Anda di halaman 1dari 10

[TUGAS PELESTARIAN KAWASAN: DESKRIPSI INTERAKSI FENOMENA ] Yunita P F D | I0612046

PELESTARIAN KAWASAN

BENTENG VREDEBURG, YOGYAKARTA

Pelestarian kawasan merupakan suatu upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan


pusaka beserta kandungan nilainya. Dalam upaya pelestarian kawasan, partisipasi masyarakat
merupakan salah satu prioritas yang harus tercapai dalam setiap kegiatan pemanfaatan cagar
budaya. Upaya pelestarian harus berdampak pada meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya keberadaan bangunan-bangunan cagar budaya yang masih ada hingga saat ini atau
bahkan sudah mulai terdegradasi ciri bangunan fisiknya karena faktor alam maupun usia yang
semakin tua. Sehingga masyarakatlah yang kemudian akan berperan serta dalam pelindungan,
pengembangan, dan pemanfaatan benda cagar budaya bersama-sama dengan pemerintah.

Salah satu fenomena yang pernah saya temui adalah Benteng Vredeburg yang terletak di
Kota Yogyakarta. Benteng ini merupakan sebuah benteng yang letaknya berada di depan Gedung
Agung dan Kraton Kesultanan Yogyakarta. Benteng ini sekarang telah dijadikan sebagai sebuah
museum. Dalam sejumlah bangunan di benteng ini, masih melekat akan nuansa diorama
mengenai sejarah bangasa Indonesia.

Gambar 1. Benteng Vredeburg, Yogyakarta

1
[TUGAS PELESTARIAN KAWASAN: DESKRIPSI INTERAKSI FENOMENA ] Yunita P F D | I0612046

SEJARAH BERDIRINYA BENTENG VREDEBURG

Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan


Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara
Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak)
adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-
raja Jawa waktu itu.

Kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-
akan telah menjadi kekuatan bagi Belanda yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada
masa kolonial Belanda. Termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I sebagai pemimpin
Yogyakarta kala itu. Oleh karena itu permohonan izin Belanda untuk membangun benteng
berhasil dikabulkan.

Atas permintaan Belanda tersebut kemudian Sultan Hamengkubuwono I membangun


sebuah benteng yang sangat sederhana dengan bentuk bujur sangkar. Namun menurut Gubernur
dari Direktur Pantai Utara Jawa di Semarang yaitu Nicolaas Hartingh benteng tersebut
keadaannya masih sederhana. Tembok dari tanah dengan hanya diperkuat oleh tiang penyangga
berupa kayu pohon kelapa dan aren. Dalam perkembangannya, W.H. Osseberch sebagai
pengganti Nicolaas Hartingh mengusulkan kepada Sultan supaya bangunan tersebut diperkuat
menjadi bangunan permanen agar lebih menjamin keamanan.

Dalam kenyataannya, proses pembangunan benteng ini sangat lambat dan baru selesai
tahun 1787. Hal ini terjadi karena pada masa tersebut Sultan sebagai penyedia bahan dan tenaga
dalam pembangunan benteng harus disibukkan dengan pembangunan Kraton Yogyakarta,
sehingga bahan dan tenaga banyak teralokasikan untuk pembangunan kraton. Setelah selesai
bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Rustenburg yang berarti
“Benteng Peristirahatan”.

Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga banyak
merobohkan beberapa bangunan besar termasuk Benteng. Kemudian setelah kejadian gempa
bumi tersebut, Benteng Rustenburg segera diadakan pemebenahan pada bagian yang rusak.
Setelah bangunan selesai dikerjakan, benteng yang semula bernama Rustenburg itu diganti dan
kemudian dikenal hingga saat ini mejadi Vredeburg yang berarti “Benteng Perdamaian”. Nama

2
[TUGAS PELESTARIAN KAWASAN: DESKRIPSI INTERAKSI FENOMENA ] Yunita P F D | I0612046

ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara Kesultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda
yang tidak saling menyerang waktu itu.

PEMANFAATAN BENTENG VREDEBURG SEBAGAI MUSEUM

Sejalan dengan waktu, benteng yang dahulunya di buat sebagai benteng strategi
pertahanan Belanda apabila suatu saat Sultan sudah tak berpihak kembali kepada Belanda, kini
beralih fungsi menjadi sebuah museum. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari
pengembangan museum, benteng Vredeburg memiliki visi sebagai pengemban dan pemanfaatan
museum yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa serta memperkokoh identitas dan jati diri,
integrasi nasional, dan ketahanan budaya.

Misi yang diemban adalah mewujudkan peran museum sebagai sarana edukasi,
pariwisata, pusat informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan melalui kegiatan pelestarian,
penyajian dan pengembangan sejarah dan budaya denan nuansa edutainment.

 Pelestarian sejarah dan budaya melalui berbagai kegiatan seperti perawatan dan
pemeliharaan benteng sebagai cagar budaya, konservasi, fumigasi, dan restorasi benda-
benda sejarah Perjuangan. Perawatan dan pemeliharaan benteng sebgai cagar budaya
dilakukan secara bersama-sama dengan Balai Pelestraian Peninggalan Purbakala.
Sedangkan kegiatan konservasi, fumigasi, dan restorasi terhadap benda-benda koleksi
sejarah Perjuangan dilakukan secaraintern oleh petugas pemeliharaan dan perawatan
museum. Adapun koleksi benda-benda sejarah perjuangan Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta terdiri dari benda-benda realia, replica, foto, lukisan dan koleksi lainnya yang
berjumlah kurang lebih 7.000 buah. Seluruh benda koleksi museum disimpan diruang
pameran tetap maupun storage museum sesuai dengan standar International Council of
Museum.

3
[TUGAS PELESTARIAN KAWASAN: DESKRIPSI INTERAKSI FENOMENA ] Yunita P F D | I0612046

Gambar 2. Halaman Museum Benteng Vredeburg

 Penyajian sejarah dan budaya melalui berbagai kegiatan seperti pameran tetap dan
temporer, penydiaan film-film sejarah perjuangan, perpustakaan sejarah serta penerbitan
buku dan bulletin. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta memiliki 5 ruang pameran
tetap yang terdiri dari 4 Ruang Diorama dan Ruang Realia. Ruang pameran tetap berisi
koleksi benda sejarah yang memvisualisasikan peristiwa sejarah perjuangan bangsa,
terutana perjuangan dari Yogyakarta sejak kedatangan bangsa barat ke Indonesia sampai
dengan saat ini. Selain itu pengunjung juga bisa menikmati sajian film-film sejarah
perjuangan di Runga Bioskop Sejarah Perjuangan. Museum juga dilengkapi denan
perpustakaan yang berisi buku-buku sejarah dan budaya. Saran pembelajaran sejarah bagi
anak-anak sekolah juga disediakan melalui CD interaktif.

Gambar 3. Benda peninggalan Benteng Vredeburg

 Pengembangan sejarah dan budaya melalui kegiatan penelitian dan pengkajian sejarah
perjuangan, festival, lomba, ceramah, diskusi, loka karya, workshop, pentas seni, baik
diselenggarakan sendiri, kerjasama instansi terkait, maupun memfasilitasi masyarakat

4
[TUGAS PELESTARIAN KAWASAN: DESKRIPSI INTERAKSI FENOMENA ] Yunita P F D | I0612046

melalui saran dan prasarana museum. Pengkajian sejarah difokuskan pada sejarah
perjuangan di Yogyakarta baik peristiwa berkaitan dengan koleksi tata pameran tetap
museum. Festival, lomba, diskusi, pentas seni bernuansa sejarah juga rutin dilakukan
sperti festival busana perjuangan, lomba lagu, teater, lukis dan mewarnai dengan nuangsa
perjuangan, cerdas cermat permuseuman, kesejarahan dan kepurbakalaan, dan kemah
budaya. Selain itu museum juga menyediakan saran dan prasarana bagi masyarakat untuk
mengadakan pameran, lomba, festival, ceramah, diskusi dan kegiatan lain yang bernuansa
budaya.

DESKRIPSI INTERAKSI FENOMENA BENTENG VREDEBURG

Berkaitan dengan Bagan Pemahaman Mekanisme Rancang Bangun Berbasis Pelestarian,


berikut ulasan mengenai Benteng Vredeburg:

STEP 1

Number 2: LOCAL CONTENT (Tangible)

Benteng Vredeburg merupakan salah satu warisan budaya yang tangible (fisik). Upaya
pelestarian warisan budaya Benteng Vredeburg ini adalah untuk memelihara warisan budaya
tersebut untuk waktu yang sangat lama. Karena upaya pelestarian merupakan upaya memelihara
untuk waktu yang sangat lama maka perlu dikembangkan pelestarian sebagai upaya yang
berkelanjutan (sustainable), bukan pelestarian yang hanya untuk kepentingan sesaat, berbasis
proyek, berbasis donor dan elitis (tanpa akar yang kuat di masyarakat).

Pelestarian Benteng Vredeburg ini tidak akan dapat bertahan dan berkembang jika tidak
didukung oleh masyarakat luas dan tidak menjadi bagian nyata dari kehidupan kita. Pelestarian
harus hidup dan berkembang di masyarakat. Pelestarian harus diperjuangkan oleh masyarakat
luas (Hadiwinoto, 2002: 30). Singkat kata pelestarian akan dapat sustainable jika berbasis pada
kekuatan dalam, kekuatan lokal, kekuatan swadaya. Karenanya sangat diperlukan penggerak,
pemerhati, pecinta dan pendukung dari berbagai lapisan masyarakat. Untuk itu perlu ditumbuh
kembangkan motivasi yang kuat untuk ikut tergerak berpartisipasi melaksanakan pelestarian,
yaitu antara lain: motivasi untuk menjaga, mempertahankan dan mewariskan warisan budaya
yang diwarisinya dari generasi sebelumnya; motivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan
5
[TUGAS PELESTARIAN KAWASAN: DESKRIPSI INTERAKSI FENOMENA ] Yunita P F D | I0612046

kecintaan generasi penerus bangsa terhadap nilai-nilai sejarah kepribadian bangsa dari masa ke
masa melalui pewarisan khasanah budaya dan nilai-nilai budaya secara nyata yang dapat dilihat,
dikenang dan dihayati; motivasi untuk menjamin terwujudnya keragaman atau variasi lingkungan
budaya; motivasi ekonomi yang percaya bahwa nilai budaya lokal akan meningkat bila
terpelihara dengan baik sehingga memiliki nilai komersial untuk meningkatkan kesejahteraan
pengampunya; dan motivasi simbolis yang meyakini bahwa budaya lokal adalahn manifestasi
dari jatidiri suatu kelompok atau masyarakat sehingga dapat menumbuh-kembangkan rasa
kebanggaan, harga diri dan percaya diri yang kuat.

Pelestarian budaya selain mempunyai muatan ideologis yaitu sebagai gerakan untuk
mengukuhkan kebudayaan, sejarah dan identitas (Lewis, 1983: 4), juga sebagai penumbuh
kepedulian masyarakat untuk mendorong munculnya rasa memiliki masa lalu yang sama diantara
anggota komunitas (Smith, 1996: 68)

Number 4: LEGISLATION (UNDANG-UNDANG)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
50 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai tugas melaksanakan pengkajian,
pengumpulan, registrasi, perawatan, pengamanan, penyajian, publikasi, dan fasilitasi di bidang
benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta.

Dalam melaksanakan tugasnya, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyelenggarakan


fungsi:
a. Pengkajian benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta;
b. Pengumpulan benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta;
c. Pelaksanaan registrasi dan dokumentasi benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia
di wilayah Yogyakarta;
d. Perawatan benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta;
e. Pelaksanaan pengamanan benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah
Yogyakarta;
f. Pelaksanaan penyajian dan publikasi benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di
wilayah Yogyakarta;
6
[TUGAS PELESTARIAN KAWASAN: DESKRIPSI INTERAKSI FENOMENA ] Yunita P F D | I0612046

g. Pelaksanaan layanan edukasi di bidang benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di
wilayah Yogyakarta;
h. Pelaksanaan kemitraan di bidang sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah
Yogyakarta;
i. Fasilitasi pengkajian, pengumpulan, perawatan, pengamanan, penyajian, dan layanan
edukasi di bidang benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta;
j. Pelaksanaan pengelolaan perpustakaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta; dan
k. Pelaksanaan urusan ketatausahaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

STEP 2:
Number 2: METHODS
Berikut adalah uraian beberapa upaya revitalisasi Benteng Vredeburg dari masa ke masa:

Atas permintaan Belanda, Sultan Hamengkubuwono I membangun sebuah benteng yang


sangat sederhana dengan bentuk bujur sangkar. Namun menurut Gubernur dari Direktur Pantai
Utara Jawa di Semarang yaitu Nicolaas Hartingh benteng tersebut keadaannya masih sederhana.
Tembok dari tanah dengan hanya diperkuat oleh tiang penyangga berupa kayu pohon kelapa dan
aren. Dalam perkembangannya, W.H. Osseberch sebagai pengganti Nicolaas Hartingh
mengusulkan kepada Sultan supaya bangunan tersebut diperkuat menjadi bangunan permanen
agar lebih menjamin keamanan.

Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga banyak
merobohkan beberapa bangunan besar termasuk Benteng. Kemudian setelah kejadian gempa
bumi tersebut, Benteng Rustenburg segera diadakan pemebenahan pada bagian yang rusak.
Setelah bangunan selesai dikerjakan, benteng yang semula bernama Rustenburg itu diganti dan
kemudian dikenal hingga saat ini mejadi Vredeburg yang berarti “Benteng Perdamaian”. Nama
ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara Kesultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda
yang tidak saling menyerang waktu itu.

Pasca Benteng Vredeburg dijadikan sebuah museum:

Pada tahun 2012-2014, revitalisasi yang dilakukan di Museum Benteng Vredeburg adalah
memperbaiki tata pameran di ruang diorama sehingga lebih terkesan modern dan jauh dari kesan
kumuh serta menyeramkan yang selama ini lekat dengan museum. Diorama yang telah selesai
7
[TUGAS PELESTARIAN KAWASAN: DESKRIPSI INTERAKSI FENOMENA ] Yunita P F D | I0612046

direvitalisasi adalah Diorama satu dan dua dengan dana sekitar Rp3,5 miliar yang sepenuhnya
berasal dari Pemerintah Pusat.

Gambar 4. Proses pekerjaan revitalisasi Benteng Vredeburg

PELESTARIAN KAWASAN DIKAITKAN DENGAN MATA KULIAH LAIN

1. Pembiyaan Pembangunan
Bentuk Revitalisasi Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg yang kini merupakan salah satu destinasi wisata bagi Kota
Yogyakarta dan sekitarnya kiranya perlu untuk direvitalisasi demi kelangsungan dan
keberlanjutan aktivitasnya. Pada tahun 2011 lalu telah berhasil dilaksanakan revitalisasi atau
pelestarian kembali pada diorama 1 dan 2, yang kini telah dilengkapi dengan fitur touch screen di
setiap ruang diorama, sebagai sarana penunjang untuk mendapatkan keterangan lebih lengkap
mengenai peristiwa-peristiwa sejarah yang disajikan dalam diorama.  Dengan begitu tampilan
diorama menjadi lebih menarik dan menambah minat sejumlah pengunjung di Benteng
Vredeburg.

Revitalisasi I
APBN 2011 Rp 3 miliar
Revitalisasi II
APBN 2013 Rp 1 miliar
Perbaikan kafe museum

8
[TUGAS PELESTARIAN KAWASAN: DESKRIPSI INTERAKSI FENOMENA ] Yunita P F D | I0612046

Investor Jakarta

Pembiayaan pembangunan ditujukan untuk mendorong pembangunan suatu daerah dari


seluruh aspek pendukungnya. Terlebih untuk kawasan cagar budaya benteng Vredeburg
Yogyakarta yang notabenenya perlu dilesatrikan dan dijaga bersama sudah semestinya
membutuhkan dana atau alokasi anggaran untuk revitalisasi maupun dalam proses perawatannya
sendiri.

Pembiayaan pembangunan untuk kawasan cagar budaya Benteng Vredeburg ini diperoleh dari
dana APBN, APBD, serta dana-dana investor yang menamkan modalnya. Oleh karena itu,
dengan adanya dukungan dari pembiyaan pembangunan diharapkan mampu meningkatkan
kualitas serta keaslian kawasan cagar budaya Benteng Vredeburg dan tetap dapat dinikmati
sampai generasi berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Permen Kemendikbud No. 50 Tahun 2012 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta

9
[TUGAS PELESTARIAN KAWASAN: DESKRIPSI INTERAKSI FENOMENA ] Yunita P F D | I0612046

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=53975&val=4186 diakses pada tanggal 21


Maret 2015, pukul 14:57 WIB

https://gudeg.net/id/directory/121/49/Museum-Benteng-Vredeburg-Yogyakarta.html diakses pada


tanggal 21 Maret 2015, pukul 14:57 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Benteng_Vredeburg diakses pada tanggal 21 Maret 2015,


pukul 14:57 WIB

http://berandafadhil.blogspot.com/2012/03/tangible-dan-intangible-warisan-budaya.html diakses
pada tanggal 24 Maret 2015, pukul 04:13 WIB

http://museumvredeburg.blogspot.com/2010/11/benteng-vredeburg-dari-masa-ke-masa.html
diakses pada tanggal 21 Maret 2015, pukul 14:57 WIB

http://jogja.antaranews.com/print/301360/revitalisasi-museum-benteng-vredeburg-dongkrak-
kunjungan-wisatawan diakses pada tanggal 24 Maret 2015, pukul 04:50 WIB

http://sosbud.kompasiana.com/2013/03/20/museum-vs-mall-544010.html diakses pada tanggal 12


April 2015, pukul 03:21 WIB

10

Anda mungkin juga menyukai