Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................................................i

Halaman Pengesahan..........................................................................................................................ii

Susuna Panitia.....................................................................................................................................iii

Daftar Peserta WKM..........................................................................................................................iv

Kata Pengantar....................................................................................................................................vi

Daftar isi.............................................................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................................1

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT

A. Tujuan....................................................................................................................................2

B. Manfaat..................................................................................................................................2

BAB III ISI

A. Pelaksanaan Wajib Kunjung Museum...................................................................................3

B. Museum Yang Dikunjungi.....................................................................................................3

C. Hasil Wajib Kunjung Museum..............................................................................................3

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................................17

B. Kesan.....................................................................................................................................17

C. Saran......................................................................................................................................17

LAMPIRAN.......................................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu modal penting pada masa sekarang. Melalui
proses pendidikan dan pembelajaran diharapkan dapat membawa peserta didik untuk
mewujudkan cita-cita dan impiannya di masa depan. Proses belajar bagi siswa tidak
hanya dapat dilakukan di sekolah saja, tetapi dapat juga dilakukan melalui proses
pembelajaran di luar kelas. Dalam mewujudkan proses pembelajaran di luar kelas,
kami mendorong siswa untuk lebih memahami sejarah dan meningkatkan kecintaan
akan membaca.

Museum sebagai salah satu Pusat Pembelajaran, Penelitian dan Rekreasi


mempunyai peran dalam mengembangkan wawasan terutama di kalangan pelajar
sehingga museum diharapkan mempunyai peran lebih dalam mendukung proses
belajar mengajar. Sebagai salah satu bentuk nyata peran Pemerintah Daerah terhadap
proses belajar di museum ini, maka dimunculkanlah sub kegiatan Wajib Kunjung
Museum. Wajib dalam hal ini adalah ditujukan kepada Pemerintah dalam hal ini
Pemda DIY untuk memfasilitasi sekolah-sekolah agar melaksanakan salah satu
kegiatan di luar sekolah dalam bentuk Kunjung Museum.

Proses pembelajaran dilakukan melalui kunjungan ke Museum Museum Pusat


TNI AU Dirgantara Mandala dan Museum Jogja Kembali. Kegiatan kunjungan
terlaksana atas kerjasama Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu
melalui program Wajib Kunjung Museum (WKM) tahun 2022. Dalam kegiatan
kunjungan ini, peserta didik diharapkan dapat meningkatkan motivasinya untuk
menggali dan meng-up grade potensi, pengetahuan, dan wawasan sejarah guna
mengoptimalkan prestasi belajar di SD Negeri Widoro.
BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT

A. Tujuan Kegiatan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tujuan dilaksanakannya
kegiatan Wajib Kunjung Museum SD Negeri Widoro adalah sebagai berikut.
1. Mengenal lebih dekat tentang Museum Museum Pusat TNI AU Dirgantara
Mandala dan Museum Jogja Kembali.
2. Meningkatkan motivasi dan kecintaan akan membaca.
3. Meningkatkan pemahaman akan sejarah.
4. Meningkatkan motivasi peserta didik untuk menggali dan meng-up
grade potensi, pengetahuan, dan wawasan sejarah guna mengoptimalkan
prestasi belajar di sekolah.

B. Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan peserta didik SD Negeri Widoro dalam
pelaksanaan kegiatan Wajib Kunjung Museum adalah sebagai berikut.

1. Mandapatkan informasi lebih banyak tentang Museum Museum Pusat TNI


AU Dirgantara Mandala dan Museum Jogja Kembali.
2. Dapat meningkat motivasi dan kecintaan membaca.
3. Dapat menambah pemahaman akan sejarah.
4. Mampu meningkatkan motivasi berprestasi.

1
BAB III
ISI

A. Waktu Pelaksanaan Wajib Kunjung Museum


Hari, Tanggal : Kamis, 17 November 2022
Waktu : 08.00 – Selesai
Tempat : Museum Dirgantara dan Museum Monjali

WKM adalah kependekan Wajib Kunjung Museum, WKM merupakan


program yang dicetuskan oleh pemerintah DIY untuk menjadikan museum sebagai
salah satu pusat pembelajaran, penelitian dan rekreasi bagi pelajar di DIY. Museum
sebagai salah satu Pusat Pembelajaran, Penelitian dan Rekreasi mempunyai peran
dalam mengembangkan wawasan terutama di kalangan pelajar sehingga museum
diharapkan mempunyai peran lebih dalam mendukung proses belajar mengajar.
Sebagai salah satu bentuk nyata peran Pemerintah Daerah terhadap proses belajar di
museum ini, maka dimunculkanlah sub kegiatan Wajib Kunjung Museum. Wajib
dalam hal ini adalah ditujukan kepada Pemerintah dalam hal ini Pemda DIY untuk
memfasilitasi sekolah-sekolah agar melaksanakan salah satu kegiatan di luar sekolah
dalam bentuk Kunjung Museum.
Wajib Kunjung Museum yang diselenggarakan SD Negeri Widoro
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menambah pengalaman dan pengetahuan
siswa SD Negeri Widiro. Dengan kegiatan wajib junjung museum tersebut siswa
dapat belajar memahami secara langsung ke museum bersejarah yang dapat
menunjang pembelajaran sekolah. Dalam laporan ini membahas tentang beberapa
obyek wisata antara lain : Museum Dirgantara dan Museum Monjali

2
B. Museum Yang Dikunjungi
1.1 Museum Dirgantara

Sejarah
Museum Perjuangan TNI AU adalah cikal bakal dari Museum Dirgantara
Mandala yang pertama kalinya diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara
Laksamana Roesmin Noerjadin, pada tanggal 4 April 1969 di Markas Komando
Udara V Tanah Abang Bukit Jakarta. Perpindahan museum dari Jakarta menuju
Yogyakarta didasarkan pada faktor sejarah perjuangan kota Yogyakarta pada periode
1945-1949 sebagai pusat latihan bagi Taruna Akademi Udara. Museum Dirgantara
Mandala adalah gabungan dari Museum Perjuangan TNI AU dengan Musem
Ksatrian yang sudah ada di Yogyakarta. Peresmian kedua museum ini dilakukan oleh
Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
pada tanggal 29 Juli 1978 yang bertepatan dengan peringatan Hari Bhakti TNI AU.
Perpindahan museum dari Jakarta ke Yogyakarta masih menyisakan permasalahan
tempat untuk menyimpan koleksi Alutsista yang ada, maka Museum Dirgantara
Mandala berpindah untuk ketiga kalinya yaitu di gudang bekas pabrik gula di
Wonocatur di kawasan Landasan Udara Adisutjipto. Gedung museum baru itu
kemudian diresmikan pada tanggal 29 Juli 1984 oleh oleh Kepala Staf TNI AU,
Marsekal TNI Sukardi.

Memasuki kawasan Museum Dirgantara, para pengunjung akan mendapati


sambutan beberapa pesawat tempur dan cargo yang dipajang di halaman museum.
Pesawat tempur tipe A4-E Skyhawk menjadi salah satu dari tim penyambutan para

3
pengunjung yang dipajang di muka gedung museum. Setelah memasuki ruang utama,
para pengunjung akan disambut oleh empat patung tokoh perintis TNI-AU, yaitu
Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto, Marsekal Muda Anumerta Prof.
Dr. Abdulrachman Saleh, Marsekal Muda Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma,
dan Marsekal Muda Anumerta Iswahjudi.

Sebagai menu pembuka kunjungan, para pengunjung pertama kalinya


memasuki Ruang Kronologi I. Di ruangan ini pengungjung akan mendapatkan
informasi sejarah awal pembentukan angkatan udara di Indonesia. Berbagai peristiwa
terdokumentasi di ruang ini, Penerbangan pertama pesawat merah putih pada 27
Oktober 1945 sebagai serangan balasan terhadap Belanda, berdirinya Sekolah
Penerbangan Pertama di Maguwo pada 07 November 1945 yang dipimpin oleh
Adisutjipto, berdirinya TRI Angkatan Udara pada 9 April 1946. Masih dalam satu
ruangan yang sama juga dipamerkan berbagai peralatan radio dan foto penumpasan
berbagai pemberontakan di tanah air, seperti pemberontakan DI/TII, Penumpasan G
30 S/PKI, serta Operasi Seroja. Pada ruangan selanjutnya, dipajang berbagai jenis
pakaian dinas yang biasa digunakan oleh para personel TNI-AU, meliputi pakaian
tempur, pakaian dinas sehari-hari, hingga pakaian untuk tugas penerbangan.

Memasuki ruangan dengan rancang bangun hangar pesawat, para pengunjung


disuguhkan dengan koleksi Alutsista atau Alat Utama Sistem Senjata yang pernah
digunakan oleh TNI-AU. Dari pesawat tempur pesawat tempur dan pesawat angkut,
model mesin-mesin pesawat, radar pemantau wilayah udara, serta senjata jarak jauh
seperti rudal. Berbagai macam koleksi pesawat yang diproduksi dari berbagai negara
mulai dari pesawat buatan Amerika, Eropa hingga buatan dalam negeri. Dari
berbagai koleksi yang dipamerkan terdapat salah satu jenis pesawat tempur seri P-51
Mustang buatan Amerika Serikat. Pesawat ini memiliki sejarah panjang di dunia
kedirgantaraan di Indonesia. Digunakan dalam berbagai operasi menjaga integrasi
negara dalam penumpasan pemberontakan DI/TII, Permesta, Operasi Trikora dan
Dwikora serta penumpasan G 30 S/PKI. Pesawat lainnya yang tak kalah menarik
adalah pesawat buatan Inggris, namanya Vampire tipe DH-115. Pesawat ini
merupakan pesawat jet pertama yang diterbangkan di Indonesia pada tahun 1956 oleh
Letnan Udara I Leo Wattimena. Salah satu koleksi yang sangat penting dalam sejarah
cikal bakal TNI AU adalah replika pesawat Dakota C-47 dengan nomor seri VT-
CLA yang ditembak jatuh oleh Belanda di daerah Ngoto, Bangunharjo, Sewon
Bantul pada tanggal 29 Juli 1947. Jatuhnya pesawat tersebut menewaskan para pionir
Angkatan Udara, antara lain Komodor Muda Udara Adisutjipto, Komodor Muda

4
Udara Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, serta Opsir Muda Udara I Adisumarmo
Wirjokoesoemo.

Museum ini buka tiap hari Minggu hingga Kamis pukul 08.00-13.00 WIB
dan hari Jumat sampai Sabtu pukul 08.00-12.00 WIB. Sedangkan pada hari Senin
dan libur nasional tutup.

Museum ini menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta diorama


peristiwa sejarah Angkatan Udara Indonesia. Sejumlah pesawat tempur dan
replikanya juga terdapat di museum ini yang kebanyakan berasal dari masa Perang
Dunia II dan perjuangan kemerdekaan, diantaranya:

 Pesawat Ki-43 buatan Jepang


 Pesawat PBY-5A (Catalina).

 Replika pesawat WEL-I RI-X (pesawat pertama hasil produksi Indonesia)

 Pesawat A6M5 Zero Sen buatan Jepang.

 Pesawat pembom B-25 Mitchell, B-26 Invader, TU-16 Badger.

 Helikopter Hillier 360 buatan AS.

 Pesawat P-51 Mustang buatan AS.

 Pesawat KY51 Cureng buatan Jepang.

 Replika pesawat Glider Kampret buatan Indonesia.

 Pesawat TS-8 Dies buatan AS.

 Pesawat Lavochkin La-11, Mig-15, MiG-17 dan MiG-21 buatan Russia.

 Rudal SA-75

Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala baru-baru ini mendapat tambahan koleksi
berupa Prototype Bom sejumlah 9 buah buatan Dislitbangau yang bekerjasama
dengan PT. Pindad dan PT. Sari Bahari. Bom-bom tersebut merupakan bom latih
(BLA/BLP) dan bom tajam (BT) yang memiliki daya ledak tinggi (high explosive),
sebagai senjata Pesawat Sukhoi Su-30, F-16, F-5, Sky Hawk, Super Tucano dll.

5
1.2 Museum Monjali (Museum Yogya Kembali)

Lokasi Monumen Yogya Kembali

Monumen Yogya Kembali terletak di jalan Lingkar Utara, Dusun


Jongkang, Desan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Didirikan diatas lahan seluas 49,920 m2.

Pembangunan monumen ini ditetapkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX,
dengan alternatif pembangunan diantaranya terletak di garis poros antara Gunung
Merapi, Monjali, Tugu Pal Putih, Keraton, Paggung Krapyak, Laut selatan
merupakan “Sumbu Imajiner” yang pada kenyataan nya dari dulu sampai
sekarang masih dihormati oleh masyarakat Yogyakarta, dan menurut kepercayaan
bersatunya Lingga dan Yoni akan menimbulkan kemakmuran di tempat ini.

Makna Monumen Yogya Kembali serta Tujuan Pembangunan

Makna Monumen Yogya Kembali

Dilihat dari bentuknya monumen ini berbentuk kerucut/gunungan dengan


ketinggian 31,80 m adalah sebuah gambaran “gunung keciL” ditempatkan

6
disebuah lereng Gunung Merapi. Gunung ini sangat berarti bagi Yogyakarta baik
secara faktual maupun secara simbolik. Muntahan larva Gunung Merapi
memberikan kesuburan bagi cakrawala Yogyakarta di manapun seseorang berada,
dari Gunung Merapi pula Sungai Winongo dan Sungai Code mengalir melalui
kota Yogyakarta.

Secara simbolik bersama laut selatan (Istana Ratu Kidul) yang berfungsi sebagai “Yoni”
dan Gunung Merapi sebagai “Lingga” merupakan suatu kepercayaan yang sangat tua dan
berlaku sepanjang masa. Bahkan sementara orang-orang menyebut monumen ini sebagai
tumpeng raksasa bertutup warna putih mengkilat. Dalam
teradisi jawa tumpeng seolah-olah berbentuk gunung yang dapat dihubungkan dengan
gunungan dalam wayang kulit, yang melambangakan kebahagiaan atau kekayaaan
kesucian dan sebagai penutup setiap episode perjuangan bangsa.

Tujuan Pembangunan Monumen Yogya Kembali


Monumen ini diresmikan pembukaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 06
Juli 1989 dengan penanda tanganan prasasti. Adapun tujuan pembangunan monumen ini
adalah sebagai berikut;
1. mengabadikan peristiwa kembalinya Ibukota Yogyakarta ke tangan bangsa
Indonesia,
2. memperingati kembalinya Ibukota RI Yogyakarta ke tangan bangsa Indonesia
sekaligus berakhirnya kolonialis Belanda di Indonesia,
3. merupakan ungkapan pengahargaan dan rasa terimakasih kepada para pahlawan yang
telah mengorbankan jiwanya dalam merebut kembali Yogyakarta sebagai Ibukota RI,
4. mewariskan dan melestarikan jiwa semangat, nilai-nilai luhur perjuangan bangsa
Indonesia kepada generasi penerus,
5. sebagai wahana pendidikan, mempertebal identitas dan watak bangsa Indonesia yang
patriotik, luhur, harga diri, ulet dan tahan menderita dalam memperjuangkan cita-cita
bangsa.

3.3 Sejarah Singkat Monumen Yogya kembali


Monumen Yogya Kembali dibangun pada 29 Juni 1985, dengan Upacara
Tradisional Penanaman Kepala Kerbau dan peletakkan batu pertama oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Alam VII. Semula gagasan untuk mendirikan
monumen berskala nasional ini dilontarkan oleh Bapak Kolonel Soegiarto selaku Wali
Kotamadya Yogyakarta, dalam peringatan Yogya Kembali yang diselenggarakan

7
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 29 Juni 1983. Atas usulan Bapak
Dr. Ruslan Abdulgani dan Bapak Marsudi.
Dipilihnya nama “Yogya Kembali” dengan pengertian luas berfungsinya
pemerintah Republik Indonesia dan sebagai simbol peristiwa sejarah ditarik mundurnya
tentara Belanda dari Ibukota Yogyakarta pada 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden
Soekarno, Wakil Presiden, pimpinan negara yang lain pada 6 Juli 1949 di Yogyakarta.
Hal ni dapat dipandang sebagai titik awal Bangsa Indonesia secara nyata bebas dari
cengkeraman penjajah khusunya Belanda dan merupakan tonggak sejarah yang
menentukan kelangsungan hidup negara Indonesia yamg merdeka dan berdaulat.

3.2 Koleksi Museum Yogya Kembali


Museum Monjali merupakan museum khusus dalam kategori museum sejarah
perjuangan bangsa Indonesia, kurun waktu perang kemerdekaan tahun 1945-1949.
Museum ini berada di lantai pertama dan menggunakan empat ruangan masing-masing
berukuran 146m2, berupa tata pameran panil di dinding, schutsel boxsistim, dan vitrin
(tengah, sudut dan dinding). Dengan tema “Sekitar Proklamasi Kemerdekaan”.
a. Panil Tegak 1
Disajikan dokumen foto-foto peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
di Pegansaan Timur 56, Jakarta, antara lain;
1. Ibu Fatmawati ketika menjahit Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan pada saat
Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945,
2. pembacaan teks Proklamasi 17 Agustus 1945,
3. Upacara pengibaran Bendera Merah Putih oleh Latief Hadiningrat dan Suhud
Martakusuma,
4. sebagian Anggota Kabinet Indonesia Pertama setelah pelantikan 14 November 1945

b. Panil Dinding 1
Disajikan 3 bingkai dokumen foto peristiwa sewakty rakyat Jakarta dalam menyambut
gema Proklamasi di Lapangan Ikada pada 19 September 1945, yaitu ;
1. rakyat Jakarta berbondong-bondong menuju Lapangan Ikada untuk menyambut
Proklmasi Kemerdekaan Indonesia,
2. Presiden Soekarno ketika menyampaikan pesan singkat kepada rakyat Indonesia,
3. suasana rapat umum di Lapangan Ikada yang dijaga oleh bala tentara Jepang.

c. Vitrin Sudut 1
Disajikan benda-benda yang mendukung perjuangan fisik bersenjata rakyat Indonesia
dalam mempertahankan kemerdekaan, yaitu ;

8
1. mikrophone (dilengakapi dengan ilustrasi masyarakat Yogyakarta dalam menyambut
gema proklamasi)
1. dua buah sabil morsose milik prajurit Indonesia yang telah mengikuti pendidikan
militer di Jepang
2. bambu rucing (dilengkapi dengan potret diri Kyai Haji Subchi).

d. Panil Dinding 2
Disajikan 4 bingkai dokumjen foto situasi rakyat Yogyakarta sewaktu menyambut
gema Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, yaitu ;
1. Sri Sultan Hamengku Buwono IX usai menyatakan bahwa negeri Ngayogyakarta
Hadiningrat yang bersifat kerajaaan merupakan bagian dari Daerah Istimewa
dalam negara Indonesia 5 September 1945,
2. sebagian jenazah korban dari pertempuran Kotabaru, Yogyakarta 7 Oktober 1945,
3. suasana Kongres Pemuda yang pertama bertempat di Gedung Senisono,
Yogyakarta, 10 Nopember 1945,
4. AURI dengan pesawat Cureg.

e. Panil Dinding 3
Disajikan sebuah bagan susunan Pemerintah DIY setelah proklamasi 17 Agustus 1945
yang dilengkapi peta timbul wilayah DIY.

f. Panil Dinding 4
Disajikan 6 bingkai foto perjuangan bangsa Indonesia setelah Ibukota RI
berkedudukan di Kota Yogyakarta, yaitu
1. berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada di Pagelaran Keraton, Yogyakarta,
2. kegiatan APWI,
3. peresmian san pembukaaan Bnk Nrgara Indonesia di bekas Gedung Javasche
Bank Yogyakarta,
4. contoh uang ORI sebagai pengganti mata uang NICA,
5. barisan bambu runcing
6. gerakan pemberantasan buta huruf di Yogyakarta

g. Panil Dinding 5
Disajikan 6 bingkai foto, yaitu ;
1. pelantikan BPKNIP di Gedung Kesenian Pasar Baru, Jakarta,

9
2. suasana pelantikan laskar-laskar per4juangan rakyat bdalah memperkokoh TRI
di Yogyakarta,
3. kegiatan para seniman patung Yogyakarta,
4. penurunan Obat-obatan dari India,
5. suasana demonstarsi rakyar Pasudan di Yogyakarta,
6. Presiden Soekarno membuka pemberantasan buta huruf di alun-alun Yogyakarta.
h. Teras Sudut Ruang Museum
Dilestarikan senjata-senjata revolusi fisik hasil dari rampasan Jepang dan sekutu
yaitu: senapan brouwing, senapan mesin ringan MKL, mortir 80, senapan mesin berat
HBEL, water matel, dan replika kekinyu serta leuwis. Disamping itu disajikan replika
pakaian seragam: HEIHO, PETA, LASWI, POLISI ISTIMEWA, GERILYA F.T.P
dan CADET VAANDRIGT.
i. Vitrin Dinding 1
Dilestarikan berbagai jenis senjata tajam milik pejuang yang digunakan selama
perang kemerdekaan berupa: 3 buah keris, 2 buah samurai, 2 buah tombak, kudi dan
golok serta replika perlengkapan prajurit PETA (Hango dan Syuitho).
j. Vitrin Dinding 2
Dilestarikan beberapa pucuk senjata api hasil rampasan Jepang, Sekutu dan
Belanda yang selanjutnya digunakan untuk perang kemerdekaan. Terdiri atas: sepucuk
senapan, mesin ringan MKI dan mortir 50 serta 2 buah peluru mortir.
k. Vitrin Tengah 1
Disajiakn 2 buah miniatur perahu yaitu perahu jangkung dan perahu mayang
sumbangan dari Bapak Laksamana Pertama Haji Abdul Majid 13 September 1995.
l. Vitrin Tengah 2
Disajikan 2 buah Kapal Pinisi sumbangan dari Sub Dina Sejarah dan tradisi
ABRI. Dinas penerangan AL, Jakarta 16 Februaru 1996.
m. Panil Tegak 2
Disajikan 4 bingaki dokumen foto peristiwa pertempuran rakyat Indonesia
melawan sekutu di Surabaya, yaitu ;
1. suasana pertempuran Surabaya oleh Bung Tomo 10 Nopember 1945,
2. suasana pejuang arek-arek Surabaya waktu menghadapi Tentara Sekutu,
3. Panglima Divisi Mayor Jenderal Sungkono saat melapor kepada Panlima Jenderal
Soedirman tentang Peristiwa Gencatan Senjata di Surabaya,
4. upacara pemberian Ijazah lulusan Militer Akademi Yogyakarta oleh Presiden
Soekarno di Istana Kepresidenan Yogyakarta.
n. Panil Dinding 6
Disajikan sebuah bagan Struktur Organisasi PETA Wilayah Jawa Tengah.

10
o. Panil Dinding 7
Disajikan sebuah bagan Struktur Organisasi Bdan Keamanan Rakyat (BKR).
p. Panil Dinding 8
Disajikan sebuh bagab Struktu Oraganisasi Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam kegiatan wisata ini kita dapat mengambil banyak sekali manfaat yang kita
butuhkan, contohnya dapat menambah pengalaman dan mendapat wawasan, mengenal
sejarah, pembelajaran yang kita butuhkan dan dalam kegiatan ini kita bisa mendapat
inspirasi dan dapat menikmati keindahan pemandangan nusantara yang begitu beragam.
Penulis dapat menikmati keindahan Museum Dirgantara dan Museum Monjali.
Dari tempat bersejarah tersebut juga merupakan salah satu sarana pendidikan luar sekolah
yang didalamnya terdapat perpaduan antara pengetahuan dan unsur hiburan

3.2 Saran
Adabeberapa saran yang perlu diperhatikan diantaranya :
1. Jika kita ingin memasuki kawasan wisata di Jogjakarta atau kota besar sebaiknya
kita berkelompok jangan berpisah
2. Jika ingin pergi wisata ke Jogjakarta atau kota besar sebaiknya siswa siswi
diwajibkan menabung.
3. Jika takut mencoba wahana/ permainan yang menantang dan sebaiknya jangan
mencobanya jika kita takut atau phopia dengan wahana tertentu.
4. Jangan membeli barang yang tidak bermanfaat, pandai-pandailah dalam menawar
barang agar dapat harga yang sesuai dengan kualitas
5. Siapkan obat-obatan yang diperlukan selama dalam perjalanan

11
LAMPIRAN

12
13
14
15
16
17
18
19

Anda mungkin juga menyukai