Anda di halaman 1dari 30

1.

Materi dan Buku Penunjang:


A. Materi
1. Pengertian Sejarah
Jakarta - Pengertian sejarah sering kita kenal sebagai ilmu atau rangkaian suatu peristiwa
yang telah terjadi di masa lalu. Namun, apa sebenarnya pengertian dari sejarah itu
sendiri?
Sejarah diambil dalam bahasa Arab dari kata 'syajarah' yang berarti pohon. Arti pohon
disini dimaksudkan sebagai pohon keluarga atau silsilah serta usul dari adanya sesuatu,
dan perkembangan tentang peristiwa yang berkesinambungan.

Sedangkan dalam Bahasa Inggris dinamakan 'history', yang berasal dari bahasa Yunani
dari kata 'historia' yang mengandung makna inkuiri, wawancara, serta interogasi atau
laporan dari seorang saksi mata mengenai hasil-hasil suatu tindakan. Dari bahasa Yunani
tersebut, istilah historia masuk ke bahasa-bahasa lain, terutama melalui perantaraan
bahasa Latin.

KBBI mendefinisikan sejarah sebagai pengetahuan maupun uraian tentang sebuah


peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Para ahli mendefinisikan sejarah dengan makna yang beragam. Dilansir dari modul
Sejarah Peminatan Paket C Tingkatan V karya Apriyanti Wulandari, berikut adalah
pengertian sejarah menurut para ahli:

Pengertian Sejarah
Thomas Carlyle
Sejarah adalah peristiwa di masa lampau, yang mempelajari biografi mereka yang
terkenal sebagai penyelamat pada zamannya. Orang-orang besar tersebut adalah orang
yang pernah dicatat sebagai peletak dasar sejarah.

Ibnu Kaldun
Menurut, Ibnu Kaldun sejarah adalah catatan umat manusia atau peradaban dunia,
tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat manusia itu.

Moh. Yamin
Pengertian sejarah menurut Moh. Yamin, sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang
disusun atas hasil penyelidikan, dari beberapa peristiwa yang mampu dibuktikan dengan
kenyataan (fakta).

Roeslan Abdulgani
Menurutnya Roeslan Abdulgani, sejarah adalah ilmu yang diibaratkan dengan
penglihatan tiga dimensi; pertama melalui penglihatan ke masa silam, kedua masa
sekarang, dan ketiga ke masa yang akan datang. Dengan kata lain, penyelidikan di masa
lampau tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan masa sekarang yang sedang dihadapi,
dan juga tidak dapat dilepaskan dari perspektif masa depan.
Sartono Kartodirdjo
Sartono Kartodirdjo adalah guru besar bidang sejarah UGM. Ia mempelopori penulisan
sejarah dengan perspektif Indonesia. Sejarawan ini membagi pengertian sejarah dalam
arti subjektif dan objektif.

Menurut Sartono Kartodirdjo, pengertian sejarah dalam arti subjektif adalah suatu
kontruksi (bangunan) yang disusun oleh penulis sebagai suatu uraian cerita (kisah).
Kisah tersebut merupakan suatu kesatuan dari rangkaian fakta-fakta yang saling
berkaitan.

Adapun sejarah dalam arti objektif menurut Sartono Kartodirjo adalah peristiwa sejarah
itu sendiri atau proses sejarah dalam aktualitasnya.

Dengan demikian, sejarah dalam arti objektif terkandung pengertian bahwa peristiwa
sejarah tersebut hanya akan terjadi satu kali sehingga tidak berulang dan tidak dapat
diulangi lagi.

Kuntowijoyo
Kuntowijoyo adalah seorang budayawan, sastrawan, dan sejarawan. Pengertian sejarah
menurut Kuntowijoyo adalah rekonstruksi atau membangun kembali peristiwa masa lalu
untuk dikontekstualisasikan ke dalam kehidupan kekinian dan masa datang.

Kuntowijoyo pun menyebutkan sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis,


unik, dan empiris

Sulaiman Hasan dan Anik Irawati dalam modul Sejarah Kemdikbud, menuliskan
bahwa dalam perkembangannya, konsep sejarah kini mendapat suatu pengertian baru.
Hal itu terjadi setelah adanya percampuran penulisan kronikel ketat secara kronologis,
dan narasi-narasi yang bebas yang dapat dilihat pada abad pertengahan, dikenalnya
biografi yang disebut juga vitae.

Dikenalnya istilah tersebut, khususnya pada biografi orang besar, menyebabkan Thomas
Carlyle (1841) seorang sejarawan dari Inggris mengatakan bahwa sejarah sebagai
'riwayat hidup orang-orang besar atau pahlawan' semata. Tanpa adanya mereka, maka
tidak ada sejarah.

Namun, lingkup sejarah tidak hanya untuk individu tertentu (orang-orang besar), saja
seperti Julius Caesar, Napoleon, Soekarno, dan lain-lain. Sejarah juga di dalamnya
membahas kelompok masyarakat, yakni semua manusia.
Herodotus yang merupakan ahli sejarah dunia berkebangsaan Yunani, sekaligus bapak
sejarah dunia (The Father of History) menyatakan bahwa sejarah tidak berkembang ke
arah depan dengan tujuan yang pasti, melainkan bergerak seperti garis lingkaran dengan
tingkatan tinggi rendahnya terganti oleh keadaan manusianya.

Dari adanya beberapa definisi di atas, menunjukkan dengan tegas dan singkat bahwa
secara umum sejarah memiliki tiga yang bulat. R. Moh. Ali menyimpulkan sejarah diberi
tiga pengertian sebagai berikut:

Sejarah yaitu ilmu yang menyelidiki perkembangan-perkembangan mengenai peristiwa


dan kejadian di masa lampau.
Sejarah merupakan kejadian dan peristiwa yang berhubungan dengan manusia, yang
menyangkut perubahan nyata di dalam kehidupan manusia.
Sejarah merupakan cerita yang tersusun secara sistematis (teratur dan rapi).

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa sejarah merupakan ilmu tentang manusia.
Semoga penjelasan di atas, bisa buatdetikers jadi lebih paham tentang pengertian sejarah
ya. Semangat belajar!

Baca artikel detikedu: "Sejarah dan Pengertiannya Menurut Para Ahli, Apa Saja?"
selengkapnya
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5824089/sejarah-dan-pengertiannya-menurut-pa
ra-ahli-apa-saja.

2. Peristiwa Sejarah
KOMPAS.com - Sejarah tidak dapat terlepas dari unsur manusia, ruang, dan waktu.
Sebuah peristiwa sejarah pasti terintegrasi dengan aspek-aspek kehidupan. Dalam buku
Pengantar Ilmu Sejarah (1996) karya Helius Sjamsudin dan Ismaun, sejarah pada
umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu: Sejarah sebagai ilmu Sejarah sebagai peristiwa
Sejarah sebagai kisah Sejarah sebagai peristiwa memiliki arti bahwa sejarah merupakan
kenyataan atau realitas yang terjadi pada masa lalu.

Untuk menilai kebenarannya, sebuah peristiwa sejarah harus memiliki bukti-bukti yang
menguatkan, seperti saksi mata peristiwa, peninggalan-peninggalan, dokumen, dan
catatan. (Baca juga: Pendekatan Multidimensional dalam Sejarah Sejarah sebagai
peristiwa selalu berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan masyarakat seperti politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya). Oleh karena itu, sejarah sering
dikelompokkan secara tematis menurut tema peristiwa yang dibahas. Contoh dari tema
sejarah adalah sejarah agraria, sejarah politik, sejarah kebudayaan, sejarah
perekonomian, sejarah pendidikan, dan lainnya.
Terdapat ciri-ciri atau karakteristik yang membedakan peristiwa sejarah dengan peristiwa
biasa. Dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah (2001) karya Kuntowijoyo, sejarah sebagai
peristiwa memiliki tiga ciri utama, yaitu:
a. Unik. Peristiwa sejarah adalah peristiwa yang unik karena hanya terjadi satu kali dan
tidak mungkin terulang kembali dengan bentuk yang sama persis. Setiap peristiwa
sejarah akan berbeda dengan peristiwa sebelumnya. Meski terkadang jenis
peristiwanya sama, namun pelaku, tempat, dan waktunya pasti akan berbeda. Baca
juga: Contoh Sumber Sejarah Sekunder Contoh peristiwa sejarah bersifat unik adalah
peristiwa 1948 di Madiun hanya berlangsung sekali dan tidak terulang. Meski pada
tahun 1965 terdapat G30S yang juga melibatkan PKI, tetapi latar belakang, pelaku,
dan tempat pemberontakan memiliki perbedaan. Begitu pula dengan perang dunia.
Kendati Perang Dunia I dan Perang Dunia II melibatkan negara yang sama, namun
pemicu dan penyelesaiannya berbeda. Penting Sebuah peristiwa dapat dikatakan
sebagai peristiwa sejarah apabila peristiwa tersebut memiliki kedudukan yang
penting dalam masyarakat luas.
b. Karena sifatnya yang penting, peristiwa sejarah harus memiliki pengaruh yang besar
terhadap kondisi masyarakat pada masanya dan masa-masa berikutnya. Contoh
peristiwa sejarah bersifat penting adalah peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928
mampu membangkitkan rasa persatuan dan kebangsaan antara masyarakat Indonesia.
Peristiwa Sumpah Pemuda tersebut berpengaruh besar terhadap konsep kebangsaan
dan multikulturalisme di Indonesia.
c. Peristiwa sejarah memiliki sifat abadi karena tidak pernah berubah-ubah dan akan
dikenang sepanjang masa. Seperti contohnya, peristiwa proklamasi kemerdekaan RI
pada 17 Agustus 1945 yang selalu diperingati oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai
puncak perjuangan melawan penjajahan. Begitu pula peristiwa 10 November 1945 di
Surabaya, selalu dikenang dan dirayakan menjadi Hari Pahlawan hingga hari ini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah sebagai Peristiwa:
Pengertian, Ciri, dan Contohnya", Klik untuk baca:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/11/161732769/sejarah-sebagai-peristiwa-p
engertian-ciri-dan-contohnya?page=all.
Penulis : Gama Prabowo
Editor : Serafica Gischa

3. Hubungan Manusia dan Sejarah


PARBOABOA - Keberadaan manusia merupakan salah satu unsur penting dalam
sejarah, karena jika tidak, siapa lagi yang akan menceritakan tentang apa yang terjadi di
masa lampau?
Manusia dalam sejarah diposisikan sebagai subjek dan objek sejarah. Itu sebabnya, kata
sejarah memiliki arti silsilah, kejadian, dan ilmu.
Artinya, manusia mengalami, mempelajari, dan kemudian menceritakan peristiwa yang
benar-benar terjadi masa lalu.
Contoh manusia sebagai subjek dan objek dapat dilihat dari peristiwa Ir. Soekarno dan
Moh.Hatta yang mencetak sejarah sebagai bapak poklamator.
Dalam konteks ini, Ir.Soekarno dan Moh.Hatta dijadikan sebagai objek sejarah.,
sedangkan subjeknya adalah para sejarawan, peneliti, dan arkeolog.
Agar kamu lebih mengerti, silahkan simak penjelasan berikut ini.

Sebagai Subjek
Yang dimaksud manusia dalam sejarah diposisikan sebagai subjek adalah tindakan
manusia itu sendiri dalam menentukan arus kesejarahan. Peran ini biasanya dilakukan
oleh sejarawan yang menuliskan atau menceritakan sebuah peristiwa di masa
lampau.Kata subjek di sini merujuk pada manusia yang menjadi pelaku utama yang
meneliti objek, sehinga cenderung bersifat subjektif.

Sebagai Objek
Sedangkan manusia dalam sejarah diposisikan sebagai objek, di mana tindakan manusia
yang mempengaruhi sejarah karena manusialah yang membuat sejarah atau merupakan
aktor eksternal dalam sebuah peristiwa sejarah.Ini juga berarti manusia dijadikan sejarah
yang dikaji oleh subjek. Karena manusia yang membuat sejarah, sudah seharusnya setiap
dari diri kita bisa menjadi seorang sejarawan, minimal bagi diri sendiri.Kita bisa
dijadikan sebagai objek oleh orang lain. Artinya, peristiwa yang kita alami di masa lalu
sedang dikisahkan oleh orang lain.

Unsur-unsur Penting dalam Sejarah


Sejarah adalah cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji secara sistematis seluruh
perkembangan, proses perubahan atau dinamika masyarakat dengan segala aspek
kehidupan yang terjadi di masa lampau.
Kajian sejarah menyangkut tiga hal penting, yaitu manusia, ruang, dan waktu. Berikut
penjelasannya!

1. Manusia
Manusia menjadi sejarah karena keberadaannya yang mempengaruhi kehidupan di masa
sekarang atau di masa depan.Sejarah tidak akan membahas tentang binatang ataupun
tumbuhan karena sudah termasuk dalam kajian ilmu biologi atau zoologi. Dalam hal ini,
manusia dapat diposisikan sebagai subjek dan objek. Contoh: perselisihan golongan tua
dan golongan muda karena perbedaan pendapat mengenai proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
2. Ruang
Salah satu unsur penting dalam sejarah adalah ruang yang merujuk pada letak geografis
di mana manusia menghasilkan sejarah. Artinya, aktivitas yang dilakukan manusia pada
waktu tertentu berada pada ruang tertentu pula. Sederhananya, ruang adalah tempat
terjadinya suatu peristiwa. Jadi, jika berbicara tentang penjajahan, harus ditegaskan di
mana penjajahan tersebut terjadi. Menurut teori Determinisme Geografis, ruang dan
peristiwa memiliki hubungan yang erat karena menjadi penentu jalannya sebuah
peristiwa sejarah. Contoh: Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat merupakan tempat
pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno.
3. Waktu
Mengapa waktu sangat penting dalam sejarah? Karena konsep sejarah berkaitan dengan
kronologi dan keunikan dari kegiatan manusia pada waktu tertentu.
Kurun waktu inilah yang menjadi batasan sejarah itu dimulai atau diakhiri secara
sistematis dan jelas. Unsur waktu memperlihatkan seperti apa manusia menggunakan
waktu ketika melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Sederhananya, sejarah merupakan ilmu mengenai aktivitas manusia yang dilihat dari
kurun waktunya. Contoh: Hirosima dan Nagasaki dibom oleh pasukan sekutu pada
tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945.
https://parboaboa.com/manusia-dalam-sejarah-diposisikan-sebagai

B. Buku Penunjang Pembelajaran


Kuntowijoyo, PENGANTAR ILMU SEJARAH, (Yogyakarta: Tiara Wacana,2018).
https://drive.google.com/file/d/13TfHyZ3evRzE-LyNb0tLJJpVuGGg9vfw/view?usp=sharin
g
Kuntowijoyo, METODOLOGI SEJARAH (Jilid Kedua),
https://drive.google.com/file/d/1zWDuzScuwGCKtbQiq8k6gS5Dit3bKlKZ/view?usp=shari
ng
Kuntowijoyo, PENJELASAN SEJARAH (Historical Explanation),
https://drive.google.com/file/d/1zWDuzScuwGCKtbQiq8k6gS5Dit3bKlKZ/view?usp=shari
ng
Sokmono,R.Dr, PENGATAR SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA 1
https://drive.google.com/file/d/1uzPxmAfQoHMEO7bHadjU5eu3_z8AXSVL/view?usp=sh
aring

2. Perbaikan Strategi Pembelajaran


a. Bagi peserta didik yang masuk ketegori lanjut pada asesmen awal pembelajaran
dilakukan melalui beberapa pendekatan/kegiatan, antara lain sebagai berikut.
1) Pengembangan sumber belajar. Berikut beberapa sumber belajar yang dapat
dipergunakan peserta didik dalam kegiatan pengayaan
MATERI PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR
Hubungan Sejarah dan Manusia
Kuntowijoyo, PENGANTAR ILMU SEJARAH (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2018).
https://drive.google.com/file/d/13TfHyZ3evRzE-LyNb0tLJJpVuGGg9vfw/view?usp=
sharing
Modul Sejarah
https://drive.google.com/file/d/1tuwJTH0SI_yhaNG7pOb8RwqUo1VlsXDt/view?usp
=sharing
2) Menggunakan tutor sebaya. Melalui kegiatan tutor sebaya, pemahaman siswa terhadap
suatu konsep akan meningkat karena selain mereka harus menguasai konsep yang akan
dijelaskan mereka juga harus mencari teknik menjelaskan konsep tersebut kepada
temannya. Selain itu, tutor sebaya juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif
tingkat tinggi.
3) Memberikan kesempatan anak untuk membuat artikel dengan tema:
a) Manusia Penguasa Sejarah
b) Sejarah dan Manusia

b. Bagi peserta didik yang tidak termasuk pada kriteria lanjut maupun dasar dapat
dilakukan melalui beberapa pendekatan/kegiatan, antara lain sebagai berikut.
1) Tutor Sebaya
Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remedial. Dalam kegiatan ini seorang
guru meminta bantuan kepada siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Siswa yang dijadikan tutor bisa berasal dari kelas yang
sama atau dari kelas yang lebih tinggi. Apabila menggunakan tutor yang sebaya sangat
membantu sekali, karena tingkat pemahaman dan penyampaian tutor yang sebaya
lebih dimengerti oleh siswa yang bermasalah, selain itu mereka tidak merasa canggung
dalam menanyakan setiap permasalahan karena usia mereka sama sehingga mudah
dimengerti olehnya.

2) Menggunakan sumber lain


Guna lebih memahami mengenai materi yang diberikan silahkan membaca sumber
berikut ini.
Modul Sejarah BAB 1
https://drive.google.com/file/d/1tuwJTH0SI_yhaNG7pOb8RwqUo1VlsXDt/view?usp
=sharing

3) Kegiatan Kelompok
Untuk kegiatan kelompok setiap peserta didik yang melaksanakan remedial
diwajibkan memberikan kemajuan pengetahuan dan akan dilaksanakan post test guna
mengetahui hasil dari kegiatan kelompok tersebut. Sebagai kontrol akan dibuat
penilaian antar teman saat melakukan kegiatan kelompok.

3. ARTIKEL SEJARAH

Artikel 1

Sejarah Perang Dunia 2: Penyebab, Negara


yang Terlibat, dan Dampaknya bagi
Indonesia
Written by Fandy
Sejarah Perang Dunia 2 – Teman-teman sekalian pasti mengetahui tentang Perang
Dunia II. Perang tersebut menjadi konflik paling mematikan sepanjang sejarah umat
manusia karena memakan korban 50–70 juta jiwa dari seluruh dunia. Perang Dunia II
terjadi pada kurun waktu 1939–1945. Penyebab dari perang ini secara umum
dikarenakan adanya konflik ideologi di antara negara-negara Eropa, Amerika, dan
Asia. Peristiwa itu ditandai dengan berbagai aksi unjuk kekuatan maupun ekspansi
militer terhadap wilayah-wilayah tertentu. Sebagian besar negara-negara yang turut
terlibat dalam perang tersebut akhirnya terkena dampak di bidang militer, sosial,
budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya.

Berikut ulasannya mengenai penyebab, negara-negara yang terlibat, jalannya


peperangan, dan dampaknya bagi Indonesia.

Daftar Isi

● Penyebab Awal Perang Dunia II


o Faktor Umum
o Faktor Khusus
● Negara yang Terlibat dalam Perang Dunia II
o Blok Sekutu
o Negara Klien dan Boneka Sekutu
o Blok Poros
o Pihak Terlibat Blok Poros
o Negara Klien dan Boneka Poros
o Tokoh dan Pemimpin
▪ Pemimpin Blok Sekutu
▪ Pemimpin Blok Poros
● Jalannya Perang Dunia II
o Eropa
o Asia
● Dampak Perang Dunia II terhadap Indonesia
● Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Sejarah Perang Dunia 2
▪ Buku Terkait Sejarah Indonesia
▪ Materi Terkait Sejarah Indonesia
Penyebab Awal Perang Dunia II

Benito Mussolini (kiri) dan Adolf Hitler (kanan).

Salah satu faktor yang menyebabkan rangkaian peperangan tersebut adalah adanya
pemikiran mengenai fasisme. Saat itu, tiga negara yang berideologi fasisme
beraliansi dengan nama Poros Roma-Berlin-Tokyo (Italia, Jerman, dan Jepang).
Kendati memiliki perbedaan pedoman mengenai ideologi tersebut, tetapi semuanya
mengarah kepada tindakan merendahkan bangsa lain. Hal inilah yang menyebabkan
ketiganya berusaha untuk menduduki wilayah dari negara-negara lain.

Faktor kedua yang menyebabkan meletusnya Perang Dunia II adalah


kebijakan appeasement (politik asalkan kamu senang–red) dari Imperium Britania
dan Perancis. Kebijakan ini mengibaratkan mereka mengalah terhadap
tindakan-tindakan Jerman. Namun, upaya tersebut ternyata tidak cukup
memberikan rasa puas kepada pihak Jerman. Perang Dunia II dimulai ketika Jerman
dengan prinsip fasisnya menginvasi Polandia tanggal 1 September 1939. Imperium
Britania dan Perancis dengan terpaksa menyatakan perang dan menanggalkan
prinsip mengalahnya tersebut.
Sejak saat itu, negara-negara lain juga mulai terlibat dalam pertempuran skala
besar, karena Jerman semakin membabi buta ingin menguasai wilayah lain. Namun,
Jerman tidak hadir sendirian. Italia telah menjadi aliansinya sejak akhir 1936 hingga
awal 1941, melalui serangkaian perjanjian. Lalu, diikuti dengan masuknya Jepang
pada Desember 1941. Jepang bergabung dengan Blok Poros untuk menyerang
Amerika Serikat dan teritori Eropa di Samudra Pasifik dan sebagian besar Pasifik
Barat.

Ketiga negara itu kemudian terlibat perang melawan Blok Sekutu yang berjumlah
lebih banyak, di antaranya adalah Imperium Britania, Prancis, Uni Soviet, Amerika
Serikat, Pemerintahan Nasionalis Republik Tiongkok, Belanda, Polandia, dan
beberapa negara lain yang memperoleh dampak dari pendudukan Blok Poros.

Secara terperinci, Perang Dunia II disebabkan oleh adanya dua faktor, yaitu umum
dan khusus.

Faktor Umum
1. Negara maju saling berkompetisi satu sama lain untuk menguatkan pangkalan
militer dan senjata;
2. Adanya politik aliansi yang menyebabkan lahirnya dua blok besar; dan
3. Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dalam menciptakan perdamaian dunia.

Faktor Khusus
1. Pada 1 September 1939, Jerman melakukan penyerbuan ke Kota Danzig, Polandia.
Polandia sendiri merupakan negara yang diawasi oleh LBB. Hitler di sisi lain
menuntut penguasaan atas Danzig karena penduduknya merupakan bangsa
Jerman, tetapi Polandia membantahnya;
2. Pada 3 September 1939, negara-negara pendukung LBB (terutama Inggris dan
Prancis) mengumumkan perang kepada Jerman dan aliansi-aliansinya; dan
3. Pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang pangkalan armada angkatan laut milik
Amerika Serikat yang berada di Pearl Harbor, Hawai.

Negara yang Terlibat dalam Perang Dunia II


Blok Sekutu
1. Uni Soviet;
2. Amerika Serikat;
3. Imperium Britania;
4. Pemerintahan Nasionalis Republik Tiongkok;
5. Perancis;
6. Polandia;
7. Kanada;
8. Australia;
9. Selandia Baru;
10. Uni Afrika Selatan;
11. Yugoslavia;
12. Kerajaan Yunani;
13. Norwegia;
14. Belanda;
15. Belgia;
16. Cekoslowakia; dan
17. Brasil.

Negara Klien dan Boneka Sekutu


1. Filipina;
2. Mongolia.

Blok Poros
1. Jerman;
2. Jepang;
3. Italia;
4. Hongaria;
5. Rumania; dan
6. Bulgaria.

Pihak Terlibat Blok Poros


1. Finlandia;
2. Thailand;
3. Irak; dan
4. Spanyol.

Negara Klien dan Boneka Poros


1. Manchukuo;
2. Republik Sosialis Italia;
3. Kroasia; dan
4. Slowakia.

Tokoh dan Pemimpin


Pemimpin Blok Sekutu
1. Winston Churchill (Imperium Britania);
2. Franklin D. Roosevelt (Amerika Serikat);
3. Josef Stalin (Uni Soviet); dan
4. Chiang Kai-shek (Pemerintahan Nasionalis Republik Tiongkok).
Pemimpin Blok Poros
1. Adolf Hitler (Jerman);
2. Hirohito (Jepang); dan
3. Benito Mussolini (Italia).

Jalannya Perang Dunia II


Eropa

T-34 Soviet merupakan tank yang paling banyak diproduksi dalam Perang Dunia II.
Lebih dari 57.000 unit dibuat pada 1945.
Adolf Hitler selaku der führer (pemimpin) Jerman, telah melancarkan penyerangan
terhadap Polandia sejak jauh hari. Namun demikian, Polandia di sisi lain telah
mendapat jaminan dari Imperium Britania dan Perancis, yang akan membantunya
jika diserang oleh Jerman. Sebelumnya, Jerman mengadakan pembicaraan rahasia
dengan Uni Soviet di Moskow pada 23–24 Agustus 1939, yang dilanjutkan dengan
penandatanganan perjanjian untuk tidak saling menyerang. Keduanya juga telah
merencanakan untuk membagi Polandia menjadi dua wilayah, yaitu sepertiga
wilayah Polandia bagian barat menjadi milik Jerman, sedangkan sisanya yang lain di
bagian timur menjadi milik Uni Soviet.

Tanggal 1 September 1939 pukul 00.40, Hitler mengeluarkan perintah untuk memulai
penyerangan terhadap Polandia, yang kemudian dilancarkan tepat pukul 4.45.
Imperium Britania lantas menyatakan perang terhadap Jerman tanggal 3 September
1939 pukul 11.00, yang kemudian diikuti oleh Prancis pada pukul 17.00. Perang Dunia II
pun dimulai. Setelah menyerbu Norwegia dan Denmark bagian Utara, Jerman
membuka pertempuran di western front (bagian Barat) dengan sasaran utamanya
Perancis.
Jerman memulai penyerbuan terhadap Belanda pada 10 Mei 1940 dengan
mengerahkan pasukan terjun payung di Mordijk, Doordrecht, dan Rotterdam, serta
mendaratkan tentaranya di sekitar Den Haag. Pada hari yang sama, tentara Jerman
berhasil menembus Peel Line di selatan Sungai Maas. Tanggal 11 Mei 1940, Belanda
dipukul mundur ke bagian Barat melalui Tilburg sampai Breda. Siang harinya,
tanggal 12 Mei 1940, tank-tank milik Jerman muncul di batas Kota Rotterdam. Hal
inilah yang membuat Ratu Belanda Wilhelmina bersama pemerintah melarikan diri
ke Imperium Britania pada 13 Mei 1940. Selanjutnya, panglima tertinggi tentara
Belanda, Jenderal Henri Gerard Winkelman, menyerah kepada Jerman pada 14 Mei
1940.

Tentara Belanda dilindas oleh tentara Jerman hanya dalam tempo tiga hari. Jerman
menamakan penyerbuan ini hanya dengan Spaziergang (jalan santai–red) karena
mereka menggilas Belanda secara sambil lalu dalam perjalanan menyerbu Prancis.
Setelah menumpas perlawanan singkat tentara Belanda, tentara Jerman
melanjutkan penyerangannya ke Belgia dan Perancis. Namun, invasi tentara Jerman
ke Belanda berbuntut panjang di Hindia Belanda. Hal ini dikarenakan pemerintah
Hindia Belanda langsung menyatakan perang terhadap Jerman.

Jatuhnya Belanda memunculkan keresahan di kalangan pejabat tinggi di Hindia


Belanda. Salah satu tindakan pertama yang diambil oleh pemerintah Hindia Belanda
adalah melakukan tindakan balasan terhadap masyarakat Jerman yang tinggal di
Hindia Belanda.

Tentara Hindia Belanda juga langsung bergerak cepat menduduki kantor Konsulat
Jerman yang berada di Batavia, termasuk gedung perkantoran milik orang Jerman.
Selain itu, mereka juga menyita kapal-kapal Jerman yang berlabuh di Sabang,
Batavia, Makassar, dan beberapa pelabuhan lain. Tentara dan warga sipil berusaha
menyelamatkan diri, tetapi tidak mudah bagi mereka untuk meloloskan diri di
wilayah yang sepenuhnya telah dikuasai oleh militer Hindia Belanda.

Aparat di seluruh wilayah Hindia Belanda menangkap dan menahan masyarakat


Jerman dengan kata sandi “Berlin”. Beberapa di antaranya memang merupakakan
pengikut Nazi, tetapi mayoritas hanyalah warga sipil yang tidak mengerti politik.
Mereka menahan seluruh warga Jerman, baik laki-laki, perempuan, dan anak-anak
yang berada di Hindia Belanda. Total jumlah mereka adalah 2.436 orang. Mereka
adalah para pemilik perkebunan, insinyur, dokter, ilmuwan, diplomat, pedagang,
pelaut, pendeta, dan seniman. Salah satu di antaranya adalah pelukis ternama,
Walter Spieß (baca: spies), yang tinggal di Bali. Mereka dibawa ke Sumatra dengan
status interniran: laki-laki dipisahkan dari perempuan dan anak-anak. Ketika tentara
Jepang mendarat di Kalimantan, mereka lantas dievakuasi ke India, yang saat itu
sedang berada di bawah penjajahan Imperium Britania.

Pada 17 Januari 1942, dua kapal yang memuat interniran Jerman berangkat dari
Sibolga. Selanjutnya, disusul kapal uap Van Imhoff yang berbobot 3.000 ton milik
Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) pada 19 Januari 1942, dengan 48 awak
kapal di bawah Kapten Bongvani dan membawa 477 warga Jerman interniran. Mereka
dikawal oleh 62 orang serdadu Belanda. Keesokan harinya, kapal tersebut diserang
oleh satu pesawat pengintai Jepang milik Kaigun di laut lepas yang melepaskan tiga
buah bom. Dua bom pertama jatuh di laut, sedangkan bom ketiga jatuh tepat
mengenai kapal. Perwira pertama mengatakan kepada para tahanan Jerman bahwa
kapal tidak berada dalam bahaya. Namun, orang-orang Jerman melihat bahwa awak
kapal menurunkan lima perahu penyelamat, yang masing-masing berbobot 5 ton
dan setiap perahu dapat mengangkut 80 orang. Selain itu, masih ada beberapa
perahu kecil yang dapat mengangkut 60 orang.

Ketika melihat kapal mulai tenggelam, orang-orang Jerman membobol penjara di


dalam kapal dan hanya tersisa dua perahu: satu perahu untuk 40 orang dan yang
lainnya hanya 10 orang. Namun demikian, awak kapal Belanda telah mematahkan
dayung-dayung perahu penyelamat ke dalam air. 53 orang dapat naik ke perahu
pertama dan 14 orang naik ke perahu kedua. Orang-orang yang masih terjebak di
dalam kapal kemudian menceburkan diri ke laut, sedangkan beberapa orang lainnya
memilih untuk bunuh diri.

Beberapa orang-orang yang berenang di laut itu menemukan papan-papan dan


tali-temali. Mereka kemudian mengikat papan-papan itu menjadi rakit, sedangkan
yang tidak dapat masuk ke dalam perahu atau rakit akhirnya tenggelam atau
dimakan hiu. Ada sekitar 200 orang yang masih terjebak dan turut tenggelam
bersama kapal Van Imhoff itu, sedangkan orang Jerman yang tewas tenggelam atau
dimakan ikan hiu sekitar 410 orang, di antaranya adalah 20 misionaris Protestan, 18
misionaris Katolik, dan seorang pelukis ternama, yaitu Walter Spieß.

Para tawanan Van Imhoff yang selamat di Nias

Pada 20 Januari 1942, datanglah Boeloengan (kapal motor Belanda), tetapi tidak
memberikan pertolongan terhadap orang-orang Jerman. Tercatat, hanya 67 orang
saja yang selamat (36 orang menurut versi Rosihan Anwar), bahkan satu orang di
antaranya memilih untuk bunuh diri. Itu pun berkat kedatangan kapal penyelamat.
Mereka akhirnya berhasil sampai di Pulau Nias pada 23 Januari 1942 dalam kondisi
kelelahan, kelaparan, dehidrasi, dan kulit terbakar matahari. Adapun sekoci pertama
yang memuat 14 orang interniran dan berlayar terlebih dahulu telah sampai di Nias
sehari sebelumnya.

Setelah mendapatkan perawatan, dua kelompok tersebut dipertemukan dan dibawa


ke Asisten Residen Belanda, kontrolir, dan misionaris yang berada di Gunung Sitoli.
Mereka di kemudian hari menuntut KPM untuk mengganti kerugian sebesar 4 juta
gulden kepada keluarga korban yang tewas.

Asia
Sejak akhir 1930-an, Jepang dibuat tidak nyaman dengan kebijakan luar negeri
Amerika Serikat di Pasifik. Ketegangan di antara keduanya semakin memuncak
ketika Amerika Serikat menghentikan perjanjian perdagangan dengan Jepang.

Jepang yang telah menduduki Indochina saat itu juga telah beraliansi dengan Blok
Poros (Jerman dan Italia). Pada awal 1940, angkatan laut Amerika Serikat di pihak
lain telah ditempatkan di Pearl Harbor, yang terletak di Pulau Oahu, Hawaii. Amerika
Serikat terus menambah ketersediaan kapalnya di Pearl Harbor hingga menjadi
pangkalan utamanya di Pasifik.

Serangan kejutan yang dilakukan oleh Jepang di Pearl Harbor.

Pada 7 Desember 1941, angkatan laut Jepang dikirim untuk melakukan serangan
mendadak terhadap pangkalan angkatan laut Amerika Serikat yang berada di
wilayah tersebut. Tujuan serangan ini adalah untuk melumpuhkan angkatan laut
Amerika Serikat di Pasifik, walaupun untuk sementara.

Serangan pertama terhadap Pearl Harbor adalah pukul 07.53 tanggal 7 Desember 1941
waktu Hawaii atau pukul 03.23 tanggal 8 Desember 1941 waktu Jepang. Armada
Jepang saat itu terdiri atas enam kapal induk, dua kapal tempur, dua penjelajah
berat, satu penjelajah ringan, sembilan perusak, dan delapan tanker bergerak.
Armada yang dipimpin oleh Laksamana Madya Chuichi Nagumo tersebut berlayar
menuju Pearl Harbor tanpa melakukan hubungan radio.

Kapal induk Jepang yang terlibat dalam serangan tersebut adalah Akagi, Hiryū, Kaga,
Shōkaku, Sōryū, Zuikaku. Semuanya memiliki sejumlah 441 kapal terbang, termasuk
pesawat pemburu, pengebom-torpedo, pengebom-tukik dan pemburu-pengebom.
Dari semuanya itu, hanya 29 yang tertembak jatuh dalam pertempuran.

Serangan mendadak yang dilakukan dalam waktu singkat itu menyebabkan 2.402
orang Amerika Serikat tewas dan 1.282 lainnya terluka. Bagi Jepang, serangan itu
dimaksudkan agar pihaknya lebih mudah dalam menaklukkan Sekutu, yaitu
Imperium Britania, Belanda, dan Perancis. Setelah peristiwa ini, Jepang baru
menyatakan perang kepada Amerika Serikat dan memulai kampanye militernya di
kawasan Asia-Pasifik Raya. Serangan ini pula yang mengawali keterlibatan Amerika
Serikat dalam Perang Pasifik.

Pada 11 Desember 1941, giliran Jerman dan Italia yang mendeklarasikan perang
kepada Amerika Serikat, yang dijawab dengan deklarasi serupa oleh pihak Amerika
Serikat. Amerika Serikat pun resmi memasuki Perang Dunia I, bahu-membahu
bersama negara Sekutu lain, baik di palagan Pasifik maupun Eropa.

Dampak Perang Dunia II terhadap Indonesia


Dampak Perang Dunia II juga dirasakan oleh pihak Indonesia. Hal ini diawali ketika
Jepang memulai penjajahan di Indonesia sejak tanggal 8 Maret 1942. Masyarakat
Indonesia dikerahkan untuk mendukung perang yang dilakukan oleh Jepang, yaitu
Perang Asia Timur Raya.

Beberapa bidang yang terdampak di Indonesia sebagai berikut.


1. Bidang sosial: Jepang melaksanakan romusha (kerja paksa) kepada para pemuda
di Indonesia, serta menyuruh mereka untuk menjadi serdadu perang di
Seinendan, Fujinkai, Keibodan, Heiho, dan PETA;
2. Bidang politik: Jepang merangkul para tokoh agama dan politik agar mereka
dapat menarik dukungan rakyat Indonesia mendukung peran; dan
3. Bidang Ekonomi: Jepang mengambil alih semua kegiatan ekonomi di Indonesia
untuk mendukung perang, serta mewajibkan rakyat menyerahkan 30 persen
hasil panennya.
Nah, itulah penjelasan singkat mengenai Sejarah Perang Dunia II.
Untuk memperoleh referensi tentang peristiwa tersebut, salah satu rujukan yang
bisa teman-teman baca, antara lain tentang Sejarah Perang Dunia II, yang tersedia di
laman www.gramedia.com. Selamat membaca.

Penulis: Fandy Aprianto Rohman


Artikel 2

Apa Yang Terjadi di Rengasdengklok? Begini


Sejarah dan Kronologinya
Written by Rifda Arum
Apa Yang Terjadi di Rengasdengklok – Teman-teman pasti tidak asing dengan
peristiwa bersejarah Rengasdengklok? Yap, peristiwa Rengasdengklok disebut-sebut
sebagai tonggak awal dari kemerdekaan Indonesia setelah bertahun-tahun dijajah
oleh Belanda dan Jepang. Berkat kemerdekaan tersebut, Indonesia dapat menjadi
negara seperti sekarang ini, yang mampu sejajar dengan negara-negara lain.

Lalu sebenarnya, apa sih yang terjadi di Rengasdengklok itu? Mengapa dapat
menjadi tonggak awal dari kemerdekaan Indonesia? Selain itu, mengapa pula
disebut sebagai Peristiwa Rengasdengklok?

Nah, supaya teman-teman dapat memahami dan menjawab pertanyaan-pertanyaan


tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

https://pixabay.com/

Daftar Isi

● Apa Yang Terjadi Di Rengasdengklok?


● Apa Yang Terjadi Jika Peristiwa Rengasdengklok Tidak Pernah Ada?
● Bagaimana Kronologi dari Peristiwa Rengasdengklok?
o 1. Jepang Menyerah Tanpa Syarat Kepada Pihak Sekutu
o 2. Pendapat Golongan Tua VS Pendapat Golongan Muda
o 3. Penyusunan Teks Proklamasi
o 4. Pembacaan Teks Proklamasi
● Hal-Hal yang Terjadi Setelah Peristiwa Rengasdengklok
o 1. Perundingan Linggarjati
o 2. Peristiwa Westerling
o 3. Pertempuran Puputan Margarana
o 4. Proklamasi Negara Pasundan
o 5. Agresi Militer I
o 6. Diangkatnya Amir Syarifudin sebagai Perdana Menteri
o 7. Perjanjian Renville
o 8. Mohammad Hatta Diangkat Sebagai Perdana Menteri
o 9. Agresi Militer Belanda II
o 10. Serangan Umum 1 Maret
● Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Rengasdengklok
o
▪ Buku Terkait Sejarah Indonesia
▪ Materi Terkait Sejarah Indonesia

Apa yang Terjadi di Rengasdengklok?


Secara umum, peristiwa yang terjadi di Rengasdengklok adalah sebuah penculikan
yang dilakukan oleh sejumlah golongan muda kepada Soekarno dan Hatta. Disebut
sebagai peristiwa Rengasdengklok karena ketika dua tokoh besar tersebut diculik,
mereka dibawa ke sebuah tempat bernama Rengasdengklok, yang terletak di
Kabupaten Karawang.

Jadi, dapat disimpulkan ya bahwa Rengasdengklok adalah nama sebuah kota yang
menjadi saksi bisu atas penculikan dua tokoh besar Indonesia tersebut.

Aksi penculikan tersebut merupakan ide dari para golongan muda, antara lain
Soekarni, Wikana, Sayuti Melik, dan Chaerul Saleh. Meskipun disebut sebagai
penculikan yang mempunyai konotasi buruk, tetapi ternyata aksi itu justru menjadi
sebuah ide bagus. Tujuan dari aksi penculikan yang dilakukan oleh para golongan
muda, adalah supaya Soekarno dan Hatta sebagai perwakilan tokoh Indonesia,
segera mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Apa yang terjadi jika Peristiwa Rengasdengklok tidak


pernah ada?
Coba dipikir-pikir kembali, apa yang terjadi jika Peristiwa Rengasdengklok, yang
merupakan tonggak awal dari kemerdekaan Indonesia ini tidak pernah ada?

Jawabannya ada lima kemungkinan dan kemungkinan terbesar adalah Indonesia


juga belum tentu dapat melangsungkan kemerdekaan hingga menjadi negara
seperti saat ini. Lima kemungkinan tersebut adalah:
1. Indonesia belum tentu dapat merdeka.
2. Para golongan tua justru akan semakin dipengaruhi oleh pihak Jepang.
3. Jepang akan terus-menerus menjajah Indonesia, meskipun kala itu negara
mereka tengah dibom oleh pihak Sekutu.
4. Penderitaan rakyat Indonesia akan semakin bertambah karena negaranya tidak
segera melangsungkan kemerdekaan.
5. Jepang akan semakin kuat terutama di mata dunia.
Bagaimana Kronologi dari Peristiwa Rengasdengklok?
1. Jepang Menyerah Tanpa Syarat kepada Pihak Sekutu
Pada akhir tahun 1943, kedudukan Jepang dalam perang Asia Pasifik mulai terdesak.
Beberapa kali tentara Jepang harus kalah dari tentara Sekutu. Hingga akhirnya,
tentara Amerika Serikat berhasil melakukan pengeboman dua kota di Jepang, yakni
di Hiroshima (pada 6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945).

Akibat dari peristiwa pengeboman tersebut, kondisi politik dan ekonomi di Jepang
tentu saja melumpuh seketika. Hal tersebut akhirnya memaksa pihak Jepang
menyerah tanpa syarat kepada pihak Sekutu pada 14 Agustus 1945. Dengan adanya
Jepang menyerah tanpa syarat tersebut juga berpengaruh pada bangsa Indonesia
berupa kekosongan kekuasaan (Indonesia sebelumnya dikuasai oleh pihak Jepang).

2. Pendapat Golongan Tua VS Pendapat Golongan Muda


Berita mengenai kekalahan Jepang terhadap pihak Sekutu tersebut akhirnya sampai
ke telinga kalangan pemuda bangsa Indonesia di kota Bandung. Mereka mendengar
berita kekalahan tersebut melalui siaran radio BBC (British Broadcasting Corporation).

Para pemuda bangsa Indonesia atau biasa kerap disebut sebagai golongan muda
terdiri atas Wikana, Sukarni, Sayuti Melik, Yusuf Kunto, Iwa Kusuma, Chaerul Saleh,
dan Singgih.
Setelah mendengar berita tersebut, mereka langsung menemui Bung Karno dan
Bung Hatta di Jalan Pegangsaan Timur No.56. Di sana, para golongan muda
menunjuk Sutan Syahrir sebagai perwakilan golongan muda dengan meminta
supaya Bung Karno dan Bung Hatta segera melakukan proklamasi kemerdekaan.
Namun, Bung Karno tidak menyetujui ide tersebut. Beliau berpikir bahwa proklamasi
Indonesia perlu dibicarakan terlebih dahulu dalam rapat PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia).

Para golongan muda yang tengah terbakar gelora kepahlawanan akhirnya berdiskusi
dengan beberapa anggotanya. Diskusi tersebut menghasilkan keputusan berupa
perlu dilakukannya pengasingan terhadap Bung Karno dan Bung Hatta ke luar kota
supaya mereka terhindar dari segala pengaruh pihak Jepang.

Pada 16 Agustus 1945 pukul 04.30 dini hari, para golongan muda bersama salah satu
anggota PETA berhasil menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke wilayah
Rengasdengklok. Tidak hanya dua tokoh besar tersebut, tetapi golongan muda juga
membawa istri Bung Karno, Fatmawati dan putranya, Guntur, sekalian.
https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/

Di Rengasdengklok, Bung Karno dan Bung Hatta dijaga oleh Komandan Kompi PETA,
yakni Cudanco Subeno. Di sana, para golongan muda berusaha meyakinkan Bung
Karno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan karena mumpung sedang ada
kekosongan kekuasaan tersebut. Para golongan muda juga telah bersiap atas
apapun risikonya, termasuk untuk melawan pihak Jepang.

Sementara itu, di Jakarta terjadi pula diskusi antara golongan muda dan golong tua.
Dalam golongan tua terdapat beberapa tokoh besar antara lain Ahmad Subardjo
dengan beberapa anggota BPUPKI dan PPKI. Dalam perundingan antara golongan
muda dan golongan tua tersebut diperolehlah kesepakatan bahwa proklamasi
kemerdekaan akan dan harus dilaksanakan di Jakarta. Akhirnya setelah proses
perundingan antara tokoh-tokoh besar dan hebat tersebut, Bung Karno dan Bung
Hatta bersedia untuk menyatakan kemerdekaan begitu kembali ke Jakarta. Maka
setelah perundingan memperoleh hasil yang diinginkan, Yusuf Kunto dari golongan
muda mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Kemudian, mereka
bersama-sama menjemput Bung Karno dan Bung Hatta untuk kembali ke
Jakarta. Ahmad Soebardjo bahkan telah memberikan jaminan bahwa proklamasi
kemerdekaan bangsa Indonesia akan diumumkan pada keesokan harinya yakni
pada 17 Agustus 1945.

3. Penyusunan Teks Proklamasi


Setelah peristiwa Rengasdengklok tersebut terjadi dan Bung Karno bersedia untuk
memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, maka pada saat rombongan
di Jakarta, dilakukanlah penyusunan naskah proklamasi. Pada malam hari di tanggal
16 Agustus 1945, penyusunan naskah proklamasi dilakukan. Musyawarah tersebut
dilakukan di rumah Laksamana Maeda, seorang kepala perwakilan Angkatan Laut
Jepang, yang terletak di Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta.

Teman-teman, kamu pasti bingung kenapa Laksamana Maeda, seorang kepala


Angkatan Laut Jepang mengizinkan rumahnya untuk dijadikan markas dalam
penyusunan teks proklamasi tersebut? Sebab, Laksamana Maeda kebetulan dekat
dengan para Pemuda Indonesia dan bersahabat dengan Ahmad Soebardjo. Selain itu,
Laksamana Maeda sangat bersimpati dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk
mencapai kemerdekaannya.

Pemilihan rumah Laksamana Maeda merupakan ide yang cukup cemerlang karena
rumah tersebut dijamin akan keamanannya, mengingat Laksamana Maeda memiliki
jabatan tinggi sehingga sangat dihormati oleh para Angkatan Darat Jepang di
sekitarnya. Kini, rumah tersebut telah dijadikan sebagai Museum Perumusan
Naskah Proklamasi.

Malam itu juga, segera dilaksanakanlah musyawarah antara golongan muda dan
golongan tua dalam rangka menyusun naskah proklamasi. Penyusunan naskah
proklamasi tersebut berjalan lancar dengan kalimat pertama dalam naskah tersebut
adalah hasil dari gagasan Bung Karno dan Ahmad Soebardjo dan kalimat terakhir
adalah gagasan dari Bung Hatta.

Setelah konsep naskah proklamasi tersebut selesai dengan ditulis oleh Bung Karno,
segera dibacakan di hadapan hadirin yang ada. Bung Karno dan Bung Hatta
mengusulkan bahwa naskah tersebut harus ditandatangani oleh segenap hadirin.
Namun, Sukarni memberikan usulan serupa yang menandatangani naskah tersebut
sebaiknya adalah Bung Karno dan Bung Hatta saja, atas nama bangsa Indonesia.
Usul dari Sukarni tersebut disetujui oleh para hadirin kemudian naskah proklamasi
tersebut diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik miliknya. Maka,
diputuskanlah bahwa proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia akan dibacakan di
tempat kediamanan Bung Karno yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur No.56
Jakarta, tepat pada pukul 10.00 WIB.

4. Pembacaan Teks Proklamasi

https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/

Sebelum naskah proklamasi dibacakan, Bung Karno terlebih dahulu melakukan


pidato mengenai bagaimana perjuangan bangsa Indonesia ini mencapai
kemerdekaannya. Setelah itu, dilakukanlah pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh
Suhud dan Latief. Kemudian, acara yang terakhir adalah sambutan Walikota Jakarta,
yakni Suwirjo dan Dr. Muwardi.
Artikel 3
Pertempuran Surabaya, Sejarah Kepahlawanan Rakyat Indonesia
Pertempuran Surabaya menjadi salah satu bentuk perjuangan bangsa untuk mempertahankan
kemerdekaan. Peristiwa ini kemudian diabadikan sebagai Hari Pahlawan. Berikut sejarah
lengkapnya. Oleh Siti Nur Aeni 22 Maret 2022, 10:29 ID.WIKIPEDIA.ORG Ilustrasi, mobil Buick
Brigadir Jenderal Mallaby yang meledak di dekat Gedung Internatio dan Jembatan Merah Surabaya.
Kematian Mallaby memicu pertempuran Surabaya, yang berlangsung selama tiga minggu. Bangsa
Indonesia secara resmi menyatakan kemerdekaan sejak 17 Agustus 1945. Namun, perjuangan
melawan penjajahan bangsa lain masih berlangsung hingga beberapa tahun setelahnya. Salah satu
bentuk perlawanan pasca-kemerdekaan, yaitu Pertempuran Surabaya. Pertempuran tersebut terjadi
di Kota Surabaya. Bagaimana latar belakang pertempuran ini? Berikut ini penjelasannya. Latar
Belakang Pertempuran Surabaya Pertempuran di Surabaya ini terjadi pada 10 November 1945.
Mengutip dari bone.go.id, setelah merdeka, pemerintah mengeluarkan peraturan yang
mengharuskan pengibaran bendera Merah Putih mulai 1 September 1945. Gerakan tersebut
dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, tak terkecuali Surabaya. Beberapa minggu setelahnya,
tentara Inggris datang kembali ke Indonesia dan sampai di Surabaya pada 25 September 1945.
Tentara Inggris tersebut begabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI).
Pengumuman kedatangan tentara sekutu ke Indonesia awalnya bertujuan untuk melucuti tentara
Jepang dan memulangkan ke negara asalnya. Selain itu, tentara AFNEI juga bertujuan
membebaskan tawanan perang yang ditahan tentara Jepang. Namun, di balik dua tugas tersebut,
tentara Inggris juga datang dengan misi mengembalikan Indonesia ke Belanda. Itu sebabnya,
kedatangan pasukan AFNEI turut diikuti dengan Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Misi
inilah membuat masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di Surabaya marah, yang akhirnya
menjadi penyebab pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Masyarakat yang tidak setuju
dengan misi Inggris mengembalikan Indonesia sebagai bagian dari koloni Belanda, kemudian
berkumpul di Hotel Yamato. Mereka menuntut penurunan bendera Belanda dan meminta untuk
mengkibarkan kembali Merah Putih.
(BACA JUGA Pertempuran Surabaya, Bukti Nyata Kegigihan Mempertahankan Kemerdekaan)

Tanggal 27 Oktober 1945, perwakilan Indonesia melakukan musyawarah dengan pihak Belanda.
Perundingan tersebut berakhir meruncing karena salah satu perwakilan Belanda, yakni W.V.Ch.
Ploegman mengeluarkan senjata api hingga akhirnya menimbulkan pertikaian. Ploegman kemudian
tewas oleh salah satu rakyat Surabaya bernama Sidik di depan Hotel Yamato. Di waktu yang sama,
terjadi kericuhan yang menyebabkan warga masuk ke hotel. Masyarakat Surabaya bernama
Hariyono dan Koesno Wibowo berhasil merobek warna biru di bendera Belanda sehingga hanya
tersisa warna merah dan putih saja.

Tanggal 29 Oktober Indonesia dan sekutu akhirnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata.
Namun, kesepakatan tersebut diingkari, kedua belah pihak kembali bentrok. Pertikaian yang
meletus ini menyebabkan tewasnya salah satu perwira Inggris, yakni Brigadir Jenderal (Brigjen)
Aubertin Mallaby. Setelah Mallaby tewas, AFNEI kemudian menunjuk Jenderal Robert Mansergh
sebagai pemimpin pasukan sekutu di Surabaya. Pemimpin baru ini kemudian mengeluarkan
ultimatum. Isi ultimatum tersebut mengharuskan pimpinan dan masyarakat Indonesia yang memiliki
senjata untuk melapor serta menyimpan senjatanya pada tempat yang sudah ditentukan. Tak hanya
itu, pimpinan tentara sekutu tersebut juga meminta masyarakat Indonesia untuk menyerahkan diri
dan mengangkat tangan ke atas hingga batas ultimatum, yakni pada 10 November 1945 pukul enam
pagi. Ultimatum tersebut membuat masyarakat Surabaya marah dan memicu Pertempuran
Surabaya, yang berlangsung selama tiga minggu. Adapun tokoh Indonesia yang mengambil peran
dalam pertempuran ini, antara lain; Sutomo, K.H. Hasyim Asyari, dan Wahab Hasbullah.
(BACA JUGA Latar Belakang Pertempuran Ambarawa Setelah Indonesia Merdeka)

Dampak Pertempuran Surabaya


Pertempuran Surabaya yang terjadi selama tiga minggu menimbulkan dampak bagi bangsa
Indonesia. Seperti pertempuran pada umumnya, peristiwa 10 November 1945 juga menimbulkan
korban jiwa. Mengutip dari tirto.id, peristiwa bersejarah ini memakan korban jiwa di pihak Indonesia
sebanyak 6 ribu hingga 16 ribu. Sementara, dari pihak sekutu korban jiwa diperkirakan mencapai
600 hingga 2.000. Adanya pertempuran ini juga menyebabkan banyak warga sipil di Surabaya
akhirnya mengungsi ke daerah lain yang lebih aman. Sementara itu, dalam Jurnal Inovasi Penelitian
2 (7), disebutkan bahwa, walaupun pasukan Indonesia kalah dalam bidang kemiliteran, tetapi secara
moral bangsa Indonesia mengalami kemenangan. Hal ini dibuktikan dengan semangat perjuangan
yang terus berkobar.
Pertempuran Surabaya juga diketahui mempengaruhi daerah-daerah lain di Indonesia. Di beberapa
wilayah Jawa, tentara Inggris harus menghadapi perlawanan-perlawanan yang tidak kalah sengit
dari perlawanan masyarakat Surabaya.
(BACA JUGA Sejarah Lengkap Perang Pattimura yang Tidak Boleh Dilupakan)

Karakteristik Semesta pada Pertempuran Surabaya


Menurut penjelasan di Jurnal Inovasi Penelitian 2 (7), Pertempuran Surabaya dilakukan berdasarkan
unsur perang semesta. Perlu dipahami bahwa perang semesta merupakan upaya untuk
mempertahankan kepentingan nasional dari semua ancaman dengan menggunakan sumber daya
yang dimiliki. Perang semesta lahir dari keterbatasan yang dimiliki bangsa Indonesia dalam
menghadapi penjajah, baik kekurangan material maupun sumber daya manusia. Dalam melakukan
perang semesta dibutuhkan national intention (tujuan nasional) yang diperoleh dari national
commitment (kesepakatan nasional).
Pada Pertempuran Surabaya ini jelas tersampaikan national intention yang dimiliki, yaitu keinginan
masyarakat Indonesia dari seluruh suku, agama, dan ras di Surabaya untuk merdeka dan mengusir
sekutu. Sementara itu, unsur national commitment dalam pertempuran ini, yaitu semangat juang,
saling bahu membahu untuk ikut berperang dengan persenjataan yang seadanya, dan berjuang
dengan cara mendukung rakyat yang perang.
(BACA JUGA Insiden Hotel Yamato, Aksi Legendaris Perobekan Bendera Belanda).

Karakteristik perang semesta dalam Pertempuran Surabaya dari segi teknis juga perlu diperhatikan.
Kemenangan pertama yang diperoleh rakyat Surabaya di hari pertama bukan karena kemahiran
strategi dan siasat perang, melainkan perlawanan yang dilakukan belum pernah diajarkan dalam
strategi perang di bangku pendidikan sehingga musuh mudah dihalau ke daerah pelabuhan. Selain
itu, pergerakan secara klandestin juga termasuk kunci perang gerilya dalam Pertempuran Surabaya.
Mengingat terbatas dan tertinggalnya teknologi serta sumber daya yang dimiliki bangsa Indonesia
pada saat itu. Maka dari itu, menghindari perang terbuka merupakan solusi terbaik bagi bangsa
Indonesia. Terlebih, masyarakat Indonesia juga unggul dalam penguasaan denah wilayah. Editor:
agung

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Pertempuran Surabaya, Sejarah
Kepahlawanan Rakyat Indonesia"
https://katadata.co.id/agung/berita/62394da875c64/pertempuran-surabaya-sejarah-kepahlawanan-ra
kyat-indonesia
Penulis: Siti Nur Aeni
Editor: Agung
Cerita di Balik Mundurnya Soeharto Kompas.com - 21/05/2016, 10:10 WIB

Presiden Soeharto saat mengumumkan mundur dari jabatannya di Istana Merdeka, pada 21 Mei
1998.(via commons.wikimedia.org) Editor: Bayu Galih KOMPAS –
Tanggal 21 Mei 1998, pukul 09.00 WIB, semua perhatian tertuju ke credentials room di Istana
Merdeka, Jakarta. Saat itu, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Dalam pidato
yang singkat, Soeharto antara lain mengatakan, Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari
jabatan saya sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis
21 Mei 1998. Pengumuman pengunduran diri Soeharto Kamis pagi itu sesungguhnya tidaklah terlalu
mengejutkan karena sehari sebelumnya sudah ramai dibicarakan bahwa Presiden Soeharto akan
mengundurkan diri. Yang menjadi pertanyaan, apa yang mendorong Soeharto akhirnya memutuskan
untuk mundur? Karena, beberapa hari sebelumnya, Soeharto masih yakin dapat mengatasi keadaan.
Kejutan ke arah mundurnya Soeharto diawali oleh keterangan pers Ketua DPR/MPR Harmoko usai
Rapat Pimpinan DPR, Senin (18/5) lalu.
Tanggal 18 Mei 1998 Pukul 15.20 WIB, Harmoko di Gedung DPR, yang dipenuhi ribuan mahasiswa,
dengan suara tegas menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua
maupun para Wakil Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan
bijaksana. Harmoko saat itu didampingi seluruh Wakil Ketua DPR, yakni Ismail Hasan Metareum,
Syarwan Hamid, Abdul Gafur, dan Fatimah Achmad. Namun, kejutan yang disambut gembira oleh
ribuan mahasiswa yang mendatangi Gedung DPR itu, tidak berlangsung lama. Karena malam
harinya, pukul 23.00 WIB Menhankam/ Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mengemukakan, ABRI
menganggap pernyataan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan diri itu merupakan
sikap dan pendapat individual, meskipun pernyataan itu disampaikan secara kolektif. Walaupun
sikap ABRI itu disampaikan setelah Wiranto memimpin rapat kilat dengan para Kepala Staf Angkatan
dan Kapolri serta para panglima komando, tetapi diketahui bahwa pukul 17.00 WIB Panglima ABRI
bertemu dengan Presiden Soeharto di kediaman Jalan Cendana. Dengan demikian, muncul dugaan
bahwa apa yang dikemukakan Wiranto itu adalah pendapat Presiden Soeharto. Pukul 21.30 WIB,
empat Menko diterima Presiden Soeharto di Cendana untuk melaporkan perkembangan. Mereka
juga berniat menggunakan kesempatan itu untuk menyarankan agar Kabinet Pembangunan VII
dibubarkan saja, bukan di-reshuffle. Tujuannya, agar mereka yang tidak terpilih lagi dalam kabinet
reformasi tidak terlalu "malu". Namun, niat itu--mungkin ada yang membocorkan--tampaknya sudah
diketahui oleh Presiden Soeharto. Ia langsung mengatakan, "Urusan kabinet adalah urusan saya."
Akibatnya, usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi disampaikan. Pembicaraan beralih pada soal-soal
yang berkembang di masyarakat.
Tanggal 19 Mei 1998 Pukul 09.00-11.32 WIB, Presiden Soeharto bertemu ulama dan tokoh
masyarakat, yakni Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama Abdurrahman Wahid, budayawan Emha Ainun
Nadjib, Direktur Yayasan Paramadina Nucholish Madjid, Ketua Majelis Ulama Indonesia Ali Yafie,
Prof Malik Fadjar (Muhammadiyah), Guru Besar Hukum Tata Negara dari Universitas Indonesia Yusril
Ihza Mahendra, KH Cholil Baidowi (Muslimin Indonesia), Sumarsono (Muhammadiyah), serta
Achmad Bagdja dan Ma'aruf Amin dari NU.

Lihat Foto Presiden Soeharto memberikan keterangan pers seusai pertemuan dengan para ulama,
tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan ABRI di Istana Merdeka, 19 Mei 1998, dua hari
sebelum mengundurkan diri menjadi presiden. Disaksikan Mensesneg Saadillah Mursyid (paling
kanan) dan para tokoh, antara lain Yusril Ihza Mahendra, Amidhan, Nurcholish Madjid, Emha Ainun
Najib, Malik Fadjar, Sutrisno Muchdam, Ali Yafie, Ma'ruf Amin, Abdurrahman Wahid, Cholil Baidowi,
Adlani, Abdurrahman Nawi, dan Ahmad Bagdja. (JB Suratno)

Usai pertemuan, Presiden Soeharto mengemukakan, akan segera mengadakan reshuffle Kabinet
Pembangunan VII, dan sekaligus mengganti namanya menjadi Kabinet Reformasi. Presiden juga
membentuk Komite Reformasi. Nurcholish sore hari mengungkapkan bahwa gagasan reshuffle
kabinet dan membentuk Komite Reformasi itu murni dari Soeharto, dan bukan usulan mereka. Dalam
pertemuan ini, sesungguhnya tanda-tanda bahwa Soeharto akan mengundurkan diri sudah tampak.
Namun, ada dua orang yang tidak setuju bila Soeharto menyatakan mundur, karena dianggap tidak
akan menyelesaikan masalah. Pukul 16.30 WIB, Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita bersama
Menperindag Mohamad Hasan melaporkan kepada Presiden soal kerusakan jaringan distribusi
ekonomi akibat aksi penjarahan dan pembakaran. Bersama mereka juga ikut Menteri
Pendayagunaan BUMN Tanri Abeng yang akan melaporkan soal rencana penjualan saham BUMN
yang beberapa peminatnya menyatakan mundur. Pada saat itu, Menko Ekuin juga menyampaikan
reaksi negatif para senior ekonomi; Emil Salim, Soebroto, Arifin Siregar, Moh Sadli, dan Frans Seda,
atas rencana Soeharto membentuk Komite Reformasi dan me-reshuffle kabinet. Mereka intinya
menyebut, tindakan itu mengulur-ulur waktu.

Tanggal 20 Mei 1998 Pukul 14.30 WIB, 14 menteri bidang Ekuin mengadakan pertemuan di Gedung
Bappenas. Dua menteri lain, yakni Mohamad Hasan dan Menkeu Fuad Bawazier tidak hadir. Mereka
sepakat tidak bersedia duduk dalam Komite Reformasi, ataupun Kabinet Reformasi hasil reshuffle.
Semula ada keinginan untuk menyampaikan hasil pertemuan itu secara langsung kepada Presiden
Soeharto, tetapi akhirnya diputuskan menyampaikannya lewat sepucuk surat. Pukul 20.00 WIB, surat
itu kemudian disampaikan kepada Kolonel Sumardjono. Surat itu kemudian disampaikan kepada
Presiden Soeharto. Soeharto langsung masuk ke kamar dan membaca surat itu. Soeharto saat itu
benar-benar terpukul. Ia merasa ditinggalkan. Apalagi, di antara 14 menteri bidang Ekuin yang
menandatangani surat ketidaksediaan itu, ada orang-orang yang dianggap telah "diselamatkan"
Soeharto. Ke-14 menteri yang menandatangani--sebut saja Deklarasi Bappenas--itu, secara
berurutan adalah Ir Akbar Tandjung; Ir Drs AM Hendropriyono SH, SE, MBA; Ir Ginandjar
Kartasasmita; Ir Giri Suseno Hadihardjono MSME; Dr Haryanto Dhanutirto; Prof Dr Ir Justika S.
Baharsjah M.Sc; Dr Ir Kuntoro Mangkusubroto M.Sc; Ir Rachmadi Bambang Sumadhijo; Prof Dr Ir
Rahardi Ramelan M.Sc; Subiakto Tjakrawerdaya SE; Sanyoto Sastrowardoyo M.Sc; Ir Sumahadi MBA;
Drs Theo L. Sambuaga; dan Tanri Abeng MBA.

Alinea pertama surat itu, secara implisit meminta agar Soeharto mundur dari jabatannya. Perasaan
ditinggalkan, terpukul, telah membuat Soeharto tidak mempunyai pilihan lain kecuali memutuskan
untuk mundur. Soeharto benar-benar tidak menduga akan menerima surat seperti itu. Persoalannya,
sehari sebelum surat itu tiba, ia masih berbicara dengan Ginandjar untuk menyusun Kabinet
Reformasi. Ginandjar masih memberikan usulan tentang menteri-menteri yang perlu diganti,
sekaligus nama penggantinya. Probosutedjo, adik Soeharto, yang berada di kediaman Jalan
Cendana, malam itu, mengungkapkan, Soeharto pada malam itu terlihat gugup dan bimbang. "Pak
Harto gugup dan bimbang, apakah Habibie siap dan bisa menerima penyerahan itu. Suasana
bimbang ini baru sirna setelah Habibie menyatakan diri siap menerima jabatan Presiden," ujarnya.
Probosutedjo menggambarkan suasana di kediaman Soeharto malam itu cukup tegang.
Perkembangan detik per detik selalu diikuti dan segera disampaikan ke Soeharto. Dikatakan, "Saya
berusaha memberikan informasi terkini, tentang tuntutan dan permintaan yang terjadi di DPR,
informasi bahwa akan ada orang-orang yang bergerak ke Monas, serta perkembangan dari luar
negeri," ujar Probosutedjo, seraya menambahkan bahwa pada saat itu semua anak-anak Soeharto
berkumpul di Jalan Cendana. Soeharto kemudian bertemu dengan tiga mantan Wakil Presiden:
Umar Wirahadikusumah, Sudharmono, dan Try Sutrisno. Pukul 23.00 WIB, Soeharto memerintahkan
ajudan untuk memanggil Yusril Ihza Mahendra, Mensesneg Saadillah Mursjid, dan Panglima ABRI
Jenderal TNI Wiranto. Soeharto sudah berbulat hati menyerahkan kekuasaan kepada Wapres BJ
Habibie. Wiranto sampai tiga kali bolak-balik Cendana-Kantor Menhankam untuk menyikapi
keputusan Soeharto. Wiranto perlu berbicara dengan para Kepala Staf Angkatan mengenai sikap
yang akan diputuskan ABRI dalam menanggapi keputusan Soeharto untuk mundur. Setelah
mencapai kesepakatan dengan Wiranto, Soeharto kemudian memanggil Habibie. Pukul 23.20 WIB,
Yusril Ihza Mahendra bertemu dengan Amien Rais. Dalam pertemuan itu, Yusril menyampaikan
bahwa Soeharto bersedia mundur dari jabatannya. Yusril juga menginformasikan bahwa
pengumumannya akan dilakukan Soeharto pada 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB.

Dalam bahasa Amien, kata-kata yang disampaikan oleh Yusril itu, "The old man most probably has
resigned". Kabar itu lalu disampaikan juga kepada Nurcholish Madjid, Emha Ainun Najib, Utomo
Danandjaya, Syafii Ma'arif, Djohan Effendi, H Amidhan, dan yang lainnya. Lalu mereka segera
mengadakan pertemuan di markas para tokoh reformasi damai di Jalan Indramayu 14 Jakarta
Pusat, yang merupakan rumah dinas Dirjen Pembinaan Lembaga Islam, Departemen Agama, Malik
Fadjar. Di sana Cak Nur--panggilan akrab Nurcholish Madjid--menyusun ketentuan-ketentuan yang
harus disampaikan kepada pemerintahan baru. Pukul 01.30 WIB, Amien Rais dkk mengadakan
jumpa pers. Dalam jumpa pers itu Amien mengatakan, "Selamat tinggal pemerintahan lama, dan
selamat datang pemerintahan baru". Keduanya menyambut pemerintahan transisi yang akan
menyelenggarakan pemilihan umum hingga Sidang Umum MPR untuk memilih pemimpin nasional
yang baru dalam jangka waktu enam bulan. Tanggal 21 Mei 1988 Soeharto mengumumkan
pengunduran dirinya. Kekecewaannya tergambar jelas dalam pidato pengunduran dirinya, ... Saya
telah menyatakan rencana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet
Pembangunan ke-7. Namun demikian, kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi
tersebut tidak dapat terwujud karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana
pembentukan komite tersebut.
(Lihat foto Presiden Soeharto pada saat mengumumkan pengunduran dirinya di Istana Merdeka,
Jakarta, pada tanggal 21 Mei 1998.(AP PHOTO/CHARLES DHARAPAK))
Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara-cara sebaik-baiknya tadi, saya menilai
bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi, maka perubahan susunan Kabinet
Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi. Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya
berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan
pembangunan dengan baik. Oleh karena itu, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945
dan secara sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan DPR dan pimpinan Fraksi-fraksi
yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai
Presiden RI. Seusai Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya, dan BJ Habibie mengucapkan
sumpah sebagai Presiden, Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto dalam pidatonya menyatakan, ABRI
akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan Presiden/Mandataris MPR,
termasuk mantan Presiden Soeharto dan keluarga. (Tim Kompas) *** Tulisan ini telah tayang di
Harian Kompas edisi 27 Mei 1998. Ditayangkan kembali oleh Kompas.com sebagai bagian dari
kumpulan tulisan 18 Tahun Reformasi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita di Balik Mundurnya Soeharto".
Klik untuk baca:
https://nasional.kompas.com/read/2016/05/21/10100021/Cerita.di.Balik.Mundurnya.Soeharto?pag
e=all.

Anda mungkin juga menyukai