RISALAH
RAPAT PLENO BADAN LEGISLASI DPR RI
DENGAN PENGUSUL TERKAIT HARMONISASI RUU 12 PROVINSI
B. ANGGOTA
45 dari 80 Anggota BALEG
1. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan:
12 dari 15 17 Anggota
1) Mayjen TNI., Mar. (Purn) Sturman
Panjaitan, S.H.
2) H. Irmadi Lubis
3) Sondang Tiar Debora Tampubolon
4) Masinton Pasaribu, S.H.
5) Darmadi Durianto
6) Selly Andriany Gantina, A.Md.
7) My Esti Wijayati
8) Arif Wibowo
9) Ir. Andreas Eddy Susetyo, M.M.
10) Ichsan Soelistio
11) I Nyoman Parta, S.H.
12) I Ketut Kariyasa Adnyana, S.P.
-2-
C. ANGGOTA IZIN:
1. Riezky Aprilia, S.H., M.H. (F-PDIP)
2. Hj. Saniatul Lativa, S.E., M.M. (F-P.Golkar)
3. Nusron Wahid (F-P.Golkar)
4. Zulfikar Arse Sadikin, S.IP., M.Si. (F-
P.Golkar)
5. Sulaeman L. Hamzah (F-P.Nasdem)
D. UNDANGAN:
1. Dr. Ahmad Doli Kunia Tandjung (Pengusul
RUU/ Komisi II)
2. Dr. Junimart Girsang, S.H., M.B.A., M.H.
(Pengusul RUU/ Komisi II)
3. Saan Mustopa, M.Si. (Pengusul RUU/
Komisi II)
4. Luqman Hakim, S.Ag. (Pengusul RUU/
Komisi II)
JALANNYA RAPAT:
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa, atas perkenan-Nya sehingga pada sore hari ini kita bisa hadir dalam
Rapat Badan Legislasi, dalam rangka mendengarkan usulan penyusunan 6
RUU (Rancangan Undang-Undang) tentang Provinsi, dan Pemekaran Daerah
Wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat, yang diusulkan oleh Komisi II.
-4-
Terkait kedua surat di atas, untuk RUU tentang Provinsi adalah RUU
tentang Provinsi Bali, RUU tentang Provinsi NTB, RUU tentang Provinsi NTT,
RUU tentang Provinsi Sumatera Barat, RUU tentang Provinsi Jambi, dan
RUU tentang Provinsi Riau.
Rapat ini akan berlangsung sampai dengan Pukul 16.30 ya, saya rasa
cukup ya? Kalaupun nanti ada hal-hal yang masih ingin didalami, akan kita
perpanjang. Setuju ya Pak?
(RAPAT: SETUJU)
Silakan Pak.
Yang kami hormati Ketua dan seluruh Pimpinan Badan Legislasi, juga
beserta seluruh Anggota.
Juga yang saya hormati Pimpinan Komisi II DPR RI yang ikut hadir pada
pertemuan sore hari ini.
Pertama tentu kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita semua, sehingga kita pada hari ini masih bisa diberi kesehatan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab konstitusional kita.
Nah, yang sekarang, ini ada dua undang-undang lagi, yang mengatur
tentang 6 provinsi. Nah, undang-undang yang pertama, itu adalah Undang-
Undang Nomor 61 Tahun ’98 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat
Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantara
Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau. Kemudian undang-undang, yang
berikutnya adalah Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang
-7-
Nah, oleh karena itu berdasarkan komunikasi yang sudah kita bangun
selama ini dengan pemerintah, dan kemudian karena memang pemekaran ini
membutuhkan waktu yang juga relatif cepat, karena sesuai dengan amanat
undang-undang itu harus kita selesaikan sebelum periode pemerintahan ini
berakhir. Kami, kemudian menyepakati bersama pemerintah bahwa undang-
undang ini pembahasannya menjadi inisiatif DPR, dalam hal ini Komisi II.
-8-
Nah, tentu kita berharap dengan adanya rencana pemekaran ini, kita
bisa menjawab percepatan pembangunan yang kita harapkan terjadi di tanah
Papua, ya. Jadi, dan secara politik, mudah-mudahan ini juga bisa menjawab
makin kuatnya semangat mempertahankan Papua tetap menjadi bagian dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Nah, saya kira kami singkat saja, Pak Ketua, untuk menjelaskan apa
rencana dan kemudian apa namanya, agenda-agenda yang kemudian kami
perlu sampaikan dan kemudian minta dengan hormat supaya Baleg juga
segera bisa melakukan sinkronisasi dan harmonisasi terhadap usulan 6, dan
6 provinsi dan kemudian 6 calon provinsi di Papua dan Papua Barat.
Saya kira itu sementara yang bisa kami sampaikan sebagai pengantar.
Untuk selanjutnya kami serahkan kembali kepada Pimpinan, untuk kalau
misalnya ada diperlukan pendalaman, nanti kita akan lanjutkan dalam sesi
berikutnya. Terima kasih, saya kembalikan.
Wabillahitaufik Walhidayah.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Waalaikumsalam.
Terima kasih Pak Ketua, atas penjelasan yang singkat tapi padat, ya.
Kita berharap 7 RUU kemarin, yang sudah diharmonisasi dan telah
mendapatkan persetujuan dari paripurna sebagai usul inisiatif, itu sesegera
mungkin bisa diselesaikan oleh teman-teman di Komisi II. Kami punya
harapan besar di Badan Legislasi, bahwa mudah-mudahan tahun ini yang
paling produktif adalah Komisi II, dan itu bisa menyelamatkan wajah parlemen
dari sisi legislasi.
Tapi jangan lupa, itu kolaborasi antara Baleg dan Komisi II. Bukan begitu, Pak
Junimart, Pak?
Bukan hanya Anggota Komisi II, tapi Anggota Baleg juga, Pak.
Ya, Baleg, otomatis Pak. Baik teman-teman sekalian, itu tadi kalau
yang 6 pembentukan provinsi kan tidak ada bedanya dengan yang 7 yang
kemarin ya. Hanya mengganti dasar hukum menyangkut soal pembentukan
provinsi, ya, dari konstitusi apa namanya, RIS, kemudian kembali ke undang-
undang dasar.
Tetapi yang terkait dengan Papua, ini kan amanat dari Undang-
Undang Otonomi Khusus Papua, yang kita sudah sahkan seperti yang
dijelaskan oleh Pimpinan tadi. Nah, kita berharap setelah selesai ini tentu
nanti juga akan diikuti dengan pembentukan, ada kemungkinan ya,
pembentukan daerah otonom baru di tingkat kabupaten maupun kota, karena
pasti akan ada yang berubah. Tadinya, ada yang masih dalam kabupaten,
mungkin akan berubah menjadi kota, ya. Ataupun juga sebaliknya, mungkin
sudah ada yang harus ditambah.
Jangan sampai terlambat Pak, nanti Pak Sturman susah nanti Pak
Sturman. Saya rasa itu ya, sebagai pengantar. Selanjutnya saya persilakan,
mungkin ada masukan? Silakan Pak Sturman.
Terima kasih.
Pimpinan yang luar biasa, tadi awal-awal jumlah pimpinan dan anggota
berimbang, 4 lawan 4 tadi. Tapi dengan berjalannya waktu, anggota mungkin
enggak merasa enak kalau pimpinan imbang dengan anggota, sehingga
bertambahlah anggota. Ini luar biasa hari ini.
Pertama, saya terima kasih, ini luar biasa Pak, saya sangat senang
sekali, Komisi II ini inisiatifnya banyak, dan di Baleg itu juga kegiatan cukup
luar biasa. Apalagi sekarang sudah 13 lagi, dari 7, tambah 12 lagi, 19
rancangan undang-undang.
Dan saya, ada hal yang perlu saya sampaikan kepada pengusul,
Komisi II, yang pertama tentang persyaratan untuk pembentukan satu
provinsi, apakah dari jumlah penduduk, ataukah wilayahnya, dan seterusnya.
Mudah-mudahan semua sudah terpenuhi Pak, karena kan di Papua ini
penduduknya enggak sampai 5 juta, kalau saya enggak keliru. Kalau dibagi 6,
berarti kan satu provinsi, katakanlah, itu berapa. Ada yang mungkin enggak
sampai 1 juta, mungkin.
Nah ini apakah itu memenuhi syarat, nanti mungkin kita sama-sama.
Tapi yakin, percaya, kalau lihat Pak Junimart di sini hadir dengan pimpinan
semua di sini, saya sebenarnya enggak ragu lagi, Pak. Enggak ragu, sedikit
pun saya enggak ragu. Cuma supaya kelihatan ngomong dulu saja, jadi
kelihatan semangat kita itu. Itu yang pertama.
Yang kedua, Pimpinan, saya terima kasih, kami akan segera mengatur,
poksi-poksi segera melakukan ini, karena memang ini dibutuhkan, terutama
yang 6, 7 yang pertama, Pak. Eh 6 pertama ya, yang hanya merubah dari
alasnya saja ya, atau dasarnya. Demikian, Pimpinan, terima kasih.
Biasanya beliau minta waktu terakhir, Pak. Jadi Beliau ini selalu
menjadi penutup, tapi hari ini yang pertama. Pak Yan, ada? Silakan.
Terima kasih.
Terima kasih.
Oh berarti ada usulan nih, minimal tambah satu lagi, Pak. Begitu Pak
Yan ya? Nanti tinggal koordinasi dengan teman-teman Pimpinan Komisi II,
nanti, Pak Yan. Siapa tahu besok ada surat susulan.
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
warna kuning dan warna biru. Saya senang banget ada warna biru akhirnya,
alhamdulillah. Terkait dengan, terima kasih sudah memilih warna biru.
Terima kasih, itu saja, mohon maaf lahir dan batin, saya tidak
bermaksud untuk mengajari, tapi siapa tahu salah satu, salah duanya
saudara-saudaraku pengusul RUU terlewat untuk memikirkannya, di sinilah
kami hadir untuk kemudian bisa mengisi kekosongan tersebut.
Terima kasih.
Waalaikumsalam.
Begitu juga dengan, kalau retribusi, saya rasa itu sudah ada
nomenklaturnya dalam undang-undang menyangkut soal retribusi. Kemudian
juga menyangkut soal dana pemajuan kebudayaan ya, tapi ini kan sumbernya
sudah jelas, di APBN. Artinya, butuh alokasi khusus lagi nanti. Tapi, kalau
yang ini nanti urusannya dengan AKD yang lain, karena itu terkait. Tetapi
nomenklaturnya kita siapkan, itu menjadi dasar hukum untuk penyiapan ke
APBN dalam rangka mendapatkan dana pemajuan kebudayaan. Dan saya
rasa ini cukup bagus, itu artinya bahwa memang Bali fokus kepada
pengembangan industri pariwisata.
Saya rasa itu saja yang menjadi apa, bahan kita, nanti Insya Allah
mulai besok kalau nama-nama panjanya sudah ada, sudah masuk, mungkin
nanti Pak Widi sesegera mungkin koordinasi juga dengan Sekretariat Komisi
II, untuk segera kita lanjutkan dalam sidang ataupun rapat-rapat panja
masing-masing RUU. Terakhir saya persilakan kepada pengusul, Pak Ketua,
mungkin ada hal-hal yang perlu ditambahkan, saya persilakan.
Saya ingin merespons sedikit dari apa yang tadi disampaikan, menjadi
masukan dan catatan buat kita semua. Yang pertama, terkait 6 provinsi itu,
dari awal kami juga sudah memberikan, menetapkan koridor. Jadi, perubahan
atau penyempurnaan Undang-Undang tentang Provinsi dan Kabupaten/Kota
yang jumlahnya 20 dan 236 itu, hanya sebatas perubahan dasar
pembentukannya saja, ya. Nah, tetapi awal-awal memang berkembang, ya
Bu Desy. Jadi banyak yang mengusulkan. Misalnya, salah satu contoh ketika
dibahas perubahan undang-undang yang berkaitan dengan Provinsi
Sumatera Barat, maka ada aspirasi sekaligus momentum untuk merubah
nama dari Provinsi Sumatera Barat menjadi Provinsi Minangkabau.
Kalaupun, kalaupun masuk pada hal-hal yang substansial, itu juga kita
sepakati pada 2 hal. Yang pertama adalah soal bicara tentang batas wilayah,
karena ternyata di beberapa provinsi, di antara beberapa provinsi itu sampai
sekarang masih ada dispute antara satu provinsi dengan provinsi yang lain
tentang batas wilayah, ya. Contohnya, kalau tempatnya Pak Ketua ini antara
Sulawesi Tengah dengan Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tenggara dengan
Sulawesi Selatan, itu masih ada yang belum selesai.
Tapi saya sudah sampaikan kepada Pak Menteri Dalam Negeri, dan
juga disampaikan kepada Pak Presiden, sebetulnya yang kuatir khawatir, Pak
Presiden. Karena tadi itu, nanti soal yang terutama bagi-bagi hasil nih,
daerah-daerah berpotensi. Nah, itu panjang lagi urusannya nanti, dengan
HKPD, dengan ya macam-macam itu. Nah, jadi kita kunci dengan koridor
pada 2 hal itu saja. Nah, jadi apa yang disampaikan oleh Bu Desy Ratnasari
mudah-mudahan bisa masuk ke dalam substansi tentang karakteristik
pembangunan daerah itu, itu yang pertama.
Nah, khusus untuk Papua dan Papua Barat, pemekaran ini memang
amanat dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021. Nah, oleh karena itu kita
melakukan apa namanya, proses pemekaran ini, rujukan atau alas hukumnya
adalah Undang-Undang Nomor 2/2021 yang tidak mengatur tentang semua
syarat yang ada di 23/2014. Jadi, yang tadinya syarat di 23/2014 itu ada
- 17 -
Nah oleh karena itu, misalnya di, untuk di provinsi, calon provinsi di
Papua Selatan, itu cuma ada 4 kabupaten yang ada, ya. Yang seharusnya
kalau pakai 23/2014 harus minimal 4 kabupaten dan 1 kota. Nah, tapi karena
dia kekhususan, maka kemudian kita pakai syarat-syarat yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah, sebagai turunan dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2021.
Nah, yang berikutnya adalah soal jumlah daerah yang kita mekarkan.
Jadi sebetulnya ini ada konsensus, Pak Yan, ya. Jadi, ada pembicaraan-
pembicaraan secara informal. Sebetulnya usulan pemerintah itu untuk tahap
pertama, atau gini, kita waktu itu mau memekarkan berdasarkan apa? Gitu
ya.
Nah, oleh karena itu saya kira memang perlu ada komitmen terhadap
konsensus kita semua, ya. Saya setuju mungkin pada akhirnya nanti kalau
kita konsisten harus dengan wilayah, berdasarkan wilayah adat, memang
harus minimal 7. Tapi, mungkin dengan pertimbangan keuangan, dengan
pertimbangan keadilan, gitu ya, dan juga pertimbangan politis, mungkin nanti
akan ada negoisasi antara pemerintah dan DPR, yang pemerintah
- 18 -
mengusulkan cuma ada tambah 3, jadi 5, kita nambah 4 jadi 6. Nah, ini juga
nanti ini masih terus dalam proses pembidangan.
Nah, belum lagi misalnya ini, salah satu contoh, saya tadi, saya paham
maksudnya Pak Yan ini, misalnya ini masih ada apa namanya, perdebatan.
Teman-teman di kabupaten Pegunungan Bintang. Kabupaten Pegunungan
Bintang, kalau dari wilayah adat dan geografis, dia masuknya pasti ke Papua
Tengah, di, di, eh ke Pegunungan Tengah, ya kan? Di La Pago.
Saya kira itu Pak Ketua, yang bisa saya sampaikan. Dari, menanggapi
dari semua apa yang disampaikan oleh Bapak-Ibu sekalian tadi barusan.
Terima kasih.
Terima kasih Ketua. Enggak salah ini memang ya, jadi kalau beliau jadi
pelaksana tugas Ketua DPD Papua, memang rupanya satu Papua ini sudah
hapal betul. Kita tinggal minta jatah ini kita pindah di dapil Papua, dapil yang
mana.
Oh silakan, silakan.
- 19 -
Nah ada yang kurang. Nah, ini juga nanti akan jadi pembahasan yang
sangat serius. Karena kalau tadi kita sepakati bahwa pembahasan 6 provinsi
yang berikut, termasuk 7 kemarin itu hanya secara substansi bicara soal
batas wilayah dan juga soal karakteristik pembangunan. Nah, Bali ini sebelum
kita mengajukan perubahan terhadap 20 dan 236 itu, mereka sudah
mengusulkan untuk meminta supaya Bali itu punya undang-undang sendiri
dengan kekhususan sendiri, sebagai daerah pariwisata, ya.
Jadi memang harus ada pembicaraan khusus itu Pak Ketua. Dan itu
sudah dicatat betul sama Pak Junimart Girsang. Terima kasih Pak.
Terima kasih. Saya rasa ndak ada yang sama, dari sisi.
Tambahan, Ketua.
Oh silakan, silakan.
Memang saya memberikan stressing lagi sedikit, saya lihat ini kan 6
provinsi langsung nih, Ketua. Jadi, sebenarnya kalau saya mengamati dari
kacamata pemerintah, alau dari aspek politisnya yang kita mau dorong
pemekaran di Papua, berarti mungkin pemerintah harus prioritas saja, yang
mana, daerah mana yang kita mendorong pemekaran, begitu. Supaya jangan
sampai kayak Ketua sampaikan, makin ramai ini. Jadi, mungkin itu yang
harus menjadi prioritas, sehingga DPR juga dalam pembahasan ke depan
- 20 -
Nah, karena saya lihat ini kan kalau dengan adanya 6 ini kan berarti
semua wilayah ini bersaing, begitu, bersaing untuk harus dimekarkan.
Sedangkan kalau kita menghitung kembali pada alokasi dana otsus,
sebenarnya sangat kecil sekali untuk bisa dibagi-bagi, itu. Jadi, inilah yang
memang nanti ke depan harus perlu juga kita meminta penjelasan dari
pemerintah.
Dari aspek politis mana daerah yang memang menjadi prioritas untuk
kita dorong pemekaran. Sehingga jangan sampai membuat kita sendiri
bingung untuk membahas. Apalagi tadi sudah dijelaskan Pak Doli, karena Plt.
ketua Golkar, jadi semua wilayah di sana, luar biasa, kuasai betul nih, tinggal
mungkin jumlah penduduk riil-nya saja, yang belum. Tapi kayaknya datanya
sudah ada di Komisi II.
Jadi, saya pikir mungkin itu, Ketua, karena memang dinamika soal
wilayah ini sampai sekarang belum tuntas. Nah, taruhlah bupati si A menjabat
periode ini, mau wilayah dia masuk ke wilayah adat si B. Nanti besok juga
begitu. Jadi dinamikanya tarik-menarik. Nah, sehingga memang kita harus
tegas, karena saya melihat pemerintah sendiri juga membuka ruang
negosiasi.
Terima kasih.
Terima kasih Pak Yan. Nanti akan kita (suara tidak jelas) konsisten
ya, menyangkut soal pemekaran wilayah itu berdasarkan, satu,
pertimbangannya pasti berdasarkan wilayah adat ya, karena kita kenal di
sana kan ada 7 wilayah adat yang masing-masing memiliki karakteristik
tersendiri. Yang kedua, tentu pertimbangan kewilayahan juga menjadi
penting, dan sekaligus secara administratif itu akan menjadi pertimbangan.
Dan yang terakhir, adalah menyangkut soal apa ya, terutama kemampuan
pemerintah pusat dari sisi keuangan, kenapa ada moratorium pemekaran
wilayah? Ya, karena memang berat, sangat berat, dalam kondisi sekarang.
Tetapi menurut saya, tidak ada yang perlu kita khawatirkan. Bahkan
saya mendorong DPR, mekarkan saja. Karena peluang itu ada saat ini. Soal
nanti negosiasinya, kan ini baru usul inisiatif kan, baru usul inisiatif. Kalau bisa
- 21 -
menjadi 7, sesuai dengan wilayah adat yang ada, kenapa tidak dijadikan 7?
Tapi itu kan nanti ruang negosiasi bersama pemerintah, dan tentu harus
bicara kepada teman-teman, masyarakat Papua sendiri, ya? Nanti akan kita
lakukan, jadi soal Papua, nanti akan kita bahas sendiri ya Pak Yan ya?
Yang kedua, soal Bali tadi Pak Junimart, sebenarnya buat kita yang
diminta Bali, enggak ada masalah. Karena menyangkut soal kekhususan,
kekhasan yang ada di Bali itu, karena potensi pariwisata itu kan kalau kita
lihat, cuma yang kita butuh adalah harus ada hitung-hitungannya, Pak
Junimart. Menyangkut soal, kalau ini besarannya cukup ndak. Nanti alokasi
buat APBN, kalau ndak ada compare-nya dengan pungutan-pungutan yang
lain, nanti kelebihan, atau jangan sampai ada pungutan tambahan tetapi
ternyata APBN-nya malah berkurang.
Nah, ini kan harus bicara dengan Kementerian Keuangan, dan juga
menyangkut soal postur nanti di APBD, itu harus ditempatkan karena harus
ada nomenklatur baru, Pak Ketua. Jadi hanya itu saja, jadi saya setuju tadi,
bahwa ini nanti akan kita, tetap kita punya komitmen untuk menyelesaikan,
tapi mungkin perlu kita bicarakan, supaya jangan mengganggu yang eksis
sekarang, dan yang sudah akan dibahas teman-teman di Komisi II.
Saya rasa begitu ya Pak? Cukup ya? Pak Junimart, mungkin ada?
Kalau Pak Junimart ini kami sama-sama di tiga, dengan kedipan, sudah tahu,
sudah paham. Sama dengan Pak Sturman, ya, kedip.
Insya Allah dalam waktu dekat ini mungkin minggu depan, akan segera
kita melakukan pengharmonisasian terhadap ke-6 RUU tentang
Pembentukan Provinsi, dan 6 RUU tentang Pemekaran Daerah Wilayah
Papua. Saya rasa dengan demikian saya ucapkan sekali lagi terima kasih.