua.

H. Perkembangan Zaman Logam


Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah
mengenal logam dan membedakan mana perunggu,
emas, besi, dan tembaga. Di Indonesia didominasi
oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam
juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang
Gambar Zaman Logam
ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan
bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman
sejarah.

Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan di Eropa, karena zaman logam di
Eropa mengalami 3 fase / bagian, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi.
Sedangkan di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman
tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil
temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga
dengan zaman perunggu.
40

Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalitikum, yaitu
kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak
kebudayaan megalitikum justru pada zaman logam. Zaman logam bermula kira-kira 4000 tahun
dahulu. Manusia telah mula mencipta alat gangsa dan besi . Pada zaman Logam orang sudah
dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat- alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik
melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan

Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve
dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa
perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan
tangan.

Ciri-ciri Zaman Logam ialah:


1. Lokasi
 Sungai Tembeling (Pahang),
 Gua Harimau (Perak),
 Chankat Menteri (Perak)

2. Ciri-ciri penempatan dan masyarakat


 Suka hidup secara menetap di satu tempat
 Penempatan berdekatan dengan sungai dan ada segelintir tinggal di gua
 Mempunyai adat resam

3. Kegiatan utama
 Bercocok tanam
 Menangkap dan menternak binatang
 Berburu
 Berdagang secara bertukar barang

4. Peralatan
 Mencipta alat logam daripada gangsa dan besi
5. Kepercayaan
 Sudah mempunyai kepercayaan dan pegangan hidup tertentu
41

 Mengamalkan upacara pengebumian menggunakan kepingan batu

Zaman logam dibagi atas :


1. Zaman Perunggu
Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina
(pusat kebudayaan) ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah
dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :
a. Kapak Corong
Kapak Corong (Kapak Perunggu), banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Balio,
Sulawesi dan Kepulauan Selayar dan Irian. Kegunaannya sebagi alat perkakas.
b. Nekara Perunggu (Moko)
Nekara merupakan gendering besar yang terbuat dari perunggu yang berfungsi untuk
upacara ritual (khususnya untuk memanggil hujan) Nekara terbesar di Indinesia adalah
Nekara “The moon Of Pejeng” yang terdapat di Bali. Sedangkan Moko adalah nekara
yang lebih kecil yang berfungsi sebagai mas kawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa- Bali,
Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
c. Bejana perunggu
Bejana perunggu di Indonesia ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura,
bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Kedua bejana yang ditemukan
mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometri dan
pilin-pilin yang mirip huruf J.
d. Arca perunggu (patung)
Arca perunggu/patung yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk
beranekaragam, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang. Pada
umumnya arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian
atasnya.
a. Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu
sehingga tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakansebagai liontin/bandul
kalung.
b. Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Bangkinang (Riau), Palembang
(Sumsel) dan Limbangan (Bogor).
42

2. Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat
yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun
perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
1. Mata Kapak bertungkai kayu
2. Mata Pisau
3. Mata Sabit
4. Mata Pedang
5. Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan
Punung (Jawa Timur). Peninggalan sejarah pada zaman ini sulit ditemui karena sifatnya
yang mudah berkarat

3. Zaman Tembaga (tidak terlalu berkembang di indonesia)


Pada zaman tembaga ini, manusia menggunakan tembaga sebagai bahan dasar alat-alat
yang digunakan. Akan tetapi, alat-alat dari tembaga tidak tersebar secara luas. Dengan kata
lain, zaman ini hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Asia Tenggara,( termasuk
Indonesia) tidak mengalami zaman tembaga, sehingga zaman neolithikum langsung disusul
oleh masuknya zaman perunggu. Mengenal Zaman Tembaga 3500-1000 Tahun SM. Zaman
tembaga berkembang di semenanjung Malaya, Kamboja, Thailand, dan paling banyak
ditemukan di Eropa.
43

Tugas Kelompok:
Kerjakan dengan teman sebangkumu untuk mendiskusikan tentang;
1. Mengapa manusia purba membuat peralatan dari bahan batu, kayu, dan tulang?
2. Jelaskan tentang hasil-hasil kebudayaan Neolitikum!
3. Jelaskan tentang perkembangan teknolologi pada zaman Neolitikum!
4. Jelaskan makna revolusi kebudayaan pada zaman Neolitikum dengan menunjukkan hasil-
hasil peresebarannya!
5. Carilah alat-alat yang digunakan pada masa manusia purba kedalam tabel berikut:
NO NAMA ALAT DAERAH TEMUAN KEGUNAAN

BAB II
44

PEDAGANG, PENGUASA DAN PUJANGGA PADA MASA KLASIK (HINDU-BUDHA)

A. Pengaruh Budaya India

Budaya berasal dari kata Sansekerta yaitu “ buddhayah” atau “buddhi” yang berarti akal.
Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal. Dan melalui akalnya
manusia memiliki hasil karya yang senantiasa berkembang mengikuti perkembangan kehidupan
manusia itu sendiri.

Kebudayaan India tidak terlepas dari pengaruh agama Hindu-Budha yang berkembang di lembah
sungai Indus, India. Sekitar 2000 tahun SM mulai berkembang agama Hindu dan beberapa waktu
kemudian di India pula lahir budaya dan agama Budha.

Dalam kebudayaan Hindu terjadi perpaduan antara budaya Arya (kepercayaan untuk memuja
banyak Dewa (Polytheisme) ), budaya Dravida (memuja roh nenek moyang), dan budaya Munda
ag (kasta-kasta). Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan
Pancasradha yang juga ikut mempengaruhi budaya yang ada di India. Pancasradha merupakan
keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
1. Widhi Tattwa - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2. Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3. Karmaphala Tattwa - percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
4. Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
5. Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
45

Sedangkan agama Budha lahir  sebagai reaksi terhadap dominasi golongan Brahmana dalam ritual
keagamaan. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan
mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran tradisi Theravada ,
Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana).

Dengan pengaruh dari agama Hindu-Budha tersebut kebudayaan masyarakat India terus
mengalami perkembangan dan kemajuan seiring dengan perubahan zaman dan kebutuhan,
terutama dalam bidang kesenian yang melahirkan kuil-kuil megah dan kitab-kitab yang memiliki
nilai sastra tinggi seperti  Mahabharata dan Ramayana. Dari India inilah kemudian kebudayaan
Hindu-Budha menyebar ke berbagai tempat, salah satunya Indonesia.
Adapun Pengaruh Kebudayaan India Terhadap Kebudayaan Indonesia:

1. Bidang Kepercayaan Atau Agama


Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah berkembang kepercayaan yang berupa pemujaan
terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat Animisme dan Dinamisme. Animisme
merupakan satu kepercayaan terhadap roh atau jiwa sedangkan Dinamisme merupakan satu
kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan India,
penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh
lapisan elite para raja dan keluarganya. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia
sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata
lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti
perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu

Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu
-Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam
upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya,
upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh
umat Hindu di India.

2. Bahasa
46

Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta
yang dapat temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan
bahasa Indonesia. Dan istilah-istilah penting yang menggunakan bahasa Sansekerta.

3. Bidang Politik
Pertama kali Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini
kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku
yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-
kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya. Menurut sejarah yang ditemukan
bahwasannya India adalah salah satu membawa misi penyebaran agama sekaligus memberi
wawasan dengan sistem pemerintah kerajaan. Hal itu terbukti dalam terbentuknya kerajaan Hindu
dan Budha. Penduduk asli Indonesia telah mengembangkan sejumlah pranata sosial semisal
“Negara.” Entitas Negara ini diantaranya dibuktikan dengan adanya prasasti Muara Kaman yang
menunjukkan kerajaan Kutai dengan rajanya Kudungga. Orang-orang Indonesia ini kemudian
melakukan kontak dengan para pedagang dari India. Selain di Kutai, juga berdiri kerajaan-kerajaan
di Jawa Barat tepatnya di tepi sungai Cisadane Bogor. Kerajaan-kerajaan tersebut sudah hidup
makmur lewat kontak dagangnya dengan India Selatan. Raja-rajanya kemudian mengadaptasi
konsep-konsep Hindu ke dalam struktur kerajaannya. Mereka mengundang para Brahmana India
Selatan dari aliran Wisnu atau Brahma. Para pendeta tersebut memberi konsultasi dan nasehat
mengenai struktur dan upacara-upacara keagamaan, termasuk pula bentuk Negara, organisasi
Negara, dan upacara-ucapara kenegaraan menurut sistem yang berlaku di India Selatan.
Ke-“jenius-lokal”-an orang-orang Indonesia ini ditunjukkan dengan kemampuan mereka
mengadaptasi pola-pola sosial dan politik India ke dalam hidup kerajaan mereka.

4. Bidang Sosial
Dalam bidang sosial terjadi perubahan-perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat.
Perubahan itu terjadi sebagai akibat diperkenalkannya sistem kasta dalam masyarakat. Kasta-
kasta itu diantaranya kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya kasta sudra.

5. Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan
kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama
dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh
misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.
47

6. Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan
Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di
Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya
mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab
Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan
pembuatan arca dan bangunan. Contoh candi Borobudur salah satu dari 7 keajaiban dunia dan
merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram. Itu membuktikan masyarakat telah memiliki
pengetahuan dan teknologi yang tinggi.

7. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra, seni bangunan dan
seni pertunjukan.
a. Seni Rupa Dan Seni Ukir
Unsur seni rupa India telah masuk ke Indonesia dibuktikan dengan ditemukannya relief-
relief cerita sang Budha pada candi Borobudur atau seni ukir yang dipahatkan pada
bagian dinding candi. Dan sekarang relief-relief tersebut dijadikan hiasan pada
bangunan, seperti yang terdapat pada pustaka wilayah yang terdapat di provinsi Riau.
b. Seni Sastra
Bahasa sanskerta yang berasal dari India juga membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan sastra di Indonesia, seperti prasasti yang ditulis dengan huruf pallawa
dan bahasa sanskerta. Tidak hanya itu kitab-kitab yang dibuat pada zaman tersebut juga
memiliki nilai sastra yang tinggi.Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi).
Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama
dari India.Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas kitab keagamaan
(tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya
yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah,
seperti Negarakertagama.
c. Seni Bangunan
Yang menjadi bukti berkembangnya budaya India di Indonesia adalah bangunan candi.
Dasar bangunan candi merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia pada zaman
megalitikum yang berupa punden berundak-undak kemudian mendapat pengaruh dari
kebudayaan India sehingga menjadi wujud sebuah candi.
48

d. Seni Pertunjukkan
Wayang Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia dan
pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud
akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon cerita dari
kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India.

8. Bidang Ekonomi.
Pengaruh India masuk ke Indonesia dalam bidang ekonomi tidak terlalu banyak. Hal itu
dikarenakan misi utama mereka masuk ke Indonesia bukan untuk berdagang, tapi untuk
menyebarkan agama Hindu. Tapi karena India mempunyai semangat etos yang tinggi dalam
mencari uang jadi masyarakat sekitar mulai untuk mencontoh india dalam bidang ekonomi.
Dan mereka dalam berdagang juga sangat luwes, jadi kebanyakan masyarakat indonesia
meniru dari keluesan mereka dalam berdagang.

B. Teori Masuknya Hindu-Budha di Indonesia

Letak wilayah Indonesia yang strategis dan merupakan daerah penghasil rempah-rempah
membuat  indonesia sering di kunjungi oleh bangsa-bangsa lain untuk melakukan perdagangan,
salah satunya India. Bangsa India yang tadinya ke Indonesia hanya bermaksud untuk berdagang
ternyata membawa misi untuk menyebarkan agama.

Sambil menunggu angin musim yang baik, para pedagang India tersebut melakukan interaksi
dengan penduduk setempat, selain menjalin hubungan dagang, para pedagang India membawa
ajaran agama beserta kebudayaannya sehingga semakin lama ajaran dan kebudayaan mereka
berpengaruh terhadap penduduk setempat. Sejak itulah sedikit demi sedikit pengaruh luar mulai
masuk ke wilayah Indonesia dan terus berkembang sampai sekarang ini.
Masuknya Kebudayaan Hindu ke Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu di Indonesia disebut penghinduan atau
Hinduisasi. Berikut merupakan teori-terori masuknya kebudayaan Hindu ke Indonesia :
1. Teori Brahmana
` Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para kaum
brahmana. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa di Nusantara untuk
mengajarkan agama kepada raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan.
Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah J.C. Van Leur. Ia perpendapat bahwa
agama Hindu masuk ke Indonesia di bawa oleh kaum brahmana, karena hanya kaum
49

brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Pendapatnya ini juga
berdasarkan pada pengamatannya terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan
bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa,dimana bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa itu
hanya dimengerti oleh para brahmana.

2. Teori Ksatria
Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para kaum
Ksatria atau para prajurit. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah   F.D.K.
Bosch. Menurut Teori ksatria, jaman dulu di India sering terjadi perang. Kemudian para
prajurit yang kalah banyak yang pergi meninggalkan India. Banyak diantara mereka pergi ke
wilayah nusantara. Mereka inilah yang kemudian menyebarkan agama dan kebudayaan
hindu di wilayah nusantara. .

3. Teori Waisya
Teori ini mengatakan bahwa agama Hindu yang masuk ke Indonesia di bawa oleh para
pedagang India yang berdagang di Indonesia dan kemudian mengajarkan ajaran agama
Hindu kependuduk setempat. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah N.J.
Krom. Menurut NJ. Krom, proses terjadinya hubungan antara India dan Indonesia karena
adanya hubungan perdagangan, sehingga orang-orang India yang datang ke Indonesia
sebagian besar adalah para pedagang. Perdagangan yang terjadi pada saat itu
menggunakan jalur laut dan teknologi perkapalan yang masih banyak tergantung pada angin
musim.

Hal ini mengakibatkan dalam proses tersebut, para pedagang India harus menetap dalam
kurun waktu tertentu sampai datangnya angin musim yang memungkinkan mereka untuk
melanjutkan perjalanan. Selama mereka menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan
dengan perempuan-perempuan pribumi. Mulai dari sini pengaruh kebudayaan Hindu
menyebar dan menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

4. Teori Sudra
50

Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para kaum
sudra,dalam hal ini adalah kaum-kaum terbawah. Tokoh yang mengemukakan pendapat
tersebut adalah Von Van Faber. Von Van Faber ini menyatakan bahwa penyebaran agama
hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta sudra. Alasannya karena
mereka dianggap sebagai orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak sehingga
mereka datang ke Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya.

5. Teori Arus Balik


Teori ini mengatakan bahwa agama Hindu yang masuk ke Indonesia dibawa oleh para
pelajar (orang Indonesia) yang belajar atau mendalami agama Hindu di India kemudian
setelah mereka menempuh pendidikan. Lalu mereka pulang dan mengajarkan
(menyebarluaskan) ajaran Hindu kepada penduduk setempat.

Teori ini di kemukakan oleh F.D.K Bosch. Ia mengemukakan peranan bangsa Indonesia
sendiri dalam penyebaran dan pengembangan  agama hindu. Penyebaran budaya India di
Indonesia dilakukan oleh kaum terdidik. Akibat interaksinya dengan para pedagang India, di
Indonesia terbentuk masyarakat Hindu terdidik yang di kenal dengan sangha. Mereka giat
mempelajari bahasa Sanskerta, kitab suci, sastra, dan budaya tulis. Mereka kemudian
memperdalam agama dan kebudayaan Hindu di India. Sekembalinya ke Indonesia mereka
mengembangkan agama dan kebudayaan tersebut. Hal ini bisa diliat dari peninggalan dan
budaya yang memiliki corak keindonesiaan.

Tugas Individu!
51

1. Menurut pendapatmu teori manakah yang paling kuat tentang masuknya agama Hindu-
Budha di Indonesia?
2. Jelaskan kelebihan dan kelemahan dari masing-masing teori masuknya agama Hindu-Budha
di Indonesia!
3. Jelaskan alasan mengapa rakyat Indonesia mudah menerima ajaran Hindu-Budha?
4. Jelaskan tentang masuknya budaya India!
5. Jelaskan tentang jaringan perdagangan Nusantara masa Hindu-Budha!

Kerajaan-Kerajaan Masa Hindu Budha Di Indonesia


52

A. Kerajaan Kutai
Kerajaan kutai didirikan di tepi sungai Mahakam,
Kalimantan Timur pada tahun 400 Masehi. Terdapat
tujuh buah yupa atau tugu batu yang dibuat oleh para
Brahmanan atas kedermawanan Mulawarman raja dari
kerajaan kutai saat itu yang memberikan 2.000 ekor sapi
kepada kaum brahmana. Masa kejayaan kerajaan kutai Gambar Peninggalan Kerajaan

berakhir saat raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma


tewas saat perperangan melawan kerajaan Kutai
Kartanegara dibawah pimpinan rajanya yang ke-13 yaitu
Pangeran Anum panji Mendapa.

Pendiri Kerjaan Kutai yaitu raja Kudungga. Raja tersebut


mendapat gelar Wangsakerta yang artinya pembentuk Ilustrasi Raja Kudungga
keluarga raja. Selain itu, Raja Kudungga juga mendapat sebutan sebagai Dewa Ansuman atau
Dewa Matahari. Raja Kudungga mempunyai putra yang bernama Aswawarman. Kemudian,
Aswawarman ini mempunyai memiliki putra yang bernama Mulawarman

Masa Kejayaan Kerajaan Kutai


Tidak banyak informasi mengenai Kerajaan Kutai yang temukan. Tetapi menurut prasasti Yupa,
puncak kejayaan Kerajan Kutai berada pada masa kepemerintahan Raja Mulawarman. Pada masa
pemerintahan Mulawarman, kekuasaan Kerajaan Kutai hampir meliputi seluruh wilayah Kalimantan
Timur. Rakyat Kerajaan Kutai pun hidup sejahtera dan Makmur
6. Bidang Politik
Dalam prasasti-prasasti yang ditemukan di Kutai, terdapat salah satu prasasti yang
didalamnya tetulis “Sang Maharaja Kundungga yang amat mulia mempunyai putra yang
mashur, Sang Aswawarman namanya, yang seperti Sang Ansuman (Dewa Matahari)
menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai putra tiga,
seperti api (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu adalah Sang Mulawarman,
raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan
kenduri (selamatan) emas amat banyak. Buat peringatan kenduri itulah tugu batu ini didirikan
oleh para Brahmana.”
53

Dari prasasti tersebut dapat diketahui nama-nama raja yang pernah memerintah di Kerajaan
Kutai. Raja pertama bernama Kundungga yang merupakan nama Indonesia asli. Ia
mempunyai seorang anak yang bernama Aswawarman yang dianggap sebagai pendiri
dinasti atau pembentuk keluarga (Wamsakerta). Nama anak Kundungga di atas
menunjukkan telah masuknya pengaruh Hindu dalam Kerajaan Kutai. Selanjutnya, dapat
diketahui pula bahwa Aswawarman itu mempunyai 3 orang putra. Salah seorang di antara
putranya itu sangat terkenal, bernama Mulawarman. Kedua nama terakhir menggunakan
bahasa Sanskerta. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada masa kerajaan Kutai,
mereka telah mengenal sistem pemerintahan. Pemerintahan bukan lagi dipimpin oleh kepala
suku, tetapi dipimpin oleh Raja. Dalam prasasti tersebut juga membuktikan bahwa raja-raja
Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.
Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kutai
1. Maharaja Kudungga 12. Maharaja Sangga Warman Dewa
2. Maharaja Asmawarman 13. Maharaja Candrawarman
3. Maharaja Mulawarman 14. Maharaja Sri Langka Dewa
4. Maharaja Marawijaya Warman 15. Maharaja Guna Parana Dewa
5. Maharaja Gajayana Warman 16. Maharaja Wijaya Warman
6. Maharaja Tungga Warman 17. Maharaja Sri Aji Dewa
7. Maharaja Jayanaga Warman 18. Maharaja Mulia Putera
8. Maharaja Nalasinga Warman 19. Maharaja Nala Pandita
9. Maharaja Nala Parana Tungga 20. Maharaja Indra Paruta Dewa
10. Maharaja Gadingga Warman Dewa 21. Maharaja Dharma Setia
11. Maharaja Indra Warman Dewa

7. Bidang Ekonomi
Secara geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India.
Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Kutai, disamping pertanian. Dan keterangan tertulis pada prasasti yang
mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan
20.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Diperkirakan bahwa pertanian dan peternakan
merupakan mata pencaharian utama masyarakat Kutai. Melihat letak di sekitar Sungai
Mahakam sebagai jalur transportasi laut, diperkirakan perdagangan masyarakat Kutai
54

berjalan cukup ramai. Bagi pedagang luar yang ingin berjualan di Kutai, mereka harus
memberikan “hadiah” kepada raja agar diizinkan berdagang.
Pemberian “hadiah” ini biasanya berupa barang dagangan yang cukup mahal harganya dan
pemberian ini dianggap sebagai upeti atau pajak kepada pihak Kerajaan. Melalui hubungan
dagang tersebut, baik melalui jalur transportasi sungai-laut maupan transportasi darat,
berkembanglah hubungan agama dan kebudayaan dengan wilayah-wilayah sekitar. Banyak
pendeta yang diundang datang ke Kutai. Banyak pula orang Kutai yang berkunjung ke
daerah asal para pendeta tersebut.

8. Bidang Agama
Kehidupan kebudayaan masyarakat Kutai erat kaitannya dengan kepercayaan atau agama
yang dianut. Yupa merupakan salah satu hasil budaya masyarakat Kutai, yaitu tugu batu
yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yakni
bentuk menhir. Salah satu yupa itu menyebutkan suatu tempat suci dengan nama
Waprakeswara (tempat pemujaan Dewa Siwa). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
masyarakat Kutai adalah pemeluk agama Hindu Syiwa. Selain itu, masyarakat Kutai juga
ada yang masih menjalankan adat istiadat dan kepercayaan asli mereka.

9. Bidang Sosial-Budaya
Karena Kerajaan Kutai telah mendapat pengaruh agama Hindu, maka kehidupan agamanya
telah lebih maju. Salah satu contohnya adalah pelaksanaan upacara penghinduan atau
pemberkatan seseorang yang memeluk agama Hindu yang disebut Vratyastoma. Upacara
tersebut dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman dan dipimpin oleh para pendeta
atau brahmana dari India. Baru pada masa pemerintahan Mulawarman, upacara tersebut
dipimpin oleh kaum brahmana dari Indonesia. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa kaum brahmana dari Indonesia ternyata memiliki tingkat intelektual yang tinggi
karena mampu menguasai bahasa Sanskerta. Karena, bahasa ini bukanlah bahasa yang
dipakai sehari-hari oleh rakyat India melainkan bahasa resmi kaum brahmana untuk
masalah keagamaan.

Masuknya pengaruh budaya India ke Nusantara, menyebabkan budaya Indonesia


mengalami perubahan. Perubahan yang terpenting adalah timbulnya suatu sistem
pemerintahan dengan raja sebagai kepalanya. Sebelum budaya India masuk, pemerintahan
hanya dipimpin oleh seorang kepala suku. Selain itu, percampuran lainnya adalah kehidupan
55

nenek moyang bangsa Indonesia mendirikan tugu batu. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa
dalam menerima unsur-unsur budaya asing, bangsa Indonesia bersikap aktif. Artinya bangsa
Indonesia berusaha mencari dan menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan asing tersebut
dengan kebudayaan sendiri.

Keruntuhan Kerajaan Kutai


Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu
diingat bahwa Kutai Martadipura berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya
pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah yang disebutkan dalam
sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang
disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

B.Kerajaan Tarumanegara

Sejarah Kerajaan Tarumanegara didirikan


pada tahun 450 Masehi di Jawa Barat.
Tarumanegara dari dua kata yaitu Taruma
dan Nagara. Kata Tarum diambil dari nama
sungai Citarum yang terletak di Jawa Barat Gambar peninggalan Kerajaan Tarumanegara
sedangkan Nagara berarti kerajaan atau
negara.

Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman yang sekaligus menjadi


raja pertama yang memipin Tarumanegara sampai tahun 382 Masehi.  Raja Tarumanegara yang
paling terkenal ialah Purnawarman yang memerintahkan penggalian sungai Gomati dan
Candrabaga. Bukti keberadaan Tarumanegara adalah ditemukanya 7 buah prasasti batu.

Raja-raja Kerajaan Tarumanegara

1. Jayasingawarman
Jayasingawarman berkuasa dari tahun 358 sampai 382 M. Beliau adalah salah satu dari
pendiri Kerajaan Tarumanegara. Jayasingawarman adalah seorang maharesi dari India.
Tepatnya Salankayana yang mengungsi ke nusantara yang daerahnya diserang dan
56

ditaklukkan Kerajaan Magada yang dipimpin oleh Maharaja Samudragupta. Dirinya wafat
dan dimakamkan di tepi sungai di bekasi tepatnya kali Gomati. Pada saat Jayasingawarman
berkuasa beliau memindahkan pusat kerajaan dari Rajatapura ke Tarumanegara.
Rajatapura adalah nama lain dari Salankayana atau Kota Perak.

2. Dharmayawarman
Darmayawarman adalah anak dari Jayasingawarman yang menggantikan ayahnya. Beliau
naik tahta pada tahun 382 M sampai 395 M. Tidak banyak catatan sejarah yang bisa
didaptkan tentang Raja kedua Kerajaan Tarumanegara. Namanya hanya tercantum di
Naskah Wangsakerta.

3. Purnawarman
Raja Purnawarman adalah raja yang terkenal di Kerjaan Tarumanegara. Namanya banyak
tertulis di Prasasti pada abad ke-5.  Namanya tertulis juga di Naskah Wangsakerta dan
ditulis dirinya memerintah dari tahun 395 M sampai 434 M. Raja Purnawarman yang
memindahkan ibukota kerajaan pada tahun397 M ke Sundapura. Inilah awal nama Sunda
tercipta. Beliau menamakan ibukota Kerajaannya dengan Sunda unntuk menyebut ibukota
kerajaannya sendiri. Berkat Raja Purnawarman kekuasaan Kerajaan Tarumanegara menjadi
besar karena menguasai 48 kerajaan kecil dibawah kekuasaannya. Kekuasaannya
membentang dari Salakanegara atau Rajapura yang diperkirakan berada di daerah Teluk
Lada, Pandeglang sampai Purbalingga, Jawa Tengah. Batas Kerajaan Tarumanegara
dulunya dianggap sampai Kali Brebes.

Setelah Kekuasaan Maharaja Purnawarman ada beberapa nama raja lain yaitu
Wisnuwarman yang berkuasa pada tahun 434 M sampai 455 M. Kemudia digantikan anak
beliau Indrawarman pada tahun 455 M sampai 515 M. Kemudian Maharaja Candrawarman
pada tahun 515 M -535 M lalu dilanjutkan Suryawarman pada tahun 535 M dan berakhir
pada 561 M.

4. Suryawarman
Suryawarman adalah raja Kerajaan tarumanegara yang ketujuh. Setelah ayahnya Maharaja
Candrawarman meninggal. Beliau memerintah selama 26 tahun. Suryawarman memiliki
kebijakan yang berbeda dibandingkan ayahnya, raja terdahulu. Dulu Raja Candrawrman
memberikan otonomi kepada raja-raja didaerah untuk mengurus kerajaannya sendiri. Tetapi
57

Suryawarman mengalihkan pikirannya untuk perkembangan bagian timu kerajaan. Hal itu
ditunjukkan dengan didirikannya kerjaan oleh menantunya yaitu Manikmaya sebuah
kerajaan di Kendan. Daerah Bandung dan Limbangan Garut. Daerah timur saat itu
berkembang sangat pesat dikarenakan didirikannya Kerajaan Galuh oleh cicit Manikmaya
pada tahun 612 M. Setelah Suryawarman raja-raja Kerajaan Tarumanegara berturut-turut
adalah Kertawarman (561-628 M), Sudhawarman (628-639 M), Hariwangsawarman (639-
640 M) Nagajayawarman (640-666 M)

5. Linggawarman
Raja Linggawarman adalah raja terakhir Kerajaan Tarumanegara. Linggawarman berkuasa
dari tahun 666 M sampai 669 M. Saat itu Raja Linggawarman tidak mempunyai putera. Dia
hanya mempunyai dua orang puteri. Puteri sulung bernama Manasih. Manasih menikah
dengan Tarusbawa yang kelak menggantikan Linggawarman menjadi raja. Puteri bungsu
bernama Sobakancana yang menikah dengan Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang kelak
menjadi pendiri kerajaan terbesar di Indonesia, Kerajaan Sriwijaya.

Masa Runtuhnya
Keruntuhan Kerajaan tarumanegara jarang diketahui. Bahkan dalam berbagai prasasti hanya
menyebutkan nama Maharaja Purnawarman. Hal yang paling memungkinkan adalah ketika Raja
Linggawarman turun tahta. Beliau digantikan oleh menantunya Tarusbawa. Tarusbawa yang saat
itu naik tahta ketika pamor Kerajaan Tarumanegara sudag turun berniat untuk membangkitkan
nama besar kerajaan mertuanya. Namun Langkah yang diambil justru menghilangkan Kerajaan
Tarumanegara. Dalam tahun 670 M. Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa,
merubah nama Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa itu membuat
Wretikandayun, cicit Manikmaya yang saat itu menjadi Raja Kerajaan Galuh memisahkan
negaranya dari Tarusbawa.

Pemisahan ini juga mendapat dukungan dari Kerajaan Kalingga. Karena saat itu putera mahkota
Kerajaan Galuh Sanna menikah dengan Sanaha Puteri Maharani Sima dari Kerajaan Kalingga,
Jepara Jawa Tengah. Dukungan tersebut membuat Wretikandayun meminta untuk wilayah
Kerajaan Tarumanegara dibagi dua. Karena ingin menghindari perang saudara, maka Raja
Tarusbawa memecah wilayah Kerajaan Tarumanegara menjadi wilayah Kerajaan Sunda dan
wilayah Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batasnya. Jadi disimpulkan Kerajaan
58

Tarumanegara hanya memiliki 12 Raja sampai Kerajaan Tarumanegara berubah menjadi Kerajaan
Sunda.

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara


Walaupun hanya sedikit yang dapat diketahu tentang Kerajaan Tarumanegara, tetapi banyak
peninggalan-peninggalan Kerajaan ini yang bisa disaksikan sampai sekarang. Sumber-sumber
sejarah dari dalam negeri adalah penemuan prasasti diberbagai tempat yang diperkirakan  wilayah
Kerajaan Tarumanegara. Dari luar negeri catatan sumber Kerajaan Tarumanegara berasal dari
catatan negeri cina.
1. Prasasti Ciateureun
Prasasti ini ditemukan di sungai Ciateureun salah satu muara sungai Cisadane Bogor.
Prasasti ini juga dikenal dengan sebutan Prasasti Ciampea yang ditemukan dengan huruf
pallawa dan sansekerta. Terdiri dari 4 baris dalam bentuk sloka dengan metrun anustubh. DI
prasasti ini juga ditemukan gambar seekor laba-laba dan telapak kaki Maharaja
Purnawarman.
2. Prasasti Jambu
Prasasti ini juga disebut Prasasti Pasir Koleangkak karena di temukan di bukit Koleangkak di
perkebunan jambu. Tepatnya 30 km sebelah barat kota Bogor. Isinya tertulis memuji
kebesaran Raja Purnawarman beserta gambar telapak kaki.
3. Prasasti Kebon Kopi
Ditemukan di Kampung Cibungbulan Bogor tepatnya di Kampung Muara Hilir. Istimewanya
prasasti ini karena terdapat sepasang tapak kaki gajah. Tapak kaki gajah ini digambarkan
sebagai tapak kaki Maharaj Purnawarman. Gajah adalah hewan yang disakralkan dan dekat
dengan Dewa Wisnu yang konon diibaratkan adalah pencitraan Maharaj Purnawarman
4. Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat
dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
5. Prasasti Pasir Alwi
Prasasti ini ditemukan diperbukitan Pasir Alwi Bojong Honje Sukamakmur Bogor
6. Prasasti Cidanghayang
Prasastini ini juga dikenal oleh masyarakat lokal sebagai prasasti Lebak, ditemukan di
kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang
Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi
59

dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan
keberanian raja Purnawarman.
7. Prasasti Tugu
Prasasti ini adalah prasasti terpanjang sepanjang ditemukan mengenai Kerajaan
Tarumanegara. Prasasti ini ditemukan di Tugu, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Dioahat
pada batu bulat panjang melingkar.

C. Kerajaan Kalingga

Sejarah Kerajaan Kalingga ini diketahui dari sumber catatan sejarah manuskrip, prasasti, cerita
rakyat setempat, dan kronik sejarah Tiongkok. Ratu Shima merupakan ratu yang memimpin
Kerajaan Kalingga. Catatan dari Tiongkok menjelaskan kalau sejak 674 hingga 732 Masehi, rakyat
Kalingga diperintah oleh Ratu Shima.

Ratu ini dikenal sangat adil dan bijaksana. Karena itu kondisi kerajaan ini sangat tentram dan
aman. Hukum ditegakkan tanpa pandang bulu. Seperti akan memotong tangan seseorang yang
terbukti sudah mencuri. Rakyatnya dikenal sangat pandai dalam membuat bunga kelapa dan
minuman keras. Komoditi kerajaan ini adalah gading gajah, cula badak, kulit penyu, perak dan
emas.

Silsilah Kerajaan Kalingga


Sosok Ratu Shima terkait erat dengan Kerajaan Galuh. Parwati, putri dari Maharani Shima
menikah dengan Mandiminyak, putra mahkota dari Kerajaan Galuh. Pangeran ini pun akhirnya naik
tahta sebagai raja kedua Kerajaan Galuh. Shima mempunyai cucu yang dikenal sebagai Sanaha.
Cucunya ini kemudian menikah dengan Bratasena, sang raja ketiga Kerajaan Galuh.

Bratasena dan Sanaha mempunyai keturunan bernama Sanjaya. Kelak Sanjaya menjadi raja
Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda. Dia memerintah kerajaan tersebut sejak 723 hingga 732
Masehi. Ketika Ratu Shima meninggal dunia pada 732 Masehi, Ratu Sanjaya diangkat sebagai
penggantinya. Sehingga dia memerintah Kerajaan Kalingga Utara. Kelak kerajaan ini dikenal
sebagai Bumi Mataram. Selanjutnya terbentuklah Dinasti atau Wangsa Sanjaya di kawasan
Kerajaan Mataram Kuno.

Kerajaan Holing akhirnya ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya pada tahun 752 Masehi. Kalingga
dianggap sebagai salah satu bagian jaringan perdagangan Hindu. Sama halnya dengan
60

Tarumanagara dan Melayu yang lebih dulu dikuasai oleh Sriwijaya. Tiga kerajaan itu memang
dianggap sebagai pesaing berat dalam jaringan perniagaan Sriwijaya.

Masa Kejayaan Kerajaan Kalingga


Masa kejayaan Kerajaan Kalingga terjadi kala dipimpin oleh Ratu Shima sejak 674 hingga 732
Masehi. Kejujuran dan keadilan sangat di junjung tinggi. Dengan penerapan hukum yang sangat
tegas, seperti memotong tangan bagi siapa saja yang terbukti mencuri. Kaling di Jepara
merupakan ibukota Kerajaan Kalingga. Kawasan ini dikenal sangat subur, sehingga rakyatnya
banyak mengandalkan dunia pertanian sebagai mata pencahariannya. Bahkan perdagangan hasil
buminya sampai ke negeri Tiongkok.

Masa Keruntuhan Kerajaan Kalingga


Sayangnya, masa kejayaan Kerajaan Kalingga tidak berlangsung lama. Sejak Ratu Shima
meninggal dunia dan tahtanya dimiliki keturunannya, mulailah terjadi tanda-tanda kehancuran.
Puncaknya kala terjadi serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Jalur perniagaannya direbut, dan rakyat
Kalingga harus mengungsi ke pedalaman Pulau Jawa.

Peningalan Kerajaan Kalingga


Bisa dikatakan catatan sejarah terkait Kerajaan Kalingga sangat terbatas. Catatan sejarah
pengembara dari zaman Dinasti Tang dan I-Tsing menjadi rujukan utamanya. Selain itu, para ahli
juga mengungkap keberadaan kerajaan ini dari berbagai peninggalan, seperti prasasti, arca dan
candi. Berikut ini sejumlah peninggalan yang mampu diidentifikasi.
1. Prasasti Tukmas
Prasasti tersebut dijumpai di Kecamatan Grabak, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa
Tengah. Huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta tertera pada prasasti tersebut. Pahatan
gambar juga terlihat pada prasasti tersebut. Peninggalan ini mengungkapkan kalau terdapat
sungai berair jernih di lereng Merapi. Aliran sungainya sangat mirip dengan sungai Gangga
yang ada di India.

Sejumlah gambar yang tertera pada prasasti tersebut adalah bunga teratai, kelasangka,
cakra, kendi, kapak dan trisula. Nah, dari prasasti ini nampak kalau Kerajaan Kalingga ada
hubungannya dengan kebudayaan agama Hindu yang berasal dari India. Memang
penemuan prasasti ini relatif jauh dari ibukota Kalingga yang terletak di Jepara. Namun hal
itu dianggap sebagai wilayah kekuasaan Kalingga yang sangat luas.
61

2. Prasasti Sojomerto
Kabupaten Batang menjadi wilayah penemuan prasasti ini. Sojomerto merupakan nama
dusun dimana prasasti itu ditemukan. Huruf kawi digunakan pada peninggalan ini, tapi
dengan menggunakan bahasa Melayu Kuno. Karena itu, diprediksi prasasti ini dibuat di abad
tujuh Masehi. 
Prasasti ini menerangkan keadaan keluarga dari Kerajaan Kalingga. Dapunta Sailendra
tertulis sebagai pendiri dari kerajaan tersebut. Sehingga dari penemuan ini disimpulkan
kalau pendiri dari Kerajaan Kalingga berasal dari keturunan Dinasti Sailendra, yang
merupakan penguasa dari Kerajaan Mataram Kuno.

3. Prasasti Upit
Prasasti ini ditemukan di wilayah Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah. Penemuan ini menjelaskan adanya kampung upit, yang dibebaskan dari pajak
atau daerah perdikan. Kebijakan ini atas anugerah Ratu Shima, sang penguasa Kalingga.
Agar bisa dirawat dan dilestarikan, maka prasasti ini ditempatkan di Museum Purbakala
yang berada di Prambanan, Klaten.

4. Candi Angin
Selain ketiga prasasti itu, Kerajaan Kalingga juga meninggalkan sejumlah bangunan berupa
candi. Salah satunya adalah Candi Angin. Bangunan kuno ini berada di Desa Tempur,
Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Penamaan candi ini karena letaknya sangat tinggi.
Namun, meskipun terpaan angin begitu kencang yang berlangsung setiap hari, tapi
bangunan candinya tetap kokoh dan tidak roboh.

Menurut para ahli, kemungkinan Candi Angin dibangun lebih dulu ketimbang Candi
Borobudur. Hal ini disimpulkan dari analisa karbon. Candi ini diprediksi dibangun sebelum
masuknya kebudayaan Hindu dan Budha melebur dengan kebudayaan masyarakat Jawa.
Karena tidak terdapat ornamen Budha dan Hindu pada candi tersebut.
62

D. Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terkuat di Sumatera beridiri pada abad ke-7 M. Nama
Sriwijaya sendiri diambil dari bahasa sansekerta yaitu Sri yang berarti cahaya, dan Wijaya yang
berarti kemenangan. Mencapai masa kejayaanya pada abad ke-9 sampai abad ke-10 Masehi
dengan menguasai hampir seluruh kerajaan di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya mengalami
keruntuhan ketika Raja Rajendra Chola dari Kerajaan Cholamandala melakukan persaingan dalam
hal perdagangan dengan Kerajaan Srwijaya yang menyebabkan melemahnya perekonomian
Sriwjaya dan Runtuhnya armada perangnya.Peninggalan Kerajaan Sriwijaya antara lain adalah
Prasasti Kedudukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Kota Kapur, Prasasti Karang Birahi, dan
Prasasti Talang Batu.

Kejayaan Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya berjaya pada abad 9-10 Masehi dengan menguasai jalur perdagangan maritim
di Asia Tenggara. Sriwijaya telah menguasai hampir seluruh kerajaan Asia Tenggara, diantaranya,
Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Sriwijaya
menjadi pengendali rute perdaganagan lokal yang mengenakaan bea cukai kepadaa setiap kapal
yang lewat. Hal ini karena Sriwijaya menjadi penguasa atas Selat Sunda dan Malaka. Selain itu,
Kerajaan Sriwijaya juga mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang
perdagangan yang melayani pasar Tiongkok dan India.

Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya mengalami keruntuhan ketika Raja Rajendra Chola, penguasa Kerajaan
Cholamandala menyerang dua kali pada tahun 1007 dan 1023 M yang berhasil merebut bandar-
bandar kota Sriwijaya. Peperangan ini disebabkan karena Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan
Cholamandala bersaing pada bidang perdagangan dan pelayaran. Dengan demikian, tujuan dari
serangan Kerajaan Cholamandala tidak untuk menjajah melainkan untuk meruntuhkan armada
Sriwijaya. Hal ini menyebabkan ekonomi Kerajaan Sriwijaya semakin melemah karena para
pedagang yang biasanya berdagang di Kerajaan Sriwijaya terus berkurang. Tidak hanya itu,
kekuatan militer Sriwijaya juga semakin melemah sehingga banyak daerah bawahannya yang
melepaskan diri. Akhirnya, Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke-13.
63

Raja-raja Kerajaan Sriwijaya


1. Dapunta Hyang Sri Jayanasa 13.Sumatrabhumi
2. Sri Indravarman 14.Sangramavijayottungga
3. Rudra Vikraman 15.Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-
4. Maharaja WisnuDharmmatunggadewa lo
5. Dharanindra Sanggramadhananjaya 16.Rajendra II
6. Samaragrawira 17.Rajendra III
7. Samaratungga 18.Srimat Trailokyaraja Maulibhusana
8. Balaputradewa Warmadewa
9. Sri UdayadityavarmanSe-li-hou-ta-hia- 19.Srimat Tribhuwanaraja Mauli
li-tan Warmadewa
10.Hie-tche (Haji) 20.Srimat Sri Udayadityawarma
11.Sri CudamanivarmadevaSe-li-chu-la- Pratapaparakrama Rajendra Maulimali
wu-ni-fu-ma-tian-hwa Warmadewa
12.Sri MaravijayottunggaSe-li-ma-la-pi

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya beberapa prasasti, diantaranya :


1. Prasasti Kedukan Bukit
Prasati ini ditemukan di Palembang pada tahun 605 SM/683 M. Isi dari prasasti tersebut
yakni ekspansi 8 hari yang dilakukan Dapunta Hyang dengan 20.000 tentara yang berhasil
menaklukkan beberapa daerah sehingga Sriwijaya menjadi makmur.
2. Prasasti Talang Tuo
Prasasti yang ditemukan pada tahun 606 SM/684 M ini ditemukan di sebelah barat
Palembang. Isinya tentang Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang membuat Taman Sriksetra
demi kemakmuran semua makhluk.
3. Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini bertuliskan tahun 608 SM/686 M yang ditemukan di Bangka. Isiny mengenai
permohonan kepada Dewa untuk keselamatan Kerajaan Sriwijaya beserta rakyatnya.
4. Prasasti Karang Birahi
Prasasti yang ditemukan di Jambi ini isinya sama dengan prasasti Kota Kapur tentang
permohonan keselamatan. Prasasti Karang Birahi ditemukan pada tahun 608 SM/686 M.

5. Prasasti Talang Batu


64

Prasasti ini ditemukan di Palembang, namun tidak ada angka tahunnya. Prasasti Talang
Batu berisi tentang kutukan terhadap pelaku kejahatan dan pelanggar perintah raja.
6. Prasasti Palas di Pasemah
Prasasti ini juga tidak berangka tahun. Ditemukan di Lampung Selatan yang berisi tentang
keberhasilan Sriwijaya menduduki Lampung Selatan.
7. Prasasti Ligor
Ditemukan pada tahun 679 SM/775 M di tanah genting Kra. Menceritakan bahwa Sriwijaya
di bawah kekuasaan Darmaseta.

E. Kerajaan Mataram Kuno

Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni Dinasti


Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti Sanjaya
yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. Beberapa saat kemudian, Dinasti
Syailendra yang bercorak Budha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Kedua dinasti ini
berkuasa berdampingan secara damai. Nama Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti
yang ditulis di masa raja Balitung.

Awal Berdiri
Rajya Medang I Bhumi Mataram menjadi ungkapan petunjuk bagi kita bahwa dahulu pernah ada
suatu kerajaan di bumi Mataram. Mataram sendiri diyakini sebagai nama daerah penting yang
dijadikan pusat kerajaan. Alasan inilah yang kiranya membuat kerajaan Medang lebih dikenal
sebagai kerajaan Mataram. Untuk lebih mengenal spesifiknya, Mataram yang dimaksud adalah
Mataram Hindu atau Mataram Kuno.

Kerajaan Mataram Kuno ini berdiri di atas sebuah prasasti tertulis berangka tahun 907 yang dikenal
masyarakat dengan prasasti Mantyasih. Prasasti ini mengatasnamakan Dyah Balitung dan
menjelaskan secara eksplisit bahwa penguasa pertama kerajaan Medang ini adalah Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Menyandang gelar ratu bukan berarti penguasa pertama kerajaan Mataram merupakan seorang
perempuan. Ratu, Rakai, dan Bhre adalah istilah asli nusantara untuk menyebut seorang
penguasa. Jadi Sanjaya memiliki jenis kelamin laki-laki namun memakai gelar ratu karena pada
saat itu tidak ada perbedaan yang berarti atas tafsir ratu dan raja.
65

Ibu Sanjaya bernama Sannaha. Sannaha ini memiliki seorang saudara bernama Sanna yang
menguasai sebuah kerajaan tanpa nama. Tepat di tahun 732 Masehi, Ratu Sanjaya mengeluarkan
sebuah prasasti yang menerangkan posisinya sebagai seorang raja. Ia memiliki seorang
pendahulu bernama Sanna. Beliau gagal memerintah kerajaan tak bernama hingga kondisi di
dalam kerajaan kacau, lalu Sanjaya datang untuk membereskan kekacauan.

Diketahui bahwa ternyata Sanna memiliki beberapa nama. Antara lain Senna dan Bratasenawa.
Proses turunnya ia dari tahta kerajaan Galuh setelah memerintah sejak 706 – 716 Masehi dipicu
oleh sebuah pemberontakan yang gagal diredam. Pemberontakan tersebut memang berniat
mengkudeta Raja Sanna. Pelaku di balik kudeta itu adalah Purbasora, paman dari Sanjaya.

Setelah diturunkan paksa oleh Purbasora, Raja Sanna merasa berhak menduduki tahtanya lagi. Ia
pun berlari ke sahabatnya, Raja Sunda pertama bernama Tarusbawa. Sebenarnya Kerajaan Galuh
dengan Kerajaan Sunda masih memiliki ikatan batin yang lebih dari persahabatan biasa. Kedua
kerajaan ini adalah bagian dari sejarah kerajaan Tarumanegara yang kemudian pecah menjadi dua
bagian.

Selanjutnya, di kerajaan Galuh, Sanna beserta keluarganya diperlakukan dengan sangat baik.
Setiap tingkah dari keluarga Sanna diperhatikan betul oleh Raja Tarusbawa hingga ia merasa
sangat simpati dengan keponakan sahabatnya itu. Raja Tarusbawa pun memutuskan menikahkan
putrinya dengan Sanjaya, anak Sannaha –adik kandung Sanna.

Setelah menikah dengan putri Raja Tarusbawa, otomatis Sanjaya lebih leluasa bermain politik
antar kerajaan. Ia bermaksud membalaskan sakit hati keluarganya atas kudeta yang dilakukan
keluarga Purbasora. Sanjaya menyampaikan maksudnya ini kepada mertuanya dengan tujuan
mendapatkan restu sekaligus bantuan perang merebut kembali hak milik kerajaan.

Sanjaya memulai pembalasan dendamnya dengan naik menjadi raja di kerajaan Sunda terlebih
dahulu. Ia memerintah di Sunda bukan atas nama besarnya langsung. Sanjaya hanya berusaha
menjalankan pemerintahan di Sunda menggantikan mertuanya yang sudah berumur. Seharusnya
tampuk kekuasaan jatuh ke tangan istrinya. Sayangnya sang istri kurang cakap dan lebih percaya
pada kemampuan suaminya. Sehingga nantinya Sanjaya menggenggam kekuasaan 3 kerajaan
sekaligus.Karena ia menjadi raja yang cakap di kerajaan Sunda yang termasuk wilayah Jawa
Barat, Sanjaya ikut terlibat dalam sejarah kerajaan Kalingga. Ia menggantikan Ratu Sima yang
66

terkenal super adil untuk menduduki tahta kerajaan Kalingga. Di abad ke-7 itu pulalah Sanjaya
mengakhiri kekuasaannya di Jawa Barat dengan membagi wilayah kerajaan kepada kedua
putranya. Sanjaya kemudian pergi ke Mataram lagi sesuai dengan keinginan awalnya. Di sana ia
mengambil alih kekuasaan dan menjadi raja di Mataram Kuno. Karena memulai segalanya lagi dari
awal, sejarah lebih mengenal Sanjaya sebagai pendiri wangsa Sanjaya yang menguasai kerajaan
Mataram Kuno.

Masa Kejayaan
1. Wangsa Sanjaya
Kejayaan Mataram Kuno sudah tampak sejak awal. Semua ini berkat jiwa kepemimpinan
Sanjayayang memang layak menjadi raja. Sanjaya bukan sembarang raja yang hanya
menginginkan kekuasaan semata. Sanjaya adalah seorang raja yang juga memahami isi
dari kitab sucinya. Ia adalah seorang penganut Hindu Syiwa yang sangat taat.

Selama pemerintahan Sanjaya, penduduk Mataram Kuno menghasilkan komoditi pertanian


berupa olahan padi yang digunakan sebagai pemenuh kebutuhan masyarakat di dalam
maupun luar kerajaan. Sanjaya sendiri tida pernah menunggu disuruh para Brahmana untuk
membangun pura-pura sebagai tempat suci peribadahan orang Hindu.

Meskipun sangat mendukung perkembangan agama Hindu, namun Sanjaya merupakan raja
yang bijak. Beliau ini bercermin pada sejarah kerajaan Majapahit yang sukses
menerapkan sejarah bhinneka tunggal ika sesuai yang tercantum di kitab Negarakertagama.
Sanjaya menjembatani penduduk di Mataram Kuno yang ingin memeluk agama lain. Waktu
itu, hanya ada 2 agama besar yang memiliki banyak pengaruh terhadap kehidupan
masyarakat. Hanya ada Hindu dan Buddha.

2. Rakai Panangkaran
Sifat Rakai Panangkaran yang paling menonjol adalah pemberani. Ia telah melakukan
banyak penaklukan terhadap raja-raja kecil di sekitar wilayah Mataram Kuno. Rakai
Panangkaran menggantikan Ratu Sanjaya sebagai penguasa kerajaan Mataram Kuno. Di
masa pemerintahannya, kaum Hindu bertempat tinggal di Mataram Kuno bagian utara.
Sementara para pemeluk Buddha lebih nyaman menempati wilayah Jawa Tengah sebelah
selatan.
67

Perbedaan tempat ini sengaja dilakukan agar kedua agama dapat hidup berdampingan,
menjalankan ibadahnya masing-masing, dan berinteraksi dengan orang-orang yang sama.
Keimanan akan semakin kuat karena seringnya bergaul dengan orang seagama. Namun di
luar urusan agama, setiap penduduk Mataram Kuno tetap menjalin hubungan dagang dan
pekerjaan lain seperti biasanya.

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno


Dari hasil budaya dan peninggalanya kerajaan ini meningalkan berbagai prasasti dan hasil budaya
yang sampai sekarang masih ada :
Prasasti-Prasasti Kerajaan Mataram Kuno
Sebagai salahsatu kerajaan terbesar di Indonesia, mataram banyak sekali meninggalkan
benda-benda bersejarah, termasuk juga prasasti. Dan berikut diantaranya:
1. Prasasti Canggal
Prasasti Canggal (juga disebut Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya) adalah
prasastiberangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi yang ditemukan di halaman Candi
Gunung Wukir di desa Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini
menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini dipandang sebagai
pernyataan diri Raja Sanjaya pada tahun 732 sebagai seorang penguasa universal dari
Kerajaan Mataram Kuno.

2. Prasasti Kelurak
Prasasti Kelurak berangka tahun 782 M dan ditemukan di dekat Candi Lumbung, Desa
Kelurak, di sebelah utara Kompleks Percandian Prambanan, Jawa Tengah. Keadaan
prasasti Kelurak sudah sangat aus, sehingga isi keseluruhannya kurang diketahui. Secara
garis besar, isinya tentang didirikannya sebuah bangunan suci untuk arca Manjusri atas
perintah Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadhananjaya. Menurut para ahli, yang
dimaksud dengan bangunan tersebut adalah Candi Sewu, yang terletak di Kompleks
Percandian Prambanan.

3. Prasasti Mantyasih
Prasasti ini ditemukan di kampung Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah dan memuat
daftar silsilah raja-raja Mataram sebelum Raja Balitung. Prasasti ini dibuat sebagai upaya
melegitimasi Balitung sebagai pewaris tahta yang sah, sehingga menyebutkan raja-raja
sebelumnya yang berdaulat penuh atas wilayah kerajaan Mataram Kuno. Dalam prasasti ini
68

juga disebutkan bahwa desa Mantyasih yang ditetapkan Balitung sebagai desa perdikan
(daerah bebas pajak). Di kampung Meteseh saat ini masih terdapat sebuah lumpang batu,
yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan sima atau desa perdikan. Selain itu
disebutkan pula tentang keberadaan Gunung Susundara dan Wukir Sumbing (sekarang
Gunung Sindoro dan Sumbing). Kata “Mantyasih” sendiri dapat diartikan “beriman dalam
cinta kasih”.

4. Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto merupakan peninggalan Wangsa Sailendra yang ditemukan di Desa
Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara
Kawi dan berbahasa Melayu Kuna. Prasasti ini tidak menyebutkan angka tahun,
berdasarkan taksiran analisis paleografi diperkirakan berasal dari kurun akhir abad ke-7 atau
awal abad ke-8 masehi. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta
Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya
bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta
Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di
Kerajaan Mataram Hindu.

5. Prasasti Tri Tepusan


Prasasti Tri Tepusan menyebutkan bahwa Sri Kahulunnan pada tahun 842 M
menganugerahkan tanahnya di desa Tri Tepusan untuk pembuatan dan pemeliharaan
tempat suci Kamulan I Bhumisambhara (kemungkinan besar nama dari candi Borobudur
sekarang). Duplikat dari prasasti ini tersimpan di dalam museum candi Borobudur.

6. Prasasti Wanua Tengah III


Prasasti ini ditemukan November 1983. Prasasti ini di sebuah ladang di Dukuh Kedunglo,
Desa Gandulan, Kaloran, sekitar 4 km arah timur laut Kota Temanggung. Di dalam prasasti
ini dicantumkan daftar lengkap dari raja-raja yang memerintah bumi Mataram pada masa
sebelum pemerintahan raja Rake Watukara Dyah Balitung. Prasasti ini dianggap penting
karena menyebutkan 12 nama raja Mataram, sehingga melengkapi penyebutan dalam
Prasasti Mantyasih (atau nama lainnya Prasasti Tembaga Kedu) yang hanya menyebut 9
nama raja saja.
69

7. Prasasti Rukam
Prasasti ini berangka tahun 829 Saka atau 907 Masehi, ditemukan pada 1975 di desa
Petarongan, kecamatan Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. Prasasti ini terdiri atas dua
lempeng tembaga yang berbentuk persegi panjang. Lempeng pertama berisi 28 baris dan
lempeng kedua berisi 23 baris. Aksara dan bahasa yang digunakan adalah Jawa Kuna.

Isi prasasti adalah mengenai peresmian desa Rukam oleh Nini Haji Rakryan Sanjiwana
karena desa tersebut telah dilanda bencana letusan gunung api. Kemudian penduduk desa
Rukam diberi kewajiban untuk memelihara bangunan suci yang ada di Limwung. Mungkin
bangunan suci tersebut adalah Candi Sajiwan, sebagaimana kata Sanjiwana tadi. Candi
Sajiwan yang sering dilafalkan Sojiwan terletak tidak jauh dari Candi Prambanan.

8. Prasasti Plumpungan
Prasasti ini ditemukan di Dukuh Plumpungan dan berangka tahun 750 Masehi. Prasasti ini
dipercaya sebagai asal mula kota Salatiga. Menurut sejarahnya, di dalam Prasasti
Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu suatu ketetapan status tanah perdikan atau
swantantra bagi Desa Hampra. Pada zamannya, penetapan ketentuan Prasasti Plumpungan
ini merupakan peristiwa yang sangat penting, khususnya bagi masyarakat di daerah
Hampra.

Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai
daerah perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada, kini masuk
wilayah administrasi Kota Salatiga. Dengan demikian daerah Hampra yang diberi status
sebagai daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman pembuatan prasasti itu adalah
daerah Salatiga sekarang ini.

9. Prasasti Siwargrha
Dalam prasasti ini tertulis chandrasengkala ”Wwalung gunung sang wiku” yang bermakna
angka tahun 778 Saka (856 Masehi). Prasasti ini dikeluarkan oleh Dyah Lokapala (Rakai
Kayuwangi) segera setelah berakhirnya pemerintahan Rakai Pikatan. Prasasti ini
menyebutkan deskripsi kelompok candi agung yang dipersembahkan untuk dewa Siwa
disebut Shivagrha (Sanskerta: rumah Siwa) yang cirinya sangat cocok dengan kelompok
candi Prambanan.
70

10.Prasasti Gondosuli
Prasasti ini ditemukan di reruntuhan Candi Gondosuli, di Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu,
Temanggung, Jawa Tengah. Yang mengeluarkan adalah anak raja (pangeran) bernama
Rakai Rakarayan Patapan Pu Palar, yang juga adik ipar raja Mataram, Rakai Garung.
Prasasti Gandasuli terdiri dari dua keping, disebut Gandasuli I (Dang pu Hwang Glis) dan
Gandasuli II (Sanghyang Wintang). Ia ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuna dengan
aksara Kawi(Jawa Kuna), berangka tahun 792M. Teks prasasti Gandasuli II terdiri dari lima
baris dan berisi tentang filsafat dan ungkapan kemerdekaan serta kejayaan Syailendra.

11.Prasasti Kayumwungan/Karang Tengah


Prasasti Kayumwungan adalah sebuah prasasti pada lima buah penggalan batu yang
ditemukan di Dusun Karangtengah, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, sehingga lebih
dikenal juga dengan nama prasasti Karangtengah. Isi tulisan pada bagian berbahasa
Sanskerta adalah tentang seorang raja bernama Samaratungga. Anaknya bernama
Pramodawardhani mendirikan bangunan suci Jinalaya serta bangunan bernama Wenuwana
(Sansekerta: Venuvana, yang berarti “hutan bambu”) untuk menempatkan abu jenazah ‘raja
mega’, sebutan untuk Dewa Indra. Mungkin yang dimaksud adalah raja Indra
atauDharanindra dari keluarga Sailendra.

12.Prasasti Sankhara
Prasasti Raja Sankhara adalah prasasti yang berasal dari abad ke-8 masehi yang ditemukan
di Sragen, Jawa Tengah. Prasasti ini kini hilang tidak diketahui di mana keberadaannya.
Prasasti ini pernah disimpan oleh museum pribadi, Museum Adam Malik, namun diduga
ketika museum ini ditutup dan bangkrut pada tahun 2005 atau 2006, koleksi-koleksi museum
ini dijual begitu saja. Dalam prasasti itu disebutkan seorang tokoh bernama Raja Sankhara
berpindah agama karena agama Siwa yang dianut adalah agama yang ditakuti banyak
orang. Raja Sankhara pindah agama ke Buddha karena di situ disebutkan sebagai agama
yang welas asih. Sebelumnya disebutkan ayah Raja Sankhara, wafat karena sakit selama 8
hari. Karena itulah Sankhara karena takut akan ‘Sang Guru’ yang tidak benar, kemudian
meninggalkan agama Siwa, menjadi pemeluk agama Buddha Mahayana, dan memindahkan
pusat kerajaannya ke arah timur. Di dalam buku Sejarah Nasional Indonesia disebutkan
bahwa raja Sankhara disamakan dengan Rakai Panangkaran, sedangkan ayah Raja
Sankhara yang dalam prasasti ini tidak disebutkan namanya, disamakan dengan raja
Sanjaya
71

13.Prasasti Ngadoman
Prasasti Ngadoman ditemukan di desa Ngadoman, dekat Salatiga, Jawa Tengah. Prasasti
ini penting karena kemungkinan besar merupakan perantara antara aksara Kawi dengan
aksara Buda.

14.Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan adalah prasasti peninggalan Wangsa Sanjaya dari Kerajaan Mataram
Kuno yang berangka tahun 700 Saka atau 778M. Prasasti yang ditemukan di kecamatan
Kalasan, Sleman, Yogyakarta, ini ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa
Sanskerta. Prasasti ini menyebutkan, bahwa Guru Sang Raja berhasil membujuk Maharaja
Tejahpura Panangkarana (Kariyana Panangkara) yang merupakan mustika keluarga
Sailendra (Sailendra Wamsatilaka) atas permintaan keluarga Syailendra, untuk membangun
bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah biara bagi para pendeta, serta penghadiahan
desa Kalasan untuk para sanggha (umat Buddha). Bangunan suci yang dimaksud adalah
Candi Kalasan.

Masa Keruntuhan
Keruntuhan Mataram Kuno dipicu oleh perseteruan anggota keluarga. Semuanya bermula sejak
Samarattungga meninggal dunia. Istrinya yang bernama Dewi Tara memiliki anak,
Balaputeradewa. Balaputeradewa sebenarnya tidak terima atas kepemimpinana Rakai Pikatan
sebagai Raja Mataram Kuno.

Balaputeradewa yang memang tidak berada di posisi bagus nekad menunjukkan sikap perlawanan
kepada kepemimpinan Rakai Pikatan. Kontan saja Rakai Pikatan mengusir Balaputeradewa. Lelaki
tersebut mencoba bertahan di dekat Candi Prambanan dengan mendirikan Candi Boko.
Sayangnya pertahanan tersebut tidak dapat bertahan lama. Keadaan memaksanya melarikan diri
ke luar pulau Jawa. Ia memilih pulau Sumatera sebagai tempat pelariannya. Pada waktunya nanti,
Balaputeradewa malah menjadi raja di kerajaan Sriwijaya.

Lewat ketangguhan kerajaan Sriwijaya, Balaputeradewa mencoba membalaskan sakit hatinya


dulu. Di masa pemerintahan sesudah Dyah Balitung, Mataram Kuno berkembang ke bawah.
Serangan dari kerajaan Sriwijaya semakin memperparah keadaan yang sebenarnya sudah
keteteran dengan adanya bencana alam yang menimpa kerajaan Mataram Kuno.
72

Mpu Daksa yang merasa keturunan asli Sanjaya mengkudeta Dyah Balitung. Selanjutnya Mataram
Kuno semakin goyah dari dalam maupun luar. Peristiwa Mahapralaya yang memporak-porandakan
istana Mataram Kuno memaksa Mpu Sindok yang saat itu berperan sebagai Rakryan I Hino
memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur. Diperkirakan kota tepatnya adalah Jombang dan
Madiun. Setelah perpindahan pusat kerajaan itu, Sriwijaya semakin parah menginjak-injak
kekuasaan Mataram Kuno. Melalui sekutunya di Jawa, Sriwijaya mengakhiri kekuasaan Mataram
Kuno di tahun 1016 Masehi sebagaimana yang disebutkan prasasti Pucangan.

F. Kerajaan Kediri
Sejarah Kerajaan Kediri, Kadiri atau juga dikenal
dengan nama Panjalu merupakan kerajaan Jawa
Timur di tahun 1042 sampai 1222 yang berpusat di
Kota Daha yang sekarang merupakan Kota Kediri.
Kota Daha sendiri sudah ada sebelum Kerajaan
Kediri didirikan dan Daha merupakan singkatan dari
Kerajaan Kediri
Dahanapura yang memiliki arti kora api. Ini bisa
dilihat dari sebuah prasasti Pamwatan dari Airlangga pada tahun 1042. Pada akhir tahun 1042.
Airlangga secara terpaksa harus membagi wilayah kerajaan sebab perebutan tahta dari dua orang
putranya yakni Sri Samarawijaya yang mendapat Kerajaan Barat Panjalu di Kota Baru Daha dan
Mapanji Garasakan mendapat Kerajaan Timur yakni Janggala di Kota Lama, Kahuripan.

Sebelum kerajaan menjadi dua, kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga sudah memiliki nama
Panjalu yang ada di Daha, sehingga Kerajaan Janggala terlahir dari pecahan Panjalu, sedangkan
Kahuripan merupakan nama kota lama yang ditinggalkan Airlangga lalu menjadi ibu kota
Janggala.Awalnya, nama Panjalu lebih sering digunakan dibandingkan dengan Kediri atau Kadiri
yang terbukti dari beberapa prasasti raja-raja Kediri. Nama Panjalu sendiri dikenal dengan Pu Chia
Lung pada kronik Cina yakni Ling wai tai ta tahun 1178. Kediri atau Kadiri berasal dari kata Khadri
yaitu bahasa Sansekerta dengan arti pohon mengkudu atau pohon pace.

Perkembangan Kerajaan Kediri


Pada awal Sejarah Kerajaan Kediri atau Panjalu sebenarnya tidak terlalu diketahui dan pada
prasasti Turun Hyang II tahun 1044 yang dibuat Kerajaan Janggala hanya menceritakan tentang
perang saudara dari kedua kerajaan peninggalan Airlangga tersebut. Sejarah dari Kerajaan Panjalu
73

baru mulai terkuak saat Prasasti Sirah keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa ditemukan. Dari
beberapa raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya saja yang sudah diketahui,
sementara untuk urutan raja sedudah Sri Jayawarsa diketahui secara jelas lewat beberapa prasasti
yang akhirnya ditemukan. Kerajaan Panjalu yang berada di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya
bisa menaklukan Kerajaan Janggala dengan semboyan yang ada pada Prasasti Ngantang tahun
1135 yakni Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.

Di mana pemerintahan Sri Jayabhaya tersebut, Kerajaan Panjalu memperoleh masa kejayaan dan
wilayah kerajaan tersebut adalah seluruh Jawa dan juga beberapa buah pulau Nusantara dan juga
mengalahkan pengaruh dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Bukti ini semakin diperkuat dengan
kronik Cina yang berjudul Ling wai tai ta dari Chou Ku fei pada tahun 1178. Dalam prasasti tersebut
dijelaskan jika menjadi negeri paling kaya selain Cina secara berurutan merupakan Arab, Jawa dan
juga Sumatra dan pada saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, sementara di
daerah Jawa merupakan Kerajaan Panjalu dan di Sumatra adalah Kerajaan Sriwijaya.

Chou Ju Kua melukiskan jika di Jawa menganut 2 agama yang berbeda yakni Buddha serta Hindu
dengan penduduk Jawa yang sangat berani serta emosional dan waktu senggangnya dipakai untuk
mengadu binatang, sedangkan untuk mata uang terbuat dari campuran perak serta tembaga.
Dalam buku Chu fan chi disebutkan jika Jawa merupakan maharaja yang memiliki wilayah jajahan
Pacitan [Pai hua yuan], Medang [Ma tung], Tumapel, Malang [Ta pen], Dieng [Hi ning], Hujung
Galuh yang sekrang menjadi Surabaya [Jung ya lu], Jenggi, Papua Barat [Tung ki], Papua [Huang
ma chu], Sumba [Ta kang], Sorong, Papua Barat [Kulun], Tanjungpura Borneo [jung wu lo],
Banggal di Sulawesi [Pingya i], Timor [Ti wu] dan juga Maluku [Wu nu ku]. Situs Tondowongso
yang ditemukan pada awal 2007 dipercaya sebagai peninggalan Kerajaan Kediri yang dianggap
bisa membantu mendapatkan lebih banyak informasi tentang Kerajaan kediri.

Perkembangan Politik Kerajaan Kediri


Mapanji Garasakan memiliki lama pemerintahan yang sebentar lalu digantikan oleh Raja Mapanji
Alanjung tahun 1052 sampai 1059 M lalu diganti kembali dengan Sri Maharaja Amarotsaha.
Pertempuran dari Jenggala dan Panjalu masih berlangsung sampai 60 tahun dan tidak ada berita
pasti tentang 2 kerajaan tersebut sampai akhirnya muncul Raja Bameswara tahun 1116 sampai
1136 M dari Kediri.
74

Pada masa tersebut, ibu kota Panjalu sudah dipindahkan dari Daha menuju Kediri sehingga lebih
terkenal dengan sebutan Kerajaan kediri. Raja Bameswara mengenakan lencana berbentuk
tengkorak bertaring pada bagian atas bulan sabit yang biasa disebut dengan Candrakapala.
Sesudah Bameswara tutun tahta kemudian dilanjutkan Jayabaya yang kemudian berhasil
mengalahkan Jenggala.

Sistem Pemerintahan Kerajaan kedir


Pada sistem pemerintahan Kerajaan Kediri, mengalami beberapa kali pergantian kekuasaan dan
terdapat beberapa raja yang berkuasa saat itu. Sri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu. Jayawarsa
yang merupakan raja pertama kerajaan kediri pada prasasti berangka tahun 1104 dan dinamakan
sebagai titisan Wisnu. Kameshwara adalah raja kedua Kerajaan Kediri yang memiliki gelar Sri
Maharajake Sirikan Shri Kameshhwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwaniwaryyawiryya
Parakrama Digjayottunggadewa atau lebih dikenal dengan Kameshwara I tahun 1115 sampai
1130. Prabu Sarwaswera yang merupakan raja taat beribadah sert budaya, ia memegang teguh
pada prinsip tat wam asi yang memiliki arti, Dikaulah itu, , dikaulah (semua) itu, semua makhluk
adalah engkau.

Tujuan hidup manusia menurut prabu Sarwaswera yang terakhir adalah mooksa, yaitu
pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju
kearah kesatuan, segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.”Prabu
Kroncharyadipa merupakan nama dengan arti benteng kebenaran, Prabu memang sangat adik
terhadap masyarakat dan juga pemeluk agama yang taat dalam mengendalikan diri saat
pemerintahannya yang selalu memegang prinsip sad kama murka, yakni enam macam musuh
dalam diri manusia. Keenam itu adalah kroda (marah), moha (kebingungan), kama (hawa
nafsu),loba (rakus),mada (mabuk), masarya (iri hati).

Kehidupan Perekonomian Kerajaan Kediri


Kehidupan perekonomian pada masa Kerajaan Kediri memiliki usaha perdagangan, pertanian serta
peternakan dan dikenal sebagai penghasil kapas, beras serta ulat sutra. Ini menyebabkan
kehidupan ekonomi Kerajaan Kediri terbilang makmur dan bisa terlihat dari Kerajaan yang
memberikan penghasilan tetap untuk pegawai berupa hasil bumi dan ini juga didapat dari
keterangan Kitab Chi Fan Chi serta Kitab Ling Wai Tai Ta.
Raja Raja Kerajaan Kediri Berikut ini adalah daftar nama dari raja raja yang pernah memerintah di
Daha, ibu kota dari Kediri.
75

1. Airlangga [Daha Masih Ibu Kota Utuh]) 6. Sri Aryeswara


2. Sri Samarawijaya [Daha Menjadi Ibu 7. Sri Ganda
Kota Panjalu]. 8. Sri Sarwaswera
3. Sri Jayawarsa 9. Sri Kameswara
4. Sri Bameswara 10.Sri Kertajaya
5. Sri Jayabhaya

Berdasarkan Prasasti Galunggung tahun 1194, Prasasti Kamulan tahun 1194, Prasasti Palah tahun
1197, Prasasti Wates Kulon tahun 1205, Negarakretagama serta Pararaton. Raja Kertajaya dikenal
dengan nama Dandang Gendis dan pada masa pemerintahannya, Kerajaan mulai mengalami
penurunan yang disebabkan karena Kertajaya mengurangi hak dari kaum Brahmana. Keadaan
tersebut lalu ditentang kaum Brahmana dan kedudukan mereka semakin tidak aman lalu banyak
dari mereka yang lari dan minta pertolongan pada Tumapel yang pada saat itu diperintah Ken Arok.
Raja Kertajaya lalu menyiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel, sedangkan Ken Arok
memberikan dukungan untuk kaum Brahmana dalam melakukan serangan ke Kerajaan kediri dan
kedua pasukan tersebut bertemu di dekat Ganter tahun 1222 Masehi.
Berikut ini adalah nama raja raja saat Daha ada di bawah Singasari, kerajaan Panjalu runtuh pada
tahun 1222 kemudian menjadi bawahan Singasari dan nama raja raja tersebut diketahui dari
Prasasti Mula Malurung.
1. Mahisa Wunga Telang: Putra dari Ken Arok
2. Guningbhaya: Adik Mahisa Wunga Teleng
3. Tohjaya: Kakak dari Guningbhaya
4. Kertanagara: Cucu Mahisa Wunga Teleng [pihak ibu] dan menjadi raja Singasari
5. Jayakatwang: Keturunan Kertajaya yang merupakan Bupati Gelang Gelang dimana pada
tahun 1292 melakukan pemberontakan sehingga runtuh Kerajaan Singasari dan ia
membangun Kerajaan Kediri namun tahun 1293 dikalahkan Raden Wijaya pendiri
Majapahit. 

Keruntuhan Kerajaan Kediri


Di tahun 1222, Kertajaya sedang berseteru deengan kaum Brahmana yang lalu memohon
perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel dan Ken Arok sendiri juga bercita-cita untuk membuat
merdeka Tumapel yang menjadi daerah bawahan dari Kediri. Perang Kediri Tumapel tersebut
terjadi di Desa Ganter, pasukan Ken Arok akhirnya berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya
sehingga membuat Kerajaan Kediri runtuh dan mulai detik itu berbalik menjadi bawahan Tumapel
76

atau Singasari. Sesudah Ken Arok berhasil untuk mengalahkan Kertajaya, Kediri lalu menjadi
wilayah di bawah kekuasaan Singasari dan Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya
untuk menjadi Bupati Kediri. (Baca Juga : Candi Peninggalan Agama Hindu)

Tahun 1258, Jayasabha kemudian diganti oleh outranya yakni Sastrajaya dan di tahun 1271
Sastrajaya digantikan kembali oleh putranya yakni Jayakatwang. Jayakatwang lalu melakukan
pemberontakan pada Singasari yang masih dipimpin Ken Arok, sesudah berhasil membunuh
Kertanegara, Jayakatwang kemudian membangun ulang Kerajaan Kediri, akan tetapi Kerajaan
tersebut hanya bertahan selama 1 tahun sebab terjadi serangan gabungan pasukan Mongol dan
pasukan Menantu Kertanegara, Raden Wijaya.

G. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari atau sering pula ditulis Singhasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di
Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang
diperkirakan berada di daerah Singasari, Malang.

Awal Berdiri
Ken Arok, pada awalnya hanya merupakan seorang pelayan dari Akuwu Tumapel bernama
Tunggul Ametung. Dia memiliki ambisi yang tinggi, dengan perhitungan dan perencanaan yang
matang, Ken Arok berhasil membunuh Tunggul Ametung. Setelah itu, Ia mengangkat dirinya
menjadi Akuwu di Tumapel dan mengawani istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes.  Ken
Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kerajaan Kadiri.

Pada tahun 1254 terjadi pertentangan antara Kertajaya, raja Kerajaan Kadiri dengan


kaum brahmana. Para brahmana lalu bergabung dengan Ken Arok dan mengangkat dirinya
menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kerajaan
Kadiri terjadi di desa Ganter yang dimenangkan oleh Tumapel. Tertulis dalam Prasasti Mula
Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan bahwa pendiri Kerajaan Tumapel
adalah Bhatara Siwa. Menurut kitab Pararaton  Ken Arok pernah menggunakan julukan Bhatara
Siwa.
77

Raja-Raja dan Kehidupan Politik


Berikut ini adalah raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Singasari dan kehidupan politiknya:
1. Ken Arok (1222–1227).
Sebagai pendiri kerajaan, Ken Arok memiliki gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.
Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti
baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya
memerintah selama lima tahun (1222–1227). Pada tahun 1227 Ken Arok dibunuh oleh
seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan
dalam bangunan Siwa– Buddha.
2. Anusapati (1227–1248).
Setelah meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati.
Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan
pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam.
Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken
Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam
sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa ( tempat kediamanan Tohjoyo) untuk
mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya,
secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan
langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang
didharmakan di Candi Kidal
3. Tohjoyo (1248)
Setelah membunuh Anusapati, Kerajaan Singasari direbut oleh Tohjoyo. Namun, Tohjoyo
memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang bernama
Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa Cempaka
dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian
menduduki singgasana.
4. Ranggawuni (1248–1268)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 dengan gelar Sri Jaya
Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi
kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. pemerintahan
Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari.
Pada tahun 1254, Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai
yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan
78

Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu


atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.
5. Kertanegara (1268–-1292).
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk
menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri
Maharajadiraja Sri Kertanegara. Pada tahun 1275  ia mengutus pasukan Ekspedisi
Pamalayu  untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi
ekspansi bangsa  Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan
Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah
ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa  dari Kertanagara, sebagai
tanda persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada
tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta
agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas
oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di
luar Jawa padamasa Kertanagara antaralain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun,dan Bakulapu

Keruntuhan Kerajaan Singasari


Serangan dari Mongol dan usaha perluasan wilayah membuat pertahanan dalam negeri Singasari
menjadi lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh Jayatkawang, Pada tahun 1292  bupati Gelanggelang ini,
yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri menyerbu
Ibukota. Dalam serangan itu Kertanegara mati terbunuh setelah runtuhnya Singosari, Jayakatwang
menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Krajaan Kediri. Riwayat Kerajaan Singosari pun
berakhir.

H. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia. Kerajaan ini
berdiri setelah Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Jayakatwang, Raja Gelang-Gelang.  Kemudian
Raden Wijaya membuka wono yang tandus di Trik, sebelah selatan Surabaya. Di situlah Majapahit
didirikan. Tanggal kelahiran Kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja
yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka atau 10 November 1293.
Salah satu hal yang ter dikenal dari Kerajaan Majapahit adalah Sumpah Palapanya. Sumpah
Palapa diucapkan oleh Mahapatih Mahapati Gajah Mada pada tahun 1336.  Pengucapan sumpah
tersebut menunjukkan rencananya untuk meluaskan kekuasaan Majapahit dan membangun
79

kemaharajaan. Hingga kemudian Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan yang menguasai
nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk di tahun 1350 hingga 1389. 

Kejayaan Dan Kekuatan Kerajaan Majapahit


Karena posisi strategisnya pada rute perdagangan rempah-rempah, kerajaan Majapahit tumbuh
sangat kaya dengan mengenakan bea / pajak atas barang-barang yang dikirim melalui wilayah
kontrolnya. Masa keemasan kerajaan ini, bagaimanapun, dikatakan terjadi pada masa
pemerintahan Hayam Wuruk, penguasa keempat kekaisaran. Hayam Wuruk, yang memerintah dari
tahun 1350 sampai 1389, dibantu oleh seorang perdana menteri yang sama tangguhnya, Gajah
Mada.

Selama masa jabatan perdana menteri, Gajah Mada berhasil menambahkan Bali, Jawa dan
Sumatra ke Kerajaan Majapahit. Meski Gajah Mada meninggal sekitar 1364, ekspansi kekaisaran
terus berlanjut. Pada tahun 1365, seluruh kepulauan Melayu, kecuali Sri-Vijaya dan dua koloninya,
ditaklukkan oleh kerajaan Majapahit. Pada tahun 1377, Palembang, ibu kota Sri-Vijaya, jatuh ke
tangan tentara Hayam Wuruk. Kerajaan Singapura, sebuah cabang dari Sri-Vijaya, juga kemudian
ditaklukkan. Meskipun demikian, saingan ini tidak hancur total dan keturunannya kemudian kembali
menimbulkan masalah ke Majapahit.
Silsilah Raja-raja Majapahit
Berikut adalah daftar penguasa Majapahit.
1. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa 8. Rajasawardhana bergelar Brawijaya II
Jayawardhana (1293 – 1309 M) (1451 – 1453 M)
2. Kalagamet bergelar Sri Jayanagara 9. Purwawisesa atau Girishawardhana
(1309 – 1328 M) bergelar Brawijaya III (1456 – 1466 M)
3. Sri Gitarja bergelar Tribhuwana 10.Pandanalas atau Suraprabhawa
Wijayatunggadewi (1328 – 1350 M) bergelar Brawijaya IV (1466 – 1468 M)
4. Hayam Wuruk bergelar Sri 11.Kertabumi bergelar Brawijaya V (1468
Rajasanagara (1350 – 1389 M) – 1478 M)Girindrawardhana bergelar
5. Wikramawardhana (1389 – 1429 M) Brawijaya VI (1478 – 1498 M)
6. Suhita (1429 – 1447 M) 12.Hudhara bergelar Brawijaya VII (1498-
7. Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447 1518)
– 1451 M)
80

Majapahit merupakan negara agraris dan juga sebagai negara maritim. Kedudukan sebagai negara
agraris tampak dari letaknya di pedalaman dan dekat aliran sungai. Kedudukan sebagai negara
maritim tampak dari kesanggupan angkatan laut kerajaan itu untuk menanamkan pengaruh
Majapahit di seluruh nusantara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat Majapahit
menitikberatkan pada bidang pertanian dan pelayaran.

Majapahit membangun dua buah bendungan, yaitu Bendungan Jiwu untuk persawahan dan
Bendungan Trailokyapur untuk mengairi daerah hilir. Majapahit memiliki mata uang sendiri yang
bernama gobog. Gobog merupakan uang logam yang terbuat dari campuran perak, timah hitam,
timah putih, dan tembaga. Bentuknya koin dengan lubang di tengahnya. Dalam transaksi
perdagangan, selain menggunakan mata uang gobog, penduduk Majapahit juga menggunakan
uang kepeng dari berbagai dinasti. Menurut catatan Wang Ta- yuan seorang pedagang dari
Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua.
Sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang
dari besi.

Kebudayaan Kerajaan Majapahit


Nagarakertagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa
seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam
kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari
semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak.

Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibukota
dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh
pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara
yang menikmati otonomi luas.

Sejarah Runtuhnya/Jatuhnya Kerajaan Majapahit


Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur
melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa
kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota
Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk
juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta.
81

Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara
Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana,
semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini
melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang. Pada kurun
pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh
laksamana Chaeng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun
waktu 1405 sampai 1433.

Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di
beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tubah dan Ampel;
maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa  Wikramawardhana memerintah hingga
tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai
1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi.
Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia
memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhere Pamotan menjadi raja dengan
gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD.

Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra
Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh
Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap
Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit. Ketika Majapahit
didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara.

Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai
berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam,
yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan
yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang
pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke
Sumatera.

Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara,
satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Sebuah tampilan model kapal
Majapahit di Museum Negara Malaysia, Kuala Lumpur Malaysia Singhawikramawardhana
memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri)
82

dan terus memerintah di sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada
1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu
kerajaan.

Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana.
Meskipun demikian kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai
bangkitnya kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa. Waktu berakhirnya
Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya
abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan)
hingga tahun 1527.

Dalam tradisi Jawa ada sebuah Kronogram atau candasengkala yang berbunyi sirna ilang
kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai
0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah
kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut
adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana. prasasti Jiyu dan
Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota
ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan Kesultanan Demak, karena
penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi.

Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar abdi istana, seniman,
pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan
besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka
mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi. Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh
Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan
sisa kerajaan Majapahit.

Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai
penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden
Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.Catatan
sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah
terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus,
penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.
83

Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama
yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih
bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang
beribukota di Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya
masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger
hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.

Letak Dan Wilayah Peta Kerajaan Majapahit


Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri
dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan Majapahit Didirikan tahun 1294 oleh Raden
Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana yang merupakan keturunan Ken Arok raja
Singosari.

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan
dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya
terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur,
meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

I. Kerajaan Buleleng
Kerajaan Buleleng tersebut didirikan pada tahun 1660 dan dengan raja pertama adalah I Gusti
Anglurah Panji Sakti atau Ki Barak Panji Sakti memerintah sampai tahun 1697, Kejayaan Kerajaan
Buleleng tergolong cukup singkat puncaknya pada masa pemerintahan raja Ki Barak Panji Sakti,
wilayah kerajaan Buleleng dibawah pimpinannya tidak hanya wilayah Buleleng saja, tetapi juga
mencapai wilayah Jembrana, Pasuruan dan Blambangan.

Kesaktian Ki Barak Panji Sakti serta senjata pusaka yang dimilikinya, nyaris tidak ada yang berani
melakukan pertentangan. Pasukan perangnya yang dikenal dengan Taruna Goak, terkenal sangat
kuat dan dibentuk secara khusus, bahkan pasukan tersebut sudah memiliki senjata api yang
dimiliki secara diam-diam.Setelah pemerintahan raja Ki Barak Panji Sakti, dilanjutkan oleh generasi
berikutnya yakni Gusti Panji Gede Danudarastra, Gusti Alit Panji, Gusti Ngurah Panji, Gusti Ngurah
Jelantik dan Gusti Made Singaraja. Sayangnya kejayaan dinasti atau wangsa Panji Sakti dalam
memerintah kerajaan Buleleng cukup singkat.
84

Ketidakmampuan dari penerus Ki Barak Panji Sakti memimpin kerajaan Buleleng, menyebabkan
kerajaan tersebut dikuasai oleh kerajaan Mengwi di tahun 1732, kemudian merdeka lagi di tahun
1752, dan jatuh lagi di tangan kerajaan Karangasem di tahun 1780, raja Karangasem saat itu I
Gusti Gde Karang membangun istana di Buleleng dengan nama Puri Singaraja.

Kekuasaan raja Karangasem lama-kelamaan melemah, beberapa kali terjadi pergantian raja dan
pada tahun 1825, kerajaan Buleleng diperintah oleh I Gusti Made Karangsem, dalam
pemerintahannya ditemani juga oleh patihnya, yakni I Gusti Ketut Jelantik, saat pemerintahan raja I
Gusti Ketut Jelantik ini pada tahun 1846 kerajaan Buleleng mendapat serangan dari pasukan
kolonial Belanda.

Di bawah pimpinan patih I Gusti Ketut Jelantik pasukan kerajaan dan rakyat Buleleng melakukan
perlawanan sengit melawan Belanda, benteng Jagaraga yang menjadi perlindungan kerajaan
Buleleng tidak mampu ditembus oleh pasukan Belanda. Kemudian serangan berikutnya kembali
dilakukan oleh kolonial Belanda pada tahun 1848, pasukan kerajaan masih bisa bertahan, namun
akhirnya pada serangan ketiga pasukan Belanda pada tahun 1849 mampu meruntuhkan benteng
Jagaraga kerajaan Buleleng, sehingga akhirnya kerajaan Buleleng bisa dikalahkan oleh Belanda
dan akhirnya Buleleng menjadi kekuasaan Belanda.

Keberadaan kerajaan Buleleng pada saat berdirinya ada yang mengaitkan dengan keberadaan
dinasti Warmadewa yang memerintah Bali kala itu, seperti diketahui dinasti Warmadewa
memerintah Bali pada masa kerajaan Bali kuno, masa dimana sebelum masuknya pengaruh
Majapahit datang ke Bali. sedangkan Kerajaan Buleleng ini berdiri, pada saat pemerintahan I Gusti
Ngurah Jelantik yang diberi gelar Dalem Segening dan memerintah Kerajaan Gelgel diantara tahun
1580-1665 M. Raja Buleleng sendiri adalah anak dari I Gusti Ngurah Jelantik dengan seorang selir
istana.

Pendiri kerajaan Buleleng jelas ada hubungannya dengan salah satu raja dari kerajaan Gelgel.
Lalu apa hubungannya kerajaan Buleleng dengan dinasti Warmadewa yang memerintah Bali pada
jaman kerajaan Bali kuno, kemunduran dari pemerintahan kerajaan Bali kuno seperti saat
pemerintahan dinasti Warmadewa, diperkirakan munculnya kerajaan-kerajaan baru, salah satunya
adalah kerajaan Buleleng yang merupakan kerajaan baru di jaman kerajaan Gelgel.
85

Raja-Raja Buleleng
Wangsa Panji Sakti 3. Gusti Gede Ngurah Pahang
1. Gusti Anglurah Panji Sakti 4. Gusti Made Oka Sori
2. Gusti Panji Gede Danudarastra 5. Gusti Ngurah Made Karangasem
3. Gusti Alit Panji
4. Gusti Ngurah Panji Wangsa Panji Sakti
5. Gusti Ngurah Jelantik 1. Gusti Made Rahi
6. Gusti Made Singaraja 2. Gusti Ketut Jelantik
Wangsa Karangasem 3. Anak Agung Putu Jelantik
1. Anak Agung Rai 4. Anak Agung Nyoman Panji Jelantik
2. Gusti Gede Karang 5. Anak Agung Ngurah Ketut Jelantik

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Buleleng


Mayoritas penduduk bali di kerajaan Buleleng, hidup dari penghasilan sektor agraris seperti
pertanian, peternakan, perikanan dan mengumpulkan hasil hutan. Sebagian kecil melakukan
perdagangan, seperti pengepul hasil bumi terutama beras untuk di jual kepada saudagar-saudagar
Cina. Seperti asem, bawang, kemiri, kapas
Keruntuhan Kerajaan Buleleng
1. Wafatnya I gusti Anglurah panji tahun 1704
2.  Pemerintahan yang berganti-ganti
3. Konflik dengan pemerintah kolonial belanda
4. Runtuhnya benteng Jagaraga akibat serangan belanda

Kehidupan masyarakat pada masa Kerajaan Buleleng:


Kehidupan Politik
Dinasti Warmadewa didirikan oleh Sri Kesari Warmadewa. Berdasarkan prasasti Belanjong, Sri
Kesari Warmadewa merupakan keturunan bangsawan Sriwijaya yang gagal menklukan Kerajaan
Tarumanegara di Jawa Barat. Kegagalan tersebut menyebabkan Sri Kesari Warmadewa memilih
pergi ke Bali dan mendirikan pemeerintahan baru.

Pada tahun 989-1011 Kerajaan Buleleng diperintah oleh Udayana Warmadewa. Udayana memiliki
3 putra yaitu, Airlangga, Marakatapangkaja, dan Anak Wungsu. Yang nantinya Airlangga akan
menjadi raja terbesar di Medang Kemulan, Jawa Timur. Menurut prasasti yang terdapat di pura
Batu Madeg, Raja Udayan menjlain hubungan erat dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur.
86

Hubungan ini dilakukan karena permaisuri Udayana bernama Gunapriya Dharmapatni merupakan
keturunan Mpu Sindok. Raja Udayana digantikan oleh putranya Marakatapangkaja.

Rakyat Buleleng menganggap Marakatapangkaja sebagai sumber kebenaran hukum karena selalu
melindungi rakyatnya. Marakatapangkaja membangun beberapa tempat peribadatan untuk rakyat.
Salah satu peninggalan Marakatapangkaja adalah kompleks candi di Gunung Kawi (Tampaksiring).
Pemerintahan Marakatapangkaja digantikan oleh adiknya yaitu Anak Wungsu. Anak Wungsu
merupakan Raja terbesar dari Dinasti Warmadewa. Ia berhasil menjaga kestabilan kerajaan
dengan menanggulangi berbagai gangguan dari dalam maupun luar kerajaan.

Dalam menjalankan pemerintahan, Raja Buleleng dibantu oleh badan penasehat pusat yang
disebut pakirankiran I jro makabehan. Badan ini berkewajiban memberikan tafsirandan nasihat
kepada raja atas berbagai permasalahan yang muncul.

Kehidupan Ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat Buleleng bertumpu pada sektor pertanian. Keterangan kehidupan
masyarakat Buleleng dapat dipelajari dari prasasti Bulian. Dalam prasasti Bulian terdapat bebrapa
istilah yang berhubungan dengan sistem bercocok tanam seperti sawah, parlak (sawah kering),
(gaga) ladang, kebwan (kebun), dan lain sebagainya.

Perdagangan antarpulau di Buleleng juga sudah cukup maju. Kemajuan ini ditandai dengan
banyaknya saudagar yang bersandar dan melakukan kegiatan perdagangan dengan penduduk
Buleleng. Komoditas yang terkenal di Buleleng adlah kuda. Dalam prasasti Lutungan disebutkan
bahwa Raja Anak Wungsu melakukan transaksi perdagangan 30 ekor kuda dengan saudagar dari
Pulau Lombok. Keterangan tersebut membuktikan bahwa perdagangan pada saat itu sudah maju
sebab kuda merupakan binatang yang besar sehingga memerlukan kapal yang besar pula untuk
mengangkutnya.

Kehidupan Agama
Agama Hindu Syiwa mendominasu kehidupan masyarakat Buleleng. Tetapi tradisi megalitik masih
mengakar kuat dalam masyarakat Buleleng. Kondisi ini dibuktukan dengan ditemukannya
beberapa bangunan pemujaan seperti punden berundak di sekitar pura-pura di Hindu. Pada masa
pemerintahan Janasadhu Warmadewa agama Budha mulai berkembang. Perkembangan ini
87

ditandai dengan penemuan unsure-unsur Budha seperti arca Budha di Gua Gajah dan stupa di
pura Pegulingan.

Agama Hindu dan Budha mulai mendapat peranan penting pada masa Raja Udayana. Pada masa
ini pendeta Syiwa dan brahmana Budha diangkat sebagai salah satu penasehat raja. Masyarakat
Buleleng menganut agama Hindu Waesnawa.

Kehidupan Sosial Budaya


Dalam kehidupan sosial, masyarakat Bali, tidak terlepas dari agama yang dianutnya yaitu agama
hindu (mempunyai pengaruh yang paling besar) dari Budha sehingga keadaan sosialnya sebagai
berikut
1. Terdapat pembagian golongan/kasta dalam masyarakat yaitu Brahmana, Ksatria dan
Waisya
2. Masing-masing golongan mempunyai tugas dan kewajiban yang tidak sama disbanding
keagamaan
3. Pada masa Anak Wungsu dikenal adanya beberapa golongan pekerja khusus yaitu pande
besi, pande emas, dan pande tembaga dengan tugas membuat alat-alat pertanian, alat-alat
rumah tangga, senjata, perhiasan dan lain-lain.

Kemunduran Dinasti Warmadewa


Kerajaan ini kurang memiliki banyak informasi tentang kemundurannya, namun diperkirakan
kemunduran kerajaan ini dikarenakan munculnya kerajaan baru. Kerajaan Buleleng diperkirakan
merupakan salah satu kerajaan yang menggantikan Kerajaan Dinasti Warmadewa. Kerajaan
Buleleng sendiri berakhir seiring waktu pada tahun 1950 walaupun sempat di rusak oleh VOC.

J. Kerajaan Tulang Bawang

Kerajaan Tulang Bawang adalah salah suatu kerajaan yang pernah berdiri di Lampung. Kerajaan


ini berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang, Lampung sekarang. Tidak banyak catatan
sejarah yang memberikan keterangan mengenai kerajaan ini. Musafir  Tiongkok yang pernah
mengunjungi Nusantara pada abad VII, yaitu I Tsing yang merupakan seorang peziarah  Buddha,
dalam catatannya menyatakan pernah singgah di  To-Lang P'o-Hwang ("Tulangbawang"), suatu
kerajaan di pedalaman Chrqse (Pulau Sumatra). Namun Tulangbawang lebih merupakan satu
88

Kesatuan Adat. Tulang Bawang yang pernah mengalami kejayaan pada Abad ke VII M.Sampai
saat ini belum ada yang bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, tetapi ahli sejarah Dr. J.
W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang
(antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat  kota Menggala.

Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P'o Chie ( Sriwijaya), nama Kerajaan
Tulang Bawang semakin memudar. Tidak ada catatan sejarah mengenai kerajaan ini yang ada
adalah cerita turun temurun yang diketahui oleh penyimbang adat, tetapi karena Tulang Bawang
menganut adat Pepadun, yang memungkinkan setiap khalayak untuk berkuasa dalam komunitas
ini, maka Pemimpin Adat yang berkuasa selalu berganti ganti Trah. Hingga saat ini belum
diketemukan benda benda arkeologis yang mengisahkan tentang alur dari kerajaan ini.

Kerajaan Tulang Bawang merupakan salah satu Kerajaan Hindu tertua di Nusantara. Tidak banyak
catatan sejarah yang mengungkap fakta tentang kerajaan ini. Sebab, ketika Che-Li-P‘o Chie
(Kerajaan Sriwijaya) berkembang, nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang justru pudar.
Menurut catatan Tiongkok kuno, sekitar pertengahan abad ke-4 pernah ada seorang Bhiksu dan
peziarah bernama Fa-Hien (337-422), ketika melakukan pelayaran ke India dan Srilangka,
terdampar dan pernah singgah di sebuah kerajaan bernama To-Lang P‘o-Hwang (Tulang Bawang),
tepatnya di pedalaman Chrqse (Sumatera).

Sumber lain menyebutkan bahwa ada seorang pujangga Tiongkok bernama I-Tsing yang pernah
singgah di Swarna Dwipa (Sumatera). Tempat yang disinggahinya ternyata merupakan bagian dari
Kerajaan Sriwijaya. Ketika itu, ia sempat melihat daerah bernama Selapon. Ia kemudian memberi
nama daerah itu dengan istilah Tola P‘ohwang. Sebutan Tola P‘ohwang diambil dari ejaan Sela-
pun. Untuk mengejanya, kata ini di lidah sang pujangga menjadi berbunyi so-la-po-un. Orang China
umumnya berasal dari daerah Ke‘. I-Tsing, yang merupakan pendatang dari China Tartar dan
lidahnya tidak bisa menyebutkan So, maka ejaan yang familiar baginya adalah To. Sehingga, kata
solapun atau selapon disebutkan dengan sebutan Tola P‘ohwang. Lama kelamaan, sebutan itu
menjadi Tolang Powang atau kemudian menjadi Tulang Bawang.

Kerajaan Sriwijaya merupakan federasi atau gabungan antara Kerajaan Melayu dan Kerajaan
Tulang Bawang (Lampung). Pada masa kekuasaan Sriwijaya, pengaruh ajaran agama Hindu
sangat kuat. Orang Melayu yang tidak dapat menerima ajaran tersebut, sehingga mereka
89

kemudian menyingkir ke Skala Brak. Namun, ada sebagian orang Melayu yang menetap di Megalo
dengan menjaga dan mempraktekkan budayanya sendiri yang masih eksis. Pada abad ke-7, nama
Tola P‘ohwang diberi nama lain, yaitu Selampung, yang kemudian dikenal dengan nama Lampung.

Hingga kini, belum ada orang atau pihak yang dapat memastikan di mana pusat Kerajaan Tulang
Bawang berada. Seorang ahli sejarah, Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini
terletak di Way Tulang Bawang, yaitu antara Menggala dan Pagar Dewa, yang jaraknya sekitar
radius 20 km dari pusat Kota Menggala. Jika ditilik secara geografis masa kini, kerajaan ini terletak
di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Sekitar abad ke-15, Kota Manggala dan alur
Sungai Tulang Bawang dikenal sebagai pusat perdagangan yang berkembang pesat, terutama
dengan komoditi pertanian lada hitam. Konon, harga lada hitam yang ditawarkan kepada serikat
dagang kolonial Belanda atau VOC (Oost–indische Compagnie) lebih murah dibandingkan dengan
harga yang ditawarkan kepada pedagang-pedagang Banten.

Oleh karenanya, komoditi ini amat terkenal di Eropa. Seiring dengan perkembangan zaman,
Sungai Tulang Bawang menjadi dermaga “Boom” atau tempat bersandarnya kapal-kapal dagang
dari berbagai penjuru Nusantara. Namun, cerita tentang kemajuan komoditi yang satu ini hanya
tinggal rekaman sejarah saja. Kerajaan Tulang Bawang tidak terwariskan menjadi sistem
pemerintahan yang masih berkembang hingga kini. Nama kerajaan ini kemudian menjadi nama
Kabupaten Tulang Bawang, namun sistem dan struktur pemerintahannya disesuaikan dengan
perkembangan politik modern.

Kehidupan Sosial Budaya


Ketika ditemukan oleh I-Tsing pada abad ke-4, kehidupan masyarakat Tulang Bawang masih
tradisional. Meski demikian, mereka sudah pandai membuat kerajinan tangan dari logam besi dan
membuat gula aren. Dalam perkembangan selanjutnya, kehidupan masyarakat Tulang Bawang
juga masih ditandai dengan kegiatan ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-15, daerah
Tulang Bawang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Pada saat itu,
komoditi lada hitam merupakan produk pertanian yang sangat diunggulkan. Deskripsi tentang
kehidupan sosial-budaya masyarakat Tulang Bawang lainnya masih dalam proses pengumpulan
data.
90

Kehidupan Agama
Sungguhpun kita telah dididik diajar digembleng dan diresapi oleh Agama Islam yang sudah
berabad-abad lamanya ini, namun pengaruh Animisme Hindu nampaknya sampai pada dewasa ini
masih belum juga dapat dikuras habis. Dimana-mana lebih-lebih di Kampung-kampung dan di
pedalaman hal ini masih dipraktikkan oleh Rakyat di sana. Mereka masih meyakinkan bahwa Roh-
roh itu masih aktif, masih bekerja masih tetap mengawasi anak-cucunya di mana saja berada.
Mereka masih meyakinkan bahwa kayu-kayu besar, gunung-gunung besar mempunyai penunggu
dan penjaganya, inilah yang dinamakan animisme.

Kehidupan Ekonomi
Semua alat-alat pertanian seperti: pacul, gobek, kapak, dibuat dari besi, demikian juga alat senjata:
tombak, badik, keris dan sebagainya bukankah ini dari besi. Di atas telah penulis singgung pada
tahun 671 Pendeta Tiongkok I Tsing pernah mengadakan pencatatan-pencatatan tentang Kerajaan
Tulang Bawang, bahwa didapatinya Rakyat di sana sudah maju, pandai membuat gula dan
membuat besi.

Jelas disini gula aren yang kita minum sekarang, demikian juga senjata-senjata dari besi adalah
dari Zaman Hindu dari Kerajaan Tulang Bawang asalnya, malahan di Pagar Dewa sekarang ini
masih ada pandai besi (tukang membuat senjata) badik, keris, dan sebagainya. Malahan menurut
keterangan Batu Tempaan Kuno ada pada orang tersebut, orang Kalianda mengakui atas
kebenaran ini, mereka punya bahannya (besi segelungan), Pagar Dewa punya tepaannya. bahkan
di Lampung pembuatan sarung-sarung dari pada senjata-senjata ini yang dikenal hanya Pagar
Dewalah tempat pembuatan sarung badik yang terbaik, berita ini sampai sekarang masih disebut-
sebut.

Prasasti, Bukti Tertulis Peninggalan Sejarah


Berkunjung ke Lampung tertarik untuk melihat peninggalan sejarah berupa prasasti? Disini, kami
sempat mencatat beberapa nama prasasti dan lokasinya yang dapat Anda lihat di Provinsi
Lampung.
Dalam penelitian arkeologi dan sejarah, prasati sering berperan sebagai sumber sezaman yang
amat penting. Karena memberikan sejumlah informasi mengenai aspek-aspek kehidupan
masyarakat lampau. Dari daerah Lampung, sampai saat ini sedikitnya telah ditemukan 8 prasasti
yang berasal dari zaman Hindu-Budha, meliputi kurun waktu abad ke 7 sampai 15 Masehi.
Kedelapan prasasti tersebut adalah:
91

1. Prasasti Palas Pasemah (akhir abad ke 7)


Prasasti ini telah diketahui keberadaannya pada tahun 1958 di Desa Palas Pasemah dekat
Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Prasasti ini ditulis dalam 13 baris, berhuruf Pallawa
dan Bahasa Melayu Kuno. Isinya hampir sama dengan isi prasasti Karang Brahi dari Daerah
Jambi, Prasasti Kota Kapur dari Bangka dan Prasasti Bungkuk dari Daerah Lampung Timur,
yang berisi kutukan yang tidak patuh dan tunduk kepada penguasa Sriwijaya. Prasasti ini
tidak berangka tahun, namun berdasarkan Paleografinya dapat pada akhir abad ke 7.

2. Prasasti Bungkuk (akhir abad ke 7)


Ditemukan pada tahun 1985, di Desa Bungkuk, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung
Timur. Prasasti ini seluruhnya terdiri dari 12 dan 13 baris tulisan berhuruf  Pallawa dan
Melayu Kuno. Keadaannya sudah sangat aus dan rusak, beberapa baris pertama dan
terakhir tidak dapat dibaca sama sekali. Dari baris-baris yang dapat dibaca isinya berupa
kutukan yang sama dengan yang terdapat pada prasasti Palas Pasemah. Prasasti Karang
Brahi dan Prasasti Kota Kapur merupakan Prasasti Sriwijaya dari akhir abad ke 7.

3. Prasasti Batu Bedil (akhir abad ke 9 atau 10)


Prasasti ini di temukan di Desa Batu Bedil, Kecamatan Pulau Punggung, Kabupaten
Tanggamus. Prasasti dipahatkan pada sebuah batu berukuran tinggi 175 cm, lebar 60 cm,
dan tebal 45 cm, sebanyak 10 baris dengan huruf Jawa Kuno akhir abad ke 9 atau awal
abad ke 10, berbahasa Sansekerta. Prasasti ditulis dengan huruf berukuran cukup besar
(tinggi huruf sekitar 5 cm), namun karena batunya sangat using, terutama di bagian tengah
maka tidak seluruhnya dapat dibaca. Dari beberapa baris yang dapat diketahui dapat
diketahui isinya merupakan semacam doa-doa yang bersifat Budhis.

4. Prasasti Hujunglangit/Bawang (akhir abad ke 10)


Prasasti ini terdapat di Desa Hanakau, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat.
Penemuan pertama kali dilaporkan oleh petugas dinas Topografi yang mengadakan
pemetaan pada tahun 1912. Oleh Tim Epigrafi Dunia Purbakala, prasasti ini disebut juga
prasasti Bawang, karena tempat penemuannya berada di wilayah Bawang. Prasati ini
disebut juga Prasasti Hujunglangit yaitu berdasarkan nama tempat yang disebutkan di dalam
prasasti tersebut.
92

Batu prasasti berbentuk menyerupai kerucut dengan ukuran tinggi dari permukaan tanah
160 cm, lebar bawah 65 cm, lebar atas 25 cm. Bagian yang ditulisi prasasti permukaannya
hampir rata, terdiri dari 18 baris tulisan dengan huruf Jawa Kuno dan berbahasa Melayu
Kuno.
Dari akhir abad ke 10, prasasti ini sudah aus dan tulisannya sangat tipis sehingga sulit untuk
pembacaan yang menyeluruh. Berdasarkan asalnya, kata Sa – tanah dan sahutan dengan
nama tempat Hujunglangit, dapat member petunjuk bahwa prasasti berkaitan dengan
penetapan suatu daerah menjadi sima, daerah perdikan, seperti yang terdapat pada
prasasti-prasasti yang ada di zaman Hindu-Budha. Penetapan suatu daerah menjadi sima,
umumnya berkenaan dengan adanya suatu bangunan suci yang terdapat di suatu daerah. Di
atas bidang yang tertuilis ada gambar pisau belati, ujung belati menghadap ke kanan.
Gambar pisau belati ini serupa dengan belati tinggalan kerajaan Pagaruyung yang diberi
nama Si Madang Sari. Menurut dinamis, belati dari Pagaruyung ini dibuat pada abad XIV M,
jadi sekitar 300 tahun lebih muda dari prasasti Hujunglangit. Relief pisau dijumpai pula pada
Candi Panataran, yang bentuknya serupa dengan belati Si Madang Sari.

5. Prasasti Tanjung Raya I (sekitar abad ke 10)


Batu tertulis berbentuk lonjong berukuran panjang 237 cm, lebar di bagian tengah 180 cm
dan tebal 45 cm. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1970 di Desa Tanjung Raya I,
Kecamatan Sukau, Lampung Barat. Prasasti dituliskan pada bagian permukaan batu yang
keadaannya sudah aus dan rusak, terdiri dari 8 baris dan sulit dibaca namun masih dapat
dikenal sebagai huruf Jawa Kuno dari abad ke 10. Pada bagian atas terdapat sebuah
gambar berupa sebuah bejana dengan tepian yang melengkung keluar sehelai daun.
Mengingat sulitnya pembacaan prasasti ini maka isinya belum diketahui.

6. Prasasti Ulubelu (abad ke 14)


Prasasti dipahatkan pada sebuah batu kecil berukuran 36 x 12,5 cm, terdapat 6 baris tulisan
dengan huruf Jawa Kuno dan berbahasa Melayu Kuno. Prasasti ditemukan di Ulebelu,
Rebang Pugung, Kabupaten Tanggamus pada tahun 1934. Sekarang disimpan di Museum
Nasional Jakarta. Keadaan prasasti sudah tidak utuh, bagian ujung kiri dan kanan telah
patah sehingga beberapa kata dan huruf sebagian hilang. Isinya berkenaan dengan
pemujaan terhadap Trimurti (Batara Guru, Batara Brahma, Batara Wisnu). Diperkirakan
berasal dari abad ke 14 M.
93

7. Prasasti Angka Tahun (abad ke 14)


Pada tahun 1993 ketika diadakan eskavasi di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan
Sekampung Udik, Lampung Timur, ditemukan sebuah prasasti Angka Tahun yang
dipahatkan pada sepotong batu tufa berbentuk balok. Prasasti ditulis dengan angka Jawa
Kuno, menunjuk pada tahun Saka 1247 (1325 M).

8. Prasasti Dadak/Bataran Guru Tuha (abad ke 15)


  Prasasti ditemukan di Dusun Dadak, Desa Tebing, Kecamatan Perwakilan Melintang,
Lampung Timur pada tahun 1994. Prasasti ditulis dalam 14 baris tulisan, disamping terdapat
pula tulisan-tulisan singkat dan gambar-gambar yang digoreskan memenuhi seluruh
permukaan batunya yang berbentuk seperti balok berukuran 42 cm x 11 cm x 9 cm. Tulisan
yang digunakan mirip dengan tulisan Jawa Kuno akhir dari abad ke 15 dengan Bahasa
Melayu yang tidak terlalu Kuno (Bahasa Melayu Madya).

K. Akulturasi Kebudayaan Nusantara Dan Hindu


Budha

Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses


percampuran antara unsur-unsur kebudayaan
yang satu dengan kebudayaan yang lain,
sehingga membentuk kebudayaan baru.
Ilustrasi Akulturasi Kebudayaan Nusantara
Kebudayaan baru yang merupakan hasil
dan Hindu Budha
percampuran itu masing-masing tidak kehilangan
kepribadian/ciri khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan
harus seimbang. Begitu juga untuk kebudayaan Hindu-Buddha dari India dengan kebudayaan
Indonesia asli.

Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan Indonesia asli
sebagai berikut:

1. Seni Bangunan

Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi


antara unsur-unsur budaya Hindu- Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan
yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagianbagian candi dan
94

stupa adalah unsur-unsur dari India. Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya
adalah punden berundak yang merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur
merupakan salah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut.

2. Seni Rupa dan Seni Ukir


Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni
pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada
bagian dindingdinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada dindingdinding pagar
langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha. Di sekitar Sang
Buddha terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.
Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat indah. Hiasan relief kala makara,
dasarnya adalah motif binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal semacam ini sudah dikenal
sejak masa sebelum Hindu. Binatang-binatang itu dipandang suci, maka sering diabadikan
dengan cara di lukis.

3. Seni Sastra dan Aksara


Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di Indonesia. Seni sastra waktu itu ada
yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang (puisi). Berdasarkan isinya,
kesusasteraan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan), kitab
hukum, dan wiracarita (kepahlawanan).

Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan
Mahabarata. Kemudian timbul wiracarita hasil gubahan dari para pujangga Indonesia.
Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya
cerita-cerita Carangan. Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari
Mahabarata dan Ramayana, melahirkan seni pertunjukan wayang kulit (wayang purwa).
Pertunjukan wayang kulit di Indonesia, khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging.
Isi dan cerita pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif
(pendidikan).

Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari asli dari Indonesia. Seni pahat dan ragam
luas yang ada pada wayang disesuaikan dengan seni di Indonesia. Di samping bentuk dan
ragam hias wayang, muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya
95

tokohtokoh punakawan seperti Semar, Gareng, dan Petruk. Tokohtokoh ini tidak ditemukan
di India.
Perkembangan seni sastra yang sangat cepat didukung oleh penggunaan huruf pallawa,
misalnya dalam karya-karya sastra Jawa Kuno. Pada prasasti-prasasti yang ditemukan
terdapat unsur India dengan unsur budaya Indonesia. Misalnya, ada prasasti dengan huruf
Nagari (India) dan huruf Bali Kuno (Indonesia).

4. Sistem Kepercayaan
Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenal simbol-simbol
yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang meninggal, di dalam kuburnya
disertakan benda-benda. Di antara benda-benda itu ada lukisan seorang naik perahu, ini
memberikan makna bahwa orang yang sudah meninggal rohnya akan melanjutkan
perjalanan ke tempat tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka. Masyarakat waktu itu
sudah percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Oleh karena itu,
roh nenek moyang dipuja oleh orang yang masih hidup (animisme). Setelah masuknya
pengaruh India kepercayaan terhadap roh halus tidak punah. Misalnya dapat dilihat pada
fungsi candi. Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat pemujaan.

Di Indonesia, di samping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai makam raja atau
untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Itulah sebabnya peripih tempat
penyimpanan abu jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang
dipujanya. Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan tradisi
pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Bentuk bangunan lingga dan
yoni juga merupakan tempat pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut
Syiwaisme. Lingga adalah lambang Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan yoni adalah
lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-laki dan yoni lambang
perempuan.

5. Sistem Pemerintahan
Setelah datangnya pengaruh India di Kepulauan Indonesia, dikenal adanya sistem
pemerintahan secara sederhana. Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam
pemerintah di suatu desa atau daerah tertentu. Rakyat mengangkat seorang pemimpin atau
semacam kepala suku.
96

Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya orang yang sudah tua (senior), arif, dapat
membimbing, memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dalam bidang ekonomi,
berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib (kesaktian). Setelah pengaruh India
masuk, maka pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan. Hal ini
secara jelas terjadi di Kutai. Salah satu bukti akulturasi dalam bidang pemerintahan,
misalnya seorang raja harus berwibawa dan dipandang memiliki kekuatan gaib seperti pada
pemimpin masa sebelum Hindu-Buddha. Karena raja memiliki kekuatan gaib, maka oleh
rakyat raja dipandang dekat dengan dewa. Raja kemudian disembah, dan kalau sudah
meninggal, rohnya dipuja-puja.

6. Akulturasi dalam Sistem Kaleder


Pada zaman prasejarah, masyarakat Indonesia telah mengenal astronomi untuk
kepentingan-kepentingan praktis, misalnya untuk enentukan letak bintang sehingga akan
tahu arah angin pada waktu belayar dan tahu akapan akan memulai kegiatan pertanian.
Dengan melihat letak suatu bintang dapat di ketahui (1) Musim kemarau (musim tidak ada
hujan) (2) Musim labuh (sudah mendekati musim hujan) (3) Musim hujan (4) Musim wareng
curah (hujan sudah maulai jarang). Musim-musim tersebut dilihat dari banyak-sedikitnya
curah hujan. Hujan menjadi faktor penentu dalam masyarakat agraris, kapan mulai
membajak, menabur benih, saat panen dan cara menolak hama. Situasi ini berlangsung
secara terus-meneurus dan menjadi suatu siklus yang tetap, d engan demikian terbentuk
suatu sistem kalender senderhana.
97

Tugas Kelompok:
1. Jelaskan tentang masuknya budaya Hindu-Budha di kerjaan tertua di kepulauan Indonesia!
2. Jelaskan perkembangan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim1
3. Jelaskan tentang pengaruh Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan Maritim terbesar masa
Hindu-Budha dan sertakan bukti-buktinya!
4. Mengapa Selat Malaka mempunyai peran penting pada masa Kerajaan Sriwijaya?
5. Apa yang menyebabkan kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran?
6. Jelaskan tentang pengaruh Kerajaan Mataram Kuno pada kehidupan masyarakat Mataram
Kuno dan sertakan bukti-buktinya!
7. Jelaskan tentang perkembangan sosial-politik dan pemerintahan Kerajaan Singosari!
8. Jelaskan tentang kejayaan dan kehancuran kerajaan Singosari!
9. Sebutkan contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari tentang akulturasi kebudayaan
Hindu-Budha!
10.Sebutkan contoh bangunan peninggalan masa Hindu-Budha yang ada didaerahmu dan
identifikasi asal bangunan tersebut!

Anda mungkin juga menyukai