Anda di halaman 1dari 25

Kata Pengantar

Segala puji hanya untuk Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusunan Laporan Kunjungan Benteng Vredeburg ini dapat terselesaikan
tanpa adanya hambatan apapun. Laporan ini  berisikan tentang beberapa informasi
mengenai Benteng Vredeburg di kawasan Jl. Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Kec.
Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122 yang saya kunjungi
bersama kawan-kawan SDIT Az Zahra 1 Sragen beberapa hari yang lalu.
Karya tulis ini dilengkapi dengan gambar-gambar dan informasi dari obyek-obyek yang telah
kami kunjungi. Sebagai tanda bukti bahwa saya telah mengunjungi museum tersebut.
Upaya penyusunan acara ini tidak lepas dari bantuan dan arahan dari berbagai pihak, maka
kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.Team guru SDIT Az Zahra yang sudah memberikan kesempatan untuk mengunjungi
Benteng Vredeburg.
2.Ustadz-ustadzah yang membantu dan memberi tata cara penulisan laporan tersebut.
3.Teman teman yang telah membantu mencatat peristiwa- peristiwa yang ada di dalam
Benteng Vredeburg.
Dalam penulisan Laporan ini saya menyadari masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu
dibutuhkan kritik dan saran, demi kesempurnaan laporan ini. Mudah-mudahan laporan ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak

Sragen, 17 September 2022

Marva Husna Ariani


Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi

Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
d. Metode
e. Waktu dan Tempat

Bab II Pembahasan
a. Persiapan
b. Kegiatan Kunjungan
c. Sejarah Singkat Benteng Vredeburg
d. Profil dan Koleksi Benteng Vredeburg

Bab III Penutup


a. Kesimpulan
b. Kesan dan Pesan
c. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kini siswa/i lebih mudah mengenali dan kritis untuk menafsirkan kejadian-kejadian
masa silam, berdasarkan rekaman zamannya. Tentunya, pembacaan itu akan
membuahkan hasil belajar yang  baik apabila dibekali berbagai pengetahuan (konsep)
temtang perjuangan rakyat Indonesia di masa penjajahan.
Tanpa mengetahui sumber sejarah, sering kali mahasiswa terpaku  pada tafsir sejarah
yang telah dibuat demikian baik oleh penulis buku teks,  padahal kita dapat dengan tegas
mengoreksi berbagai pandangan yang orang-orang tuliskan dalam bukunya. Begitulah
yang kita miliki, kebebasan  berpikir dan berinterpretasi terhadap suatu peristiwa ketika
mengakses secara langsung atau mengetahui sumber sejarah pertama (primer).
Melalui penulisan laporan kunjungan ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran
pentingnya pengetahuan sejarah di kalangan masyarakat kini. Maka marilah kita lebih
mengenal harta karun sejarah yang ada di Monumen Pers Nasional.
 
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pentingnya pengetahuan perjuangan rakyat Indonesia di masa
penjajahan?
2) Apa peran Benteng Vredenburg Nasional di lingkup warga surakarta dan nasional?
3) Apa solusi yang dapat diberikan untuk menghadapi luputnya wawasan kesejarahan
dalam masyarakat?

3. Tujuan
1) Mengenang perjuangan bangsa Indonesia.
2) Sebagai tempat penyimpanan persenjataan / alat alat dalam masa penjajahan.
3) Memperoleh ilmu dan memperluas wawasan mengenai perjuangan Bangsa
Indonesia untuk memerjuangkan kemerdekaan.
 
4. Metode
Metode yang digunakan dalam tahap penulisan Laporan Kunjungan ini berupa
mengamati referensi atau catatan catatan dan gambar gambar yang telah disediakan
oleh Benteng Vredeburg.
 
5. Waktu dan Tempat 
Hari dan Tanggal : Selasa, 13 September 2022
Pukul : 10.00-12.00 WIB
Tempat : Benteng Vredeburg Jl. Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Kec.
Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122

6. Peserta
Peserta yang ikut menghadiri kunjungan ini adalah Siswa dan siswi SDIT Az Zahra 1
Sragen
BAB II
Pembahasan

1. Persiapan
Beberapa persiapan yang kami lakukan sebelum berangkat ke Benteng Vredenburg,
adalah:
a. Check-in peserta (siswa/i)
b. Doa bersama
c. Pengarahan dari Guru dan Biro Pariwisata
d. Foto bersama

2. Kegiatan Kunjungan
Saat menginjakkan kaki di lokasi untuk yang pertama kalinya bagi saya. Berjalan
memasuki gapura selamat datang yang terletak di depan gedung Benteng Vredeburg.
Secara visual, gedung tersebut terlihat bersih dan tertata rapi sejak awal
memasukinya, berawal dari Diorama 1, yang didalam Diorama 1 menceritakan sejarah
tentang perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajah, lahirnya Budi Utomo, lahirnya
Sumpah Pemuda, Kongres Perempuan Indonesia I, Kongres Jong Java di Yogyakarta,
Berdirinya Tamansiswa, penobatan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan masuknya bala
tentara jepang ke Yogyakarta.
Dilanjutkan oleh memasuki Diorama 2 yang menggambarkan peristiwa sejarah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia sampai dengan Agresi Militer Belanda di Indonesia.
Dan dilanjutkan ke diorama 3 kita disambut dengan lukisan pahatan besar dinding yang
terbuat dari kayu. Lukisan tersebut sangat indah dan memiliki bentuk yang bagus. Lukisan
tersebut menggambarkan tentang keaadaan rakyat Indonesia dulu ketika pada jaman
penjajahan. Selanjutnya kita masuk ke Diorama 4 yang menggambarkan peristiwa sejarah
pada saat periode Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai masa Orde Baru.
3. Sejarah singkat berdirinya Benteng Vredeburg
Saat menginjakkan kaki di lokasi untuk yang pertama kalinya bagi saya. Berjalan
memasuki gapura selamat datang yang terletak di depan gedung Benteng Vredeburg.
Secara visual, gedung tersebut terlihat bersih dan tertata rapi sejak awal
memasukinya, berawal dari Diorama 1
.
Sejarah singkat Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg adalah salah satu museum perjuangan yang ada di
Yogyakarta. Terletak di kawasan nol kilometer pusat kota Yogyakarta. Latar belakang
sejarah Kota Yogyakarta baik sebagai ibukota Kasultanan Yogyakarta dan ibukota NKRI
tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Benteng Vredeburg. Museum tersebut sangat cocok
sebagai tempat wisata khususnya masyarakat Indonesia sendiri supaya mengetahui
gambaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Dengan
mengunjungi museum benteng Vredeburg diharapkan mampu memunculkan rasa
nasionalisme bagi generasi penerus bangsa. Oleh karena itu museum benteng vredeburg
sampai saat ini masih tetap dijaga kelestariannya dan tetap dirawat dengan baik, karena
memiliki peran penting sebagai tempat pendidikan bagi negara.
Museum benteng Vredeburg dikelilingi oleh bangunan-bangunan kuno peninggalan jaman
Belanda seperti Gedung Agung (bekas rumah residen), gereja Ngejaman (GPIB
Margamulya), bekas Senisono (menyatu dengan Gedung Agung), kantor BNI 1946, kantor
Pos, kantor Bank Indonesia dan Societeit Militaire. Benteng vredeburg dibangun oleh Sri
Sultan Hamengkubuwana I atas permintaan pihak Belanda yang daat itu dipimpin oleh
Nicholaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur Direktur Pantai Utara Jawa pada tahun
1760. Pihak Belanda meminta Benteng ini dibangun untuk menjaga keamanan keraton,
tetapi sebenarnya tujuan utamanya yaitu untuk memudahkan pengawasan pihak Belanda
sendiri terhadap segala kegiatan yang dilakukan pihak keraton Yogyakarta. Pertama
dibangun benteng tersebut masih sangat sederhana temboknya pun hanya terbuat dari
tanah, tiang-tiangnya terbuat dari kayu pohon kelapa dan aren, dan atapnya pun hanya
terbuat dari ilalang. Bangunan tersebut dibangun dengan bentuk bujur sangkar yang di
keempat ujungnya dibangun seleka atau bastion. Oleh Sri Sultan HB IV, keempat sudut itu
diberi nama Jaya Wisesa (sudut barat laut), Jaya Purusa (sudut timur laut), Jaya
Prakosaningprang (sudut barat daya), dan Jaya Prayitna (sudut tenggara).
Pada tahun 1767 atas perintah gubernur Belanda yang bernama W.H Ossenberg benteng
Vredeburg dibangun lebih permanen dengan alasan supaya keamanan keraton lebih
terjamin. Proses pembangunan tersebut cukup lama yaitu memakan waktu 20 tahun, selesai
pada tahun 1787 dibawah pengawasan arsitek Belanda bernama Ir. Frans Haak. Nama
benteng Vredeburg kemudian diganti dengan nama Rustenburg yang artinya
“peristirahatan”. Akan tetapi benteng itu runtuh pada tahun 1867 ketika terjadi gempa yang
hebat di Yogyakarta. Kemudian setelah runtuh dibangun kembali dan berganti nama menjadi
“Vredeburg” yang artinya perdamaian. Pemabngunan tersebut dianggap sebagai simbiol
perdamaian antara Belanda dengan Keraton.
Secara historis, sejak awal pembangunan hingga saat ini, terjadi beberapa kali perubahan
status kepemilikan dan fungsi benteng. Namun sejak tahun 1992 sampai sekarang,
berdasarkam SK Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan No. 0475/0/1992 tanggal 23 November
1992, secara resmi Museum Bneteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan
Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yoyakarta. Kemudian tanggal 5
September 1997, dalam rangka peningkatan fungsionalisasi museum, Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta mendapat limpahan untuk mengelola museum Perjuangan
Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta berdasarkan SK Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor: KM. 48/OT. 001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003.

4. Profil dan Koleksi Benteng Vredeburg


Letak Benteng Vredeburg Yogyakarta di kawasan nol kilometer pusat Kota Yogyakarta
menjadikan sebuah daya tarik bagi para wisatawan. Benteng ini dikelilingi oleh bangunan-
bangunan kuno peninggalan jaman Belanda seperti Gedung Agung (bekas rumah residen),
gereja Ngejaman (GPIB Margamulya), bekas Senisono (menyatu dengan Gedung Agung),
kantor BNI 1946, kantor Pos, kantor Bank Indonesia dan Societeit Militaire. Benteng
Vredeburg menjadi tujuan wisata budaya yang unik dan khas di Yogyakarta.

Dalam pelayanannya kepada masyarakat, museum Benteng Vredeburg tidak lepas dari
unsur-unsur pendidikan karena pada dasarnya museum memiliki dua fungsi yaitu sebagai
rekreasi sekaligus tempat pendidikan. Informasi tentang kesejarahan, kebudayaan dan nilai-
nilai luhur kejuangan disampaikan kepada generasi muda dalam nuansa edutainment, yang
berasal dari kata education dan entertainment.
Demikianlah, Benteng Vredeburg yang sekarang menjadi Museum Benteng Vredeburg 
Yogyakarta telah melekat dengan Kota Yogyakarta. Latar belakang sejarah Kota Yogyakarta
baik sebagai ibukota Kasultanan Yogyakarta dan ibukota NKRI tidak dapat dipisahkan
dengan sejarah Benteng Vredeburg Yogyakarta. Pelestarian Benteng Vredeburg sebagai
museum bukan berarti pengagungan simbol kejayaan kolonial. Akan tetapi tujuannya untuk
mendapatkan fungsi baru yang dapat memberikan informasi dan aspirasi perjuangan
nasional bagi generasi mendatang.

. Terdapat beberapa ruangan yang bisa dikunjungi pengunjung, diantaranya


adalah:
A. Diorama 1
Didalam diorama 1 Terdapat  11 minirama yang  menceritakan sejarah tentang perjuangan
Pangeran Diponegoro melawan penjajah, lahirnya Budi Utomo, lahirnya Sumpah pemuda,
Kongres Perempuan Indonesia I, Kongres Jong Java di Yogyakarta, Berdirinya Tamansiswa,
penobatan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan masuknya bala tentara Jepang ke
Yogyakarta.
Berikut informasi yang bias didapatkan di Diorama 1
1.

Lokasi : Kauman, Gondomanan Yogyakarta


Waktu : 18 November 1912
Adegan : Kyai Haji Ahmad Dahlan sedang menyampaikan gagasannya dalam pertemuan
saat diputuskan berdirinya Organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta

2.

Lokasi : Bangsal Manguntur Tangkil, Siti Hinggil Kraton Kasultanan Yogyakarta


Waktu : 18 Maret 1940
Adegan : Sri Sultan Hamengku Buwono IX di dampingi Gubernur Lucian Adam saat
penobatannya sebagai sultan di Kasultanan Yogyakarta

3.
Lokasi : Perempatan Tugu, Jetis, Yogyakarta
Waktu : 6 Maret 1942
Adegan : Pasukan Jepang memasuki Kota Yogyakarta dari arah timur (Jl. Solo)
kemudian mengarah ke selatan menuju Gedung Agung
4.

Lokasi : Lapangan Bumijo, Jl. Tentara Pelajar (Depan Gedung SMU 17 I)


Waktu : Tahun 1942-1945
Adegan : Pelaksanaan latihan kemiliteran bagi anak-anak sekolah dan pemuda pada
masa pendudukan Jepang di Lapangan Bumijo.
5.

Lokasi : Dalem Joyodipuran, Jl. Kintelan 139 (sekarang Jl. Brigjen Katamso 23
Yogyakarta)
Waktu : Tanggal 25 s.d. 31 Desember 1928
Adegan : Pelaksanaan kongres Jong Java di Dalem Joyodipuran Yogyakarta.

6.
Lokasi : Kauman, Gondomanan Yogyakarta
Waktu : 18 November 1912
Adegan : Kyai Haji Ahmad Dahlan sedang menyampaikan gagasannya dalam pertemuan
saat diputuskan berdirinya Organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta
7.

Lokasi : Sebuah Pabrik Gula di Daerah Istimewa Yogyakarta


Waktu : Tanggal 20 Agustus 1920
Adegan : RM. Soeryopranoto sedang berdialog dengan salah seorang pimpinan Pabrik
Gula di Yogyakarta, ketika terjadi aksi pemogokan buruh di Pabrik Gula di Sekitar
Yogyakarta.

8.

Lokasi : Jl. Tanjung No. 32 (sekarang Jl. Gadjah Mada No. 32) Yogyakarta
Waktu : Tanggal 3 Juli 1922
Adegan : Ki Hadjar Dewantara sedang menyampaikan gagasannya pada saat
dicetuskannya berdirinya National Onderwijs Instituut TamansiswaLokasi Papan Baca

9.
Lokasi : Ruang Makan Kweekschool Yogyakarta (SMU 11, Jl. AM. Sangaji
Yogyakarta)
Waktu : 3 - 5 Oktober 1908
Adegan : Sutomo (pelajar STOVIA / School Toot Opleiding van Inlansche Artsen)
menyampaikan gagasannya dalam Kongres Boedi Oetomo yang berlangsung di
Kweekschool Jetis tanggal 3-5 Oktober 1908

10.

Lokasi : Gua Selarong di Dusun Kembang Putihan, Desa Guwosari Kecamatan


Pajangan, Bantul
Waktu : Juli 1825
Adegan : Pangeran Diponegoro, bersama dengan Pangeran Mangkubumi, Pangeran
Angabei Jayakusumo, Alibasah Sentot Prawiradirja dan Kyai Maja mengatur siasat
perlawanan tehadap Belanda

11.

Lokasi : Dalem Joyodipuran Jl. Brigjen Katamso 23 Yogyakarta


Waktu : Tanggal 22 s.d. 25 Desember 1928
Adegan : Pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta dipimpin oleh
Ny. Soekonto

B. Diorama 2
Terdiri dari 19 minirama yang menggambarkan peristiwa sejarah Proklamasi Kemerdekaan
sampai dengan Agresi Militer Belanda di Indonesia. Dalam ruang pameran tetap ini
berusaha menyajikan adegan peristiwa – peristiwa yang terjadi di Yogyakarta pada masa
awal kemerdekaan sampai dengan terjadinya Agresi Militer Belanda II. Peristiwa yang
disajikan dalam diorama ini terjadi pada periode saat ibukota negara dipindahkan dari
Jakarta Ke Yogyakarta. Diorama – diorama tersebut antara lain :
12.
Lokasi : Gedung Wilis, Kepatihan, Yogyakarta
Waktu : 19 Agustus 1945
Adegan : Sri Sultan Hamengku Buwono IX sedang memimpin rapat yang dihadiri
oleh para pemimpin berbagai kelompok pemuda di Kepatihan Yogyakarta

13.

Lokasi : Sebelah selatan Hotel Garuda Jl. Malioboro Yogyakarta


Waktu : 17 Agustus 1945
Adegan : Perebutan percetakan Harian Sinar Matahari dibawah pimpinan Samawi
dan Sumantoro

14.

Lokasi : Gedung Agung Jl. A. Yani Yogyakarta


Waktu : 21 September 1945
Adegan : Para pemuda antara lain Slamet, Sutan Ilyas, Supardi, Rusli dan pemudi
Siti Ngaisyah sedang mengganti bendera Hinomaru dengan bendera Merah Putih di
atap Gedung Cokan Kantai (Gedung Agung, sekarang)

15.
Lokasi : Balai Mataram (Senisono, sekarang) Jl. A. Yani Yogyakarta
Waktu : 25 dan 27 November 1945
Adegan : Pesawat RAF (Royal Air Force) Sekutu melakukan terhadap Gedung RRI,
Balai Mataram (Senisono) dan Gedung Sonobudoyo Yogyakarta

16.

Lokasi : Kotabaru, Yogyakarta dan sekitarnya


Waktu : 7 Oktober 1945
Adegan : Rakyat yang sebagian besar pemuda pelajar dan BKR mengadakan kontak
senjata dengan tentara Jepang di Kotabaru (markas Batalyon Kido, atau Kido Butai)

17.

Lokasi : Gayam, Yogyakarta


Waktu : 23 September 1945
Adegan : Polisi Istimewa dibawah pimpinan Oni Sastroadmodjo dan massa rakyat
melucuti senjata Jepang di Gayar

18.
Lokasi : Stasiun Tugu Yogyakarta
Waktu : 28 April 1946
Adegan : Bekas tawanan Belanda dan Jepang diangkut dengan kereta api dari
Stasiun Tugu Yogyakarta menuju Jakarta

19.

Lokasi : SMU BOPKRI I , Yogyakarta


Waktu : April 1946
Adegan : Pangsar Soedirman menginspeksi sekolah Militer Akademi (MA)
Yogyakarta dalam acara setengah tahun MA Yogyakarta

20.

Lokasi : Markas Besar Umum TKR Yogyakarta, (Sekarang Museum Pusat TNI AD
Dharma Wiratama) Jl. Jenderal Soedirman Yogyakarta
Waktu : 5 Oktober 1945
Adegan : Pangsar Soedirman memberi amanat setelah acara konferensi TKR yang
memutuskan beliau sebagai Panglima Besar

21.
Lokasi : Alun-alun Utara Yogyakarta dan Balai Mataram Yogyakarta (sekarang
Senisono)
Waktu : 10 s.d. 11 November 1945
Adegan : Presiden Soekarno menuju mimbar tempat diadakannya rapat raksasa
dalam acara kongres pemuda Indonesia di Yogyakarta

22.

Lokasi : Stasiun Tugu Yogyakarta


Waktu : 4 Januari 1946
Adegan : Presiden Soekarno dan para pembesar negara yang lain tiba di Stasiun
Tugu Yogyakarta ketika hijrah dari Jakarta

23.

Lokasi : Lapangan Bumijo (depan SMU 17 I Yogyakarta, sekarang)


Waktu : Tahun 1946
Adegan : Para pemuda pelajar sedang aktif latihan kemiliteran pada masa revolusi
fisi

24.
Lokasi : Sitihinggil, Kraton Kasultanan Yogyakarta
Waktu : 19 Desember 1949
Adegan : Prof. Dr. Sardjito sedang menyampaikan pidatonya saat diresmikannya
Universiteit Negeri Gadjah Mada di Sitihinggil Kraton Yogyakarta

25.

Lokasi : Yogyakarta
Waktu : 17 Sepember 1945
Adegan : Anggota Palang Merah Indonesia sedang membantu korban pertempuran.

26.

Lokasi : Pangkalan Udara Maguwo (Adisucipto, sekarang) Yogyakarta


Waktu : 9 April 1946
Adegan : Para kadet penerbang sedang belajar menerbangkan pesawat hasil
rampasan Jepang yang baru selesai diperbaiki

27.
Lokasi : Demakijo, Yogyakarta
Waktu : Tahun 1946
Adegan : Para pekerja di pabrik senjata Demakijo Yogyakarta sedang bekerja
membuat senjata pada masa revolusi

28.

Lokasi : Yogyakarta
Waktu : Tahun 1946
Adegan : Para seniman Yogyakarta sedang membuat poster untuk membakar
semangat juang rakyat Yogyakarta yang dipasang ditempat-tempat strategis

29.

Lokasi : Jatikarang, Tamanan, Gondowulung, Yogyakarta


Waktu : 29 Juli 1947
Adegan : Puing-puing pesawat Dakota VT-CLA yang jatuh akibat ditembah pesawat
Kitty Hawk Belanda

30.
Lokasi : Gedung Kepresidenan Yogyakarta (Gedung Agung)
Waktu : 28 Juni 1947
Adegan : Jenderal Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TNI oleh Presiden
Soekarno, yang juga disertai dengan pelantikan pucuk pimpinan TNI yang lain

Diorama 3
 Ketika masuk ke ruangan diorama 3 kita disambut dengan lukisan pahatan besar didinding
yang terbuat dari kayu. Lukisan tersebut sangat indah dan memiliki bentuk yang bagus.
Lukisan tersebut menggambarkan tentang keadaan rakyat Indonesia dulu ketika pada jaman
penjajahan. Didalam diorama 3 terdapat 18 minirama yang menggambarkan peristiwa sejak
adanya Perjanjian Renville 1948 sampai pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat
tanggal 27 Desember 1949.
      Selain minirama juga terdapat benda-benda bersejarah yang di pajang didalam kaca.
Benda-beda bersejarah diantaranya ada peralatan makan Bapak Soemardjono. Bapak
Soemarjono adalah salahsatu orang yang rumahnya ditumpangi para pejuang Indonesia
ketika terjadi Agresi Militer Belanda. Peralatan makan tersebut digunakan para pejuang
bangsa ketika menumpang di rumah bapa Soemardjono. Rumah tersebut berlokasi di
Krenen, Banaran, Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta.

31.

Lokasi : Stasiun Tugu Yogyakarta


Waktu : 11 Pebruari 1948
Adegan : Pasukan hijrah Siliwangi tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta diterima oleh
Pangsar Soedirman serta para pemimpin negara yang lain.

32.

Lokasi : Lapangan terbang Maguwo (sekarang Adisucipto) Yogyakarta


Waktu : 5 Maret 1948
Adegan : Pesawat pemerintah Mesir T-CCB mengangkut obat-obatan bantuan
pemerintah Mesir tiba di Lapangan Terbang Maguwo Yogyakarta

33.

Lokasi : Jl. Tugu Kidul (sekarang Jl. P. Mangkubumi) Yogyakarta


Waktu : 9 - 12 September 1948
Adegan : Arak-arakan bendera PON dari Gedung Agung menuju ke Solo melalui Jl.
Tugu Kidul (sekarang Jl. P. Mangkubumi)

34.

Lokasi : Jl. Solo Yogyakarta


Waktu : 19 Desember 1948
Adegan : Pasukan Belanda setelah berhasil menguasai lapang Maguwo (sekaran
Adisucipto) mengadakan sapu bersih terhadap apa yang ditemui di sapanjang jalan
menuju Kota Yogyakarta (Jalan Solo).
35.

Lokasi : Banaran, Playen, Gunung Kidul


Waktu : Tahun 1949
Adegan : Kegiatan di stasiun pemancar radio PC-2 di playen Gunung Kidul dalam
perang gerilya
36.

Lokasi : Dusun Jati, Wonokromo, Bantul


Waktu : 1 Februari 1949
Adegan : Penggeledahan oleh Belanda terhadap penduduk di Dusun Jati,
Wonokromo, Bantul

37.

Lokasi : Dusun Mrisi, Kasihan, Bantul


Waktu : 19 Februari 1949
Adegan : Panghadangan patroli Belanda di Dusun Mrisi oleh Batalyon Sardjono

38.

Lokasi : Dusun Duwet, Kalibawang, Kulon Progo


Waktu : Tahun 1948-1949
Adegan : Peledakan Jembatan Duwet di Dusun Duwet, Kalibawang, Kulon Progo
oleh gerilyawan TNI

39.
Lokasi : Desa Banaran, Banjarsari, Samigaluh, Kulon Progo
Waktu : Tahun 1948-1949
Adegan : Suasana dapur umum di markas gerilya di Banaran, Banjarsari, Samigaluh,
Kulon Progo

40.

Lokasi : Stasiun Tugu, Hotel Tugu (bekas Bank Jakarta)


Waktu : 1 Maret 1949
Adegan : Pasukan gerilyawan TNI serta para pejuang lainnya mengadakan serangan
terhadap Hotel Tugu dalam aksi Serangan Umum 1 Maret 1949

41.

Lokasi : Jembatan Piyungan, Jalan Wonosari, Bantul


Waktu : Maret 1949
Adegan : Pasukan gerilyawan TNI pimpinan Kapten Widodo memasang trek bom di
Jembatan Piyungan, Jl. Wonosari, Bantul

42.

Lokasi : Dusun Redjodani, Sariharjo, Ngaglik, Sleman


Waktu : Mei 1949
Adegan : Pasukan TP yang bermarkas di Redjodani, Ngaglik, Sleman melakukan
pengahadangan terhadap pasukan Belanda di Redjodani

43.

Lokasi : Kampung Pengok, Gondokusuman, Yogyakarta


Waktu : Juni 1949
Adegan : Pasukan Gerilya TNI masuk kota dari arah timur melalui kampung Pengok,
Gondokusuman Yogyakarta di jemput Sri Paku Alam VIII.

44.

Lokasi : Lapangan Terbang Maguwo (sekarang Adisucipto) Yogyakarta


Waktu : 6 Juli 1949
Adegan : Para pemimpin negara antara lain Presiden Soekarno, Drs. M. Hatta, H.
Agus Salim tiba di lapangan terbang Maguwo dari pangasingannya di Pulau Bangka
Sumatra

45.

Lokasi : Alun-alun Utara Kraton Kasultanan Yogyakarta


Waktu : 10 Juli 1949
Adegan : Pangsar Jenderal Soedirman menerima penghormatan dalam parade
militer di Alun-alun Utara Yogyakarta sepulang dari perjuangan gerilya.

46.

Lokasi : Hotel Toegoe (bekas Bank Jakarta) Jl. Pangeran Mangkubumi


Waktu : 19 - 22 Juli 1949
Adegan : Drs. Mohammad Hatta sedang memimpin sidang Konferensi Inter
Indonesia yang pertama di Hotel Toegoe Yogyakarta

47.

Lokasi : Bangsal Manguntur Tangkil, Sitihinggi, Kraton Kasultanan Yogyakarta


Waktu : 17 Desember 1949
Adegan : Pelantikan Ir. Soekarno sebagai presiden RIS (Republik Indonesia Serikat)
oleh Ketua Mahkamah Agung Mr. Kusuma Atmadja

48.

Lokasi : Lapangan Terbang Maguwo (sekarang Adisucipto) Yogyakarta


Waktu : 28 Desember 1949
Adegan : Presiden Soekarno menginspeksi pasukan menjelang keberangkatannya
ke Jakarta untuk memangku jabatannya yang baru sebagai Presiden RIS

C. Diorama 4

49.

Lokasi : Yogyakarta
Waktu : 16 Juli s.d. 10 Nopember 1951
Adegan : Pelaksanaan Pemilu Pertama di salah satu daerah di Yogyakarta.

50.

Lokasi : Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta


Waktu : 26 Oktober s.d. 14 Nopember 1959
Adegan : Presiden Soekarno membuka Konferensi Tingkat Menteri pada tanggal 11
Nopember 1959, dalam rangkaian Konferesnai Rencana Colombo XI

51.

Lokasi : Sasana Hinggil Dwi Abad, Kraton Kasultanan Yogyakarta


Waktu : 16 s.d. 20 Pebruari 1959
Adegan : Prof. Mr. Muhammad Yamin sedang menyampaikan gagasannya dalam
Seminar Nasional Pacasila Pertama di Yogyakarta

52.

Lokasi : Alun-alun Utara, Yogyakarta


Waktu : 19 Desember 1961
Adegan : Presiden Soekarno berpidato dan mencetuskan TRIKORA (Tri Komando
Rakyat) dalam rangka Pembebasan Irian Barat dari kekuasaan Belanda

53.

Lokasi : Kentungan, Yogyakarta


Waktu : Bulan Oktober 1965
Adegan : Penggalian Jenazah Pahlawan Revolusi Brigjen Katamso dan Kolonel
Sugiyono di Kompleks Batalyon L Kentungan

54.

Lokasi : Alun-alun Utara Yogyakarta


Waktu : 20 Oktober 1965
Adegan : Kolonel Widodo sedang menyampaikan amanatnya dalam rapat kebulatan
tekad mengutuk PKI di Alun-alun Utara Yogyakarta

55.

Lokasi : Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada Bulaksumur Yogyakarta


Waktu : 19 Desember 1974
Adegan : Presiden Soeharto bertukar pendapat dengan pengurus senat serta guru
besar UGM pada saat dies natalis UGM XXV

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
   Museum Benteng Vredeburg adalah museum perjuangan yang ada di Yogyakarta
yang sanat cocok diguanakan sebagai sarana pendidikan dan juga rekreasi.
Museum tersebut dibangun pada pemerintahan Belanda di Yogyakarta dengan
tujuan sebenarya adalah untuk mengawasi kegiatan Kraton Yogyakarta sendiri.
Museum tersebut sudah beberapa kali mengalami renovasi bahkan pernah rubuh
karena gempa besar di Yogyakarta. Namun sampai sekarang museum benteng
Vredeburg tetap dijaga selalu kelestariannya karena memiliki peran penting bagi
negara. Didalam museum tersebut terdapat fasilitas-fasilitas seperti ruang menonton
film perjuangan dan juga diorama-diorama yang didalamnya terdapat minirama-
minirama dalam kaca yang menggambarkan adegan bersejarah ketika jaman
perjuangan melawan penjajah dulu. Selain itu terdapat pula benda-benda bersejarah
yang dipajang di dalam kotak kaca seperti kentongan, benda-benda koleksi para
pejuang serta foto-foto dan lukisan bersejarah lainnya.
      Dengan mengunjungi museum perjuangan Benteng Vredeburg ini diharapkan
mampu menggambarkan rasa nasionalisme para pejuang jaman dulu dalam meraih
kemerdekaan dan juga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme bagi para penerus
bangsa yang mengunjungi museum tersebut. Dengan tumbuhnya rasa nasionalisme
yang tinggi diharapkan ada tindakan nyata generasi penerus bangsa bukan lagi
untuk merebut kemerdekaan akan tetapi dalam hal memajukan bangsa Indonesia.

2. Kesan dan Pesan


Hingga kini jarang ada masyarakat yang sekedar mampir menyempatkan dirinya
untuk mengamati peninggalan sejarah yang tersimpan di dalamnya. Hal ini membuktikan
bahwa kesadaran dan apresiasi masyarakat akan sejarah masih kurang.
Sebagai cagar budaya yang dilestarikan di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
keunikan Koleksi barang nya berhasil membuat mata saya sebagai pengunjung berser-
seri, dengan kehadiran Benteng Vredeburg ini semoga para pemuda lebih peka dan
sadar akan adanya sejarah.

3. Saran
Pembuatan laporan kunjungan ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru
terhadap para pembaca mengenai Benteng Vredeburg. Dalam penulisan ini saya sadar
akan adanya ketidaksempurnaan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengaharapkan
sebuah kritik yang membangun guna tercapainya kesempurnaan dalam penulisan saya
selanjutnya. Dan untuk kedepannya saya akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.

Anda mungkin juga menyukai