Segala puji hanya untuk Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusunan Laporan Kunjungan Benteng Vredeburg ini dapat terselesaikan
tanpa adanya hambatan apapun. Laporan ini berisikan tentang beberapa informasi
mengenai Benteng Vredeburg di kawasan Jl. Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Kec.
Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122 yang saya kunjungi
bersama kawan-kawan SDIT Az Zahra 1 Sragen beberapa hari yang lalu.
Karya tulis ini dilengkapi dengan gambar-gambar dan informasi dari obyek-obyek yang telah
kami kunjungi. Sebagai tanda bukti bahwa saya telah mengunjungi museum tersebut.
Upaya penyusunan acara ini tidak lepas dari bantuan dan arahan dari berbagai pihak, maka
kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.Team guru SDIT Az Zahra yang sudah memberikan kesempatan untuk mengunjungi
Benteng Vredeburg.
2.Ustadz-ustadzah yang membantu dan memberi tata cara penulisan laporan tersebut.
3.Teman teman yang telah membantu mencatat peristiwa- peristiwa yang ada di dalam
Benteng Vredeburg.
Dalam penulisan Laporan ini saya menyadari masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu
dibutuhkan kritik dan saran, demi kesempurnaan laporan ini. Mudah-mudahan laporan ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
d. Metode
e. Waktu dan Tempat
Bab II Pembahasan
a. Persiapan
b. Kegiatan Kunjungan
c. Sejarah Singkat Benteng Vredeburg
d. Profil dan Koleksi Benteng Vredeburg
1. Latar Belakang
Kini siswa/i lebih mudah mengenali dan kritis untuk menafsirkan kejadian-kejadian
masa silam, berdasarkan rekaman zamannya. Tentunya, pembacaan itu akan
membuahkan hasil belajar yang baik apabila dibekali berbagai pengetahuan (konsep)
temtang perjuangan rakyat Indonesia di masa penjajahan.
Tanpa mengetahui sumber sejarah, sering kali mahasiswa terpaku pada tafsir sejarah
yang telah dibuat demikian baik oleh penulis buku teks, padahal kita dapat dengan tegas
mengoreksi berbagai pandangan yang orang-orang tuliskan dalam bukunya. Begitulah
yang kita miliki, kebebasan berpikir dan berinterpretasi terhadap suatu peristiwa ketika
mengakses secara langsung atau mengetahui sumber sejarah pertama (primer).
Melalui penulisan laporan kunjungan ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran
pentingnya pengetahuan sejarah di kalangan masyarakat kini. Maka marilah kita lebih
mengenal harta karun sejarah yang ada di Monumen Pers Nasional.
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pentingnya pengetahuan perjuangan rakyat Indonesia di masa
penjajahan?
2) Apa peran Benteng Vredenburg Nasional di lingkup warga surakarta dan nasional?
3) Apa solusi yang dapat diberikan untuk menghadapi luputnya wawasan kesejarahan
dalam masyarakat?
3. Tujuan
1) Mengenang perjuangan bangsa Indonesia.
2) Sebagai tempat penyimpanan persenjataan / alat alat dalam masa penjajahan.
3) Memperoleh ilmu dan memperluas wawasan mengenai perjuangan Bangsa
Indonesia untuk memerjuangkan kemerdekaan.
4. Metode
Metode yang digunakan dalam tahap penulisan Laporan Kunjungan ini berupa
mengamati referensi atau catatan catatan dan gambar gambar yang telah disediakan
oleh Benteng Vredeburg.
5. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Selasa, 13 September 2022
Pukul : 10.00-12.00 WIB
Tempat : Benteng Vredeburg Jl. Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Kec.
Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122
6. Peserta
Peserta yang ikut menghadiri kunjungan ini adalah Siswa dan siswi SDIT Az Zahra 1
Sragen
BAB II
Pembahasan
1. Persiapan
Beberapa persiapan yang kami lakukan sebelum berangkat ke Benteng Vredenburg,
adalah:
a. Check-in peserta (siswa/i)
b. Doa bersama
c. Pengarahan dari Guru dan Biro Pariwisata
d. Foto bersama
2. Kegiatan Kunjungan
Saat menginjakkan kaki di lokasi untuk yang pertama kalinya bagi saya. Berjalan
memasuki gapura selamat datang yang terletak di depan gedung Benteng Vredeburg.
Secara visual, gedung tersebut terlihat bersih dan tertata rapi sejak awal
memasukinya, berawal dari Diorama 1, yang didalam Diorama 1 menceritakan sejarah
tentang perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajah, lahirnya Budi Utomo, lahirnya
Sumpah Pemuda, Kongres Perempuan Indonesia I, Kongres Jong Java di Yogyakarta,
Berdirinya Tamansiswa, penobatan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan masuknya bala
tentara jepang ke Yogyakarta.
Dilanjutkan oleh memasuki Diorama 2 yang menggambarkan peristiwa sejarah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia sampai dengan Agresi Militer Belanda di Indonesia.
Dan dilanjutkan ke diorama 3 kita disambut dengan lukisan pahatan besar dinding yang
terbuat dari kayu. Lukisan tersebut sangat indah dan memiliki bentuk yang bagus. Lukisan
tersebut menggambarkan tentang keaadaan rakyat Indonesia dulu ketika pada jaman
penjajahan. Selanjutnya kita masuk ke Diorama 4 yang menggambarkan peristiwa sejarah
pada saat periode Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai masa Orde Baru.
3. Sejarah singkat berdirinya Benteng Vredeburg
Saat menginjakkan kaki di lokasi untuk yang pertama kalinya bagi saya. Berjalan
memasuki gapura selamat datang yang terletak di depan gedung Benteng Vredeburg.
Secara visual, gedung tersebut terlihat bersih dan tertata rapi sejak awal
memasukinya, berawal dari Diorama 1
.
Sejarah singkat Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg adalah salah satu museum perjuangan yang ada di
Yogyakarta. Terletak di kawasan nol kilometer pusat kota Yogyakarta. Latar belakang
sejarah Kota Yogyakarta baik sebagai ibukota Kasultanan Yogyakarta dan ibukota NKRI
tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Benteng Vredeburg. Museum tersebut sangat cocok
sebagai tempat wisata khususnya masyarakat Indonesia sendiri supaya mengetahui
gambaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Dengan
mengunjungi museum benteng Vredeburg diharapkan mampu memunculkan rasa
nasionalisme bagi generasi penerus bangsa. Oleh karena itu museum benteng vredeburg
sampai saat ini masih tetap dijaga kelestariannya dan tetap dirawat dengan baik, karena
memiliki peran penting sebagai tempat pendidikan bagi negara.
Museum benteng Vredeburg dikelilingi oleh bangunan-bangunan kuno peninggalan jaman
Belanda seperti Gedung Agung (bekas rumah residen), gereja Ngejaman (GPIB
Margamulya), bekas Senisono (menyatu dengan Gedung Agung), kantor BNI 1946, kantor
Pos, kantor Bank Indonesia dan Societeit Militaire. Benteng vredeburg dibangun oleh Sri
Sultan Hamengkubuwana I atas permintaan pihak Belanda yang daat itu dipimpin oleh
Nicholaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur Direktur Pantai Utara Jawa pada tahun
1760. Pihak Belanda meminta Benteng ini dibangun untuk menjaga keamanan keraton,
tetapi sebenarnya tujuan utamanya yaitu untuk memudahkan pengawasan pihak Belanda
sendiri terhadap segala kegiatan yang dilakukan pihak keraton Yogyakarta. Pertama
dibangun benteng tersebut masih sangat sederhana temboknya pun hanya terbuat dari
tanah, tiang-tiangnya terbuat dari kayu pohon kelapa dan aren, dan atapnya pun hanya
terbuat dari ilalang. Bangunan tersebut dibangun dengan bentuk bujur sangkar yang di
keempat ujungnya dibangun seleka atau bastion. Oleh Sri Sultan HB IV, keempat sudut itu
diberi nama Jaya Wisesa (sudut barat laut), Jaya Purusa (sudut timur laut), Jaya
Prakosaningprang (sudut barat daya), dan Jaya Prayitna (sudut tenggara).
Pada tahun 1767 atas perintah gubernur Belanda yang bernama W.H Ossenberg benteng
Vredeburg dibangun lebih permanen dengan alasan supaya keamanan keraton lebih
terjamin. Proses pembangunan tersebut cukup lama yaitu memakan waktu 20 tahun, selesai
pada tahun 1787 dibawah pengawasan arsitek Belanda bernama Ir. Frans Haak. Nama
benteng Vredeburg kemudian diganti dengan nama Rustenburg yang artinya
“peristirahatan”. Akan tetapi benteng itu runtuh pada tahun 1867 ketika terjadi gempa yang
hebat di Yogyakarta. Kemudian setelah runtuh dibangun kembali dan berganti nama menjadi
“Vredeburg” yang artinya perdamaian. Pemabngunan tersebut dianggap sebagai simbiol
perdamaian antara Belanda dengan Keraton.
Secara historis, sejak awal pembangunan hingga saat ini, terjadi beberapa kali perubahan
status kepemilikan dan fungsi benteng. Namun sejak tahun 1992 sampai sekarang,
berdasarkam SK Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan No. 0475/0/1992 tanggal 23 November
1992, secara resmi Museum Bneteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan
Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yoyakarta. Kemudian tanggal 5
September 1997, dalam rangka peningkatan fungsionalisasi museum, Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta mendapat limpahan untuk mengelola museum Perjuangan
Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta berdasarkan SK Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor: KM. 48/OT. 001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003.
Dalam pelayanannya kepada masyarakat, museum Benteng Vredeburg tidak lepas dari
unsur-unsur pendidikan karena pada dasarnya museum memiliki dua fungsi yaitu sebagai
rekreasi sekaligus tempat pendidikan. Informasi tentang kesejarahan, kebudayaan dan nilai-
nilai luhur kejuangan disampaikan kepada generasi muda dalam nuansa edutainment, yang
berasal dari kata education dan entertainment.
Demikianlah, Benteng Vredeburg yang sekarang menjadi Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta telah melekat dengan Kota Yogyakarta. Latar belakang sejarah Kota Yogyakarta
baik sebagai ibukota Kasultanan Yogyakarta dan ibukota NKRI tidak dapat dipisahkan
dengan sejarah Benteng Vredeburg Yogyakarta. Pelestarian Benteng Vredeburg sebagai
museum bukan berarti pengagungan simbol kejayaan kolonial. Akan tetapi tujuannya untuk
mendapatkan fungsi baru yang dapat memberikan informasi dan aspirasi perjuangan
nasional bagi generasi mendatang.
2.
3.
Lokasi : Perempatan Tugu, Jetis, Yogyakarta
Waktu : 6 Maret 1942
Adegan : Pasukan Jepang memasuki Kota Yogyakarta dari arah timur (Jl. Solo)
kemudian mengarah ke selatan menuju Gedung Agung
4.
Lokasi : Dalem Joyodipuran, Jl. Kintelan 139 (sekarang Jl. Brigjen Katamso 23
Yogyakarta)
Waktu : Tanggal 25 s.d. 31 Desember 1928
Adegan : Pelaksanaan kongres Jong Java di Dalem Joyodipuran Yogyakarta.
6.
Lokasi : Kauman, Gondomanan Yogyakarta
Waktu : 18 November 1912
Adegan : Kyai Haji Ahmad Dahlan sedang menyampaikan gagasannya dalam pertemuan
saat diputuskan berdirinya Organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta
7.
8.
Lokasi : Jl. Tanjung No. 32 (sekarang Jl. Gadjah Mada No. 32) Yogyakarta
Waktu : Tanggal 3 Juli 1922
Adegan : Ki Hadjar Dewantara sedang menyampaikan gagasannya pada saat
dicetuskannya berdirinya National Onderwijs Instituut TamansiswaLokasi Papan Baca
9.
Lokasi : Ruang Makan Kweekschool Yogyakarta (SMU 11, Jl. AM. Sangaji
Yogyakarta)
Waktu : 3 - 5 Oktober 1908
Adegan : Sutomo (pelajar STOVIA / School Toot Opleiding van Inlansche Artsen)
menyampaikan gagasannya dalam Kongres Boedi Oetomo yang berlangsung di
Kweekschool Jetis tanggal 3-5 Oktober 1908
10.
11.
B. Diorama 2
Terdiri dari 19 minirama yang menggambarkan peristiwa sejarah Proklamasi Kemerdekaan
sampai dengan Agresi Militer Belanda di Indonesia. Dalam ruang pameran tetap ini
berusaha menyajikan adegan peristiwa – peristiwa yang terjadi di Yogyakarta pada masa
awal kemerdekaan sampai dengan terjadinya Agresi Militer Belanda II. Peristiwa yang
disajikan dalam diorama ini terjadi pada periode saat ibukota negara dipindahkan dari
Jakarta Ke Yogyakarta. Diorama – diorama tersebut antara lain :
12.
Lokasi : Gedung Wilis, Kepatihan, Yogyakarta
Waktu : 19 Agustus 1945
Adegan : Sri Sultan Hamengku Buwono IX sedang memimpin rapat yang dihadiri
oleh para pemimpin berbagai kelompok pemuda di Kepatihan Yogyakarta
13.
14.
15.
Lokasi : Balai Mataram (Senisono, sekarang) Jl. A. Yani Yogyakarta
Waktu : 25 dan 27 November 1945
Adegan : Pesawat RAF (Royal Air Force) Sekutu melakukan terhadap Gedung RRI,
Balai Mataram (Senisono) dan Gedung Sonobudoyo Yogyakarta
16.
17.
18.
Lokasi : Stasiun Tugu Yogyakarta
Waktu : 28 April 1946
Adegan : Bekas tawanan Belanda dan Jepang diangkut dengan kereta api dari
Stasiun Tugu Yogyakarta menuju Jakarta
19.
20.
Lokasi : Markas Besar Umum TKR Yogyakarta, (Sekarang Museum Pusat TNI AD
Dharma Wiratama) Jl. Jenderal Soedirman Yogyakarta
Waktu : 5 Oktober 1945
Adegan : Pangsar Soedirman memberi amanat setelah acara konferensi TKR yang
memutuskan beliau sebagai Panglima Besar
21.
Lokasi : Alun-alun Utara Yogyakarta dan Balai Mataram Yogyakarta (sekarang
Senisono)
Waktu : 10 s.d. 11 November 1945
Adegan : Presiden Soekarno menuju mimbar tempat diadakannya rapat raksasa
dalam acara kongres pemuda Indonesia di Yogyakarta
22.
23.
24.
Lokasi : Sitihinggil, Kraton Kasultanan Yogyakarta
Waktu : 19 Desember 1949
Adegan : Prof. Dr. Sardjito sedang menyampaikan pidatonya saat diresmikannya
Universiteit Negeri Gadjah Mada di Sitihinggil Kraton Yogyakarta
25.
Lokasi : Yogyakarta
Waktu : 17 Sepember 1945
Adegan : Anggota Palang Merah Indonesia sedang membantu korban pertempuran.
26.
27.
Lokasi : Demakijo, Yogyakarta
Waktu : Tahun 1946
Adegan : Para pekerja di pabrik senjata Demakijo Yogyakarta sedang bekerja
membuat senjata pada masa revolusi
28.
Lokasi : Yogyakarta
Waktu : Tahun 1946
Adegan : Para seniman Yogyakarta sedang membuat poster untuk membakar
semangat juang rakyat Yogyakarta yang dipasang ditempat-tempat strategis
29.
30.
Lokasi : Gedung Kepresidenan Yogyakarta (Gedung Agung)
Waktu : 28 Juni 1947
Adegan : Jenderal Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TNI oleh Presiden
Soekarno, yang juga disertai dengan pelantikan pucuk pimpinan TNI yang lain
Diorama 3
Ketika masuk ke ruangan diorama 3 kita disambut dengan lukisan pahatan besar didinding
yang terbuat dari kayu. Lukisan tersebut sangat indah dan memiliki bentuk yang bagus.
Lukisan tersebut menggambarkan tentang keadaan rakyat Indonesia dulu ketika pada jaman
penjajahan. Didalam diorama 3 terdapat 18 minirama yang menggambarkan peristiwa sejak
adanya Perjanjian Renville 1948 sampai pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat
tanggal 27 Desember 1949.
Selain minirama juga terdapat benda-benda bersejarah yang di pajang didalam kaca.
Benda-beda bersejarah diantaranya ada peralatan makan Bapak Soemardjono. Bapak
Soemarjono adalah salahsatu orang yang rumahnya ditumpangi para pejuang Indonesia
ketika terjadi Agresi Militer Belanda. Peralatan makan tersebut digunakan para pejuang
bangsa ketika menumpang di rumah bapa Soemardjono. Rumah tersebut berlokasi di
Krenen, Banaran, Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta.
31.
32.
33.
34.
37.
38.
39.
Lokasi : Desa Banaran, Banjarsari, Samigaluh, Kulon Progo
Waktu : Tahun 1948-1949
Adegan : Suasana dapur umum di markas gerilya di Banaran, Banjarsari, Samigaluh,
Kulon Progo
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
C. Diorama 4
49.
Lokasi : Yogyakarta
Waktu : 16 Juli s.d. 10 Nopember 1951
Adegan : Pelaksanaan Pemilu Pertama di salah satu daerah di Yogyakarta.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Museum Benteng Vredeburg adalah museum perjuangan yang ada di Yogyakarta
yang sanat cocok diguanakan sebagai sarana pendidikan dan juga rekreasi.
Museum tersebut dibangun pada pemerintahan Belanda di Yogyakarta dengan
tujuan sebenarya adalah untuk mengawasi kegiatan Kraton Yogyakarta sendiri.
Museum tersebut sudah beberapa kali mengalami renovasi bahkan pernah rubuh
karena gempa besar di Yogyakarta. Namun sampai sekarang museum benteng
Vredeburg tetap dijaga selalu kelestariannya karena memiliki peran penting bagi
negara. Didalam museum tersebut terdapat fasilitas-fasilitas seperti ruang menonton
film perjuangan dan juga diorama-diorama yang didalamnya terdapat minirama-
minirama dalam kaca yang menggambarkan adegan bersejarah ketika jaman
perjuangan melawan penjajah dulu. Selain itu terdapat pula benda-benda bersejarah
yang dipajang di dalam kotak kaca seperti kentongan, benda-benda koleksi para
pejuang serta foto-foto dan lukisan bersejarah lainnya.
Dengan mengunjungi museum perjuangan Benteng Vredeburg ini diharapkan
mampu menggambarkan rasa nasionalisme para pejuang jaman dulu dalam meraih
kemerdekaan dan juga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme bagi para penerus
bangsa yang mengunjungi museum tersebut. Dengan tumbuhnya rasa nasionalisme
yang tinggi diharapkan ada tindakan nyata generasi penerus bangsa bukan lagi
untuk merebut kemerdekaan akan tetapi dalam hal memajukan bangsa Indonesia.
3. Saran
Pembuatan laporan kunjungan ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru
terhadap para pembaca mengenai Benteng Vredeburg. Dalam penulisan ini saya sadar
akan adanya ketidaksempurnaan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengaharapkan
sebuah kritik yang membangun guna tercapainya kesempurnaan dalam penulisan saya
selanjutnya. Dan untuk kedepannya saya akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.