Disusun Oleh :
Kelompok Kelas VIII H
1. Fahri Yanuar H.
2. Faisyal Surya S.
3. Febryan Dalezta P.
4. Noval Tri Saputra
Laporan hasil observasi study tour ke Yogyakarta ini telah diperiksa dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Mengesahkan, Mengetahui,
Guru Pembimbing Kepala SMPN 1 Cijeungjing
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Hasil Observasi
Study Tour ke Yogyakarta” dengan baik. Adapun laporan kegiatan ini kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki laporan hasil
observasi ini.
Akhirnya kami mengharapkan semoga dari laporan hasil observasi ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberi inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan tidak hanya berorientasi kepada penyajian materi ataupun teori
yang disampaikan oleh bapak/ibu guru saat di kelas saja, tetapi lebih dari itu
kemampuan untuk berorientasi pada kegiatan study tour sangatlah menunjang
terutama kecakapan pelajar dalam membangun potensi diri dan pengembangan
kualitas pendidikan. Kegiatan study tour di samping sebagai sarana refreshing namun
juga sebagai wujud pendidikan luar kelas (out door) dengan melalui prakter dan
melihat secara langsung obyek-obyek keilmuan yang baru. Pada tanggal 21 s.d 23
Januari 2023 SMP Negeri 1 Cijeungjing mengadakan study tour ke Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Pariwisata merupakan sektor utama bagi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Banyaknya objek dan daya tarik wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan,
baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Yogyakarta yang kaya
akan wisata keindahan alam dan wisata sejarah. Hal ini menjadikan kota Yogyakarta
sebagai salah satu tujuan wisata terbesar di Indonesia. Banyak tempat wisata yang
bisa dikunjungi di kota ini seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata
pendidikan dan wisata malam.
Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek wisata
yang terjangkau dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan menjadi
motor kegiatan perekonomian DIY secara umum bertumpu pada empat sektor
andalan, yaitu: jasa-jasa, perdagangan, restoran dan pertanian. Dalam hal ini
pariwisata memberi efek pengganda yang nyata bagi sektor perdagangan dengan
meningkatnya kunjungan wisatawan. Selain itu, penyerapan tenaga kerja dan
sumbangan terhadap perekonomian daerah sangat signifikan.
Dengan karya tulis yang berjudul “Laporan Hasil Observasi Study Tour ke
Yogyakarta” kami akan menjelaskan tempat wisata yang kami kunjungi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dikembangkan melalui beberapa
rumusan masalah sebagai objek penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah wisata atau tempat yang dikunjungi?
2. Bagaimana kondisi wisata atau tempat yang dikunjungi dalam study tour?
3. Apa manfaat yang diperoleh dari kunjungan study tour tersebut?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat siswa untuk terlatih dalam pembuatan laporan karya tulis dengan baik
dan benar.
2. Melaporkan hal-hal yang telah didapatkan selama mengikuti kegiatan study tour.
3. Mengetahui sejarah dan budaya di objek wisata yang dikunjungi.
4. Melaporakan dan mendeskripsikan tempat-tempat wisata yang telah dikunjungi.
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan kegiatan study tour ini bermanfaat sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan tentang sejarah dan budaya di objek wisata yang
dikunjungi.
2. Dapat melakukan interview secara langsung dengan pemandu wisata serta touris
asing.
3. Terjalin silahturahmi antara pihak sekolah dengan pihak objek wisata.
4. Melatih siswa menyusun pembuatan laporan karya tulis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Keistimewaan
Mengunjungi Museum Dirgantara, wisatawan akan disambut oleh beberapa
pesawat tempur dan pesawat angkut yang dipajang di halaman museum. Salah
satu koleksi terbaru museum ini adalah pesawat tempur tipe A4-E Skyhawk yang
dipajang di muka gedung museum. Hingga tahun 2003, TNI-AU telah
mengoperasikan sebanyak 37 pesawat A4-E Skyhawk, sebelum akhirnya
beberapa pesawat digantikan oleh pesawat Sukhoi tipe Su-27SK dan Su-30MK.
Memasuki gedung museum, pengunjung akan disambut oleh patung empat
tokoh perintis TNI-AU, yaitu Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto,
Marsekal Muda Anumerta Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Marsekal Muda
Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma, dan Marsekal Muda Anumerta
Iswahjudi. Para perintis TNI-AU ini telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional,
dan diabadikan menjadi nama bandar udara di berbagai kota di tanah air.
Pada ruangan selanjutnya, pengunjung akan dikenalkan pada sejarah awal
pembentukan angkatan udara di Indonesia. Di Ruang Kronologi I ini, Anda dapat
melihat foto dan informasi yang berhubungan dengan pembentukan angkatan
udara indonesia, semisal ‘Penerbangan Pertama Pesawat Merah Putih‘ pada 27
Oktober 1945 yang melakukan misi pembalasan atas serangan Belanda,
berdirinya ‘Sekolah Penerbangan Pertama di Maguwo‘ pada 7 November 1945
yang dipimpin oleh A. Adisutjipto, berdirinya Tentara Rakyat Indonesia (TRI)
Angkatan Udara pada 9 April 1946, serta berbagai perlawanan udara untuk
melawan agresi militer Belanda lainnya. Di ruangan ini juga dipamerkan berbagai
peralatan radio dan foto penumpasan berbagai pemberontakan di tanah air, seperti
pemberontakan DI/TII, Penumpasan G 30 S/PKI, serta Operasi Seroja. Pada
ruangan selanjutnya, dipajang berbagai jenis pakaian dinas yang biasa digunakan
oleh para personel TNI-AU, meliputi pakaian tempur, pakaian dinas sehari-hari,
hingga pakaian untuk tugas penerbangan.
Ruangan yang akan membuat Anda berdecak kagum adalah Ruangan
Alutsista atau Alat Utama Sistem Senjata yang pernah digunakan oleh TNI-AU.
Alutsista ini meliputi pesawat tempur dan pesawat angkut, model mesin-mesin
pesawat, radar pemantau wilayah udara, serta senjata jarak jauh seperti rudal.
Koleksi pesawat di ruangan ini mencapai puluhan, mulai dari pesawat buatan
Amerika, Eropa, hingga buatan dalam negeri. Salah satu pesawat pemburu taktis
yang cukup terkenal adalah pesawat P-51 Mustang buatan Amerika Serikat.
Dalam sejarahnya, pesawat ini telah digunakan dalam berbagai operasi menjaga
keutuhan negara, terutama dalam penumpasan pemberontakan DI/TII, Permesta,
dan G 30 S/PKI, serta ikut andil dalam Operasi Trikora dan Operasi Dwikora.
Pesawat lainnya yang tak kalah menarik adalah pesawat buatan Inggris, namanya
Vampire tipe DH-115. Pesawat ini merupakan pesawat jet pertama yang
diterbangkan di Indonesia pada tahun 1956 oleh Letnan Udara I Leo Wattimena.
Koleksi lainnya yang sangat penting dalam sejarah TNI-AU adalah replika
pesawat C-47 Dakota dengan nomor registrasi VT-CLA yang ditembak jatuh di
daerah Ngoto, Bantul, oleh Belanda ketika hendak mendarat di Maguwo
Yogyakarta pada 29 Juli 1947. Pesawat ini semula berangkat dari Singapura
dengan misi kemanusiaan, yaitu mengangkut bantuan obat-obatan. Penerbangan
tersebut sebetulnya telah diumumkan dan disetujui oleh kedua belah-pihak
(Belanda-Indonesia). Namun, oleh Belanda pesawat tersebut kemudian ditembak
jatuh dan menewaskan para pionir Angkatan Udara, antara lain Komodor Muda
Udara Adisutjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, serta
Opsir Muda Udara I Adisumarmo Wirjokoesoemo.
Seperti diutarakan oleh F Djoko Poerwoko, untuk menghormati gugurnya
para pahlawan udara tersebut, maka nama-nama pioner TNI-AU itu kemudian
diabadikan sebagai nama pangkalan udara di Jawa sejak tahun 1952, antara lain
Adisutjipto di Yogyakarta, Abdulrahman Saleh di Malang, dan Adisumarmo di
Solo. Tanggal 29 Juli sebagai tanggal gugurnya para pahlawan TNI-AU tersebut
juga diperingati sebagai ‘Hari Berkabung AURI‘ sejak tahun 1955, kemudian
diganti menjadi ‘Hari Bhakti Angkatan Udara‘ sejak tahun 1961.
4. Kali Kuning
Ketika anda mengikuti wisata Lava Tour Merapi, rasanya belum
lengkap bila anda tidak mampir ke Kali Kuning. Di tempat ini, anda akan
diajak untuk bermain air sampai puas. Cukup terkena cipratan air saja atau
basah kuyup, semuanya akan dilayani. Anda tinggal request ke driver Jeep.
Di sini ada beberapa Jeep yang bergantian masuk ke dalam sungai dengan
kecepatan tidak stabil. Sehingga akan menciptakan cipratan air yang cukup
tinggi. Ini merupakan lokasi yang paling seru. Sebab disini anda bisa berteriak
sekencang mungkin. Jadi bagi anda yang banyak pikiran, bisa meluapkan
semua di sini.
5. Stonehenge Merapi
Hawa dingin dan keelokan pesona Gunung Merapi yang tersuguhkan
di bumi Yogyakarta, tak heran kalua Stonehenge yang berada di kaki Gunung
Merapi ini ramai dikunjungi wisatawan. Stonehenge ini adalah replika dari
Stonehenge yang ada di Inggris.
Keunikan Stonehenge Merapi ini terlihat dari bangunannya yang
tersusun dari batu-batuan besar erupsi Gunung Merapi. Dengan bentuk yang
unik dan menawan tersebut, pengunjung biasanya mengabadikan momen
liburannya dengan berswafoto. Anda bisa melihat beberapa swafoto
#stonehengemerapi di media sosial Instagram. Di tempat ini juga, apabil
sedang tidak berkabut Anda bisa berswafoto dengan latar belakang gunung
Merapi. Dengan sudut pandang yang pas dan cuaca yang cerah akan
menghasilkan foto dengan pemandangan yang sangat memukau.
6. Batu alien
Kemunculan Batu Alien ini terjadi akibat erupsi besar Gunung Merapi
pada tahun 2010. Tingginya lebih dari 2 meter dan terlempar jauh sampai
Dusun Jambu. Sekilas mata memandang, Batu Alien ini hanya berbentuk batu
vulkanik biasa dengan diameter yang sangat besar. Tetapi jika dilihat dengan
lebih seksama, batu ini tampak membentuk gradasi wajah manusia. Guratan-
guratan pada batu tersebut membentuk mata, hidung, mulut dan telinga,
dengan posisi menghadap atas. Sehingga, banyak orang menamakan batu ini
dengan sebutan batu alien.
4. Tebing Breksi
Tebing Breksi merupakan tempat wisata yang berada di kawasan Kabupaten
Sleman. Lokasinya berada di sebelah selatan Candi Prambanan dan berdektan dengan
Candi Ijo serta kompleks Keraton Boko.
Sejarah Tebing Breksi Yogyakarta
Sebelum menjadi tempat wisata, lokasi Taman Tebing Breksi sebelumnya
adalah tempat penambangan batuan alam. Kegiatan penambangan ini dilakukan
oleh masyarakat sekitar. Di sekitar lokasi penambangan terdapat tempat-tempat
pemotongan bantuan hasil penambangan untuk dijadikan bahan dekorasi
bangunan.
Sejak tahun 2014, kegiatan penambangan di tempat ini ditutup oleh
pemerintah. Penutupan ini berdasarkan hasil kajian yang menyatakan bahwa
batuan yang ada di lokasi penambangan ini merupakan batuan yang berasal dari
aktivitas vulkanis Gunung Api Purba Nglanggeran, kemudian lokasi
penambangan ditetapkan sebagai tempat yang dilindungi dan tidak diperkenankan
untuk kegiatan penambangan.
Masyarakat sekitar memanfaatkan bekas penambangan tersebut menajdi
sebuah tempat wisata. Masyarakat mendekorasi lokasi bebas pertambangan ini
menjadi tempat wisata yang layak untuk dikunjungi. Seperti yang sudah diuraikan
diatas, awalnya tempat wisata Tebing Breksi Jogja merupakan lokasi
penambangan batu alam. Batu alam yang berada di tempat ini adalah batuan jeni
batu kapur breksi.
5. TNI AD
Museum TNI AD Dharma Wiratama merupakan museum perjuangan yang
terletak di Yogyakarta. Museum ini berdiri sebagai salah satu upaya penghayatan dan
penjiwaan motivasi atau semangat 45 dalam rangka pelestarian nilai-nilai ’45 dan
nilai-nilai TNI ’45 untuk generasi penerus bangsa. Museum TNI AD Dharma
Wiratama dirintis sejak tahun 1956 oleh DISJARAHAD atau Dinas Sejarah
Angkatan Darat, awalnya dikenal dengan SMAD.
Cita-cita SMAD sejalan dan bersamaan waktunya dengan panitia Setengah
Abad Kebangkitan Nasional. Waktu itu akan mendirikam monumen yang sekarang
dikenal sebagai Museum Perjuangan Yogyakarta. Saat itu diadakanlah kerjasama
dengan Sri Sultan Hamengku Buwana IX sebagai ketua panitia Setengah Abad
Kebangkitan Nasional. Diberikanlah izin oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX
untuk menggunakan tanah komplek ndalem Brotokusuman 24. Sehingga lokasi
museum awalnya berada di ndalem Brotokusuman.
Namun tidak berjarak lama, lokasinya dipindahkan ke JL. Bintaran Wetan
No.3 (bekas kediaman Jenderal Sudirman). Kemudian dengan persetujuan pimpinan
TNI AD, maka akan direncanakan pembangunan musem TNI AD di tempat lain.
Sehingga berpindah dari Jl Bintaran Wetan No 3 (sekarang menjadi Museum
Sasmitaloka Jenderal Besar Sudirman) menuju tempat baru. Semula akan
menggunakan bangunan benteng Vredeburg. Namun setelah menimbang berbagai hal
akhirnya diputuskan final akan menggunakan bangunan bekas korem 072/Pamungkas
di Jalan Jenderal Sudirman No. 47 Yogyakarta.
Sejarah Singkat Gedung
Bangunan bekas Makorem 072/Pamungkas yang kini menjadi museum TNI
AD Dharma Wiratama memiliki luas 1.564 M . Dulu gedung ini sebagai
2
6. Malioboro
Malioboro merupakan nama salah satu jalan di pusat Kota Yogyakarta. Jalan
Malioboro itu sendiri merupakan salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta
yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos
Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan
Malioboro, dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan Malioboro merupakan poros Garis
Imajiner Kraton Yogyakarta.
Asal nama Malioboro sendiri berasal dari bahasa sansekerta malyabhara yang
berarti karangan bunga. Adapula beberapa ahli yang berpendapat asal kata nama
Malioboro berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough
yang pernah tinggal di Jogja pada tahun 1811- 1816 M.
Pemerintah Hindia Belanda membangun Malioboro sebagai kawasan pusat
perekonomian dan pemerintahan pada awal abad 19. Malioboro mulai populer pada
era kolonial (1790-1945). Ketika itu, pemerintah Belanda membangun Benteng
Vredeburg tahun 1790 di ujung selatan Malioboro. Belanda juga membangun Dutch
Club atau Societeit Der Vereneging Djokdjakarta (1822), The Dutch Governor’s
Residence (1830), Javasche Bank, dan Kantor Pos.
Perkembangan Malioboro semakin pesat, ditambah dengan adanya
perdagangan antara pemerintah Belanda dengan pedagang Tionghoa. Hingga tahun
1887, Jalan Malioboro dibagi dua setelah Stasiun Tugu Yogya dibangun. Malioboro
juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Di
jalan ini pernah terjadi pertempuran hebat antara pejuang Tanah Air dengan pasukan
kolonial Belanda yang dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.
Pasukan Merah Putih berhasil menaklukkan kekuatan Belanda dan menduduki
Yogyakarta setelah enam jam bertempur.
Hingga saat ini, Malioboro terus berkembang dengan tetap mempertahankan
konsep aslinya dulu, Malioboro jadi pusat kehidupan masyarakat Yogya. Tempat-
tempat strategis seperti Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk
Beringharjo, Teras Malioboro hingga Istana Presiden Gedung Agung juga berada di
kawasan ini.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta terus melakukan perbaikan untuk
menata Malioboro menjadi kawasan yang nyaman untuk disinggahi. Pada tahun 2016
ini pemerintah telah berhasil mensterilkan parkir kendaraan dari Malioboro dan
tengah menata kawasan ini di sisi timur untuk pedestrian. Warung-warung lesehan
hingga saat ini masih dipertahankan untuk mempertahankan ciri khas Malioboro.
Kemudian pada tahun 2022, seluruh PKL di Jalan Malioboro dipindahkan ke
Kawasan Teras Malioboro sehingga jalan ini menjadi lebih rapi dan nyaman untuk
dilewati.
Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota
Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan
tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan
dan rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-
kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama merk besar dan ada juga nama-
nama lokal. Barang yang diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari
kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain sebagainya.
Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain
sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang
lima hingga tipe melati.
Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya
pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan
dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang atau benda khas
Jogja sebagai souvenir atau oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang
kerajinan rakyat khas Yogyakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik,
perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan
rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok dan garpu perak, blangkon
batik (semacan topi khas Jogja atau Jawa), kaos dengan berbagai model atau tulisan
dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar
dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai.
Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling
berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan
banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.
Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena
kawasan Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak
sedikitnya laporan ke pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau penodongan,
dan tidak jarang pula wisatan asing juga menjadi korban kejahatan dan ini sangat
memalukan sebenarnya.
BAB III
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN