Anda di halaman 1dari 38

BAGAIMANA KONSEP KEHIDUPAN MANUSIA DALAM

RUANG DAN WAKTU?

KETERKAITAN MANUSIA DALAM RUANG DAN WAKTU


Keberlangsungan sebuah peristiwa itu, pasti melewati medium ruang. Ruang sendiri memiliki arti,
yaitu tempat berlangsungnya atau terjadinya peristiwa sejarah. Nah, karena adanya konsep ruang
ini, para penulis sejarah kemudian mengkategorikan peristiwa-peristiwa sejarah berdasarkan tempat,
misalnya sejarah daerah, sejarah lokal, sejarah dunia, sejarah nasional, dan masih banyak lagi.
Sedangkan adanya konsep waktu menunjukkan kapan terjadinya peristiwa sejarah tersebut. Jika
peristiwa manusia itu tidak mungkin terjadi tanpa melewati ruang, begitu pula dengan waktu. Konsep
penting dalam sejarah itu adalah waktu, hal ini dikarenakan kehidupan manusia tidak akan bisa
dilepaskan dari yang namanya waktu. Nah pada konsep ini lah terkandung sebuah konsep
kesinambungan. Apa artinya? Jadi, konsep kesinambungan itu maksudnya waktu masa lalu sangatlah
menentukan apa yang terjadi pada masa sekarang ini, kemudian masa sekarang menentukan apa yang
akan terjadi pada masa yang akan datang. Jadi, dalam sejarah kehidupan manusia, seluruh manusia
akan tumbuh bergerak dengan seiring perjalanan waktu dan ruang di mana manusia itu berada.
Peristiwa sejarah manusia berjalan dengan dinamis, bukan statis. Mulai dari manusia itu berada dalam
kandungan, kemudian lahir, hingga beranjak dewasa, dan menjadi orang tua. Kalau kita melihat hal
itu, kita bisa menyadari bahwa fase kehidupan manusia menunjukkan adanya kesinambungan dalam
kehidupan manusia, dan kehidupan itu terikat oleh ruang dan waktu.

KETERKAITAN MANUSIA DALAM PERUBAHAN DAN KEBERLANJUTAN


Kehidupan manusia dan masyarakat cenderung bergerak dan terus berkembang. “Panta rei”begitu
kata Heraclitus, yang artinya, tidak ada yang tidak berubah, semua mengalir, masyarakat sewaktu-
waktu bergerak dan berubah. Selain Heraclitus, Wertheim pernah menuliskan “History is a continuity
and change” (Sejarah adalah peristiwa yang berkesinambungan dan berubah). Itulah maksud
dari keterkaitan manusia dalam konsep perubahan, Squad.
Selain keterkaitan manusia dalam konsep perubahan, manusia pun hidup berkaitan dengan konsep
keberlanjutan. Apa yang dimaksud dengan keberlanjutan? Kalau RG Squad senang mengikuti
peristiwa sejarah, kalian akan sadar bahwa sebuah peristiwa itu memiliki rangkaian, dan itu
merupakan peristiwa berkelanjutan.
Kehidupan manusia hari ini tidak terlepas dari kehidupan manusia pada masa lampau, begitu juga
dengan masa yang akan datang, oleh karena itu dapat disebut mata rantai kehidupan manusia. Sebuah
peristiwa selalu berkaitan dengan peristiwa lainnya, tidak terpisahkan.
Bisa lihat contohnya pada pergantian sistem pemerintahan di Indonesia, mulai dari Orde Lama era
Soekarno, kemudian berubah ke Orde Baru era Soeharto, sampai Reformasi yang terjadi akibat
meledaknya aksi masyarakat yang dimotori oleh kalangan pemuda mahasiswa, membuat lengsernya
Soeharto. Semua berkaitan, pada setiap waktu yang terus bergerak, masyarakat mengalami perubahan
pada kondisi sosial dan budayanya.

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 1


Ada dua faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan dan perkembangan yang berkelanjutan,
diantaranya:

KETERKAITAN KEHIDUPAN MANUSIA MASA LALU UNTUK KEHIDUPAN MASA


KINI
Masih ingat pesan Ir. Soekarno, “JASMERAH” (Jangan Sekali-kali Meninggalkan
Sejarah)? Sepenggal kata itu selalu teringat di benak kita semua. Betapa Soekarno begitu
menganjurkan kita semua untuk tidak lupa pada sejarah. Kenapa kita tidak boleh melupakan sejarah?
Sejarah adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Nah, berdasarkan konsep
ruang dan waktu, kemudian adanya konsep perubahan dan keberlanjutan, kondisi masa lampau sangat
berpengaruh pada kondisi hari ini. Sejarawan asal Indonesia, Sartono Kartodirjo pernah mengatakan
hal yang sangat dalam, baginya orang-orang yang lupa dengan masa lampaunya itu telah
kehilangan identitas, oleh karena itu orang-orang tersebut dapat membahayakan masyarakat di
sekitarnya.

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 2


BAB II
SEJARAH SEBAGAI PERISTIWA, ILMU, KISAH, DAN SENI

Sejarah yaitu kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan
peninggalan berbagai perisitiwa. Namun, tidak semua kejadian pada masa lampau bisa disebut
sejarah, karena sejarah juga memiliki sifat dan ciri ciri tertentu yang membedakan sejarah dengan
kejadian masa lalu.
Ciri-ciri peristiwa yang dapat dikatakan sejarah yaitu:
1) UNIK, yaitu sejarah berbeda dengan peristiwa lain, tidak bersifat umum, hanya terjadi sekali,
kalaupun terulang maka tidak akan sama seperti peristiwa sejarah aslinya.
2) ABADI, yaitu peristiwa sejarah akan selalu diingat sepanjang masa oleh rakyat indonesia dan
tidak akan berubah.
3) PENTING, yaitu sejarah penting diketahui oleh semua orang karena memiliki manfaat yang
dapat mengubah seseorang itu sendiri. contoh, seseorang dapat mengetahui kekurangan dan
kelebihannya karena mengetahui sejarahnya.
4) OBJEKTIF, yaitu peristiwa sejarah di masa lampau berdasarkan fakta yang terjadi sebagaimana
adanya dan tidak ada penambahan ataupun pengurangan cerita.
Sejarah dapat bersifat sebagai peristiwa, kisah, ilmu, dan seni karena memiliki sifat/karakteristik
tertentu. Berikut ini penjelasannya:

A. SEJARAH SEBAGAI PERISTIWA


Sejarah sebagai peristiwa adalah suatu kejadian pada masa lampau yang benar-benar terjadi dan
berdasarkan fakta serta bukti yang jelas. Sejarah sebagaimana terjadinya itulah yang dinamanakan
SEJARAH SEBAGAI PERISTIWA.

Dari peristiwa-peristiwa itu, dapat diketahui sebab akibat terjadinya suatu peristiwa. Tanpa
memandang besar kecilnya suatu peristiwa atau kejadian-kejadian dalam ruang lingkup kehidupan
manusia, ilmu sejarah berusaha menyusun rangkaian peristiwa yang terjadi dalam ruang lingkup
kehidupan manusia sejak dahulu sampai sekarang, bahkan prediksi kejadian yang akan datang.
Sejarah sebagai peristiwa memiliki sifat/karakteristik, yaitu:
1. O BJEKTIF , yaitu sejarah berdasarkan hasil kumulatif/gabungan dari beberapa pendapat para
sejarawan yang bersifat fakta dan berdasarkan bukti yang jelas.
2. E MPIRIS , yaitu berdasarkan data yang sebenarnya
Contoh:
 Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI yaitu pada saat Presiden Soekarno membacakan teks
proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agusutus 1945.
 Peristiwa Rengasdengklok yaitu peristiwa diculiknya Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta oleh
golongan muda karena perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua.

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 3


B. SEJARAH SEBAGAI ILMU
Sejarah sebagai ilmu yaitu sejarah yang disusun secara sistematis dengan metode secara ilmiah dan
bersifat pengetahuan yang penting serta bermanfaat bagi semua orang.

Menurut C.E. Berry, sejarah adalah ilmu pengetahuan, tidak kurang dan tidak lebih. Adapun menurut
York Powell, sejarah bukan sekedar cerita indah, instruktif, dan mengasyikkan, tetapi merupakan
cabang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan harus
dibuktikan secara keilmuan dengan menggunakan metode-metode dan berbagai standar ilmiah yang
dapat dipertanggungjawabkan.

Sejarah sebagai ilmu memiliki sifat/karakteristik:


1) E MPIRIS , yaitu dengan fakta dan bukti yang jelas dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabka
2) O BJEKTIFITAS , yaitu manusia yang berperan dan terlibat dalam sejarah
3) T EORITIS , yaitu pendapat para sejarawan untuk menjelaskan suatu kejadian
4) G ENERALISASI , yaitu para sejarawan menyimpulkan suatu kejadian berdasarkan pemikiran yang
rasional
5) M ETODE , yaitu cara yang disusun sistematis untuk mempermudah suatu masalah.
Contoh Sejarah Sebagai Ilmu:
 Teori Terbentuknya Benua, yaitu dulu Benua masih menjadi satu yang dinamakan Pangea dan
memisahkan diri membentuk benua seperti sekarang.
 Teori terbentuknya Bumi dan Alam Semesta, yang menurut pendapat ahli, bumi dan alam
semesta terbentuk karena suatu ledakan besar yang dinamakan Teori Big Bang.

C. SEJARAH SEBAGAI KISAH


Sejarah sebagai kisah adalah sejarah yang direkonstruksi atau diceritakan kembali berdasarkan
penafsiran atau ingatan seseorang. Sejarah sebagai kisah juga merupakan pendapat masing-masing
para sejarawan yang masih utuh dan belum disimpulkan menjadi satu.

Semua hasil karya cipta manusia merupakan suatu bukti dari kisah manusia yang hidup dan dinamis.
Membicarakan sejarah sebagai kisah tidak lepas dari peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada
masa lampau.

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 4


Sejarah sebagai kisah juga memiliki sifat/karakteristik, antara lain:
1) S UBJEKTIF , yaitu berdasarkan ingatan masa lalu seseorang / pendapat masing-masing seseorang.
2) Sarana untuk mengungkapkan kembali sejarah

Contoh sejarah sebagai kisah:


 Kisah Pangeran Diponegoro melawan Kolonialisme Belanda, yaitu sering juga disebut Perang
Diponegoro
 Kisah Perang Dunia, yaitu dulu pernah terjadi perang yang melibatkan seluruh dunia (kecuali
Thailand) untuk memperebutkan kekuasaan

D. SEJARAH SEBAGAI SENI


Sejarah sebagai seni adalah sejarah dengan menambahkan unsur seni dan imajinasi untuk
memperindah tulisan dan membuat para pembaca sejarah menjadi tertarik dengan isi sejarah tersebut.

Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah George Macauly Travelyan. Ia menyatakan bahwa
menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah, karena memerlukan imajinasi dan seni.
Dithley menambahkan bahwa pemahaman dengan cara imajinatif mampu menjadikan fakta sejarah
lebih hidup dan lebih berarti. Itulah sebabnya, menurut George Macauly Travelyan dalam penulisan
kisah sejarah harus menggunakan bahasa yang indah, komunikatif, menarik, dan isinya mudah
dimengerti.

Sejarah sebagai seni memiliki sifat/karakteristik:


1) I NTUISI , yaitu mengetahui secara langsung kejadian sejarah
2) I MAJINASI , yaitu sejarawan harus bisa menggambarkan / membayangkan peristiwa sejarah yang
terjadi
3) E MOSI , yaitu luapan perasaan sejarawan untuk menghadirkan peristiwa sejarah yang seolah-olah
dapat dirasakan dan terjadi
4) G AYA BAHASA , yaitu bahasa kiasan yang dipakai sejarawan untuk memperindah tulisan sejarah

Contoh sejarah sebagai seni:


 Seni pahat /relief di Candi Borobudur, yaitu ukiran indah yang berbentuk patung dalam dinding
 Wayang kulit yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 5


BAB III
CARA BERPIKIR DIAKRONIK DAN SINKRONIK DALAM
SEJARAH

CARA BERPIKIR DIAKRONIK DALAM SEJARAH


Secara etimologis, kata diakronik berasal dari bahasa Yunani yaitu dia dan chronos. Dia artinya
melintas, melampaui, atau melalui, sedangkan chronos artinya waktu. So, diakronik itu artinya
sesuatu yang melintas, melampaui, atau melalui dalam batasan-batasan waktu. Cara berpikir diakronik
sering dikaitkan dengan cara berpikir kronologis. Kronologis berasal dari bahasa Yunani,
yaitu chronos yang berarti waktu dan logos yang berarti ilmu atau uraian. Jadi, kronologi
adalah ilmu tentang waktu yang membantu dalam menyusun peristiwa-peristiwa sesuai dengan urutan
waktu terjadinya.
Contoh: Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, Subang Jawa Barat, pada 8 Maret 1942.
Ketika kamu mampu berpikir dalam aspek diakronik, kamu akan mampu berpikir secara runtut,
teratur, juga berkesinambungan. Kenapa bisa begitu? Karena diakronik menekankan pada proses.
Dengan begitu, dengan cara berpikir diakronikmu, kamu dapat mengidentifikasi suatu masalah
dengan tepat. Kamu juga bisa terhindar dari pemahaman anakronik.
Apa itu anakronik? Anakronik artinya menempatkan tokoh, objek, peristiwa, atau kebiasaan yang
tidak sesuai dengan urutan waktunya.
Selain kronologis, kamu juga harus memahami istilah periodisasi. Kronologi dan periodisasi dapat
membantumu untuk benar-benar bisa berpikir secara diakronik. Periodisasi bisa digunakan untuk
meninjau peristiwa-peristiwa masa lalu secara menyeluruh. Kamu bisa membaginya dengan banyak
aspek kelompok, mulai dari sistem politik, ekonomi, kepercayaan, agama, sosial, dan budaya.
Contoh: Perkembangan sejarah antara zaman praaksara dan zaman aksara di Nusantara yang salah
satu yang dilihat adalah budaya.

P ERIODISASI DAPAT MEMUDAHKAN KAMU UNTUK MEMAHAMI HAL - HAL SEPERTI :


 Perkembangan manusia dari waktu ke waktu.
 Kesinambungan antarperiode.
 Kemungkinan pengulangan fenomena.
 Perubahan dari periode awal hingga periode berikutnya.

CARA BERPIKIR SINKRONIK DALAM SEJARAH


Cara berpikir sinkronik adalah cara berpikir yang mengutamakan penggambaran ruang yang meluas,
namun tidak terlalu memikirkan dimensi waktunya. Melalui pendekatan sinkronis, kita bisa
menganalisa sejarah tertentu pada waktu tertentu. Misalnya penggambaran sosial dan politik
Indonesia pada tahun 1998. Penggambaran sejarah di sini hanya menganalisis struktur dan fungsi
sosial dan politik di tahun 1998 saja.
Sinkronik seringkali digunakan dalam ilmu sosial, seperti sosiologi, politik, antropologi, ekonomi,
dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Meski begitu, baik ilmu sejarah maupun ilmu sosial saling berkaitan.
Ada kalanya ketika ingin meneliti sejarah, kamu bisa menggunakan ilmu sosial, begitupun sebaliknya.
Contoh: Kondisi sosial dan politik Indonesia pada masa Orde Baru tahun 1966 sampai 1998 yang
ditulis oleh seorang ahli sosial dan politik.

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 6


BAB IV
SUMBER SEJARAH

A. ARTEFAK
Artefak adalah benda peninggalan buatan tangan manusia di masa lampau yang dapat dipindahkan.
Artefak memiliki banyak rupa, Contohnya seperti sendok, piring, cangkul, arit, kendi, mata panah,
tombak, perhiasan, dan lain-lain. Artefak yang telah ditemukan, biasanya disimpan di museum untuk
mencegahnya dari kerusakan dan ulah jahil manusia.

B. FOSIL
Fosil adalah sisa makhluk hidup (hewan, tumbuhan, atau manusia) yang telah menjadi mineral atau
batu. Fosil dapat terjadi karena beberapa hal, ada yang terjadi karena sisa makhluk tersebut tertimbun,
terjebak di dalam getah (amber), atau terperosok ke sumur ter (aspal). Biasanya sisa makhluk hidup
yang disebut fosil berumur lebih dari 10.000 tahun.
Oh iya, terkadang ada juga hewan dari zaman dahulu yang masih bertahan hidup sampai sekarang,
hewan itu disebut dengan fosil hidup. Contohnya adalah komodo, salah satu reptil tertua dan kadal
terbesar di dunia yang berada di Indonesia. Fosil juga berguna untuk mengetahui kondisi waktu,
keadaan georafis, dan kondisi tempat tersebut pada zaman dahulu.

C. BUKTI TEKSTUAL
Bukti tekstual adalah peninggalan yang berbentuk tulisan. Bukti tulisan ini bermacam-macam
bentuknya dan tidak hanya menggunakan media kertas. Misalnya tulisan di daun lontar, batu
(prasasti), kain, kulit hewan, dan bahan lainnya yang bercerita tentang satu atau beberapa hal yang
penting pada saat bukti tekstual tersebut dibuat.
Bukti tekstual tidak hanya berbentuk susunan kata , tetapi ada juga susunan gambar-gambar yang
dirangkai untuk berkomunikasi. Seperti huruf hieroglyph yang digunakan bangsa Mesir kuno. Bukti

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 7


tekstual juga bisa berarti sebuah tugas dari keilmuan tekstual, untuk menelusuri tulisan-tulisan sedetail
dan sedekat mungkin, dengan tulisan asli yang ditinggalkan oleh penulis aslinya.

D. KEBENDAAN
Kebendaan adalah semua benda yang merupakan hasil karya manusia, baik itu berupa bangunan,
sarkofagus/kubur batu, juga monumen. Hal yang membedakan sumber sejarah berupa kebendaan dan
artefak, adalah artefak merupakan benda yang relatif kecil dan dapat dipindahkan. Sedangkan
kebendaan bersifat lebih umum dan mencakup semua benda peninggalan buatan manusia.
Salah satu peninggalan kebendaan yang terkenal dan diketahui banyak orang di Indonesia adalah
candi. Dua candi yang paling terkenal dan berlatar belakang berbeda, yaitu candi Borobudur yang
bercorak Buddha dan candi Prambanan yang bercorak Hindu. Atau yang lebih mendunia lagi adalah
Piramida di Mesir, sumber sejarah kebendaan berbentuk makam yang sangat besar.

E. VISUAL
Sumber sejarah berbentuk visual secara umum adalah semua sumber sejarah yang bisa dilihat oleh
pengelihatan. Lebih spesifiknya, sumber sejarah secara visual itu berupa foto, lukisan, pahatan, dan
ukiran.

Sumber visual atau gambar, bisanya digunakan untuk mengabadikan sebuah kejadian agar tidak
mudah dilupakan. Sumber visual yang paling tua adalah gambaran-gambaran yang ditemukan di

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 8


dalam gua. Sedangankan foto, ukiran, pahatan, atau lukisan, adalah bentuk-bentuk visual yang muncul
karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknik manusia dalam menggunakan alat serta
pengetahuan yang dimiliki. Melalui teknik-tekniknya, manusia kemudian mendeskripsikan cerita
sejarah ke dalam bentuk foto, ukuran, pahatan, juga lukisan.

Lukisan Keadaaan Pos Surat di Jawa, karya Raden Saleh (Sumber: indonesiatatler.com)

F. AUDIO VISUAL
Audio visual adalah gambar dan suara yang direkam kemudian diolah untuk diputar kembali dan
dilihat. Audio visual dikenal juga dengan sebutan film atau rekaman. Sumber sejarah berbentuk audio
visual menjadi marak pada saat perang dunia ke-2 meletus. Hal ini terjadi karena teknologi sudah
memungkinkan untuk menghasilkan kamera yang dapat dibawa, tentunya dengan ukuran yang tidak
terlalu besar.
Pada awal kemunculannya, rekaman peristiwa bersejarah digunakan untuk propaganda perang. Akan
tetapi, pada saat itu rekamannya masih berwarna hitam putih. Propaganda yang dilakukan
menggunakan rekaman, bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar mendaftar ke institusi militer
dan berperang untuk negara.
Selain itu, ada juga rekaman yang menunjukkan saat operasi militer dijalankan. Rekaman saat operasi
militer biasanya digunakan untuk mengukur kesuksesan operasi tersebut untuk menjadi bukti ke
masyarakat jika operasi tersebut berhasil.

Cuplikan Video Sejarah Nazi (Sumber: www.pinterest.se)

G. TRADISI LISAN
Tradisi lisan biasanya digunakan untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang tidak ada
dokumentasinya, dengan cara mewawancarai orang-orang yang terkait dengan peristiwa tersebut. Hal
ini biasa dilakukan untuk mengidentifikasi dan melestarikan ceita-cerita leluhur, takhayul, dongeng,
atau peristiwa yang tidak sempat di dokumentasikan karena ketidakmampuan masyarakat itu.

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 9


Bukti sejarah berupa lisan yang diceritakan, adalah bukti sejarah yang paling sulit untuk di konfirmasi
kebenarannya. Hal ini berkaitan dengan ingatan pencerita akan kejadian tersebut atau cerita
sebelumnya yang diturunkan kepadanya. Maka dari itu biasanya sumber lisan ini harus mendapatkan
narasumber yang benar-benar terlibat dan dapat dipercaya.

Mewawancarai Penduduk Suku Pedalaman Amazon (sumber: amazonwatch.com)

LATIHAN
(1) Lakukanlah penelitian di sekitar lingkunganmu. Dan carilah contoh-contoh sumber sejarah berikut
ini:
• Sumber artefak : ………………………………………………………………………………….
• Sumber fosil : …………………………………………………………………………………….
• Sumber
teks/dokumen:……………………………………………………………………………………
• Sumber benda: …………………………………………………………………………………..
• Sumber visual: …………………………………………………………………………………..
• Sumber audiovisual : ……………………………………………………………………………
• Sumber tradisi lisan : ……..……………………………………………………………………..

(2) Buatlah laporan tertulis secara berkelompok tentang penelitian situs yang Anda lakukan
dilengkapi lampiran tentang sumber-sumber sejarah yang ditemukan.

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 10


KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

ARTEFAK, FOSIL, TEKSTUAL, DAN NONTEKSTUAL

No Konten Kekurangan Kelebihan

1 Artefak Dengan usia artefak yang telah tua dan Diperolehnya bukti-bukti akurat
banyak ditermukan dalam kondisi tidak utuh, yang mendukung penulisan
dapat menghambat/mempersulit proses sejarah, menguatkan argument
penelitian sejarah, atau belum tentu akurat dan memungkinkan untuk
dalam memprediksi peristiwa di masa lalu menelusuri interpretasi baru
meskipun ilmu sejarah sendiri dibangun
melalui metodologi ilmiah

2 Fosil Penggalian memakan waktu lama dan biaya Melalui fosil bisa memahami
yang sangat besar. Selain itu fosil bisa sejarah lapisan batuan di bumi.
mengalami kerusakan atau hancur jika tidak Selain itu bisa dipajang
diperlakukan dengan hati-hati. semenarik mungkin untuk
menarik minat masyarakat
datang ke musium

3 Tekstual Seseorang yang melakukan penelitan Terdapat bukti sehingga terlalu


berdasarkan sumber penelitan maka perlu melibatkan peneliti secara fisik.
imajinasi untuk mengamati masa lampau. subjek yang terlibat tidak akan
Memiliki keterbatasan infomrasi yaitu menimbulkan interaksi antar
terbatas dengan apa yang terdapat di dalam peneliti. Dalam proses penelitian
kandungan tulisan. Selain itu dibutuhkan untuk menggali informasi dengan
kemampuan dan sumber biaya tinggi untu menggali informasi secara tuntas.
dapat menginterpretasi atau menterjemahkan Pengarang, sumber kejadian dan
sejarah sudah dapat ditentukan.
4 Nontekstual Informasi yang didapat tidak selalu utuh Infomasi yang didapat lebih jelas
hanya sebagian saja. Di samping itu
akuratisasi dalam bukti tersebut perlu dikaji
kembali

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 11


BAB V
LANGKAH -LANGKAH PENELITIAN SEJARAH

LANGKAH - LANGKAH PENELITIAN SEJARAH – Sebelum adanya sejarah, kita perlu memastikan bahwa
sejarah itu benar benar terjadi. Untuk memastikan bahwa sejarah itu benar benar terjadi kita perlu
melakukan sebuah penelitian sejarah.
Hasil dari penelitian tersebut yang menentukan benar atau tidak adanya sejarah tersebut. Kebenaran
yang dicari akan dianggap benar apabila masuk akal. Dalam melakukan penelitian sejarah kita harus
mengikuti langkah langkah penelitian sejarah yang ada. Terdapat 5 langkah penelitian sejarah, berikut
ini adalah langkah langkah penelitian sejarah:

L ANGKAH - LANGKAH P ENELITIAN S EJARAH


1. MENCARI TOPIK
Sebelum memulai sebuah penelitian, tentu pertama kali yang harus kita lakukan adalah MEMILIH
DAN MENETAPKAN TOPIK . Topik ini harus layak untuk dijadikan penelitian dan usahakan bukan
duplikasi dari penelitian lain. TUJUANNYA APA?
Tujuan pemilihan topik ini supaya nantinya penelitian kita itu lebih terarah dan fokus pada masalah-
masalahnya. Nah untuk menemukan masalah-masalah tersebut bisa menggunakan :
1. WHAT? Apa yang akan kamu teliti?
2. W HO ? Siapa saja yang akan kamu teliti?
3. W HERE ? Yang mau kamu teliti?
4. W HEN? When di sini berarti: kapan yang menyangkut waktu.

2. HEURISTIK
Heuristik berasal dari kata Yunani, heuriskein, artinya menemukan. Jadi yang dimaksud
dengan langkah heuristik adalah TAHAP UNTUK MENCARI , MENEMUKAN , SERTA
MENGUMPULKAN SUMBER - SUMBER ATAU BERBAGAI DATA YANG RELEVAN DENGAN TOPIK
PENELITIAN , guna untuk mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian sejarah masa lampau.

Untuk menemukan sumber tersebut seorang sejarawan harus bisa mencarinya di berbagai dokumen
dengan:
 menggunakan metode kepustakaan atau arsip nasional
 bisa juga sejarawan mengunjungi situs sejarah
 melakukan wawancara untuk melengkapi data sehingga diperoleh data yang baik dan lengkap
juga dapat menunjang terwujudnya sejarah yang mendekati kebenaran.
Sejarah yang terjadi pada masa lalu memiliki begitu banyak periode dan bagian (seperti politik,
ekonomi, social, dan budaya) sehingga memiliki sumber data yang beraneka ragam sehingga perlu
adanya klasifikasi data dari banyaknya sumber tersebut.
Dokumen dokumen yang berhasil dikumpulkan merupakan data yang sangat berharga. Dokumen
tersebut yang digunakan sebagai dasar untuk menelusuri peristiwa peristiwa sejarah yang telah terjadi
pada masa lalu.

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 12


Menurut sifatnya sumber sejarah terbagi menjadi 2, yaitu:

A. S UMBER SEJARAH PRIMER


Sumber primer adalah sumber asli atau sumber yang dibuat pada saat peristiwa terjadi, atau yang
dibuat oleh tangan pertama, misalnya seperti dokumen laporan kolonial.

B. S UMBER SEKUNDER
Sumber sekunder adalah sumber yang menggunakan sumber primer sebagai sumber
utamanya, atau yang dibuat oleh tangan atau pihak kedua seperti buku, skripsi, dan tesis.

Jika sumber tertulis yang didapat dibuat sezaman dan setempat dengan kejadian sejarah tersebut
biasanya memiliki kadar kebenaran yang relatif tinggi, sedangkan sumber tertulis yang dibuat tidak
sezaman dan tidak setempat lebih memerlukan kejelian para penelitinya.
Dan untuk sumber lisan, pemilihan sumber didasarkan pada pelaku atau saksi mata dari suatu
kejadian. Narasumber lisan yang hanya mendengar atau tidak hidup sezaman dengan peristiwa sejarah
tersebut tidak dapat dijadikan narasumber lisan.

3. VERIFIKASI ATAU KRITIK


Verifikasi adalah PENILAIAN TERHADAP SUMBER - SUMBER SEJARAH . Verifikasi dalam sejarah
memiliki arti pemeriksaan atau pengujian terhadap kebenaran laporan tentang suatu peristiwa sejarah.
Penilaian terhadap sumber-sumber sejarah menyangkut pada 2 aspek, yaitu:
 ASPEK EKSTERN
 ASPEK INTERN

A SPEK EKSTERN MEMBAHAS MENGENAI APAKAH SUMBER ITU ASLI ATAU PALSU sehingga
sejarawan harus mampu menguji tentang keakuratan dokumen sejarah tersebut, seperti waktu
pembuatan dokumen, bahan, atau materi dokumen.
A SPEK INTERN MEMPERSOALKAN APAKAH ISI YANG TERDAPAT DALAM SUMBER ITU DAPAT
MEMBERIKAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN , misalnya berupa proses analisis terhadap suatu
dokumen.
Aspek ekstern harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
 Apakah sumber itu merupakan sumber yang dikehendaki (autentitas)?
 Apakah sumber itu asli atau turunan (orisinalitas)?
 Apakah sumber itu masih utuh atau sudah diubah (integritas)?
Setelah mendapat kepastian bahwa sumber itu adalah sumber yang benar diperlukan dalam bentuk asli
dan masih utuh, kemudian dilakukan kritik intern.
 K RITIK INTERN dilakukan untuk membuktikan bahwa informasi yang terkandung dalam
sumber dapat dipercaya. Kritik ini dilakukan dengan penilaian intrinsik terhadap sumber dan
dengan membandingkan kesaksian-kesaksian dari berbagai sumber.
Langkah-langkah penelitian sejarah intrinsik pertama adalah MENENTUKAN SIFAT SUMBER
itu (apakah resmi/formal atau tidak resmi/informal).
Dalam penelitian sejarah, sumber yang tidak resmi/informal dinilai lebih berharga daripada sumber
resmi karena sumber tidak resmi bukan dimaksudkan untuk dibaca orang banyak (untuk kalangan
bebas). Dengan demikian isinya pada umumnya lebih bersifat apa adanya, terus terang, tidak banyak
yang disembunyikan, dan objektif.
Langkah-langkah penelitian sejarah intrinsik kedua adalah MENYOROTI PENULIS SUMBER
TERSEBUT SEBAB DIA YANG MEMBERIKAN INFORMASI YANG DIBUTUHKAN .

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 13


Pembuatan sumber harus dipastikan bahwa kesaksiannya dapat dipercaya. Untuk itu, harus mampu
memberikan kesaksian yang benar dan harus dapat menjelaskan mengapa ia menutupi (merahasiakan)
suatu peristiwa, atau sebaliknya melebih-lebihkan karena ia berkepentingan di dalamnya.
Langkah ketiga dalam penelitian sejarah intrinsik ketiga adalah MEMBANDINGKAN
KESAKSIAN DARI BERBAGAI SUMBER .

Hal ini dilakukan dengan menyejajarkan kesaksian para saksi yang tidak berhubungan satu dan yang
lain (independent witness) sehingga informasi yang diperoleh menjadi lebih objektif.
Sumber-sumber yang diakui kebenarannya lewat verifikasi atau kritik, baik intern maupun ekstern,
dianggap sebagai fakta. Fakta adalah keterangan tentang sumber yang dianggap benar oleh sejarawan
atau peneliti sejarah. Fakta bisa saja diartikan sebagai sumber-sumber yang terpilih.

4. INTERPRETASI
Setelah di verifikasi, data lalu di interpretasi. Interpretasi adalah MENAFSIRKAN FAKTA SEJARAH DAN
MERANGKAI FAKTA TERSEBUT MENJADI SATU KESATUAN YANG HARMONIS DAN MA SUK AKAL .

Interpretasi dalam sejarah dapat juga diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa atau memberikan
pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa. Interpretasi yang dimaksud dalam sejarah adalah
penafsiran terhadap suatu peristiwa, fakta sejarah, dan merangkai suatu fakta dalam kesatuan yang
masuk akal.
Penafsiran fakta harus bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga berbagai fakta
yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihubungkan menjadi satu kesatuan yang masuk akal.
Bagi kalangan akademis, agar dapat menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang objektif, harus
dihindari penafsiran yang semena-mena karena biasanya cenderung bersifat subjektif.
Selain itu, interpretasi harus bersifat deskriptif sehingga para akademisi juga dituntut untuk
mencari landasan interpretasi yang mereka gunakan.
Proses interpretasi juga harus bersifat selektif sebab tidak mungkin semua fakta dimasukkan ke dalam
cerita sejarah, sehingga harus dipilih yang relevan dengan topik yang ada dan mendukung kebenaran
sejarah.

5. HISTORIOGRAFI
Historiografi berasal dari kata historia artinya ―sejarah‖ dan graphia artinya ―penulisan‖..
Historiografi merupakan tahap paling akhir dalam kegiatan penelitian untuk penulisan sejarah.
Menulis kisah sejarah tidak hanya menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian, melainkan
juga menyampaikan suatu pikiran melalui interpretasi sejarah berdasarkan fakta hasil penelitian.
Untuk itu, menulis sejarah memerlukan kecakapan dan kemahiran.
Historiografi yang baik biasanya menyajikan latar belakang, kronilogi peristiwa, analisis sebab akibat,
dan uraian mendalam mengenai hasil penelitian, dampak, serta kesimpulan. Dengan demikian, HASIL
YANG DIHARAPKAN ADALAH AGAR DAPAT MEMBERIKAN PEMAHAMAN BARU yang bermakna
kepada pembaca tentang topik tersebut.
Langkah-langkah penelitian sejarah Histiriografi dapat di bedakan menjadi dua, yaitu :
1. HISTORIOGRAFI NARATIF
Historiografi naratif adalah penulisan sejarah yang berisi tentang rekaman peristiwa atau
tindakan pelaku secara pribadi yang berlangsung dalam waktu tertentu.

2. HISTORIOGRAFI STRUKTURALIS
Historiografi strukturalis adalah penulisan sejarah yang berisi tentang perubahan yang
terjadi di masyarakat. Historiografi strukturalis sering juga disebut sejarah sosial.

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 14


Bentuk bentuk historiografi antara lain dapat berupa:
 N ARASI , isinya lebih banyak bercerita sesuai dengan apa yang diinformasikan oleh
sumber sejarah.
 D ESKRIPTIF , isinya lebih detail dan kompleks dibandingkan dengan narasi.
 A NALISTIS , isinya lebih banyak berorientasi pada penelaahan masalah.
Sehingga tidak sekedar bercerita tetapi banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
mendalam dengan tinjauan berbagai aspek. Penulisan yang baik adalah gabungan antar unsur
naratif, deskriptif dan analitis.
Bentuk gabungan ini akan menampilkan unsur cerita, detail sumber dan analisa terhadap
peristiwa sejarah.

LATIHAN SOAL
Lakukanlah penelitian dengan langkah-langkah berikut ini.
TEMA UMUM: …………………………………………………………………………….

 M ENCARI TOPIK :
(a) Tujuan penelitian :………………………………………………………………………..
(b) Obyek penelitian :………………………………………………………………………..
(c) Lokasi penelitian: ………………………………………………………………………..
(d) Waktu penelitian : ………………………………………………………………………..

 H EURISTIK :
(a) Sumber primer : ..………………………………………………………………………..
(b) Sumber sekunder : ………………………………………………………………………..
(c) Sumber lisan : …………………………………………………………………………….

 V ERIFIKASI / KRITIK SUMBER SEJARAH :


(a) Aspek ekstern : ………………………………………………………………………..
(b) Aspek intern : ………………………………………………………………………..
 Menentukan sifat sumber sejarah: RESMI / TIDAK RESMI
 Kesaksian nara sumber/informan/saksi: AKURAT / TIDAK AKURAT
 Perbandingan kesaksian berbagai sumber: SAMA / BERBEDA

 I NTERPRETASI :
………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………….

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 15


BAB VI
HISTORIOGRAFI DI INDONESIA

APA ITU HISTORIOGRAFI ?


Dalam disiplin ilmu sejarah, historiografi adalah studi tentang penulisan kembali sejarah. Dalam
metodologi ilmu sejarah, historiografi berarti melakukan revisi penulisan sejarah atas tulisan-tulisan
tentang sejarah yang harus diperbaiki karena beberapa cela, seperti akuritas sumber penelitian sejarah
yang diragukan, subyektifitas yang berlebihan, atau informasi sejarah yang sudah berkembang dan
mengalami perubahan. Dalam beberapa cara, historiografi kadangkala berkaitan erat dengan tujuan
politik. Misal, bahwa seorang penguasa tertentu menulis historiografi dengan tujuan untuk
propaganda, melanggengkan kedudukannya, melegitimasi kekuasaannya, atau membenarkan cara-
cara yang ia gunakan untuk berkuasa. Penulisan narasi sejarah dengan tujuan tersebut sudah dilakukan
sejak era paling awal. Di Indonesia misalnya, historiografi sudah dimulai sejak era kerajaan
tradisional Hindu-Buddha, kemudian dilakukan oleh para penguasa Eropa pada era kolonial,
kemudian terus berkembang pada era modern sampai sekarang.

Secara garis umum, dalam ilmu sejarah, tujuan penulisan historiografi diantaranya: (a) sebagai ‗klaim
kebenaran‘ (truth claim), (b) pembentukan pengetahuan sejarah (historical knowledge), (c) sebagai
alat/kontrol untuk kepentingan politik dan kekuasaan, (d) melegitimasi kekuasaan kaum elit lokal, dan
(yang terpenting adalah) (e) sebagai koreksi atas tulisan-tulisan sejarah di masa sebelumnya.

Apa saja media yang digunakan negara atau penguasa untuk menulis historiografi? Pada era kerajaan
tradisional, historiografi ditulis dalam bentuk narasi sejarah tunggal. Di era modern, terdapat berbagai
media yang digunakan seperti: kurikulum sekolah, buku pelajaran sekolah, film dokumenter,
pembangunan tugu-tugu nasional, pemberian nama-nama jalan atau kota, rancangan tata kota, dan lain
sebagainya. Bukankah secara tak sadar, bahkan pemberian nama jalan ternyata menyimpan tujuan
yang sangat politis?

Dalam pengalaman Indonesia, narasi sejarah Indonesia dikenal dalam beberapa versi: historiografi
tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi nasional/modern. Ketiganya memiliki ciri-ciri
khusus dan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut adalah ciri-ciri khusus dari
masing-masing jenis historiografi:

A. HISTORIOGRAFI TRADISIONAL (ERA KERAJAAN HINDU -BUDDHA SAMPAI KESULTANAN


ISLAM)
Di Indonesia, tidak jelas kapan proyek penulisan buku sejarah negara
pertama kali dilakukan. Hanya ditemukan bahwa narasi sejarah sudah
ditemukan di era berkembangnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha seperti:
Sejarah Raja-raja Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat Aceh, Babad Tanah Jawi,
Babad Pajajaran, Babad Majapahit, Babad Kertasura, dsg. Di era
Kesultanan Islam, penulisan buku sejarah ditulis dengan cara yang lebih jelas
seperti: Kitab Bustanul Salatin (Silsilah Raja-raja Sumatera/Aceh) karya
Nuruddin ar-Raniri yang ditulis pada masa pemerintahan Sultan Iskandar

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 16


Tsani (1636-41) di abad ke-17.

Berikut adalah ciri-ciri khusus historiografi tradisional:


(1) Narasinya lebih bertujuan sebagai ekspresi budaya, bukan usaha untuk
merekam masa lalu
(2) Bersifat istana-sentris (narasinya berpusat pada kisah istana/keraton) atau
dalam pengertian: para pelaku sejarah terbatas pada raja-raja, orang-orang
besar, pahlawan dari kaum elit, atau para jenderal
(3) Bersifat regio-sentris (berpusat pada wilayah atau budaya tempat kisah
sejarah ditulis)
(4) Bersifat feodal-sentris (lebih banyak menceritakan kehidupan kaum
bangsawan feodal)
(5) Bersifat subyektif (artinya, kisah sejarah ditulis atas permintaan
raja/penguasa)
(6) Geneologi tidak lengkap tapi kronologi dan biografi kurang detil
(7) Masih berbentuk konvensional (kuno), mono dimensional, dan tema
terbatas (terbatas pada aspek politik atau ekonomi lama)
(8) Pemaparan lebih bersifat deskriptif-naratif
(9) Penulisan tidak disusun secara ilmiah, tetapi bercampur baur dengan
mitos
(10) Sumber-sumber data sulit ditelusuri
(11) Bertujuan menghormati/meninggikan wibawa raja atau sebagai legitimasi bahwa raja
memiliki kekuatan gaib, bertuah, atau sakti
(12) Bertujuan melegitimasi dan melanggengkan kekuasaan atau kedudukan raja.

B. HISTORIOGRAFI KOLONIAL
Buku sejarah yang paling awal ditulis pada era kolonial di Indonesia
adalah karya F. de Haan, Oud-Batavia: gedenkboek uitgegeven door het
Bataviasch Genotschap van K. en W. naar aanleiding van het
driehordjarig bestaan des stad in 1919 yang terbit tahun 1922 tentang
sejarah perkotaan di Batavia Lama. Seorang penulis seangkatan de Haan
yang menulis tentang sejarah kota Surabaya Lama adalah G.H. von Faber,
dengan karyanya Oud Soerabaia: De geschiedenis van Indie’s eerste
koopstad an de oudste tot de instelling van den gemeenteraad (1906) yang
terbit tahun 1931 dan Nieuw Soerabaia: De geschidenis van Indie’s
voornaamste koopstad in de eerste kwarteeuw sedert hare instelling 1906-
1931 (terbit tahun 1936). Karya yang paling populer adalah tulisan Raffles,
History of Java, karya H.J. de Graaf, Geschiedenis van Indonesia (Sejarah
Indonesia), karya B.H.M. Vleke, Geschiedenis van den Indischen
Archipel (Sejarah Nusantara), karya G. Gonggrijp, Schets ener
aconomische Geschiedenis van Nederlands-Indie (Sejarah Ekonomi Hindia
Belanda).

Kemudian muncul karya Y.C. Van Leur, Indonesian Trade and Society,
karya Schrieke, Indonesia Sociological Studies, atau karya W.F. Wertheim,
Indonesian Society in Transition: A Study of Social Change, atau karya-

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 17


karya J.Thomas Lindblad, Historical Foundation of a National Economy in Indonesia, 1890-
1990s dan Jan Luiten van Zanden, The Economic Development of Agriculture in the Netherlands
in the Nineteenth Century, 1800-1914.

Berikut adalah ciri-ciri historiografi kolonial:


(1) Narasi sejarah Indonesia yang ditulis oleh orang Belanda konvensional (artinya, yang pro-
kolonialisme, sebab penulis Barat yang liberalis atau kekiri-kirian dan tidak mendukung
pemerintah kolonial justru melakukan kritik keras dan perlawanan terhadap mereka)
(2) Sumber yang digunakan terbatas pada arsip negara Belanda baik yang ada di Belanda maupun
di Batavia (Jakarta sekarang)
(3) Bersifat Eropa-sentris atau Belanda-sentris (artinya hanya menceritakan kehidupan bangsa
Belanda di Hindia Belanda, tidak bercerita tentang kondisi rakyat Indonesia yang dijajah. Dan
dalam arti yang lebih sempit, sejarah Indonesia ditulis atas kepentingan pemerintah kolonial
Belanda yang sedang berkuasa di Nusantara pada saat itu)
(4) Narasi ditulis dimaksudkan untuk dijadikan bahan laporan kepada pemerintah Kerajaan
Belanda sebagai bahan evaluasi untuk menentukan kebijakan baru pada daerah jajahan
(5) Bertujuan melegitimasi dan melanggengkan kekuasaan atau kedudukan pemerintah Hindia
Belanda di Nusantara.
(6) Buku-buku sejarah buatan Belanda kolonial bersifat politik dan rasis; menonjolkan peran
bangsa Belanda dalam memajukan negara-negara jajahan dalam aspek politik, ekonomi, dan
instutional. Dan bahwa ras Eropa lebih unggul sehingga sejarah aktivitas mereka di Indonesia
ditulis dengan halaman yang lebih panjang ketimbang sejarah tentang sejarah kerajaan-
kerajaan Hindu atau kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.

Dalam dunia intelektual Belanda, narasi sejarah kolonial banyak diproduksi oleh sarjana-sarjana
Universitas Leiden, Utrech, dan Amsterdam. Tapi terdapat 2 (dua) aliran model penulisan yang
dikenal pada umumnya:
(1) M AZHAB B ATAVIA . Dalam arsip negara Belanda di Batavia (Jakarta sekarang) terbentuk
suatu mazhab di kalangan sejarawan Hindia Belanda yang mencurahkan perhatiannya pada
penerbitan sumber, antara lain dengan diterbitkannya N.I. Plakkaatboek dan Dagregister pada
1682 oleh Mr. J.A. van der Chije yang disimpan di Kasteel di Batavia.
(2) M AZHAB U TRECH . Mazhab ini beraliran konservatif dan diperkenalkan pertama kali oleh
Gubernur Jenderal Van Der Capellen di mana ia melakukan legitimasi dilakukannya sistem
Cultuur stelsel (Tanam Paksa) yang diprakarsai Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch
pada 1830 sekalipun ditentang oleh kaum liberalis di Eropa pada saat itu.

Berikut adalah contoh penggalan kutipan kisah sejarah yang ditulis oleh sejarawan kolonial yang
cenderung subyektif atau ‗sangat orientalis‘:
―Pada tahun 1653 ada seorang raja di Tanah Goa yang bernama Sultan Hasanudin. Adapun raja
itu tiada mengindahkan Kompeni; orang Maluku yang durhaka kepada Kompeni dibantunya;
tambahan lagi diperanginya Sultan Buton yang bersahabat dengan Belanda‖.
―Sultan Agung Tirtayasa itu cerdik lagi bijaksana dan tetap hatinya, rukun Islam dikerjakannya
dengan sungguh-sungguh, tetapi kelakuannya kerapkali bengis dan hatinya tiada lurus; se-umur
hidupnya Sultan itu dengki kepada Kompeni; niatnya hendak meramaikan Banten serta
membinasakan Betawi‖.
―Jikalau kita bandingkan hal orang kecil pada zaman dahulu dengan zaman yang sekarang,
nyatalah bahwa sekarang lebih senang dan selamat daripada ketika kuasa Raja-raja tiada

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 18


berhingga; Raja itu kerapkali menganiaya anak buahnya, karena tiada undang-undang, hanya
hawa nafsu raja‖.

C. HISTORIOGRAFI NASIONAL /MODERN


Pasca kemerdekaan, mulai banyak bermunculan ide untuk melakukan
revisi terhadap narasi-narasi sejarah Indonesia, terutama revisi terhadap
narasi sejarah kolonial. Di era Indonesia modern, historiografi harus
dikenal sesuai dengan zamannya sendiri-sendiri yakni: pada masa
pemerintahan Sukarno, Suharto, kemudian di era Reformasi. Narasi-narasi
sejarah Indonesia pada masa modern sangat berhubungan dengan tujuan
politis para penguasa, terutama yang makin direduksi pada era Orde Baru.

Pasca kemerdekaan Indonesia, mulai muncul buku-buku biografi tentang


para tokoh pemberontak pemerintah kolonial Belanda seperti: biografi
Teuku Umar, biografi Pangeran Diponegoro, biografi Tuanku Imam
Bonjol, dsg. Atau narasi-narasi sejarah tematik seperti sejarah Perang
Padri, sejarah Perang Diponegoro, dsg.

Namun, terdapat ciri-ciri umum dalam historiografi nasional/modern:


(1) Bersifat Indonesia-sentris (artinya, berkisah tentang masyarakat
Indonesia – secara khusus atau secara umum, terutama aspek
perkembangan kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya)
(2) Ditulis sejak era kemerdekaan Indonesia
(3) Bertujuan menceritakan perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia dari masa ke masa
(4) Bertujuan memberi pelajaran moral tentang seharusnya cara bersyukur atas kemerdekaan dari
penjajahan
(5) Pemaparan tokoh-tokoh lokal dan nasional
(6) Digunakan sebagai konsep resmi negara
(7) Bertujuan menguak kebenaran-kebenaran yang tidak diungkap dalam buku-buku sejarah
Indonesia sebelumnya.

Dalam sejarah intelektual Indonesia, historiografi nasional adalah narasi sejarah Indonesia dalam
bentuk puncaknya. Ini bisa diartikan dari beberapa aspek:
(a) Narasi sejarah nasional/modern merupakan kritik terhadap narasi sejarah tradisional dan
kolonial
(b) Menggunakan metodologi penelitian sejarah yang sudah lebih mutakhir
(c) Sudah mulai mengemukakan tokoh-tokoh besar dari kalangan rakyat kecil, bukan elitis
(d) Dan yang terpenting: lebih kritis dan seksama dalam melakukan klarifikasi sejarah

Sekalipun, proyek penulisan sejarah masih tetap lekat dengan politik kepentingan penguasa atas
rezimnya. Di Indonesia, historiografi mengalami perkembangan dari masa ke masa. Itulah kenapa
sejarah nasional/Indonesia modern memiliki narasi yang lebih kompleks. Ia bahkan harus ditelaah
dari satu rezim ke rezim yang lain. Seperti dengan menelaah salah satu contoh ciri-ciri diferensial
narasi sejarah nasional berikut ini:

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 19


N ARASI NASIONAL DI ERA S UKARNO N ARASI NASIONAL DI ERA S UHARTO
Sejarah nasional didominasi oleh wacana Jawa-sentris. Selain itu, penempatan Kerajaan
perjuangan para pemberontak penjajah: Teuku Majapahit sebagai titik awal dari nasionalisme
Umar, Pangeran Diponegoro, dll, dari berbagai dan terpusatnya kekuasaan kolonial di pulau
belahan pulau di Nusantara Jawa menjadi kajian sejarah yang ―dominan‖ di
Indonesia
Didominasi biografi para tokoh pergerakan Para pahlawan/pejuang yang diperkenalkan di
nasional atau kaum revolusioner: Sukarno, sekolah didominasi oleh kaum militer, elitis, atau
Sutomo, Kartini, Abdul Rivai, Wahid Hasyim, bangsawan (ketimbang kelas rakyat jelata, santri
dll dan/atau bukan etnis pribumi seperti Tionghoa,
Arab, dsg)
Pemaparan tokoh-tokoh lokal dan nasional ―Negara-sentris‖, artinya pelaku sejarah
seperti kisah-kisah gerakan-gerakan sosial dan didominasi kaum elit Jawa. Masyarakat kecil
perlawanan kaum petani tidak mendapatkan tempat dalam narasi sejarah
Berisi pelajaran moral tentang bagaimana Bertujuan untuk melanggengkan kuasa politik
seharusnya cara bersyukur atas kemerdekaan Suharto sebagai presiden. Sejarah ditulis sesuai
dari penjajahan dengan ―pesanan‖ pemerintah Orde Baru dengan
gaya militeristik dan pro-pemerintah Orde Baru
Melegitimasi tindakan represif militer, seperti
pembantaian, tindak kekerasan, penembakan
tanpa proses pengadilan
Militerisasi narasi sejarah Indonesia
Rakyat digiring untuk membenci komunisme dan
mencintai militer serta menganggap militer
sebagai kekuatan utama dalam sejarah Indonesia.
Termasuk melebih-lebihkan para militer ABRI
dalam memperjuangkan kemerdekaan
Berusaha menghilangkan peran Sukarno dalam
sejarah bangsa
Sejarah Indonesia dipilah-pilah: mana yang
menguntungkan pihak militer dan menggusur
sejarah yang merugikan citra militer

CONTOH BUKU - BUKU SEJARAH PADA ERA R EVOLUSI


(1) Muhammad Yamin, 6000 Tahun Sang Merah Putih
(2) Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi
(3) Soekarno, Sedjarah Kemerdekaan Indonesia
(4) Muhammad Hatta, Sekitar Proklamasi
(5) Sutan Takdir Alisjahbana, Indonesia: Social and Cultural Revolution
(6) Tan Malaka, Madilog: Materialisme, Dialektika, dan Logika
(7) Sanusi Pane, Sedjarah Indonesia
(8) Pramoedya Ananta Toer, Kronik Revolusi Indonesia
(9) Sartono Kartodirjo, Lembaran Sedjarah: Kolonialisme dan Nasionalisme di
Indonesia Abad 19 dan Abad 20
(10) Sartono Kartodirjo, Pemberontakan Petani Banten 1888

C ONTOH BUKU - BUKU SEJARAH PADA MASA REZIM O RDE B ARU

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 20


(1) Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia (6 jilid)
(2) Nugroho Notosusanto, Tragedi Nasional: Percobaan KUP G 30 S/PKI di
Indonesia
(3) Nugroho Notosusanto, Konsensus Nasional 1966-1969
(4) Yayasan Kesejahteraan Jayakarta, Fajar Orde Baru
(5) Djenderal Dr. A.H. Nasution, Ketetapan MPRS: Tonggak Konstitusional
Orde Baru
(6) Dr. A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia
(7) Dr. A.H. Nasution, Sedjarah Perdjuangan Nasional di Bidang Bersendjata
(8) Badan Penyelenggara Buku Peringatan ―Dwi Windu Orde Baru‖, Dwi Windu Orde Baru:
Memperingati Genap 16 Tahun Perjuangan Orde Baru

C ONTOH BUKU - BUKU SEJARAH PADA MASA R EFORMASI


(1) Syamsuddin Haris, Menggugat Politik Orde Baru
(2) Asvi Warman Adam, Pelurusan Sejarah Indonesia
(3) Asvi Warman Adam, Menggugat Historiografi Indonesia
(4) Onghokham, Sukarno, Orang Kiri, dan G 30 S 1965
(5) Onghokham, Anti Cina, Kapitalisme Cina, dan Gerakan Cina
(6) M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004
(7) David T. Hill, Pers di Masa Orde Baru
(8) James T. Siegel, Penjahat Gaya (Orde) Baru
(9) R. William Liddle, Pemilu-pemilu Orde Baru: Pasang Surut Kekuasaan Politik
(10) Tempo, Rahasia-rahasia Ali Moertopo
(11) Wijaya Herlambang, Kekerasan Budaya Pasca 1965
(12) Julie Southwood, Teror Orde Baru: Penyelewengan Hukum dan Propaganda 1965-98
(13) Ian Douglas Wilson, Politik Jatah Preman: Ormas dan Kuasa Jalanan di Indonesia Pasca
Orde Baru
(14) David Jenkins, Soeharto dan Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia 1975-1983

APA HAL-HAL PENTING YANG MENJADI OBYEK PELURUSAN SEJARAH INDONESIA PADA
ERA KINI ?
1. Mengemukakan keaktifan bangsa Indonesia dalam jaringan dagang Asia Tenggara
2. Mendepak diskriminasi terhadap wacana peran Islam di Indonesia; seperti: aktivitas bangsa
Indonesia muslim dalam jaringan dagang Asia, usaha-usaha kaum muslim dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia
3. Klarifikasi terhadap ide di balik larangan ajaran Marxisme-Leninisme di Indonesia dan
wacana-wacana negatif buatan rezim Orde Baru tentang Komunisme dan khususnya, Partai
Komunisme Indonesia (PKI)
4. Aspek-aspek usaha militerisasi terhadap historiografi Indonesia, terutama pada era rezim
Orde Baru. Secara umum, pelurusan sejarah terhadap narasi sejarah ciptaan Orde Baru
5. Usaha-usaha penghapusan tindakan-tindakan kekerasan dan penyelewengan hukum yang
dilakukan rezim paramiliter Orde Baru.
6. Mengemukakan gerakan-gerakan sosial dan perlawanan orang-orang yang mengalami
diskriminasi dalam wacana sejarah Indonesia: kaum petani, kaum santri, etnis Cina, dsg
7. Mendepak kecenderungan ‗negara-sentris‘ atau dominasi kaum elit Jawa

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 21


SOAL LATIHAN
(1) Apa yang dimaksud Historiografi?
(2) Berikan 5 (lima) kelemahan dalam penulisan sejarah, secara umum?
(3) Lakukan eksplorasi: carilah 5 (lima) penulis historiografi tradisional beserta judul bukunya!
(4) Apa saja yang dapat merugikan bangsa Indonesia dari buku-buku sejarah buatan orang Belanda
kolonial? Sebutkan 3 alasan Anda!
(5) Lakukanlah eksplorasi: Apa sajakah hal-hal yang tidak dikemukakan atau ditutup-tutupi dalam
narasi sejarah Indonesia buatan rezim Orde Baru!
(6) Dalam kasus yang terjadi di Indonesia, apa sajakah hal-hal yang perlu diklarifikasi terhadap
wacana sejarah perjuangan kaum santri di Indonesia?
(7) Dalam kasus yang terjadi di Indonesia, apa sajakah hal-hal yang perlu diklarifikasi terhadap
wacana sejarah komunisme dan PKI di Indonesia?
(8) Lakukan eksplorasi: carilah 10 (sepuluh) penulis historiografi Indonesia masa kini yang berusaha
melakukan pelurusan sejarah terhadap komunisme di Indonesia! Sebutkan penulis beserta judul
bukunya!

LATIHAN
1. Lakukanlah studi teks atas tiga jenis historiografi di Indonesia berikut ini. Temukan 3 (tiga)
perbedaan antara ketiganya, sesuai dengan perspektifmu.
H ISTORIOGRAFI TRADISIONAL : BA BAD T ANAH S UNDA
a. ………………………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………………………
H ISTORIOGRAFI KOLONIAL : T HE HI STORY OF J AVA
(a) ………………………………………………………………………………………………
(b) ………………………………………………………………………………………………
(c) ………………………………………………………………………………………………
H ISTORIOGRAFI MODERN : H ISTORIOGRAFI I NDONESIA (H ILMAR F ARID )
(a) ………………………………………………………………………………………………
(b) ………………………………………………………………………………………………
(c) ………………………………………………………………………………………………

2. Lakukanlah studi perbandingan antara 3 (tiga) tulisan sejarah Indonesia berikut ini. Temukan 4-5
perbedaan perspektif ketiga karya tersebut dalam konteks penulisan sejarah Indonesia.
 Kongres Sejarah Nasional I (1957)
 Prof. Dr. Sartono Kartodirjo (1970)
 Prof. Dr. Nugroho Notosusanto (1970)
 Dr. Ong Hok Ham (1980)
 Hilmar Farid
 Wijaya Herlambang
 Asvi Warman Adam
 John Roosa

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 22


BAB VII
MANUSIA PURBA DI INDONESIA DAN DUNIA & PERBANDINGANNYA
DGN MANUSIA MODERN

MANUSIA PURBA YANG DITEMUKAN DI INDONESIA


Manusia purba adalah makhluk hidup yang sudah ada jauh sebelum manusia terlahir di bumi. Banyak
yang mengatakan bahwa manusia zaman purba merupakan nenek moyang manusia zaman moderen
saat ini. Penelitian mengenai manusia purbakala masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Namun,
dalam perkembangannya banyak ditemukan jejak prasejarah yang menunjukkan kehidupan dan
keberadaan dari manusia purbakala ini. manusia purba ditemukan di seluruh dunia, salah satunya di
Indonesia.

Jenis manusia purbakala di Indonesia ditemukan di berbagai wilayah seperti di pulau Jawa hingga di
pulau Flores. Fosil manusia purbakala yang ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia memiliki
karakteristik dan bentuk tulang yang berbeda.

Terdapat lebih dari lima jenis fosil manusia purbakala yang ditemukan di berbagai wilayah Indonesia.
Fosil tersebut pertama kali ditemukan oleh seorang pria berkebangsaan Belanda bernama Van
Rietschoten. Fosil yang teridentifikasi adalah Homo Wajakensis. Setelah penemuan tersebut,
pencarian fosil lain dilanjutkan. Lalu apa saja jenis manusia purbakala di Indonesia? Berikut
penjelasannya.

1. M EGANTHROPUS P ALEOJAVANICUS . Meganthropus Paleojavanicus mungkin sudah tidak


terdengar asing. Bagaimana tidak? Manusia purbakala jenis ini merupakan salah satu jenis yang
paling tua di Indonesia. Fosil Meganthropus Paleojavanicus berhasil ditemukan di Sangiran
pada tahun 1936-1941. Berbeda dengan manusia purbakala lainnya, tinggi Meganthropus
Paleojavanicus dapat mencapai 2,5 meter lho!
2. P ITHECANTHROPUS M OJOKERTENSIS . Fosil Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan
di Mojokerto, Jawa Timur. Nama Pithecanthropus Mojokertensis memiliki arti manusia kera
dari Mojokerto. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh G. H. R Von Koenigswald pada tahun
1936.
3. P ITHECANTHROPUS E RECTUS . Pithecanthropus Erectus memiliki arti manusia kera yang
berjalan tegak. Fosil manusia purbakala jenis ini pertama kali ditemukan di lembah Sungai
Bengawan Solo. Orang yang pertama kali menemukan fosil inia dalah Eugene Dubois pada tahun
1891.
4. P ITHECANTHROPUS S OLOENSIS . Pithecanthropus Soloensis berasal dari kelompok yang
sama dengan Pithecanthropus Erectus. Pithecanthropus Soloensis juga ditemukan di Kota
Solo. Fosil ini ditemukan oleh Ter Haar, Oppernoorth, dan juga G. H. R Von Koenigswald.
5. H OMO W AJAKENSIS . Homo Wajakensis pertama kali ditemukan di Wajak, Tulungagung.
Fosil ini ditemukan oleh Van Rietschoten pada tahun 1889.
6. H OMO F LORESIENSIS . Selain di Pulau Jawa, manusia purbakala ditemukan juga di Pulau
Flores, Nusa Tenggara Timur. Fosil ini ditemukan pada tahun 2003 di gua kapur, Liang Bua.
Situs penemuan fosil tersebut diperkirakan berumur 60 ribu hingga 100 ribu tahun.
7. H OMO S OLOENSIS . Sama halnya dengan Pithecanthropus Soloensis, fosil Homo Soloensis
ditemukan oleh Oppenoorth, Ter Haar, dan juga G. H. R Von Koenigswald di Sangiran, Jawa

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 23


Tengah. Manusia purbakala jenis ini diperkirakan hidup pada 300 ribu hingga 900 ribu tahun
yang lalu.
CIRI FISIK MANUSIA PURBA
1) Manusia purba memiliki bentuk mata yang menonjol ketimbang manusia modern
2) Dagu menonjol
3) Rahang lebih kuat dan besar
4) Tengkorak lebih tebal
5) Volume otak lebih sedikit dibanding volume otak manusia modern
6) Fisik manusia purba jauh lebih kuat sehingga mengerjakan apapun dengan tenaga: berburu,
membuat api dengan menggesek batu, dll.

C IRI P RIBADI M ANUSIA P URBA :


1) T ERTUTUP , suka tinggal di gua- gua, tidak menerima orang yang asing, kanibal ( Memangsa
manusia /sesama ). Manusia purba memiliki pribadi yang tertutup karena rendahnya intelektual
mereka, bahkan mereka tidak suka berkomunikasi secara verbal, bahasa mereka lebih cenderung
ke bahasa emosi, sangat mudah tersinggung, sensitif, sedikit mirip dengan hewan.
2) E MOSIONAL , karena kurang menerima dunia luar maka manusia purba lebih mudah marah ,
sangat egois dan suka memfonis berdasarkan kondisi moodnya.
3) B UKAN PEMIKIR tapi lebih suka menghabiskan waktu bersenang- senang dihutan dan bersama
koloninya.
4) M EMBANGUN KEKUATAN SOSIAL DARI KOLONI , mirip srigala, dan koloni merekalah yang
menjadi basis kekuatan.
5) A NTI D IALOG / tidak suka berdiskusi.
6) Ganas/SUKA MENGHAKIMI karena mereka hidup tanpa aturan.
7) Suka membenci
8) C ENDERUNG BERKELOMPOK atar sesama spesies
9) M EMILIKI KETERGANTUNGAN kepada alam
10) Cenderung menggunakan PEMAHAMAN MITIS dalam memahami sesuatu, termasuk gejala alam
11) Budaya: mulai mengenal teknologi bedah otak, memiliki kebiasaan memiliki hewan peliharaan,
kadang memanfaatkan dedaunan sebagai sarana menghirup asap halusinogen/narkoba,
mengadakan pertemuan sosial atau keluarga atau upacara keagamaan
12) Cenderung menyukai daging sebagai makanan
13) Cenderung berburu
14) Memiliki kebiasaan mengawetkan sesuatu, mulai dari makanan sampai mayat manusia

C IRI MANUSIA MODERN :


1) Berpikir terbuka
2) Dialogis
3) Mudah bersahabat
4) Kreatif
5) Berpikir positif,
6) Konstruktif dalam berpikir,
7) Bertanggung jawab,
8) Mudah diajak kerja sama,
9) Bisa menahan marah
10) Cenderung ingin menemukan dan menciptakan teknologi baru
11) Cenderung menggunakan akal dalam memecahkan persoalan
12) Cenderung hidup sebagai masyarakat agraris

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 24


B ERIKUT TABEL MANUSIA PURBA

NO. J ENIS M ANUSIA P URBA C IRI F ISIK


1  Volume otak kira-kira 1100-1400 cc
M ANUSIA H EIDELBERG (J ERMAN )
 Tinggi badan kira-kira 163,3 cm
Nenek moyang Homo neanderthalensis di
 Beberapa spesimen tulang tengkoraknya tebal
Eropa. Ditemukan Dr. Schoetensack pada
1908 di desa Maurer dekat kota Heidelberg  Memiliki tulang tengkorak yang lebih tinggi
di Jerman diperkirakan berusia 600.000- daripada Homo erectus
500.000 tahun yang lalu  Muka besar
 Alis yang bertemu pada satu sisinya, sebagian
ukurannya besar
 Giginya berukuran kecil. Lapisan email gigi
tebal
 Rahang tegak
 Proporsi tubuhnya modern
2  Volume otak sangat besar: 1300-1750 cc
H OMO NEANDERTHAL
 Ukuran tubuh sekitar 165 cm
Ditemukan oleh Rudolf Virchow di Gua
 Suka makan daging
Neanderthal dekat Dusseldorf, Jerman Barat.
Diperkirakan hidup pada pertengahan era  Hidup di daerah stepa dan tundra
Pleistosen, 500.000-50.000 tahun yang lalu.  Tulang tengkorak tipis dan tegak, lebih tinggi
Selain di Eropa, juga ditemukan di Asia daripada Homo erectus
Timur, Asia Barat, dan Asia Tengah  Tulang hidup besar
 Gigi berukuran kecil. Tapi gigi serinya besar
 Bertubuh tegak dan proporsi tubuh manusia
modern
3  Memiliki tengkorak berbentuk kubah dan dahi
M ANUSIA C RO -M ANGON yang lebar
Nama ―Cro-Mangon‖ berasal dari kata
 Kapasitas tengkorak 1600 cc, diatas rata-rata
Prancis ―Abri de Cro-Mangon‖ yang berarti
manusia modern
―tempat penampungan batu Cro-Mangon).
 Tengkoraknya memiliki alis tebal dan
Ditemukan di Gua Cro-Mangon di dekat Les
tonjolan tulang bagian belakang seperti
Eyzies, Prancis barat daya pada 1868.
manusia neanderthal dan homo erectus
Umurnya sekitar 40.000-25.000 tahun yang
lalu. Banyak peninggalannya berupa lukisan-  Struktur dan volume tengkorak mirip ras
lukisan gua di Gua Lascaux dan budaya manusia Afrika dan daerah-daerah tropis
Aurignacian yg berkembang di Prancis dan
selatan dan Jerman
4  Memiliki tulang pipi yang tebal
M EGANTHROPUS PALEOJAVANICUS
 Memiliki otot kunyah yang kuat
 Memiliki tonjolan kening yang mencolok
 Tidak memiliki dagu
 Memiliki perawakan tubuh yang tegap
5  Volume otak berkisar 750-1350 cc
P ITHECANTHROPUS ERECT US
 Tinggi tubuh sekitar 165-180 cm
Ditemukan Von Koenigswald pada 1941
 Mempunyai hidung lebar dan tidak berdagu
 Mempunyai rahang kuat dan geraham besar
 Tonjolan kening tebal dan melintang
sepanjang pelipis
 Berbadan tegap, tapi tidak setegap
Meganthropus

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 25


NO. J ENIS M ANUSIA P URBA C IRI F ISIK
6  Volume otak sudah seperti manusia modern:
H OMO
1450 cc
Homo berarti ―manusia cerdas‖ yakni
 Bentuk tubuh hampir sama dengan manusia
manusia purba paling muda yang
modern
diperkirakan hidup pada 15.000-40.000
 Memiliki kehidupan sederhana
tahun yg lalu. Di Indonesia, jenisnya ada 3
(tiga): Homo soloensis, Homo wajakensis,
dan Homo floresiensis. Ditemukan pertama
kali oleh Von Rietchshoten di desa Wajak
Tulungagung Jawa Timur. Jenis ini diduga
merupakan nenek moyang bangsa Indonesia
yg mendapat pengaruh budaya Bacson-
Hoabinh dari Vietnam. Penemuan
selanjutnya ditemukan Von Koenigswald
(homo soloensis) dan Eugene Debois (homo
wajakensis)

LATIHAN
Buatlah analisis tentang persamaan dan perbedaan fisik dan nonfisik manusia purba dengan manusia
modern dalam tabel komparasi berikut ini.
TABEL 1. PERSAMAAN & PERBEDAAN FISIK
NO. MANUSIA PURBA MANUSIA MODERN
1

TABEL 2. PERSAMAAN & PERBEDAAN NONFISIK


NO. MANUSIA PURBA MANUSIA MODERN

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 26


BAB VIII
KEHIDUPAN MASA PRA-AKSARA DI INDONESIA

Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dapat dibagi ke dalam tiga masa, yaitu masa
berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
CIRI KEHIDUPAN MASYARAKAT PADA MASA PRA AKSARA
K EHIDUPAN
K EADAAN K EBERADAAN T INGKAT
NO M ASA SOSIAL -
L INGKUNGAN MANUSIA TEKNOLOGI
BUDAYA

Hidup berkelompok
dan jumlahnya Menggantu-
Berburu dan Mengutamakan
tidak terlalu Meganthropus, ngkan
mengumpulkan segi praktis sesuai
1 banyak, mereka phite canthropus kehidupannya
makanan tingkat dengan tujuan
selalu berpindah2 erectus, homo. pada kondisi
sederhana penggunaanya.
mencari daerah alam.
baru.
Ada tiga tradisi
Mendiami gua –
Ada dua ras yang pokok pembuatan
gua payung
Berburu dan Hewan yg semula mendiami alat2 yakni tradisi
yang dekat
mengumpulkan bergerak leluasa Indonesia, yakni serpih bilah,
2 dengan sumber
makanan tingkat menjadi lebih Austromelanes- tradisi alat tulang,
air sebagai
lanjut sempit dan terbatas. oid dan dan tradisi kapak
sumber
Mongoloid. genggam
makanan.
Sumatera.
Masyarakat
Masyarakat mulai bergotong
Mendapat
menetap di suatu Masyarakat mahir royong untuk
pengaruh besar
3 Bercocok tanam tempat dan mereka mengasah alat mendirikan
dari ras
mampu mengolah dari batu. rumah dan
mongoloid.
alam. membersihk-an
saluran air.
Kehidupan pada
masa ini penuh
Teknologi pada
rasa setia
masa ini beraneka
kawan. Seni
Masyarakat ragam, yaitu
Sudah mulai ukir dan seni
menghasilkan teknologi
4 Perundagian aktivitas hias diterapkan
bahan makanan peleburan,
perdagangan. pada benda –
sendiri. percampuran,
bemda
penempaan, dan
mengalitik
pencetakan.
mengalami
kemajuan pesat.

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 27


JENIS – JENIS MANUSIA PURBA DI INDONESIA

J ENIS P ENEMU B AGIAN YANG DI T EMPAT T AHUN


TEMUKAN
P ITHECANTHROPUA
Eugene Dobuis Fosil tengkorak Trinil 1890
E RECTUS
M EGANTHROPUS
P ALEOJAVANICUS Ter Haar, dan Von Fosil rahang bawah
ATAU
Ngandong 1936 – 1941
Koenigswald yang sangat besar
H OMO S OLOENSIS
H OMO Perning,
Tjokrohandojo dan Fosil – fosil manusia
M OJOKERTENSIS Mojokerto, dan 1937
Duifjes purba
Sangiran
H OMO W AJAKENSIS Van Reictshotten Fosil tengkorak Wajak 1889

Merupakan perkembangan dari jenis manusia sebelum-nya dan telah


H OMO S APIENS
menunjukkan bentuk seperti manusia pada masa sekarang. Fosil jenis manusia ini
ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.

— Prof. Dr. Teuku


13 buah fosil Sambungmacan
Jacob

KEHIDUPAN AWAL MANUSIA I NDONESIA YANG BERPENGARUH HINGGA KINI

BIDANG
MASA PRAAKSARA MASA HINDU-BUDHA MASA ISLAM
KEHIDUPAN
Masyarakat Indonesia
Kepercayaan masyarakat Masyarakat Indonesia
K EAGAMAAN secara berangsur-Angsur
saat itu adalah animisme secara berangsur-Angsur
memeluk Agama Hindu
dan dinamisme memeluk Agama Islam
dan Buddha
Sistem
pemerintahan kerajaan
dikenalkan oleh orang-
orang India. Dalam sistem
ini, kelompok-kelompok
kecil masyarakat bersatu Sistem pemerintahan yang
dengan kepemilikan bercorak Islam, rajanya
Dalam kehidupan wilayah yang luas. bergelar sultan atau sunan
P OLITIK berkelompok biasanya seperti halnya para wali.
ada seorang pemimpin Kepala suku yang terbaik Jika rajanya meninggal,
didalamnya dan terkuat berhak atas tidak dimakamkan di candi
Tampuk kekuasaan tetapi dimakamkan
kerajaan. Kemudian, secara Islam.
pemimpin ditentukan
secara turun-temurun
berdasarkan hak waris
sesuai dengan Peraturan
hukum kasta

S OSIAL Hidup berkelompok – masyarakat Indonesia Aturan kasta mulai pudar


kelompok dimana proses mengenal aturan kasta, di masyarakat

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 28


BIDANG
MASA PRAAKSARA MASA HINDU-BUDHA MASA ISLAM
KEHIDUPAN
sosialisasi hanya terjadi yaitu: Kasta Brahmana
intern dalam kelompok (kaum pendeta dan para
masing – masing sarjana), Kasta Ksatria
(para prajurit, pejabat dan
bangsawan), Kasta Waisya
(pedagang petani,
pemilik tanah dan prajurit).
Kasta Sudra (rakyat jelata
dan pekerja kasar). Namun,
unsur budaya Indonesia
lama masih tampak
dominan dalam semua
lapisan Masyarakat
Pendidikan Islam
berkembang di pesantren-
Lembaga-lembaga pesanten Islam.
pendidikan semacam sebenarnya, pesantren
asrama merupakan salah telah berkembang
Belum mengenal sistim
satu bukti pengaruh sebelum Islam masuk ke
pendidikan dan segala
Indonesia. Pesantren saat
P ENDIDIKAN pengetahuan yang dari kebudayaan Hindu-
itu menjadi tempat
diperoleh masih berasal Buddha di Indonesia.
pendidikan dan pengajaran
dari pengalaman hidup di Lembaga pendidikan
agama Hindu. Setelah
alam bebas tersebut mempelajari
Islam masuk, mata
satu bidang saja, yaitu pelajaran dan proses
keagamaan. pendidikan pesantren
berubah menjadi
pendidikan Islam.
Pengaruh Hindu-Buddha
pada bahasa adalah dikenal
dan digunakannya bahasa Kosakata bahasa Arab baik
lisan maupn tulisan
S ASTRA DAN Belum ada karya sastra Sanskerta dan huruf mulai banyak digunakan.
B AHASA yang dihasilkan Pallawa oleh masyarakat Hasil karya sastra berupa
Indonesia. Hasil sastra hikayat, babad, suluk dan
berupa kitab – kitab yang syair.
ditulis oleh Mpu Tantular,
Mpu prapanca dan lainnya.
Punden berundak
Masyarakat praaksara merupakan salah Islam telah
telah mendirikan satu arsitektur Zaman memperkenalkan tradisi
bangunan – bangunan Megalitikum. Arsitektur baru dalam teknologi
A RSITEKTUR
yang terbuat dari batu, tersebut berpadu dengan arsitektur seperti masjid
DAN dan istana. Juga
diantaranya : Menhir, budaya India yang
K ESENIAN dolmen, sarkofagus, diperkenalkan dengan seni
mengilhami pembuatan
punden berundak dan bangunan candi yang kaligrafi.
waruga disertai patung induk
berupa arca.

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 29


LATIHAN
Lakukanlah analisis tentang kehidupan awal manusia Indonesia yang tetap dipertahankan atau
berpengaruh hingga kini dan uraikan hasil kajian Anda dalam tabel berikut.

K EHIDUPAN YG TETAP
NO. B IDANG KEHIDUPAN
DIPERTAHANKAN / BERPENGARUH HINGGA KINI

1 K EAGAMAAN / KEPERCA YAAN

2 S OSIAL

3 B UDAYA

4 E KONOMI

5 T EKNOLOGI

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 30


BAB IX
PERADABAN AWAL DUNIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN
PERADABAN MANUSIA MASA KINI

LAHIRNYA PERADABAN
Z AMAN P ERUNGGU ADALAH BAGIAN DARI SISTEM TIGA ZAMAN (Z AMAN B ATU , Z AMAN P ERUNGGU ,
Z AMAN B ESI ) YANG MEMBERI DESKRIPSI SEJARAH PERADABAN KUNO secara efektif bagi beberapa
kawasan dunia. Selama era tersebut—di kawasan-kawasan yang paling subur—berdirilah negara
kota dan peradaban awal mulai berkembang di beberapa bagian dunia. Peradaban-perdaban tersebut
terpusat pada lembah sungai yang subur: sungai Tigris dan Efrat di Mesopotamia, sungai Nil di
Mesir, sungai Indus di Asia Selatan, dan Yangtze serta sungai Kuning di Tiongkok. Peradaban
yang berada di kawasan sungai merupakan peradaban kuat pada masa itu karena air diperlukan untuk
membangun suatu masyarakat agraris. Transportasi juga difasilitasi dengan jalur air, baik melalui
sungai atau laut.

MESOPOTAMIA
Mesopotamia merupakan region di kawasan Hilal Subur, tempat berdirinya beberapa negara kota
pada zaman kuno. Pertemuan sungai Tigris dan Efrat di kawasan tersebut menciptakan tanah yang
subur dan persediaan air untuk irigasi. Peradaban-peradaban yang muncul di sekitar sungai tersebut
merupakan peradaban non-nomadis terkuno yang diketahui sejauh ini. Oleh karena kebudayaan
Sumeria, Akkadia, Asiria, dan Babilonia muncul di daerah tersebut, maka teori yang menyatakan
Mesopotamia sebagai maulid peradaban diakui oleh banyak ilmuwan.
S UMERIA , SALAH SATU PERADABAN YANG BERKEMBANG DI KAWASAN M ESOPOTAMIA
ADALAH PERADABAN KOMPLEKS PERTAMA yang diketahui sejauh ini, berkembang dari beberapa
negara kota pada milenium ke-4 sebelum Masehi. Dalam peradaban inilah tercipta bata, roda,
bajak, dan gerabah untuk pertama kalinya dalam sejarah. Peradaban Sumeria muncul selama periode
Ubaid (6500–3800 SM) dan Uruk (4000–3100 SM). Eridu merupakan situs Sumeria tertua, dihuni
selama awal periode Ubaid. Terletak beberapa mil di sebelah barat daya Ur, Eridu merupakan tempat
perpaduan antara kota kuil di Sumeria (Mesopotamia bagian selatan) dengan permukiman kuno di
wilayah tersebut yang telah ada sejak sekitar 5000 SM.
Bangsa Sumeria bercocok tanam di kawasan sungai Tigris dan Efrat. Surplus pangan memicu
pembagian kerja. Hal ini disebabkan karena tidak semua orang terjun ke bidang pertanian. Akhirnya,
terciptalah strata dalam masyarakat, sehingga terbentuklah piramida sosial. Pada bangsa Sumeria,
raja, pendeta, dan pejabat pemerintahan berada pada puncak piramida. Di bawah mereka terdapat
pegawai, pedagang, petani, dan nelayan. Dasar piramida merupakan tempat bagi para budak. Budak
biasanya merupakan bekas tahanan, narapidana, atau orang yang terlilit hutang.
Di kawasan Mesopotamia, bentuk tulisan terawal, yaitu huruf paku (kuneiform), muncul sekitar
3000 SM. Kuneiform berawal dari sebuah sistem piktograf. Gambar-gambar representasi tersebut
berangsur-angsur menjadi lebih sederhana dan abstrak. Kuneiform ditulis pada sabak tanah liat, dan
hurufnya digambar dengan buluh yang berfungsi sebagai stilus. Dengan dibuatnya tulisan,
administrasi suatu negara besar menjadi lebih mudah. Bagi bangsa Sumeria, hanya anak orang kaya
dan bangsawan saja yang berhak mendapatkan pendidikan baca-tulis. Mereka belajar di tempat yang

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 31


disebut edubba. Hanya anak lelaki yang belajar di edubba saja yang berhak menjabat sebagai kerani
atau juru tulis. Budaya menulis telah menyumbangkan catatan sejarah akan keberadaan peradaban ini.
Salah satu karya tulis tertua di dunia, yaitu wiracarita Gilgamesh, berasal dari peradaban ini.
Pada abad ke-24 SM, Kekaisaran Akkadia berdiri di Mesopotamia. Beberapa abad berikutnya,
awal kerajaan Asiria berdiri, disusul dengan Babilonia.

SUNGAI NIL
Daerah aliran sungai Nil di Afrika Utara merupakan tempat perkembangan peradaban Mesir Kuno.
Sekitar 6000 SM, masyarakat Pra-Kerajaan Mesir (sebelum sistem monarki didirikan di Mesir)
sudah mampu bercocok tanam dan menggembalakan ternak. Usaha komunikasi visual awal dapat
teramati dari simbol-simbol yang terdapat pada gerabah dari Gerzeh, sekitar 4000 SM, yang
menyerupai aksara hieroglif Mesir Kuno. Mortar mulai digunakan sejak 4000 SM, dan tembikar
glasir bening mulai diproduksi sejak 3500 SM. Rumah sakit atau pusat pelayanan medis didirikan
sekurang-kurangnya sejak 3000 SM.
Bukti arkeologis mengindikasikan keberadaan manusia di kawasan barat daya Mesir, dekat perbatasan
Sudan, sekitar 8000 SM. Sejak sekitar 7000–3000 SM, iklim Sahara lebih lembap daripada kini,
sehingga memungkinkan kegiatan bercocok tanam di tanah yang kini telah gersang. Perubahan iklim
setelah 3000 SM menyebabkan proses kegersangan secara berangsur di kawasan tersebut. Sebagai
dampak dari perubahan tersebut, suku-suku kuno penghuni Sahara terdesak untuk pindah ke daerah
sekitar sungai Nil sekitar 2500 SM. Di sana mereka mengembangkan ekonomi agraris serta sistem
masyarakat yang lebih kompleks. Suku yang sudah sejak lama mendiami pinggiran sungai Nil juga
telah mengembangkan masyarakat mereka secara mandiri. Hewan ternak sudah diimpor dari Asia
antara 7500 SM sampai 4000 SM.
Bangsa Mesir Kuno dikenal karena sejumlah prestasi dan penemuan dalam sejarahnya, di antaranya
pembangunan piramida kolosal mereka, ilmu bedah kuno, ilmu matematika, dan transportasi
dengan perahu. Kebangkitan dinasti-dinasti Mesir dimulai setelah bersatunya Mesir Hulu dan Hilir
sekitar 3200 SM, dan berakhir sekitar tahun 340 SM, saat dimulainya kuasa Dinasti Akhemeniyah
atas wilayah Mesir. Kerajaan Mesir dipimpin oleh penguasa monarki bergelar firaun. Pada puncak
kejayaannya, kerajaannya terbentang dari delta sungai Nil hingga gunung Jebel Barkal di Sudan.
Masyarakat Mesir Kuno bergantung pada keseimbangan sumber daya alam dan manusia, terutama
irigasi sungai Nil yang membantu pertanian mereka. Bangsa ini dikenal sebagai pengguna tulisan
hieroglif, pembangun piramida, kuil, dan pemakaman bawah tanah, serta pengguna kereta perang
sebagai pendukung kekuatan militernya. Ada perbedaan besar pada kelas dalam masyarakatnya.
Sebagian besar anggota masyarakatnya merupakan petani namun mereka tidak berhak atas hasil
pertanian yang mereka usahakan. Hasil pertanian merupakan milik negara, kuil, atau keluarga
bangsawan yang memiliki lahan pertanian. Perbudakan juga ada, namun aplikasinya pada
masyarakat Mesir Kuno masih belum jelas.

LEMBAH SUNGAI INDUS


Peradaban Lembah Sungai Indus atau Peradaban Harappa terjadi sekitar 3300 SM, dan tahap-tahap
permulaannya terjadi pada masa sebelum 4000 SM. Peradaban tersebut berpusat pada kawasan sekitar
sungai Indus (sebagian besar merupakan wilayah Pakistan, dan sebagian kecil merupakan wilayah
Afganistan, Iran, dan India), terbentang ke timur sampai lembah sungai Ghaggar-Hakra dan
hulunya mencapai doab Gangga-Yamuna; peradaban tersebut terbentang ke barat sampai pesisir
Makran di Balochistan, ke utara sampai Afghanistan Tenggara dan ke selatan sampai Daimabad di
Maharashtra. Perkembangan peradaban tersebut terbagi dalam beberapa tahap dan menandai
pembangunan kota-kota di anak benua India. Di kawasan peradaban itulah kegiatan pertanian pertama
di Asia Selatan terjadi. Gandum, jelai, dan jujuba dibudidayakan sekitar 9000 SM; budi daya domba

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 32


dan kambing menyusul kemudian. Budidaya jelai dan gandum—juga usaha peternakan, terutama
domba dan kambing—berkembang di Mehrgarh sekitar 8000–6000 SM. Pada periode tersebut juga
terjadi domestikasi gajah. Sekitar milenium ke-5 SM, masyarakat agraris tersebar di kawasan
Kashmir.
Di situs pemakaman dari zaman peradaban ini ditemukan barang-barang yang sudah bisa diproduksi
pada masa tersebut, yaitu: keranjang, peralatan dari batu dan tulang, kalung, rantai, dan anting-
anting. Pernak-pernik dan ornamen kulit kerang, batu kapur, batu pirus, lapis lazuli, batu pasir,
dan tembaga juga ditemukan.
Dalam peradaban ini, beberapa kota besar berkembang, di antaranya: Harappa (3300 SM),
Dholavira (2900 SM), Mohenjo-Daro (2500 SM), Lothal (2400 SM), dan Rakhigarhi, serta lebih
dari 1000 kota kecil dan desa. Perkotaan pada masa peradaban tersebut dikenal dengan arsitekturnya
yang dibangun dari bata, memiliki sistem drainase pinggir jalan, dan perumahan bertingkat.
Kota-kota besar tersebut luasnya sekitar satu mil, dan jarak yang jauh antara satu kota dengan kota
lainnya kemungkinan besar merupakan tanda sentralisasi politik, baik dalam bentuk dua negara kota,
atau imperium tunggal dengan ibu kota alternatif, atau mungkin Harappa menggantikan Mohenjo-
Daro, yang diketahui pernah hancur akibat banjir bandang tidak hanya sekali. Peradaban lembah
sungai indus juga dikenal akan penggunaan pecahan desimal pada sistem pengukuran kuno.
Pada akhir milenium ke-1 SM, perkembangan peradaban lembah sungai Indus memasuki periode
Weda, menurut estimasi masa penyusunan Regweda (sekitar 1700 SM hingga 1100 SM), kumpulan
himne keagamaan yang menjadi fondasi bagi agama Hindu dan aspek kultural lainnya pada
masyarakat India awal. Rentang waktu periode ini tidak diketahui dengan pasti, dan masa berakhirnya
diperkirakan sekitar abad ke-6 SM. Pada periode tersebut sudah ada religi yang menjadi perintis bagi
agama Hindu seperti yang dikenal pada masa kini.

LEMBAH SUNGAI KUNING


Kebudayaan awal Tiongkok bermula tidak jauh dari kawasan sungai Kuning (serta sungai
Yangtze) karena di sekitar kawasan tersebut banyak ditemukan peninggalan prasejarah Tiongkok.
Kebudayaan Neolitik tertua yang ditemukan di Tiongkok di antaranya Pengtoushan (sungai
Yangtze) dan Peiligang (sungai Kuning); semuanya bermula sejak sekitar 7000 SM atau sebelum
itu. Masa Kebudayaan Pengtoushan sulit dipastikan dan hasil perhitungan bervariasi antara 9000 SM
sampai 5500 SM; di situs kebudayaan tersebut ditemukan sisa-sisa beras yang berasal dari masa 7000
SM.
Di situs purbakala Jiahu ditemukan beberapa bukti pembudidayaan padi. Penemuan penting lainnya
di Jiahu adalah seruling kuno, berasal dari masa 7000 SM sampai 6600 SM. Peiligang merupakan
salah satu kebudayaan tertua di Tiongkok yang memproduksi gerabah. Baik Pengtoushan maupun
Peiligang mengembangkan budi daya jawawut, peternakan, penyimpanan dan distribusi pangan.
Bukti arkeologis juga mengindikasikan keberadaan pengrajin dan pegawai pada masa kebudayaan
Neolitik tersebut.
Piktograf yang diduga sebagai perintis sistem tulisan bahasa Tionghoa berasal dari masa yang
setua kegiatan pertanian dan peternakan di Tiongkok. Di Jiahu ditemukan sejumlah piktograf yang
dikenal sebagai simbol Jiahu. Piktograf tersebut tidak dianggap sebagai sistem tulisan seutuhnya,
melainkan simbol-simbol yang mengawali penciptaan sistem tulisan. Di Damaidi, Ningxia, terdapat
ribuan ukiran pada tebing yang berasal dari masa 6000–5000 SM, menampilkan 8000-an piktograf
menyerupai matahari, bulan, bintang, dewa-dewi, dan adegan perburuan dan peternakan. Piktograf
tersebut mirip dengan huruf Tionghoa Kuno yang diketahui selama ini.
Masa kebudayaan Peiligang tergantikan oleh masa kebudayaan Yangshao (sekitar 5000–3000 SM).
Pengaruh kebudayaan tersebut meliputi kawasan Tiongkok Utara. Kebudayaan tersebut tergantikan
oleh kebudayaan Longshan sekitar 2500 SM. Pada situs arkeologis seperti Sanxingdui dan Erlitou,

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 33


terdapat bukti peradaban Zaman Perunggu di Tiongkok. Pisau perunggu dalam bentuk terkuno dari
masa 3000 SM ditemukan di situs Majiayao di provinsi Gansu dan Qinhai.
Menurut catatan sejarah Tiongkok, Sungai Kuning digunakan sebagai irigasi sekitar 2200 SM oleh
Yu yang Agung, perintis Dinasti Xia yang semi-mitologis. Dinasti Xia (sekitar 2100 SM hingga
1600 SM) adalah dinasti pertama yang disebutkan dalam catatan sejarah Tiongkok, di antaranya
Catatan Sejarah Agung oleh Sima Qian dan Sejarah Bambu.
Meskipun ada perdebatan mengenai eksistensi dinasti tersebut, ada beberapa bukti arkeologis yang
mengacu pada keberadaannya. Sima Qian menyatakan bahwa dinasti tersebut didirikan sekitar 2200
SM, namun tanggal tersebut tidak cukup meyakinkan. Kini banyak arkeolog yang menghubungkan
keberadaan Dinasti Xia dengan penggalian di provinsi Henan, tempat penemuan perabot perunggu
dari masa 2000 SM.
Dinasti historis pertama yang diakui keberadaanya adalah Dinasti Shang, berdiri sekitar 1500 SM.
Bukti arkeologis mengenai keberadaan Dinasti Shang berupa artefak perunggu dan tulang orakel,
yaitu cangkang kura-kura atau tulang lemusir sapi yang ditulisi simbol-simbol aksara Tiongkok
Kuno, ditemukan di lembah Huang He di Yin, ibu kota Dinasti Shang.
Cangkang kura-kura peninggalan Dinasti Shang berasal dari masa 1500 SM, dihitung menurut teknik
penanggalan radiokarbon. Dinasti Shang digantikan oleh Dinasti Zhou, sekitar abad ke-11 SM.
Masa akhir Dinasti Zhou merupakan masa kelahiran dua filsuf masyhur Tiongkok, yaitu Kong Hu
Cu (pendiri Konfusianisme), dan Laozi (pendiri Taoisme).

YUNANI KUNO
Di Gua Franchthi di Peloponesia, sebelah tenggara Argolid, terdapat bukti mengenai kegiatan
pertanian purbakala di Yunani. Sejak sekitar 11.000 SM, budi daya biji-bijian, kacang-kacangan, dan
serealia terjadi pada masa yang sama, sementara haver dan jelai muncul sekitar 10.500 SM,
sedangkan ercis dan pir sejak sekitar 7300 SM.
Permukiman Neolitik tersebar di seluruh Yunani, dengan kegiatan meliputi pertanian dan produksi
gerabah. Situs terkemuka seperti Sesklo dan Dimini, sudah memiliki jalan dan alun-alun. Hal
tersebut menjadikannya contoh tata ruang kota purbakala di daratan Eropa. Situs penting lainnya yaitu
Dispilio, tempat penemuan sabak kuno dengan guratan-guratan seperti tulisan kuno.
Peradaban Minoa merupakan peradaban Zaman Perunggu pertama di kawasan Yunani. Peradaban
tersebut muncul di pulau Kreta dan berkembang sekitar 2700 SM sampai 1500 SM, namun awal
perkembangannya terjadi pada masa jauh sebelum itu. Pulau Kreta mulai dihuni oleh manusia
sekurang-kurangnya sejak 128000 SM, selama zaman Paleolitik Madya.
Tanda-tanda kegiatan pertanian yang lebih canggih, sebagai awal suatu peradaban, muncul sekitar
5000 SM. Keberadaan peradaban tersebut sempat terlupakan, sebelum ditemukan pada awal abad ke-
20 oleh arkeolog Inggris, Sir Arthur Evans. Will Durant memandang peradaban tersebut sebagai
"mata rantai pertama pada untaian (sejarah) Eropa."
Peradaban Mikene berkembang di seberang utara Kreta sejak sekitar 1600 SM, ketika kebudayaan
Helladik di Yunani daratan bertransformasi di bawah pengaruh kebudayaan Minoa dari Kreta. Tidak
seperti masyarakat Minoa yang mengandalkan perdagangan, masyarakat Mikene lebih menyukai
penaklukan. Peradaban Mikene didominasi oleh aristokrasi kesatria.
Sekitar 1400 SM, bangsa Mikene memperluas jangkauan kekuasaan mereka ke Kreta, pusat
peradaban Minoa (yang pada masa itu mengalami bencana letusan Santorini), dan mengadopsi suatu
bentuk aksara Minoa yang disebut Linear A untuk menuliskan bahasa Yunani Kuno; aksara yang
dikembangkan pada masa peradaban Mikene kemudian disebut Linear B. Legenda Yunani
menyebutkan bahwa bangsa Mikene tidak hanya menaklukkan Minoa, tetapi juga negara kota Troya,

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 34


disebutkan dalam wiracarita Illiad sebagai saingan kekuasaan Mikene. Karena satu-satunya catatan
sejarah konflik tersebut adalah Iliad karya Homeros, maka sejarah Troya dan Perang Troya belum
bisa dipastikan. Tahun 1876, arkeolog Jerman Heinrich Schliemann menemukan reruntuhan di
Hissarlik, termasuk kawasan Asia Minor sebelah barat (kini wilayah Turki) dan mengklaimnya
sebagai bekas kota Troya. Kepastian mengenai lokasi tersebut sebagai Troya seperti yang dituturkan
oleh Homeros masih diperdebatkan.
Kebudayaan Yunani memiliki pengaruh besar pada peradaban-peradaban Eropa yang muncul di
kemudian hari, terutama peradaban Romawi. Bangsa Yunani mengembangkan konsep yang kini
dikenal sebagai negara kota, atau polis.
Kata "politik" berasal dari konsep tersebut, yang secara harfiah berarti segala hal menyangkut polis.
Ada banyak polis pada masa Yunani Kuno; beberapa yang terkemuka di antaranya: Athena, Sparta,
Korintus, dan Thebes. Kota-kota tersebut tidak memiliki hubungan intens satu sama lain, karena
bentang alam Yunani yang didominasi pegunungan dan banyak pulau.
Apabila suatu kota tidak lagi memiliki cukup pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh
penduduknya, maka beberapa orang keluar dari kota tersebut untuk mendirikan kota baru. Kota baru
itu dikenal sebagai koloni. Tiap kota bersifat mandiri dan diperintah langsung oleh seseorang di kota
tersebut. Koloni-koloni juga menjalin hubungan dengan kota asal mereka demi perlindungan. Ketika
daratan Yunani terancam perang (contohnya saat melawan kekaisaran Persia), terjadi persekutuan
antarnegara-kota untuk menanggapi ancaman tersebut. Selain itu juga dapat terjadi perang antara
negara kota yang berbeda.

AWAL RELIGI
Saat peradaban berkembang menuju bentuk yang lebih kompleks, demikian pula yang terjadi pada
agama, dan bentuk terawal dari ragamnya tampak dimulai pada periode tersebut. Benda-benda alam
seperti Matahari, Bulan, Bumi, langit, dan laut kerap didewakan. Ruangan suci didirikan, dan
berkembang menjadi pembangunan kuil, lengkap dengan hierarki kependetaan dan jabatan lainnya
yang kompleks.
T IPIKAL ZAMAN N EOLITIK ADALAH KECENDERUNGAN UNTUK MEMUJA DEWA - DEWI ANTROPOMORFIS .
Berdasarkan ekskavasi di kompleks kuil Göbekli Tepe ("Bukit Perut Gendut") di Turki selatan yang
berdiri sejak 11.500 tahun yang lalu, para arkeolog berpikir bahwa keberadaan agama mendahului
Revolusi Pertanian daripada muncul setelah revolusi itu dimulai, sebagaimana diasumsikan pada
umumnya.
Bangsa Mesir merupakan salah satu bangsa tertua yang memiliki religi dan menganut tradisi
politeisme. Dewa Mesir yang utama di antaranya: Ra, Osiris, Horus, dan Anubis. Salah satu kitab
tertua bangsa Mesir Kuno, sekaligus teks keagamaan kuno yang masih lestari adalah Teks Piramida,
koleksi teks yang dibuat sekitar tahun 2400–2300 SM.
Pada periode Kerajaan Pertengahan Mesir, tepatnya pada pemerintahan Akhenaten (sekitar 1350
SM), bangsa Mesir menganut tradisi pemujaan satu dewa yang disebut Aten; tradisi itu dikenal
sebagai Atenisme. Sebelumnya Aten dikenal sebagai aspek dari Ra, Dewa Matahari; catatan terkuno
mengenai Aten ditemukan dalam Kisah Sinuhe dari periode Dinasti kedua belas Mesir. Aten
menjadi dewa yang dipuja secara eksklusif pada masa pemerintahan Akhenaten. Setelah
pemerintahannya berakhir, bangsa Mesir beralih kembali kepada tradisi politeisme mereka.
Di Mesopotamia, para raja dianggap sebagai tangan kanan Tuhan (teokrasi) sehingga mereka
berperan sebagai pemimpin politik sekaligus spiritual. Di sebelah barat Mesopotamia, meliputi
Kanaan, merupakan tempat tinggal bagi berbagai bangsa kuno, seperti Fenisia, Het, Filistin, Aram,
dan Yahudi. Mereka menyembah berbagai dewa-dewi, yang terkemuka di antaranya: Asyera,
Asytoret, dan Baal. Selain itu, setiap suku memuja dewa tersendiri yang merupakan pelindung bagi

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 35


sukunya. Menurut teori yang dikemukan Sigmund Freud, pengikut atenisme keluar dari Mesir dan
menetap di Kanaan, berbaur dengan bangsa asli di sana dan membentuk kepercayaan Yahudi yang
monoteistik secara berangsur-angsur.
Selama pembuangan bangsa Yahudi di Babilonia (Mesopotamia) antara abad ke-6 dan ke-5 SM,
munculah gagasan untuk menetapkan konsep monoteisme, kenabian, dan hukum Tuhan.
Kepercayaan bangsa Yahudi merupakan konsep yang baru sama sekali pada masa itu, tidak seperti
bangsa di sekeliling mereka yang mewujudkan pujaan dalam bentuk patung-patung. Bagaimanapun,
mitologi Mesopotamia mempengaruhi pembentukan kepercayaan Yahudi, seperti mitos penciptaan
Adam dan mitos air bah.
Pemujaan terhadap personifikasi alam seperti Agni (api), Baruna (laut), dan Dyaus Pita (langit)
terjadi di India sekitar milenium ke-1 SM. Tradisi ini berkembang menjadi agama Weda Kuno atau
Brahmanisme. Di samping tradisi tersebut, ada tradisi berbeda yang disebut Samana, yang lebih
menekankan meditasi dan tapa brata. Tradisi ini menekankan pemahaman akan hakikat diri,
pencerahan melalui pengalaman, dan tidak terikat pada masyarakat; berbeda dengan kaum brahmana
dari tradisi Brahmanisme yang lebih menekankan pelaksanaan ajaran pustaka suci dan
penyelenggaraan ritual. Di kemudian hari, Brahmanisme berkembang menjadi Hinduisme serta
berbagai sekte di dalamnya, sementara Samana melahirkan Buddhisme dan Jainisme.
Di Asia Timur, manusia mulai menyadari harmonisasi alam, menghormati para leluhur yang
mewariskan kesejahteraan pada mereka, dan mulai memahami hakikat dirinya. Hal itu memicu
kemunculan berbagai filsafat, di antaranya adalah Taoisme dan Konfusianisme.

ZAMAN POROS
Zaman Poros, menurut filsuf Jerman, Karl Jaspers, adalah zaman saat pemikiran revolusioner
bermunculan di Tiongkok, India, Persia, dan Dunia Barat selama rentang waktu antara abad ke-8
hingga ke-2 SM. Pada zaman itu terjadi perkembangan gagasan filosofis dan religius secara
transformatif di berbagai belahan dunia dan kebanyakan terjadi secara independen.
Di India terjadi perkembangan tiga agama: Hinduisme, Buddhisme, dan Jainisme. Hinduisme masa
kini merupakan perkembangan dari Brahmanisme (1500–500 SM) atau "Agama Weda Pra-Hindu",
dan penyusunan Regweda (kitab suci tertua bagi umat Hindu, bagian dari empat Weda) diduga
terjadi pada masa 1100 SM. Penyusunan Upanishad, yaitu suplemen bagi kitab Weda diduga terjadi
pada masa 900–800 SM.
Pada abad ke-6 SM, di India Utara, Siddhartha Gautama dari suku Sakya menyebarkan
Buddhisme atau agama Buddha yang merupakan bagian dari tradisi Samana, paralel namun berbeda
dengan pelopor Hinduisme. Sebagaimana Hinduisme, ajaran Buddha juga mengenal karma,
reinkarnasi, dan ahimsa, namun menolak keberadaan Tuhan dan sistem kasta. Pada abad ke-5 SM,
bagian lain dari Samana, yaitu Jainisme disebarkan oleh Mahavira. Pendahulunya adalah Pārśva
(abad ke-9 SM), yang juga merupakan pemimpin Jainisme menurut umat Jaina. Seperti agama
Buddha, Jainisme juga menolak keberadaan Tuhan. Di antara ketiga agama tersebut, Hinduisme
mendominasi India, sedangkan Buddhisme lebih berkembang di Asia Timur dan Tenggara,
sementara Jainisme menjadi agama minoritas.
Di Asia Timur, tiga perguruan filsafat telah mendominasi pemikiran bangsa Tionghoa hingga masa
kini. Ketiganya adalah Legalisme (abad ke-8 SM), Taoisme (abad ke-6 SM), dan Konfusianisme
(abad ke-6 SM). Legalisme adalah filsafat yang lebih mengutamakan sistem hukum daripada
pemikiran tinggi seperti alam dan tujuan kehidupan. Sementara itu, Taoisme mengajarkan
keharmonisan antara manusia dengan alam, diprakarsai oleh Laozi dan ajarannya terangkum dalam
Daode Jing.

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 36


Meskipun hidup pada abad ke-6 SM, ada dugaan bahwa Daode Jing disusun pada masa antara abad
ke-4 hingga ke-3 SM. Ajaran Khonghucu (Konfusianisme) yang digagas Kong Hu Cu, yang di
kemudian hari memperoleh dominansi, mencari moralitas politis tidak untuk paksaan melainkan
untuk kekuatan dan keteladanan tradisi. Ajaran Khonghucu menyebar ke semenanjung Korea
hingga kepulauan Jepang yang masih menganut syamanisme dan kepercayaan tradisional lainnya.
Serikat Yesus di Tiongkok pada abad ke-16 dan ke-17 memandang Konfusianisme sebagai suatu
sistem etis, bukan agama, sehingga tidak akan bertentangan dan akan sejalan dengan agama Kristen.
Meskipun demikian, penghormatan leluhur di Tiongkok oleh beberapa kelompok dipandang
bertentangan dengan ajaran Kristen sehingga kini pelaksanaannya tidak dianjurkan lagi bagi orang
Kristen Tionghoa.
Di Asia Barat, terjadi awal pemikiran monoteisme di Kanaan dan Persia. Di Kanaan, bangsa Yahudi
memuja satu Tuhan yang disebut Yahweh. Sementara itu, monoteisme di Persia Kuno mengenal
konsep ketuhanan Yang Maha Esa, dengan sebutan Ahura Mazda. Ahura Maza memiliki oposisi yang
disebut Angra Mainyu, roh perusak, manifestasi dari kegelapan dan kejahatan. Di Mediterania, tradisi
filosofis bangsa Yunani Kuno yang direpresentasikan oleh Sokrates, Plato, dan Aristoteles, tersebar di
sepanjang Eropa dan Timur Tengah pada abad ke-4 SM karena penaklukkan yang dilakukan oleh
Aleksander III dari Makedonia, lebih dikenal sebagai Aleksander Agung.

LATIHAN
1. Bagaimana awal mula munculnya peradaban manusia?
2. Sebutkan peradaban apa saja di dunia yang termasuk Peradaban Kuno! Sebutkan bersama sebutan
peradaban pesisirnya!
3. Berikan deskripsi tentang peradaban-peradaban kuno dunia berikut ini:

NO. NAMA PERADABAN SEBUTAN PESISIR PERKIRAAN BENTUK TEKNOLOGI


TAHUN

1 M ESOPOTAMIA L EMBAH S UNGAI


T IGRIS DAN
E UFRAT

2 I NDIA L EMBAH S UNGAI


I NDUS

3 T IONGKOK , C INA L EMBAH S UNGAI


K UNING

4 Y UNANI , E ROPA

LKS Sejarah Peminatan – Untuk kelas X Hal. 37

Anda mungkin juga menyukai