Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH PEMINATAN

KETERKAITAN PERISTIWA SEJARAH DAN KEHIDUPAN MASA

KINI DAN SEJARAH SEBAGAI ILMU , PERISTIWA, KISAH, DAN

SENI

Disusun Oleh:

Kelompok II

1. Arya Pratama

2. M. Mirza Farid Farhan

3. Gita Sutiasih

4. M. Ramadhan Reyzan Alfariko

5. Nafita Rahmadhiya

Guru Pembimbing : Nia Daniati, S.Pd

SMA NEGERI 3 MARTAPURA

Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur

Sumatera Selatan

TP. 2022/2023

1
KETERKAITAN PERISTIWA SEJARAH DAN KEHIDUPAN MASA

KINI DAN SEJARAH SEBAGAI ILMU , PERISTIWA, KISAH, DAN

SENI

A. Keterkaitan Peristiwa Sejarah Dan Kehidupan Masa Kini

1. Peristiwa Sejarah

Tidak semua peristiwa dapat dikategorikan sebagai peristiwa sejarah.

Peristiwa yang tidak memiliki hubungan dengan kehidupan manusia bukan

termasuk peristiwa sejarah. Peristiwa dalam kehidupan manusia saat ini juga

bukan merupa. kan peristiwa sejarah karena sejarah mempelajari kehidupan

manusia pada masa lalu.

Peristiwa sejarah bersifat unik karena tak ada peristiwa lain yang sama persis

dengan peristiwa tersebut. Sebagai contoh Dekret Presiden yang dibacakan pada

tanggal 5 Juli 1959, Dapatkah peristiwa tersebut berulang lagi dengan tokoh,

tempat, dan suasana yang sama? Berpikirlah sejenak, sebagian besar tokoh-tokoh

yang terlibat dalam peristiwa tersebut seperti Soekarno, Djuanda, Muh. Yamin,

dan Roceslan Abdulgani telah wafat. Situasi Istana Merdeka sebagai tempat

pembacaan Dekret Presiden 5 Juli 1959 pada saat itu juga berbeda dengan kondisi

pada saat ini. Dengan demikian, perisiwa pembacaan Dckret Presiden S Juli 1959

tidak dapat diulang lagi. Sekali peristiwa terjadi, sesaat kemudian akan berubah

menjadi kenangan masa lalu.

2
Peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lalu pada dasarnya telah lenyap

ditelan waktu. Meskipun demikian, kisah atau ceritanya dapat terus dikenang.

Kondisi ini kemudian memunculkan konsep sejarah sebagai kisah (history of

written). yaitu hasil rekonstruksi sejarawan terhadap sejarah sebagai peristiwa

berdasarkan fakta. Di dalamnya terdapat penafsiran sejarawan terhadap makna

suatu perisiwa. Dengan demikian, sejarah sebagai kisah merupakan karya yang

dipengaruhi oleh subjektivitas sejarawan.

2. Pengaruh Peristiwa Masa Lalu terhadap Keh dupan Masa Kini

Apabila ada seorang teman Anda bertanya, bagaimana kehidupan Anda

sewaktu masih kecil? Anda tentu akan menceritakan tentang teman-teman Anda,

permainan yang Anda sukai, kebiasaan yang Anda miliki, peristiwa suka dan

duka, serta peristiwa mengesankan bagi Anda. Berbagai peristiwa yang pernah

Anda alami sewaktu masih kecil dapat Anda rangkai menjadi cerita menarik

sehingga dapat menjadi kisah sejarah kehidupan Anda. Untuk memperoleh kisah

sejarah yang menarik seseorang harus mampu menghubungkan berbagai peristiwa

yang pernah terjadi.

Keterkaitan antarperistiwa sejarah merupakan sesuatu yang penting dalam

menyusun alur cerita sejarah. Alur adalah pola pengembangan cerita yang

terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Berdasarkan rangkaian sebab akibat,

peristiwa pada masa lalu tidak terputus dari rangkaian kejadian masa kini dan

masa depan. Sebagai contoh, semangat rakyat dalam perjuangan melawan

penjajahan Belanda pada masa Perang Diponegoro tahun 1825-1830 telah

3
menginspirasi perjuangan rakyat di bawah pimpinan Jenderal Soedirman dalam

melawan Agresi Militer Il Belanda pada tanggal 19 Desember 1948. Meskipun

terpisah oleh rentang waktu 118 tahun, keduanya memiliki hubungan sebab

akibat. Keduanya merupakan peristiwa perjuangan rakyat melawan penindasan

Belanda.

Secara implisit waktu mempunyai tiga dimensi, yaitu masa lalu, masa kini,

dan masa depan. Berdasarkan dimensi waktu tersebut dapat disimpulkan bahwa

peristiwa masa lalu tidak hanya terikat dengan peristiwa sesudahnya. Peristiwa

tersebut juga akan mempengaruhi urutan peristiwa selanjutnya. Dengan demikian,

segala sesuatu yang ada pada masa kini adalah produk perkembangan masa

laluDengan memahami masa lalu, Anda dapat memahami kejadian masa sekarang

dan mampu memprediksi kejadian-kejadian pada masa depan.

B. Sejarah sebagai Ilmu , peristiwa, Kisah, dan seni

Banyaknya hikmah yang dapat diambil dari setiap peristiwa sejarah

mendorong per unya pembelajaran sejarah sejak dini, bahkan sebelum seorang

anak memasuki bangku sekolah. Ketika orang tua telah menceritakan pada anak

mengenai silsilah keluarganya, secara tidak sadar orang tua telah memperkenalkan

sejarah kepada anak. Sejarah memiliki beberapa ruang lingkup. Sejarah dapat

dipandang sebagai ilmu, peristiwa,.kisah, dan seni. Uraian berikut akan

menjelaskan kedudukan sejarah sebagai ilmu, peristiwa, kisah, dan seni.

4
1. Sejarah sebagai Ilmu

Sejarah merupakan sebuah ilmu. Oleh karena itu, proses rekonstruksi terhadap

sebuah peristiwa atau aktivitas manusia harus mengikuti kaidah keilmuan.

Mengapa demikian? Sejarah sebagai ilmu mencakup beragam peristiwa masa

lampau yang direkonstruksi oleh sejarawan. Oleh karena itu, sejarah sebagai ilmu

membahas periode panjang dalam kehidupan manusia.

Secara etimologi kata sejarah berasal dari bahasa Arab "syajarah” yaitu

dari akar ata syajaratun” yang berarti pohon. Pohon melukiskan pertumbuhan

terus-menerus dari berbagai macam bagiannya, seperti akar, batang, cabang, daun,

bunga,.serta buah. Bagian dari pohon menunjukkan adanya aspek kehidupan yang

saling berhubungan. Jika dikaitkan dengan sejarah, dapat disimpulkan bahwa

manusia hidup, terus bergerak, dan berkembang seiring perjalanan waktu di

tempat manusia berada.

Sejarah juga dapat diartikan sebagai silsilah, riwayat, hikayat, tarikh, dan

kisah. Silsilah menunjuk pada keluarga dan nenek moyang. Silsilah sebuah

keluarga sering diwujudkan dalam bentuk skema menyerupai pohon lengkap

dengan cabang, ranting, dan daun. Sebagai contoh Anda dapat memperhatikan

silsilah raja di Kerajaan Singasari dan Majapahit berikut.

5
Sebagai-ilmu, sejarah memiliki beberapa ciri atau kriteria tertentu. Menurut

Kuntowijoyo dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah (2005: 20), sejarah sebagai

ilmu memiliki ciri dankarakteristik sebagai berikut.

a) Bersifat Empiris

b) Mempunyai teori

c) Mempunyai objek

d) Mempunyai generalisasi

e) Mempunyai metode.

2. Sejarah sebagai Peristiwa

Pidato pengunduran diri Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 hanya

terjadi sekali dan tidak bisa terulang kembali (einmalig). Sesaat setelah pidato

dibacakan, peristiwa tersebut telah menjadi masa lampau. Oleh karena itu, sejarah

sebagai peristiwa memiliki arti penting bagi kehidupan manusia.

6
“Sejarah merupakan proses rekonstruksi peristiwa yang terjadi pada masa

lampau. Suatu peristiwa akan menjadi peristiwa sejarah jika mampu

mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Sebagai sebuah peristiwa, sejarah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Abadi, karena peristiwa tersebut tidak dapat berubah-ubah dan tetap dikenang

sepanjang masa.

2) Unik, karena hanya terjadi satu kali seumur hidup dan tidak akan pernah

terulang secara persis untuk kedua kalinya.

3) Penting, karena dapat dijadikan momentum karena memiliki arti penting —

bagi masyarakat luas. Selain memiliki ciri khas, sejarah sebagai peristiwa

memiliki sifat khas.

Berikut sifat khas sejarah sebagai peristiwa.

1) Segala peristiwa dan aktivitas yang terjadi pada masa lalu dilukiskan

berdasarkan urutan waktu (kronologis).

2) Terdapat hubungan sebab akibat atau kausalitas dari setiap peristiwa. “

3) Kebenaran sejarah bersifat subjektif karena masih perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut untuk mencari kebenaran hakiki.

3. Sejarah sebagai Kisah

7
Buku dan video rekaman yang mengisahkan aktivitas manusia pada masa

lampau sering disebut rerum gestarum atau kisah dari peristiwa yang telah terjadi.

Sejarah sebagai kisah merupakan hasil rekonstruksi (penggambaran) yang

dilakukan sejarawan terhadap suatu peristiwa. Oleh karena itu, dalam menyusun

kisah sejarah, sejarawan memerlukan fakta-fakta dari sumber sejarah yang

diperoleh melalui serangkaian metode sejarah.

a. Interpretasi terhadap Sejarah sebagai Kisah

Sejarah sebagai kisah atau rekaman masa lampau dapat dibaca dan dilihat

secara berulang-ulang. Melalui video, foto, buku, dan media massa Anda dapat

mengetahui terjadinya sebuah peristiwa. Meskipun demikian, Anda harus

memahami bahwa rekaman tersebut bukanlah peristiwa itu sendiri. Rekaman

tersebut hanya rekaman peristiwa.

Sejarah sebagai kisah memiliki sifat subjektif. Mengapa demikian?

Peristiwa yang sama jika dituturkan oleh orang yang berbeda akan menghasilkan

kisah atau cerita berbeda. Selain itu, perbedaan penafsiran atau interpretasi

seseorang tentang suatu peristiwa turut menyebabkan perbedaan kisah atau cerita.

Perbedaan interpretasi sejarawan dalam memandang suatu peristiwa

disebabkan oleh faktor-faktor berikut.

1) Kepentingan
Sejarawan memiliki kepentingan yang bersifat pribadi atau kelompok saat
menuturkan kisah sejarah. Kepentingan tersebut cenderung ditonjolkan saat
sejarawan menulis biografi.
2) Kelompok Budaya

8
Setiap sejarawan memiliki latar belakang dan kelompok sosial masing-

masing. Perbedaan latar belakang dan kelompok sosial turut: menyebabkan

perbedaan dalam penulisan sejarah. :

3) Perbendaharaan Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki sejarawan akan mempengaruhi kisah sejarah.

Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan fakta dan ilmu pengetahuan.

4) Kemampuan Berbahasa

Sumber dan data sejarah yang lengkap menjadi tidak bermanfaat apabila

gaya bahasa sejarawan sulit dimengerti. Sejarawan harus mampu merekonstruksi

fakta sejarah dan menyusunnya dalam bentuk cerita sejarah dengan bahasa yang

mudah dipahami orang lain. Penulis sejarah atau sejarawan harus mampu

menghidupkan masa lalu dalam cerita atau kisah yang ditulis ataupun

dituturkannya.

4) Nilai-Nilai

Nilai-nilai yang dimiliki sejarawan akan mempengaruhi penuturan kisah

sejarah. Nilai-nilai tersebut bersumber dari agama, moral, etika, dan nasionalisme.

Penyusunan kisah sejarah didasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh melalui

metode ilmiah. Bagaimana metode ilmiah yang diterapkan sejarawan dalam

penyusunan sebuah kisah sejarah? Anda dapat mencari informasinya dengan

membaca berbagai literatur relevan. Melalui metode sejarah, sejarawan dapat

9
mengungkap peristiwa masa lalu berdasarkan penafsiran atau interpretasi

sejarawan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Sejarah sebagai Seni

Sebagai sebuah seni, sejarah mengutamakan nilai estetika. Seperti yang

dikemukakan Wilhelm Dilthey, sejarah adalah pengetahuan tentang rasa. Sejarah

tidak hanya mempelajari segala yang bergerak dan berubah atau yang tampak di

permukaan. Akan tetapi, sejarah juga mempelajari motivasi yang mendorong

terjadinya perubahan bagi pelaku sejarah.

a. Unsur Sejarah sebagai Seni

Sejarah memiliki jiwa atau roh yang terdapat dalam diri manusia sebagai

pelaku sejarah. Unsur jiwa merupakan nyala api manusia dalam kehidupan| nya.

Pendekatan terhadap jiwa sejarah ini hanya dapat dilakukan oleh seni. Sebagai

sebuah seni, sejarah memerlukan beberapa unsur berikut.

1) Intuisi

Dalam proses rekonstruksi sejarah, sejarawan memerlukan intuisi atau

ilham. Intuisi berguna bagi sejarawan untuk memahami peristiwa sejarah dengan

naluri selama melakukan rekonstruksi. Sejarawan juga | menggunakan intuisi

untuk memutuskan langkah yang akan dilakukan. Untuk mendapatkan intuisi,

sejarawan harus bekerja keras menganalisis data-data sejarah yang sudah

diperoleh.

10
2) Imajinasi

Dalam merekonstruksi sejarah, sejarawan harus mampu berimajinasi

tentang gambaran masa lampau. Imajinasi sejarawan berbeda dengan - imajinasi

sastrawan. Sejarawan harus mampu berimajinasi berdasarkan data sejarah bukan

berimajinasi secara liar tanpa pijakan yang jelas. Kita dapat membayangkan upaya

Soekarno membangkitkan nasionalisme bangsa Indonesia. Dalam setiap

pidatonya, Soekarno selalu menyelipkan imajinasi tentang kejayaan bangsa pada

masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Kenangan tentang kejayaan masa lampau

(glorious past) dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi generasi penerus bangsa

untuk membawa kembali kejayaan tersebut bagi kehidupan bangsa Indonesia.

Sejarawan juga membutuhkan imajinasi, misalnya membayangkan apa

yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, pada suatu periode yang

ditelitinya. Imajinasi yang digunakan tentunya bukanlah imajinasi liar melainkan

berdasarkan keterangan atau data yang mendukung. Misalnya seorang sejarawan

akan menulis priyayi awal abad ke- 20. Ia harus memiliki gambaran, mungkin

priyayi itu anak cucu kaum bangsawan atau raja yang turun statusnya karena

sebab-sebab alamiah atau politis. Imajinasi seorang sejarawan juga harus jalan

jika ia ingin memahami perlawanan Sultan Palembang yang berada di luar ibu

kota pada abad ke-19. Sejarawan dituntut untuk dapat membayangkan sungai dan

hutan yang mungkin jadi tempat baik untuk bersembunyi.

11
https://ksatrialiterasi.man1gresik.sch.id/2021/01/13/sejarah-sebagai-ilmu-

peristiwa-kisah-dan-seni/

Buku Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. Penerbit Cempaka Putri.Karangan Ririn

dkk

12

Anda mungkin juga menyukai