Anda di halaman 1dari 21

VALIDASI I : RA. HUNNA KARINA K.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA

RISALAH
RAPAT PLENO BADAN LEGISLASI DPR RI
DENGAN PENGUSUL TERKAIT HARMONISASI RUU 12 PROVINSI

Tahun Sidang : 2021-2022


Masa Persidangan : III
Rapat Ke- : 1 (satu)
Jenis Rapat : Rapat Pleno
Sifat Rapat : Terbuka
Hari, Tanggal : Kamis, 27 Januari 2022
Waktu : 15.20 s.d. 16.20 WIB
Tempat : Ruang Rapat Badan Legislasi DPR RI dan
virtual/video conference. Gedung Nusantara I Lt. 1,
Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270
Ketua Rapat : Dr. Supratman Andi Agtas, S.H., M.H.
Acara : Penjelasan Pengusul/Komisi II terkait Harmonisasi
RUU 12 Provinsi
Sekretaris Rapat : Widiharto, S.H., M.H.
Kabag Sekretariat Badan Legislasi DPR RI
Hadir : A. PIMPINAN:
4 dari 5 Pimpinan
1. Dr. Supratman Andi Agtas, S.H., M.H. (F-P.
Gerindra)
2. Drs. M. Nurdin, M.M. (F- PDIP)
3. Willy Aditya (F- P.Nasdem)
4. H. Abdul Wahid, S.Pd.I., M.Si. (F-PKB)

B. ANGGOTA
45 dari 80 Anggota BALEG
1. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan:
12 dari 15 17 Anggota
1) Mayjen TNI., Mar. (Purn) Sturman
Panjaitan, S.H.
2) H. Irmadi Lubis
3) Sondang Tiar Debora Tampubolon
4) Masinton Pasaribu, S.H.
5) Darmadi Durianto
6) Selly Andriany Gantina, A.Md.
7) My Esti Wijayati
8) Arif Wibowo
9) Ir. Andreas Eddy Susetyo, M.M.
10) Ichsan Soelistio
11) I Nyoman Parta, S.H.
12) I Ketut Kariyasa Adnyana, S.P.
-2-

2. Fraksi Partai Golongan Karya:


7 dari 12 Anggota
1) John Kenedy Azis, S.H.
2) Christina Aryani, S.E., S.H., M.H.
3) Ferdiansyah, S.E., M.M.
4) Hj. Ending Maria Astuti, S.Ag,. S.H.,
M.H.
5) Drs. H.M. Gandung Pardiman, M.M.
6) Supriansa, S.H., M.H.
7) Trifena M. Tinal, B.Sc.

3. Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya:


6 dari 10 Anggota
1) Heri Gunawan, S.E.
2) Obon Tabroni
3) H. Jefry Romdonny, S.E., S.Sos., M.Si.,
M.M.
4) Ir. KRT. H. Darori Wonodipuro, M.M.
5) Bimantoro Wiyono, S.H.
6) Yan Permenas Mandenas, S.Sos., M.Si.

4. Fraksi Partai Nasional Demokrat:


5 dari 7 Anggota
1) Hj. Lisda Hendrajoni, S.E., MMtr.
2) Muhammad Farhan
3) Aminurokhman, S.E., M.M.
4) Ary Egahni Ben Bahat, S.H.
5) Drg. Hj. Hasnah Syams, Mars.

5. Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa:


4 dari 7 Anggota
1) Drs. H. Ibnu Multazam
2) Ela Siti Nuryaman, S.Sos.I.
3) Drs. Mohammad Toha, S.Sos., M.Si.
4) Farida Hidayati, S.H. M.Kn.

6. Fraksi Partai Demokrat:


5 hari 7 Anggota
1) H. Santoso, S.H.
2) Dr. Hinca I.P. Pandjaitan XIII, S.H., M.H.
Accs.
3) DR. Ir. H.E. Herman Khaeron, M.Si.
4) Anwar Hafid
5) Willem Wandik, S.Sos.

7. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera:


1 dari 7 Anggota
1) Dr. H. Mulyanto, M.Eng.
-3-

8. Fraksi Partai Amanat Nasional:


3 dari 6 Anggota
1) Desy Ratnasari, M.Si., M.Psi.
2) Drs. H. Guspardi Gaus, M.Si.
3) Hj. Intan Fauzi, S.H., LL.M.

9. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan:


1 dari 2 Anggota
1) Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal, S.E.

C. ANGGOTA IZIN:
1. Riezky Aprilia, S.H., M.H. (F-PDIP)
2. Hj. Saniatul Lativa, S.E., M.M. (F-P.Golkar)
3. Nusron Wahid (F-P.Golkar)
4. Zulfikar Arse Sadikin, S.IP., M.Si. (F-
P.Golkar)
5. Sulaeman L. Hamzah (F-P.Nasdem)

D. UNDANGAN:
1. Dr. Ahmad Doli Kunia Tandjung (Pengusul
RUU/ Komisi II)
2. Dr. Junimart Girsang, S.H., M.B.A., M.H.
(Pengusul RUU/ Komisi II)
3. Saan Mustopa, M.Si. (Pengusul RUU/
Komisi II)
4. Luqman Hakim, S.Ag. (Pengusul RUU/
Komisi II)

JALANNYA RAPAT:

KETUA RAPAT (DR. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H./KETUA


BADAN LEGISLASI DPR RI):

Baik, terima kasih, bisa kita mulai ya Pak ya?

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.


Salam sejahtera buat kita semua.

Yang saya hormati Pimpinan Komisi II sebagai pengusul RUU.


Yang saya hormati Pimpinan dan Anggota Badan Legislasi.
Hadirin sekalian yang berbahagia.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa, atas perkenan-Nya sehingga pada sore hari ini kita bisa hadir dalam
Rapat Badan Legislasi, dalam rangka mendengarkan usulan penyusunan 6
RUU (Rancangan Undang-Undang) tentang Provinsi, dan Pemekaran Daerah
Wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat, yang diusulkan oleh Komisi II.
-4-

Sesuai dengan laporan sekretariat, jumlah anggota yang telah hadir


dan menandatangani daftar hadir sebanyak 15 orang, kemudian anggota
yang hadir secara virtual itu ada 20 orang, dan telah dihadiri oleh 9 fraksi.
Namun demikian, karena rapat ini tidak dalam kerangka pengambilan
keputusan, maka izinkan saya dengan mengucapkan
bismillahirrahmanhirrahim, rapat ini saya buka dan dinyatakan terbuka untuk
umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 15.20 WIB)


(RAPAT DINYATAKAN TERBUKA UNTUK UMUM)

Pimpinan Komisi II, dan Pimpinan dan Anggota Badan Legislasi.


serta hadirin sekalian yang berbahagia.

Perlu kami sampaikan bahwa Badan Legislasi telah menerima 2 surat


dari Pimpinan Komisi II, satu surat Nomor B.038/LG.01.01/I/2022, tertanggal
17 Januari tahun 2022, perihal naskah akademik dan draf 6 RUU usul
pengharmonisasian, pembulatan, pemantapan konsepsi RUU tentang
Provinsi.

Kedua, surat Nomor B/0.39/LG.01.01/I/2022, tertanggal 17 Januari


tahun 2022, perihal naskah akademik dan draf 6 RUU usul pengharmonisasi,
pembulatan, dan pemantapan konsepsi RUU Pemekaran Daerah.

Terkait kedua surat di atas, untuk RUU tentang Provinsi adalah RUU
tentang Provinsi Bali, RUU tentang Provinsi NTB, RUU tentang Provinsi NTT,
RUU tentang Provinsi Sumatera Barat, RUU tentang Provinsi Jambi, dan
RUU tentang Provinsi Riau.

Wah, Pak Gubernurnya ada di sini. Eh calon, maksudnya, adapun


RUU tentang Pemekaran Daerah, yaitu:

1. RUU tentang Provinsi Papua, atau provinsi induk,


2. RUU tentang Provinsi Papua Selatan,
3. RUU tentang Provinsi Papua Tengah,
4. RUU tentang Provinsi Pegunungan Tengah,
5. RUU tentang Provinsi Papua Barat, provinsi induk, dan
6. Adalah RUU tentang Provinsi Papua Barat Daya.

Adapun rapat Badan Legislasi pada hari ini adalah mendengarkan


penjelasan atau keterangan dari wakil pengusul, dalam hal ini akan
disampaikan oleh Pimpinan Komisi II. Penjelasan dan keterangan ini tentu
sangat diperlukan oleh Badan Legislasi dalam melakukan
pengharmonisasian, pembulatan, pemantapan konsepsi, atas 12 Rancangan
Undang-Undang tentang Provinsi, tersebut.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 67 ayat (1) Peraturan DPR RI Nomor


2 Tahun 2020 tentang Pembentukan Undang-Undang, disebutkan bahwa
pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi RUU meliputi
-5-

aspek teknis, substansi, dan asas pembentukan peraturan perundang-


undangan.

Dari sisi aspek teknis, mencakup kajian kesesuaian RUU dengan


teknik penyusunan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur
dalam undang-undang, yang mengatur mengenai pembentukan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan aspek substansi, mencakup kajian
kesesuaian RUU dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang.

Adapun, dari sisi asas pembentukan peraturan perundang-undangan


mencakup kajian RUU berdasarkan asas:
- Satu, kejelasan tujuan,
- Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat,
- Ketiga, kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan,
- Keempat, dapat dilaksanakan,
- Kelima, kedayagunaan dan kehasilgunaan,
- Ketujuh, kejelasan rumusan dan keterbukaan.

Agar dalam pelaksanaan proses pengharmonisasian harmonisasi,


pembulatan, pemantapan konsepsi terhadap 12 Rancangan Undang-Undang
Provinsi dapat memperoleh hasil yang optimal, maka penjelasan keterangan
terkait dengan latar belakang, urgensi, dan landasan yang mendasari
penyusunan 12 RUU dari wakil pengusul, sangat penting dalam memperkaya
Badan Legislasi untuk memantapkan konsepsi rancangan undang-undang.

Sehingga, diharapkan RUU ini hasil harmonisasi dapat menjadi sebuah


RUU yang berkualitas dari sisi substansi, dan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati.

Rapat ini akan berlangsung sampai dengan Pukul 16.30 ya, saya rasa
cukup ya? Kalaupun nanti ada hal-hal yang masih ingin didalami, akan kita
perpanjang. Setuju ya Pak?

(RAPAT: SETUJU)

Kami persilakan kepada pengusul, untuk memberikan penjelasan


terkait kedua belas rancangan undang-undang tersebut.

Silakan Pak.

PENGUSUL PEMBENTUKAN RUU 12 PROVINSI (DR. H. AHMAD DOLI


KURNIA TANDJUNG, S.SI, M.T.):

Terima kasih Ketua.


Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.


-6-

Selamat sore, salam sejahtera buat kita semua.


Om swastiastu, namo budaya, salam kebajikan.

Yang kami hormati Ketua dan seluruh Pimpinan Badan Legislasi, juga
beserta seluruh Anggota.
Juga yang saya hormati Pimpinan Komisi II DPR RI yang ikut hadir pada
pertemuan sore hari ini.

Pertama tentu kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita semua, sehingga kita pada hari ini masih bisa diberi kesehatan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab konstitusional kita.

Yang kedua, kami berterima kasih atas respons, dan kemudian


undangan atas surat yang kami ajukan, yang kami layangkan dari Komisi II
kepada Badan Legislasi, untuk memberikan penjelasan terhadap
permohonan rancangan undang-undang yang berjumlah ada 12, yang kami
minta untuk bisa disinkronisasi dan diharmonisasi. Dan, alhamdulillah hari ini
kami diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan.

Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota Badan Legislasi yang saya hormati.

Komisi II telah melakukan rapat-rapat dan kami dalam kesempatan ini


mengajukan ada 6, maaf, ada 12 ya, draf naskah akademik dan 12 draf
rancangan undang-undang, yang terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok yang
pertama adalah usulan perubahan rancangan undang-undang terhadap 6
provinsi. Nah, sebetulnya pembahasan tentang perubahan undang-undang ini
adalah lanjutan dari pembahasan yang pertama terhadap 7 undang-undang
yang sekarang, 7 rancangan undang-undang yang sekarang sudah masuk
surpresnya, dan kemudian sedang menunggu rapat pimpinan dan sudah
sampai ke Komisi II yang akan dibahas dalam waktu dekat.

Nah, kami perlu me-review, Bapak-Ibu sekalian, bahwa kami di Komisi


II dalam setahun terakhir ini mencoba me-review. Nah, hasil review kami itu
ternyata kami menemukan ada 20 provinsi dan 236 kabupaten/kota, yang
mereka pembentukan, dan sekarang yang menaungi atau menjadi alas
hukumnya adalah terdiri dari satu undang-undang yang merupakan bersama-
sama dengan provinsi yang lain. Nah, contohnya misalnya kemarin sudah kita
ajukan, yang tahap pertama, itu ada 4 provinsi yang berada di Sulawesi,
Sulawesi Tenggara, Tengah, Selatan, dan Utara, itu berarti apa namanya,
didasari oleh satu undang-undang. Kemudian, di Kalimantan juga ada 3
provinsi.

Nah, yang sekarang, ini ada dua undang-undang lagi, yang mengatur
tentang 6 provinsi. Nah, undang-undang yang pertama, itu adalah Undang-
Undang Nomor 61 Tahun ’98 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat
Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantara
Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau. Kemudian undang-undang, yang
berikutnya adalah Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang
-7-

Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan


kemudian Nusa Tenggara Timur.

Nah, kedua undang-undang ini pembentukannya didasari pada zaman


Republik Indonesia Serikat, dengan menggunakan dasar Undang-Undang
Dasar Sementara 1950. Nah, undang-undang ini kemudian semangatnya
pada saat itu adalah semangat federalistik. Nah, oleh karena itu ketika kita
saat ini sudah menetapkan bahwa semangat pemindahan otonomi, eh
pemindahan daerah itu berdasarkan konsep otonomi daerah, maka kami
merasa perlu untuk dilakukan penyesuaian ya, terhadap nomenklatur atau
alas hukum dari undang-undang tersebut, ya.

Kemudian, secara hukum administrasi negara, seperti kita ketahui


bahwa setiap pembentukan setiap kabupaten/kota dan provinsi, itu harus
didasari dengan undang-undang tersendiri masing-masing. Jadi, hampir
seluruh provinsi dan kabupaten/kota, selama kita terutama menerapkan
konsep otonomi daerah, maka pembentukan satu kabupaten/kota pun,
apalagi provinsi, itu harus didasari oleh satu undang-undang.

Nah, oleh karena itulah berdasarkan apa namanya, dasar-dasar


tersebut, kami perlu melakukan updating, karena kami menganggap bahwa
undang-undang ini sudah out of date, atau kadaluarsa, maka perlu kita
lakukan penyesuaian terhadap perkembangan situasi politik, situasi hukum,
perundangan, peraturan perundangan yang ada sekarang.

Nah, itulah kemudian kenapa kami melanjutkan. Ketika sudah 7


rancangan undang-undang dari 7 dari provinsi, sudah disepakati antara DPR
dengan pemerintah untuk dibahas, dan Insya Allah dalam masa sidang ini
sudah akan kita selesaikan. Dan, kami berharap ketika ini kami sampaikan
sekarang, sudah bisa disinkronisasi dan diharmonisasi oleh Baleg, mudah-
mudahan di masa sidang berikutnya kita lanjutkan 6 provinsi lagi, setelah 7
kami selesaikan di masa sidang ini, dan kemudian nanti bisa lanjut terhadap
provinsi yang lain dan di kabupaten/kota yang berikutnya, sejumlah 236.

Kemudian Bapak-Ibu sekalian, selain 6 provinsi atau 6 rancangan


undang-undang yang kami ajukan tentang 6 provinsi ini, kami juga
mengajukan 6 naskah akademik dan 6 Rancangan Undang-Undang tentang
Pemekaran Provinsi di Papua dan Papua Barat. Seperti yang sama-sama kita
ketahui, beberapa waktu yang lalu, pemerintah dan DPR juga telah sudah
menyepakati Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 tentang Otonomi Khusus
Papua, yang kemudian salah satu amanatnya di dalam undang-undang itu
adalah kita harus melakukan pemekaran di daerah provinsi dan Papua,
Provinsi Papua dan Papua Barat.

Nah, oleh karena itu berdasarkan komunikasi yang sudah kita bangun
selama ini dengan pemerintah, dan kemudian karena memang pemekaran ini
membutuhkan waktu yang juga relatif cepat, karena sesuai dengan amanat
undang-undang itu harus kita selesaikan sebelum periode pemerintahan ini
berakhir. Kami, kemudian menyepakati bersama pemerintah bahwa undang-
undang ini pembahasannya menjadi inisiatif DPR, dalam hal ini Komisi II.
-8-

Nah, oleh karena itu kami sudah menyusun 6 rancangan naskah


akademik, dan 6 Rancangan Undang-Undang tentang Pemekaran
Kabupaten, maaf, Provinsi Papua dan Papua Barat. Nah, ke-6 calon provinsi
itu, yang pertama adalah Papua yang sekarang menjadi Papua induk,
mewakili wilayah adat Saireri dan Tabi. Kemudian Papua Selatan itu
memekar, mewakili apa namanya, adat Asmat dan sekitarnya, kemudian
wilayah adat La Pago, itu akan menjadi Provinsi Papua Pegunungan Tengah.
Dan wilayah adat Mee Pago mewakili, eh mewakili yang akan terbentuk
provinsi di Papua Tengah. Nah, sementara di Papua Barat, juga kami
mengusulkan ada pemekaran, Papua Barat dengan Papua Barat Daya.

Nah, tentu kita berharap dengan adanya rencana pemekaran ini, kita
bisa menjawab percepatan pembangunan yang kita harapkan terjadi di tanah
Papua, ya. Jadi, dan secara politik, mudah-mudahan ini juga bisa menjawab
makin kuatnya semangat mempertahankan Papua tetap menjadi bagian dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Nah, saya kira kami singkat saja, Pak Ketua, untuk menjelaskan apa
rencana dan kemudian apa namanya, agenda-agenda yang kemudian kami
perlu sampaikan dan kemudian minta dengan hormat supaya Baleg juga
segera bisa melakukan sinkronisasi dan harmonisasi terhadap usulan 6, dan
6 provinsi dan kemudian 6 calon provinsi di Papua dan Papua Barat.

Saya kira itu sementara yang bisa kami sampaikan sebagai pengantar.
Untuk selanjutnya kami serahkan kembali kepada Pimpinan, untuk kalau
misalnya ada diperlukan pendalaman, nanti kita akan lanjutkan dalam sesi
berikutnya. Terima kasih, saya kembalikan.

Wabillahitaufik Walhidayah.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

KETUA RAPAT (DR. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H./KETUA


BADAN LEGISLASI DPR RI):

Waalaikumsalam.

Terima kasih Pak Ketua, atas penjelasan yang singkat tapi padat, ya.
Kita berharap 7 RUU kemarin, yang sudah diharmonisasi dan telah
mendapatkan persetujuan dari paripurna sebagai usul inisiatif, itu sesegera
mungkin bisa diselesaikan oleh teman-teman di Komisi II. Kami punya
harapan besar di Badan Legislasi, bahwa mudah-mudahan tahun ini yang
paling produktif adalah Komisi II, dan itu bisa menyelamatkan wajah parlemen
dari sisi legislasi.

Ini bisa dibayangkan, 7 ditambah 6, 13, tambah 6 lagi, 19 ya. Kalau


bisa diselesaikan ASN, berarti tahun ini Komisi II bisa menyelesaikan 20
rancangan undang-undang. Belum pernah terjadi di alat kelengkapan dewan,
satu AKD bisa menyelesaikan dalam setahun, 20 rancangan undang-undang.
-9-

Tapi jangan lupa, itu kolaborasi antara Baleg dan Komisi II. Bukan begitu, Pak
Junimart, Pak?

Nah, kita berharap juga nanti ke depan, setelah pembentukan wilayah


provinsi di Papua maupun 13 RUU tentang penyesuaian landasan hukum
pembentukan provinsi, nanti akan diikuti seperti yang disampaikan oleh Pak
Ketua tadi. Masih akan ada RUU yang terdampak, terutama menyangkut soal
dasar hukum pembentukan kabupaten/kota sebanyak 236. Bayangkan kalau
236 bisa diselesaikan dalam satu periode ini, ini sebuah prestasi ya? Kita beri
rasa hormat kepada teman-teman di Komisi II. Dampaknya ke Anggota juga
akan sangat signifikan, Pak. Artinya aktivitas dalam rangka persidangan ini,
ini luar biasa.

ANGGOTA BALEG: 00.20.22

Bukan hanya Anggota Komisi II, tapi Anggota Baleg juga, Pak.

KETUA RAPAT (DR. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H./KETUA


BADAN LEGISLASI DPR RI):

Ya, Baleg, otomatis Pak. Baik teman-teman sekalian, itu tadi kalau
yang 6 pembentukan provinsi kan tidak ada bedanya dengan yang 7 yang
kemarin ya. Hanya mengganti dasar hukum menyangkut soal pembentukan
provinsi, ya, dari konstitusi apa namanya, RIS, kemudian kembali ke undang-
undang dasar.

Tetapi yang terkait dengan Papua, ini kan amanat dari Undang-
Undang Otonomi Khusus Papua, yang kita sudah sahkan seperti yang
dijelaskan oleh Pimpinan tadi. Nah, kita berharap setelah selesai ini tentu
nanti juga akan diikuti dengan pembentukan, ada kemungkinan ya,
pembentukan daerah otonom baru di tingkat kabupaten maupun kota, karena
pasti akan ada yang berubah. Tadinya, ada yang masih dalam kabupaten,
mungkin akan berubah menjadi kota, ya. Ataupun juga sebaliknya, mungkin
sudah ada yang harus ditambah.

Tetapi intinya, kita sepakat, bahwa dengan pembentukan daerah


otonomi baru di tingkat provinsi di Papua ini, itu akan memberikan satu apa
ya, cita-cita untuk melihat Papua lebih cepat dalam kerangka pembangunan
sumber daya manusia, infrastrukturnya, artinya pemerintah pusat maupun
bersama-sama dengan DPR, ingin melihat Papua, dalam kondisi yang betul-
betul itu menjadi bagian terpenting dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selanjutnya, saya persilakan kepada kawan-kawan. Ini kan tahap awal,


nanti 13 rancangan undang-undang ini, itu ak, 12 ya? Dua belas RUU ini nanti
akan langsung kita bentuk panja. Soal nanti pimpinannya siapa, saya mohon
izin ya Pak, kita belum sampaikan hari ini karena kami akan musyawarah dulu
di antara pimpinan, untuk menentukan menyangkut soal. Tapi kami berharap,
seluruh teman-teman poksi segera mengirimkan nama-nama, nama-nama
anggota Panja 12 Rancangan Undang-Undang ini.
- 10 -

Jangan sampai terlambat Pak, nanti Pak Sturman susah nanti Pak
Sturman. Saya rasa itu ya, sebagai pengantar. Selanjutnya saya persilakan,
mungkin ada masukan? Silakan Pak Sturman.

F- PDIP (MAYJEN TNI. MAR (PURN) STURMAN PANJAITAN, S.H.):

Terima kasih.
Pimpinan yang luar biasa, tadi awal-awal jumlah pimpinan dan anggota
berimbang, 4 lawan 4 tadi. Tapi dengan berjalannya waktu, anggota mungkin
enggak merasa enak kalau pimpinan imbang dengan anggota, sehingga
bertambahlah anggota. Ini luar biasa hari ini.

Yang saya hormati Pimpinan.

Dan kalau 1 sudah 5, 5 pandawa, sudah luar biasa. Jadi saya


sampaikan kepada Pimpinan Komisi II, Bapak Ketua Pimpinan dan yang hadir
di sini, di Baleg itu kalau rapat pada umumnya 5 orang pimpinan hadir semua.
Ya, ini luar biasa. Berkat kepemimpinan mereka ini, apalagi ada pimpinan
yang baru, Pak Wahid, beliau sangat rajin. Selama berada di sini, baju
batiknya baru terus, saya lihat. Biasanya lengan pendek, dia sekarang lengan
panjang terus. Kan baru semua itu. Mungkin harganya perlu dilepas dulu itu
Pak.

Pertama, saya terima kasih, ini luar biasa Pak, saya sangat senang
sekali, Komisi II ini inisiatifnya banyak, dan di Baleg itu juga kegiatan cukup
luar biasa. Apalagi sekarang sudah 13 lagi, dari 7, tambah 12 lagi, 19
rancangan undang-undang.

Dan saya, ada hal yang perlu saya sampaikan kepada pengusul,
Komisi II, yang pertama tentang persyaratan untuk pembentukan satu
provinsi, apakah dari jumlah penduduk, ataukah wilayahnya, dan seterusnya.
Mudah-mudahan semua sudah terpenuhi Pak, karena kan di Papua ini
penduduknya enggak sampai 5 juta, kalau saya enggak keliru. Kalau dibagi 6,
berarti kan satu provinsi, katakanlah, itu berapa. Ada yang mungkin enggak
sampai 1 juta, mungkin.

Nah ini apakah itu memenuhi syarat, nanti mungkin kita sama-sama.
Tapi yakin, percaya, kalau lihat Pak Junimart di sini hadir dengan pimpinan
semua di sini, saya sebenarnya enggak ragu lagi, Pak. Enggak ragu, sedikit
pun saya enggak ragu. Cuma supaya kelihatan ngomong dulu saja, jadi
kelihatan semangat kita itu. Itu yang pertama.

Yang kedua, Pimpinan, saya terima kasih, kami akan segera mengatur,
poksi-poksi segera melakukan ini, karena memang ini dibutuhkan, terutama
yang 6, 7 yang pertama, Pak. Eh 6 pertama ya, yang hanya merubah dari
alasnya saja ya, atau dasarnya. Demikian, Pimpinan, terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H./KETUA


BADAN LEGISLASI DPR RI):
- 11 -

Terima kasih Pak Sturman.

Biasanya beliau minta waktu terakhir, Pak. Jadi Beliau ini selalu
menjadi penutup, tapi hari ini yang pertama. Pak Yan, ada? Silakan.

F- P. GERINDRA (YAN PERMENAS MANDENAS, S.SOS, M.SI):

Terima kasih.

Pimpinan Rapat yang kami hormati,


Ketua Komisi II, Pimpinan Komisi II,
Dan Bapak-Ibu Anggota Baleg yang saya hormati.

Pertama, saya berikan apresiasi untuk inisiatif dari Komisi II yang


sudah mencoba untuk mengerjakan naskah akademik, serta rancangan
undang-undang untuk dilakukan harmonisasi di Baleg. Namun yang kedua
mungkin saya perlu memberikan catatan lagi, kembali pada amanat Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2021 Pasal 76 dan sesuai dengan pasal penjelasan,
bahwa memang ada pembagian wilayah yang memang mungkin perlu
disesuaikan lagi dengan budaya, adat, dan masyarakat setempat. Karena
memang kalau kita mengikuti aspirasi daerah, pasti kita sendiri juga akan
bingung untuk menempatkan posisi wilayah tersebut, khususnya daerah
kabupaten/kota.

Tapi, kalau kita lakukan berdasarkan kriteria dan persyaratan amanat


Undang-Undang Nomor 2, maka kita harus tetapkan berdasarkan asas
profesional, yang pasti dan bisa menjamin hak-hak masyarakat adat itu
berhimpun dalam satu tatanan adat-istiadat dan budaya yang selama ini
sudah turun-menurun di Papua. Nah, sehingga mungkin nanti dari aspek
pembagian wilayah, perlu nanti kita harus lakukan penyesuaian lagi, sesuai
dengan perintah undang-undang yang sudah kita tetapkan.

Sehingga nanti bisa mengurangi polemik ketika ada pertanyaan


bahwa, kita melakukan pembagian dan pendistribusian wilayah masuk ke
dalam wilayah pembagian daerah otonomi provinsi berdasarkan amanat
undang-undang yang saat ini sudah menjadi ketentuan pemerintah. Nah, ini
yang mungkin perlu untuk menjadi perhatian Pimpinan dan Anggota Badan
Legislasi juga, dan Pimpinan dan Anggota Komisi II.

Yang berikut, memang ada beberapa pertimbangan yang sudah


disampaikan oleh Komisi II antara lain aspek politik, kemudian juga aspek-
aspek lain. Saya pikir untuk aspek politik, daerah-daerah yang memang
menjadi daerah yang perlu mendapat prioritas utama pemerintah, untuk
memekarkan, itu menjadi bagian penting yang harus kita dorong. Tetapi ada
aspek lain yang menyangkut kesejahteraan, dan ekonomi masyarakat serta
SDM juga yang harus kita perhatikan dalam rangka mempersiapkan daerah
otonomi baru ke depan.
- 12 -

Karena apa? Karena memang ada wilayah-wilayah yang tentunya


masih membutuhkan dukungan dan dorongan dari pemerintah pusat, dari
aspek penyiapan SDM. Tapi ada wilayah yang sudah sangat siap.

Nah, dan kalau memperhatikan pada amanat Undang-Undang Nomor


2, berarti bukan 6, tapi 7, itu. Tujuh yang harus kita lakukan berdasarkan
amanat Undang-Undang 76 ayat (2) dalam pasal penjelasan juga,
mencerminkan demikian. Nah, karena saya ingat persis itu bahwa kita
sengaja mendorong itu, agar ketika terjadi pemekaran di Papua, tidak terjadi
pro dan kontra antara masyarakat di Papua. Namun saya pikir, ini inisiasi
yang sangat luar biasa yang sudah dilakukan oleh Pak Ketua Komisi II dan
jajaran, dan tentunya dalam harmonisasi ke depan, mungkin perlu harus kita
dalami lagi. Dan mengembalikan dudukan pembagian dan pendistribusian
wilayah, serta pemetaan wilayah provinsi di Papua pada porsi yang tepat.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT (DR. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H./KETUA


BADAN LEGISLASI DPR RI):

Terima kasih.

Oh berarti ada usulan nih, minimal tambah satu lagi, Pak. Begitu Pak
Yan ya? Nanti tinggal koordinasi dengan teman-teman Pimpinan Komisi II,
nanti, Pak Yan. Siapa tahu besok ada surat susulan.

Selanjutnya ada, yang virtual, ada? Mba Desy, silakan.

F- PAN (DESY RATNASARI, M.Si, M. Psi):

Terima kasih Pimpinan.

Kirain berdasarkan fraksi, enggak tahunya enggak ya. Baik.

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Yang kami hormati Pimpinan Baleg dan seluruh saudara-saudaraku


pengusul RUU dari Komisi II.

Terima kasih atas usulannya dan gerak cepatnya, tentunya semoga


Allah mudahkan, untuk bisa mewujudkan apa pun yang menjadi aspirasi
masyarakat melalui Komisi II terkait dengan pemekaran provinsi maupun apa
namanya, penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Provinsi di Baleg
ataupun di Komisi II saat ini.

Izin untuk menyampaikan, saya Desy Ratnasari, Fraksi Partai Amanat


Nasional, A-497, Jabar IV, Kabupaten/Kota Sukabumi. Di halaman, sayang
tidak ada halamannya ya, di yang warna biru, di sini kayaknya ada yang
- 13 -

warna kuning dan warna biru. Saya senang banget ada warna biru akhirnya,
alhamdulillah. Terkait dengan, terima kasih sudah memilih warna biru.

Penyusunan 6 Rancangan Undang-Undang tentang Provinsi, Provinsi


Sumatera Barat, Riau, Bali, dan NTB, NTT, ya. Itu ada di halaman tentang
ruang lingkup materi muatan. Ada Bab III, terkait dengan karakteristik
provinsi. Izin untuk menyampaikan, input dari kami, tentunya nanti ketika
berbicara mengenai karakteristik provinsi, substansinya tentu mengenai
potensi wilayah yang tidak terbatas hanya kepada sumber daya alamnya
saja, tapi tentu juga sumber daya yang lain, hayati, ataupun sumber daya
budaya, tradisi, maupun makanan, Ketua.

Karena biasanya ini akan menjadi sebuah karakteristik utama yang


membedakan provinsi satu dengan provinsi yang lainnya, dan sehingga kita
juga tetap menjaga keragaman yang menjadi keunikan bangsa Indonesia
melalui keragaman tersebut. Itu juga bisa menjadi daya tarik potensi wisata di
daerah masing-masing, itu yang pertama.

Yang keduanya, saya sangat senang sekali, bahwa dari elaborasi


terkait dengan karakteristik tersebut, sudah dituangkan oleh saudara-
saudaraku pengusul, di masing-masing provinsinya, yang mana bertumpu
kepada nilai adat-istiadat yang memang menjadi ciri khas di masing-masing
provinsi. Ini juga sangat baik sekali sebagai optimalisasi untuk
pengembangan pariwisata dan tentunya ada juga yang khusus di Provinsi
Riau, lanjutan, di presentasi lanjutan, itu ada terkait dengan pemerintah pusat
mengalokasikan anggaran pendapatan dan belanja negara untuk pemajuan
kebudayaan.

Nah, ini tentu catatan pentingnya, bahwa nanti dijelaskan masing-


masing provinsi untuk pemajuan kebudayaannya harus memiliki prioritas,
sehingga nanti tidak masuk ke dalam kategori umum (suara tidak jelas)
pemajuan kebudayaan. Kalau di Riau mungkin pemajuan kebudayaan
prioritasnya apa? Apakah mau tarian Melayunya kah, atau mau adat-istiadat
kehidupan dengan budaya Melayukah, sehingga itu betul-betul terintegrasi
dengan lintas kedinasan atau lintas kedinasan (suara tidak jelas) betul-betul
muncul karakteristik Provinsi Riau yang berbeda.

Tidak dalam konteks memunculkan perbedaan, yang bisa menjadi


disintegrasi, tapi memunculkan perbedaan karakter ini yang kemudian
menjadi kekuatan di dalam semboyan Bineka Tunggal Ika, sehingga ini bisa
menjadi optimal destinasi wisata maupun penghargaan terhadap nilai-nilai
budaya.

Karena kalau nanti sudah lintas masyarakatnya pindah, menikah antar


provinsi, antarsuku, dan antarbudaya dan sebagainya, tentu jangan sampai
anak-anak kita, generasi penerus bangsa tidak tahu apa perbedaan ataupun
keragaman yang hadir menjadi bagian dari karakter bangsa kita, sehingga
memunculkan semboyan Bineka Tunggal Ika. Jadi, penting untuk
memprioritaskan masing-masing provinsi itu terkait dengan pemajuan
- 14 -

kebudayaan sesuai dengan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan. Itu


untuk provinsi.

Lalu, selanjutnya untuk yang pengembangan Papua. Masukan saya


tetap sama, pada sistematika RUU Provinsi hasil pemekaran di daerah
Provinsi Papua dan Papua Barat, mohon bisa juga memasukkan terkait
dengan karakteristik apa namanya, yang menjadi kekuatan masing-masing
provinsi tersebut. Karena saya yakin, masyarakat Papua itu memiliki, menurut
saya, memiliki, eh heterogen, sesungguhnya heterogen di dalamnya.

Jadi, dan di antara masyarakat Papua sendiri itu, punya kebiasaan


yang berbeda, punya adat-istiadat yang berbeda, barangkali juga tata cara
kehidupan yang berbeda, di masing-masing tempat. Nah, ini juga menjadi
karakteristik yang tentunya bisa dipahami oleh mereka nanti yang mungkin
ditugaskan di sana, sehingga lebih paham dan lebih cepat terjadinya adaptasi
antar masyarakat sehingga tidak menimbulkan disintegrasi.

Dan, penting juga untuk dimasukkan adanya sosialisasi terkait dengan


pengaruh dari luar yang betul-betul kuat di antara negara-negara Polinesia,
untuk kemudian terjadinya Papua Merdeka, ini juga menjadi sebuah hal yang
harus dicermati oleh saudara-saudaraku di pengusul RUU.

Terima kasih, itu saja, mohon maaf lahir dan batin, saya tidak
bermaksud untuk mengajari, tapi siapa tahu salah satu, salah duanya
saudara-saudaraku pengusul RUU terlewat untuk memikirkannya, di sinilah
kami hadir untuk kemudian bisa mengisi kekosongan tersebut.

Terima kasih.

Wallahumuafik Ila aquamittorik.


Bilalhitaufik Walhidayah.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

KETUA RAPAT (DR. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H./KETUA


BADAN LEGISLASI DPR RI):

Waalaikumsalam.

Nah ini, Mbak Desy ini mewakili Nadhliyin di Muhammadiyah.

Baik, teman-teman sekalian, sebenarnya di antara semua nanti kan


kita akan bahas lebih jauh ya, nanti kita akan saling bekerja sama dengan
teman-teman pengusul, untuk membahas satu per satu terhadap ketiga
aspek yang saya sampaikan tadi. Namun mungkin nanti ke depan, Pak
Ketua, ada hal yang terkait yang nanti mungkin yang agak sedikit
memerlukan pencermatan, terutama yang terkait dengan pembentukan
Provinsi Bali ya, karena di dalamnya ada pengaturan khusus yang terkait
dengan pungutan, ya, sumber-sumber pungutan pembiayaan di luar APBN.
- 15 -

Kita ingin mendapatkan penjelasan terkait dengan kontribusi


wisatawan dan pelaku industri itu seperti apa. Apakah dia bentuknya panja,
pajak atau sumbangan atau apa? Kita belum tahu nih. Jadi, pengusul bisa
menjelaskan lebih, tapi nanti di dalam panja.

Begitu juga dengan, kalau retribusi, saya rasa itu sudah ada
nomenklaturnya dalam undang-undang menyangkut soal retribusi. Kemudian
juga menyangkut soal dana pemajuan kebudayaan ya, tapi ini kan sumbernya
sudah jelas, di APBN. Artinya, butuh alokasi khusus lagi nanti. Tapi, kalau
yang ini nanti urusannya dengan AKD yang lain, karena itu terkait. Tetapi
nomenklaturnya kita siapkan, itu menjadi dasar hukum untuk penyiapan ke
APBN dalam rangka mendapatkan dana pemajuan kebudayaan. Dan saya
rasa ini cukup bagus, itu artinya bahwa memang Bali fokus kepada
pengembangan industri pariwisata.

Saya rasa itu saja yang menjadi apa, bahan kita, nanti Insya Allah
mulai besok kalau nama-nama panjanya sudah ada, sudah masuk, mungkin
nanti Pak Widi sesegera mungkin koordinasi juga dengan Sekretariat Komisi
II, untuk segera kita lanjutkan dalam sidang ataupun rapat-rapat panja
masing-masing RUU. Terakhir saya persilakan kepada pengusul, Pak Ketua,
mungkin ada hal-hal yang perlu ditambahkan, saya persilakan.

PENGUSUL PEMBENTUKAN RUU 12 PROVINSI (DR. H. AHMAD DOLI


KURNIA TANDJUNG, S.SI., M.T.):

Terima kasih Pak Ketua.

Bapak-Ibu yang saya hormati.

Saya ingin merespons sedikit dari apa yang tadi disampaikan, menjadi
masukan dan catatan buat kita semua. Yang pertama, terkait 6 provinsi itu,
dari awal kami juga sudah memberikan, menetapkan koridor. Jadi, perubahan
atau penyempurnaan Undang-Undang tentang Provinsi dan Kabupaten/Kota
yang jumlahnya 20 dan 236 itu, hanya sebatas perubahan dasar
pembentukannya saja, ya. Nah, tetapi awal-awal memang berkembang, ya
Bu Desy. Jadi banyak yang mengusulkan. Misalnya, salah satu contoh ketika
dibahas perubahan undang-undang yang berkaitan dengan Provinsi
Sumatera Barat, maka ada aspirasi sekaligus momentum untuk merubah
nama dari Provinsi Sumatera Barat menjadi Provinsi Minangkabau.

Kemudian yang kedua, ada di daerah-daerah tertentu yang sumber


daya alamnya cukup baik ya, mereka mengusulkan juga sekaligus perubahan
undang-undang ini memasukkan kekhususan atau keistimewaan mereka,
sampai bicara tentang soal bagi hasil. Nah, tapi kalau kita buka peluang itu,
maka ini menjadi panjang, semuanya, urusan. Oleh karena itu, kami
menetapkan, sepakat di Komisi II, dan juga kami sudah sampaikan kepada
pemerintah, pembahasan tentang penyempurnaan undang-undang sekian
provinsi dan kabupaten/kota itu intinya adalah hanya kepada pembahasan
soal pembentukan alas hukum. Alas hukum pembentukan, dasar
pembentukan provinsi dan kabupaten/kota itu.
- 16 -

Kalaupun, kalaupun masuk pada hal-hal yang substansial, itu juga kita
sepakati pada 2 hal. Yang pertama adalah soal bicara tentang batas wilayah,
karena ternyata di beberapa provinsi, di antara beberapa provinsi itu sampai
sekarang masih ada dispute antara satu provinsi dengan provinsi yang lain
tentang batas wilayah, ya. Contohnya, kalau tempatnya Pak Ketua ini antara
Sulawesi Tengah dengan Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tenggara dengan
Sulawesi Selatan, itu masih ada yang belum selesai.

Nah yang kedua, substansi yang kedua adalah seperti yang


disampaikan oleh Ibu Desy Ratnasari tadi, kita membicarakan tentang soal
kekhasan. Ini bukan kekhususan atau keistimewaan. Tapi kekhasan daerah
itu. Itu yang kita sebut sebagai karakteristik pembangunan di provinsi itu. Atau
kalau kita bicara tentang karakteristik pembangunan, itu sama juga dengan
kita membicarakan visi pembangunan di daerah provinsi itu. Nah, uraian
karakteristik itu tadi, bisa adat-istiadat, kemudian bisa kuliner, bisa soal sosial
kultural, macam-macam. Nah itu yang, sebatas itu yang nanti kita boleh tolerir
masuk.

Nah, pemerintah sebetulnya sangat kuatir khawatir ketika


membicarakan soal itu. Jadi ini sekaligus Pak Ketua, kenapa sampai
sekarang 7 undang-undang itu belum kita mulai. Harusnya hari Senin
kemarin. Nah, pemerintah tiba-tiba saja muncul kekhawatiran, jangan-jangan
ini begitu kita buka, itu masuk lagi semua. Melebar ke mana-mana.

Tapi saya sudah sampaikan kepada Pak Menteri Dalam Negeri, dan
juga disampaikan kepada Pak Presiden, sebetulnya yang kuatir khawatir, Pak
Presiden. Karena tadi itu, nanti soal yang terutama bagi-bagi hasil nih,
daerah-daerah berpotensi. Nah, itu panjang lagi urusannya nanti, dengan
HKPD, dengan ya macam-macam itu. Nah, jadi kita kunci dengan koridor
pada 2 hal itu saja. Nah, jadi apa yang disampaikan oleh Bu Desy Ratnasari
mudah-mudahan bisa masuk ke dalam substansi tentang karakteristik
pembangunan daerah itu, itu yang pertama.

Yang berikutnya soal provinsi, pemekaran Provinsi Papua dan Papua


Barat, Pak Sturman, bahwa memang pemekaran Papua ini dilakukan secara
privilege berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001. Ya, tidak
didasari dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, pemekaran-
pemekaran daerah lain sebelum berlakunya kebijakan moratorium. Jadi,
hingga saat ini tidak ada satu wilayah pun di seluruh Indonesia yang bisa
melakukan pemekaran, bahkan atau even di Kementerian Dalam Negeri itu
sudah ada 317 daerah, calon daerah otonomi baru yang sudah ter-register.
Itu tidak bisa dilakukan, karena memang belum ada pencabutan kebijakan
moratorium pemekaran.

Nah, khusus untuk Papua dan Papua Barat, pemekaran ini memang
amanat dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021. Nah, oleh karena itu kita
melakukan apa namanya, proses pemekaran ini, rujukan atau alas hukumnya
adalah Undang-Undang Nomor 2/2021 yang tidak mengatur tentang semua
syarat yang ada di 23/2014. Jadi, yang tadinya syarat di 23/2014 itu ada
- 17 -

jumlah penduduk, kemudian potensi daerah, kemudian luas wilayah, macam-


macam itu, itu dikesampingkan karena ada lex spesialis di Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2021.

Nah oleh karena itu, misalnya di, untuk di provinsi, calon provinsi di
Papua Selatan, itu cuma ada 4 kabupaten yang ada, ya. Yang seharusnya
kalau pakai 23/2014 harus minimal 4 kabupaten dan 1 kota. Nah, tapi karena
dia kekhususan, maka kemudian kita pakai syarat-syarat yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah, sebagai turunan dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2021.

Nah, yang berikutnya adalah soal jumlah daerah yang kita mekarkan.
Jadi sebetulnya ini ada konsensus, Pak Yan, ya. Jadi, ada pembicaraan-
pembicaraan secara informal. Sebetulnya usulan pemerintah itu untuk tahap
pertama, atau gini, kita waktu itu mau memekarkan berdasarkan apa? Gitu
ya.

Nah, pada akhirnya disimpulkanlah sementara ini, kita akan melakukan


pemekaran di Papua, Papua Barat itu, berdasarkan jumlah wilayah adat yang
ada. Memang ada 7, Sarmi, eh Saireri, Tabi, Animha, La Pago, Mee Pago,
Domberai, Memberai, gitu. Nah, tetapi dalam perjalanannya, dengan
pertimbangan politis, dengan pertimbangan terutama keuangan, pemerintah
sebetulnya mengusulkan cuma ada pemekaran di Papua saja, ya. Itu pun 3,
cuma, ya. Jadi cuman Papua Induk, kemudian Papua Induk itu dianggap
gabungan wilayah adat Saireri dengan Tabi saja. Kemudian, yang selatan itu
mewakili Hanima, eh Animha, kemudian yang gunung dibagi dua, Mee Pago
dan La Pago.

Nah, tapi kami juga di Komisi II sering mendapatkan aspirasi yang


masuk ya, teman-teman Papua Barat bilang, “Loh kenapa Papua dimekarkan,
kami tidak?”. Maka kami, mengusulkan supaya dengan prinsip keadilan ya,
maka ketika Papua itu juga bisa harus dimekarkan, kemudian Papua Barat
juga seperti itu.

Ke depan mungkin, Pak Yan, akan diikuti dengan diskusi-diskusi dan


kajian akademik, berapa sebetulnya Papua itu, berapa jumlah provinsi dan
kabupaten/kota yang ideal, ya, terhadap wilayah Papua. Sama juga kita
harusnya melakukan kajian berapa sebetulnya provinsi atau daerah otonom,
baik provinsi maupun kabupaten/kota yang ideal untuk wilayah seluruh
Indonesia. Karena seminggu ini, ya, ketika kita mau launching, itu Pak Yan
sudah ada yang datang, teman-teman Yahukimo itu mau buat Papua Timur,
ya. Terus kemudian teman-teman di Biak juga mau buat lagi yang lain, gitu.
Jadi pasti akan ada aspirasi yang banyak, kalau memang kita buka.

Nah, oleh karena itu saya kira memang perlu ada komitmen terhadap
konsensus kita semua, ya. Saya setuju mungkin pada akhirnya nanti kalau
kita konsisten harus dengan wilayah, berdasarkan wilayah adat, memang
harus minimal 7. Tapi, mungkin dengan pertimbangan keuangan, dengan
pertimbangan keadilan, gitu ya, dan juga pertimbangan politis, mungkin nanti
akan ada negoisasi antara pemerintah dan DPR, yang pemerintah
- 18 -

mengusulkan cuma ada tambah 3, jadi 5, kita nambah 4 jadi 6. Nah, ini juga
nanti ini masih terus dalam proses pembidangan.

Belum lagi misalnya di Papua Barat, kalau kita konsisten dengan


pembagian wilayah adat Domberai dengan Memberai, itu sebetulnya
Manokwari dan Sorong itu harus jadi satu. Padahal konsep teman-teman
Papua Barat sekarang ini, kalau pembagian Papua Barat dengan Papua
Barat Daya itu kan terjadi pemisahan antara Sorong sama Manokwari. Jadi,
kalau Domberai, Memberai itu, kan Sorong, Manokwari satu, kemudian Raja
apa namanya, Kaimana, Fakfak, selamanya itu jadi satu. Nah, ini nanti saya
kira juga nanti akan jadi, ya diskusi yang panjang, itu.

Nah, belum lagi misalnya ini, salah satu contoh, saya tadi, saya paham
maksudnya Pak Yan ini, misalnya ini masih ada apa namanya, perdebatan.
Teman-teman di kabupaten Pegunungan Bintang. Kabupaten Pegunungan
Bintang, kalau dari wilayah adat dan geografis, dia masuknya pasti ke Papua
Tengah, di, di, eh ke Pegunungan Tengah, ya kan? Di La Pago.

Tapi mereka desak, berkali-kali kirim surat ke kami, supaya masuk ke


Papua, di samping Saireri. Nah, ini juga akan jadi, nanti akan panjang ini,
mungkin Pak Yan paling tahu ya, nanti ini, ya. Sama dengan Puncak, ini
Puncak dan Puncak Jaya, pisah ini. Yang satu inginnya masuk ke harusnya
dia masuk ke La Pago, tapi dia akhirnya masuk ke Mee Pago. Nah ini saya
kira nanti yang akan jadi kita, pembahasan sangat serius nanti di panja-panja
berikutnya.

Saya kira itu Pak Ketua, yang bisa saya sampaikan. Dari, menanggapi
dari semua apa yang disampaikan oleh Bapak-Ibu sekalian tadi barusan.
Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H./KETUA


BADAN LEGISLASI DPR RI):

Terima kasih Ketua. Enggak salah ini memang ya, jadi kalau beliau jadi
pelaksana tugas Ketua DPD Papua, memang rupanya satu Papua ini sudah
hapal betul. Kita tinggal minta jatah ini kita pindah di dapil Papua, dapil yang
mana.

PENGUSUL PEMBENTUKAN RUU 12 PROVINSI (DR. H. AHMAD DOLI


KURNIA TANDJUNG, S.SI, M.T.):

Izin Ketua, boleh?

Tadi soal Bali.

KETUA RAPAT (DR. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H./KETUA


BADAN LEGISLASI DPR RI):

Oh silakan, silakan.
- 19 -

PENGUSUL PEMBENTUKAN RUU 12 PROVINSI (DR. H. AHMAD DOLI


KURNIA TANDJUNG, S.SI, M.T.):

Nah ada yang kurang. Nah, ini juga nanti akan jadi pembahasan yang
sangat serius. Karena kalau tadi kita sepakati bahwa pembahasan 6 provinsi
yang berikut, termasuk 7 kemarin itu hanya secara substansi bicara soal
batas wilayah dan juga soal karakteristik pembangunan. Nah, Bali ini sebelum
kita mengajukan perubahan terhadap 20 dan 236 itu, mereka sudah
mengusulkan untuk meminta supaya Bali itu punya undang-undang sendiri
dengan kekhususan sendiri, sebagai daerah pariwisata, ya.

Nah, kemarin mereka sudah pernah juga datang presentasi ke Komisi


II, ya. Nah, khusus untuk ini, nanti mungkin harus ada pembicaraan ulang
supaya tidak mengundang. Nah, kenapa kami mendahulukan yang 7, ya,
yang pertama itu, karena kami tidak mau mendahulukan yang Bali, karena
begitu yang Bali duluan, nanti yang lain ikut itu. Makanya kami menempatkan
yang Bali ini di akhir. Jadi kita beresin dulu yang 7, beresin dulu yang 3,
Sumatera Barat, Jambi, dan Riau, baru masuk nanti ke tingkat ini.

Jadi memang harus ada pembicaraan khusus itu Pak Ketua. Dan itu
sudah dicatat betul sama Pak Junimart Girsang. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT (DR. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H./KETUA


BADAN LEGISLASI DPR RI):

Terima kasih. Saya rasa ndak ada yang sama, dari sisi.

F- P. GERINDRA (YAN PERMENAS MANDENAS, S.SOS, M.SI):

Tambahan, Ketua.

KETUA RAPAT (DR. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H./KETUA


BADAN LEGISLASI DPR RI):

Oh silakan, silakan.

F- P. GERINDRA (YAN PERMENAS MANDENAS, S.SOS, M.SI):

Terima kasih, Pimpinan.

Pak Ketua Komisi II yang saya hormati.

Memang saya memberikan stressing lagi sedikit, saya lihat ini kan 6
provinsi langsung nih, Ketua. Jadi, sebenarnya kalau saya mengamati dari
kacamata pemerintah, alau dari aspek politisnya yang kita mau dorong
pemekaran di Papua, berarti mungkin pemerintah harus prioritas saja, yang
mana, daerah mana yang kita mendorong pemekaran, begitu. Supaya jangan
sampai kayak Ketua sampaikan, makin ramai ini. Jadi, mungkin itu yang
harus menjadi prioritas, sehingga DPR juga dalam pembahasan ke depan
- 20 -

akan fokus pada agenda prioritas pemerintah yang menjadi pertimbangan


dari aspek politis.

Nah, karena saya lihat ini kan kalau dengan adanya 6 ini kan berarti
semua wilayah ini bersaing, begitu, bersaing untuk harus dimekarkan.
Sedangkan kalau kita menghitung kembali pada alokasi dana otsus,
sebenarnya sangat kecil sekali untuk bisa dibagi-bagi, itu. Jadi, inilah yang
memang nanti ke depan harus perlu juga kita meminta penjelasan dari
pemerintah.

Dari aspek politis mana daerah yang memang menjadi prioritas untuk
kita dorong pemekaran. Sehingga jangan sampai membuat kita sendiri
bingung untuk membahas. Apalagi tadi sudah dijelaskan Pak Doli, karena Plt.
ketua Golkar, jadi semua wilayah di sana, luar biasa, kuasai betul nih, tinggal
mungkin jumlah penduduk riil-nya saja, yang belum. Tapi kayaknya datanya
sudah ada di Komisi II.

Jadi, saya pikir mungkin itu, Ketua, karena memang dinamika soal
wilayah ini sampai sekarang belum tuntas. Nah, taruhlah bupati si A menjabat
periode ini, mau wilayah dia masuk ke wilayah adat si B. Nanti besok juga
begitu. Jadi dinamikanya tarik-menarik. Nah, sehingga memang kita harus
tegas, karena saya melihat pemerintah sendiri juga membuka ruang
negosiasi.

Nah, ketika ruang negosiasi ini pemerintah membuka dan


melemparkan itu ke DPR, kita di sini yang bingung ini, mau menempatkan itu.
Sehingga tadi saya dorong untuk kita konsisten pada amanat Undang-
Undang Nomor 2 yang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 76. Nah, dan
itu di pasal penjelasan pun juga ada. Jadi, kita sendiri tidak menabrak aturan
yang sudah kita lakukan ketika kita berbicara soal pembagian berdasarkan
wilayah adat. Mungkin itu saja yang menjadi tambahan saya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H./KETUA


BADAN LEGISLASI DPR RI):

Terima kasih Pak Yan. Nanti akan kita (suara tidak jelas) konsisten
ya, menyangkut soal pemekaran wilayah itu berdasarkan, satu,
pertimbangannya pasti berdasarkan wilayah adat ya, karena kita kenal di
sana kan ada 7 wilayah adat yang masing-masing memiliki karakteristik
tersendiri. Yang kedua, tentu pertimbangan kewilayahan juga menjadi
penting, dan sekaligus secara administratif itu akan menjadi pertimbangan.
Dan yang terakhir, adalah menyangkut soal apa ya, terutama kemampuan
pemerintah pusat dari sisi keuangan, kenapa ada moratorium pemekaran
wilayah? Ya, karena memang berat, sangat berat, dalam kondisi sekarang.

Tetapi menurut saya, tidak ada yang perlu kita khawatirkan. Bahkan
saya mendorong DPR, mekarkan saja. Karena peluang itu ada saat ini. Soal
nanti negosiasinya, kan ini baru usul inisiatif kan, baru usul inisiatif. Kalau bisa
- 21 -

menjadi 7, sesuai dengan wilayah adat yang ada, kenapa tidak dijadikan 7?
Tapi itu kan nanti ruang negosiasi bersama pemerintah, dan tentu harus
bicara kepada teman-teman, masyarakat Papua sendiri, ya? Nanti akan kita
lakukan, jadi soal Papua, nanti akan kita bahas sendiri ya Pak Yan ya?

Yang kedua, soal Bali tadi Pak Junimart, sebenarnya buat kita yang
diminta Bali, enggak ada masalah. Karena menyangkut soal kekhususan,
kekhasan yang ada di Bali itu, karena potensi pariwisata itu kan kalau kita
lihat, cuma yang kita butuh adalah harus ada hitung-hitungannya, Pak
Junimart. Menyangkut soal, kalau ini besarannya cukup ndak. Nanti alokasi
buat APBN, kalau ndak ada compare-nya dengan pungutan-pungutan yang
lain, nanti kelebihan, atau jangan sampai ada pungutan tambahan tetapi
ternyata APBN-nya malah berkurang.

Nah, ini kan harus bicara dengan Kementerian Keuangan, dan juga
menyangkut soal postur nanti di APBD, itu harus ditempatkan karena harus
ada nomenklatur baru, Pak Ketua. Jadi hanya itu saja, jadi saya setuju tadi,
bahwa ini nanti akan kita, tetap kita punya komitmen untuk menyelesaikan,
tapi mungkin perlu kita bicarakan, supaya jangan mengganggu yang eksis
sekarang, dan yang sudah akan dibahas teman-teman di Komisi II.

Saya rasa begitu ya Pak? Cukup ya? Pak Junimart, mungkin ada?
Kalau Pak Junimart ini kami sama-sama di tiga, dengan kedipan, sudah tahu,
sudah paham. Sama dengan Pak Sturman, ya, kedip.

Baik, terima kasih kepada Pimpinan Komisi II dan kepada Pimpinan


dan Anggota Badan Legislasi.

Insya Allah dalam waktu dekat ini mungkin minggu depan, akan segera
kita melakukan pengharmonisasian terhadap ke-6 RUU tentang
Pembentukan Provinsi, dan 6 RUU tentang Pemekaran Daerah Wilayah
Papua. Saya rasa dengan demikian saya ucapkan sekali lagi terima kasih.

Dengan mengucapkan alhamdulillahirabbilalamin, rapat saya nyatakan


selesai, dan ditutup.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 16.20 WIB)

Jakarta, 27 Januari 2022


a.n. KETUA RAPAT
SEKRETARIS RAPAT,

Widiharto, S.H., M.H.


NIP.196701271998031001

Anda mungkin juga menyukai