Anda di halaman 1dari 13

METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN LANJUT

MUSEUM ULLEN SENTALU

Disusun Oleh :
Bidari Putri Rosadi (I0214022)

Dosen Pembimbing :
Ir. Hardiyati, M.T.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2016

I.

PENDAHULUAN
Museum Ullen Sentalu terletak di daerah Pakem, Kaliurang, Kabupaten Sleman,
adalah museum yang menampilkan budaya dan kehidupan para bangsawan Dinasti
Mataram (Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran, dan
Kadipaten Pakualaman) beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya
Yogyakarta maupun Surakarta). Museum ini juga menampilkan tokoh raja-raja
beserta permaisurinya dengan berbagai macam pakaian yang dikenakan sehariharinya.
Nama Ullen Sentalu merupakan singkatan dari bahasa Jawa: ULating
bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku yang artinya adalah Nyala lampu
blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan.
Filsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam
pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak
untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita. Museum ini didirikan oleh
salah seorang bangsawan Yogyakarta yang dikenal sangat dekat dengan keluarga
keraton Surakarta dan Yogyakarta.
Di Museum Ullen Sentalu, dapat diketahui bagaimana para leluhur Jawa
membuat batik yang memiliki arti dan makna yang mendalam di dalam setiap
coraknya. Ada juga berbagai sejarah mengenai keadaan budaya Jawa kuno dengan
segala aturannya.
A. Lokasi Museum
Museum ini beralamat di Jl.Boyong Taman Wisata Kaliurang. Jarak museum
ini dari kota Yogyakarta sekitar 25 km yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar
30-45 menit. Museum Ullen Sentalu tidak memanfaatkan gedung yang
merupakan cagar budaya melainkan menempati sebuah gedung baru yang
sengaja dibangun pada sebuah lahan kosong. Museum Ullen Sentalu terletak di
kawasan wisata Kaliurang tepatnya di dalam Taman Kaswargan dengan luas
tanah 11.990 m2.
Berdasarkan peta makro-kosmologi Mataram Kini (Mataram Islam), letak
museum berada di lintas Sumbu Utara yang berujung di gunung Merapi, dengan
Keraton Yogyakarta berada di Tengah dan Pantai Parangtritis di Sumbu Selatan
dalam garis imajiner kosmologi Jawa. Sedangkan berdasarkan peta sejarah
Mataram Kuno (Mataram Hindu & Budha), letak museum berada di Tengah
dengan ujung Barat adalah candi Borobudur yang berjarak sekitar 35 km atau 50
menit perjalanan melewati perkebunan Salak Pondoh dan ujung Timur adalah
kompleks candi Prambanan yang berjarak sekitar 30 km atau 40 menit perjalanan
membelah persawahan dusun Turi. Rute yang menghubungkan ketiga tempat itu
sering disebut Andesite Route karena banyaknya bangunan batu andesit,
termasuk candi, disepanjang jalan yang dilalui atau sering pula disebut Eco Tour,
karena melewati daerah persawahan dan pedesaan. Sedangkan berdasarkan
peta sejarah nasional, lokasi museum berada di Historical District Cluster yang
bersebelahan dengan gedung Api Tak Kunjung Padam (sekarang Wisma
Kaliurang) dan rumah Hastono Renggo milik keluarga Keraton Yogyakarta.
B. Jam Buka Layanan
Museum Ullen Sentalu memberlakukan jam buka layanan setiap :
Selasa Minggu : 08.30 16.00
Setiap hari senin Museum Ullen Sentalu tutup.

Kunjungan terakhir 30 menit sebelum museum tutup.


Museum Ullen Sentalu juga memberlakukan tiket masuk ke museum dengan
rincian sebagai berikut :

Pengunjung Internasional (dewasa) : Rp 50.000


Pengunjung Internasional (anak-anak 5-16 tahun) : Rp 30.000
Pengunjung lokal (dewasa, kartu KITAS) : Rp 30.000
Pengunjung lokal (anak-anak 5-16 tahun) : Rp 15.000

C. Pendanaan
Museum yang dikelola swasta seringkali terbentur pendanaan. Tidak
adanya sumber dan rutin membuat pengelola museum swasta harus kreatif
mengandalkan usaha sendiri.
Untuk masalah pendanaan bagi kelangsungan hidup Museum Ullen Sentalu
tidak mendapatkan bantuan dana langsung dari pemerintahan, dikarenakan
Museum Ullen Sentalu ini merupakan museum swasta bukan museum negeri.
Museum Ullen Sentalu merupakan sebuah museum swasta yang diprakarsai
keluarga Haryono dari Yogyakarta dan berada di bawah payung Yayasan Ulating
Blencong. Hal ini sudah jelas bahwa untuk masalah pendanaan Museum Ullen
Sentalu mendapatkan dana dari pemiliknya sendiri yang berada di bawah
Yayasan Ulating Blencong.
D. Visi dan Misi
Visi Museum Ullen Sentalu adalah Sebagai Jendela Peradaban Seni dan
Budaya Jawa. Di dalam Visi tersebut terkandung cita-cita yang ingin diwujudkan
Museum Ullen Sentalu di masa depan melalui koleksi serta layanan yang dimiliki
Museum Ullen Sentalu dapat dijadikan sebagai tempat belajar untuk mengetahui
seni dan budaya Jawa serta sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat.
Untuk mewujudkan visi tersebut Museum Ullen Sentalu menetapkan misi
sebagi berikut :
1. Mengumpulkan warisan seni dan budaya Jawa untuk dikoleksi.
2. Mengkomunikasikannya kepada masyarakat luas agar mengetahui ada
warisan seni dan budaya Jawa.
3. Melestarikan warisan seni dan budaya Jawa yang terancam pudar guna
menumbuhkan kebanggaan masyarakat pada kekayaan budaya Jawa
sebagai jati diri bangsa.
E. Layanan dan Fasilitas yang disediakan
Museum Ullen Sentalu juga memiliki beberapa layanan yang disediakan
untuk memuaskan hati para pengunjungnya. Layanan tersebut antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Tour Guide
Di Museum Ullen Sentalu tidak menggunakan label pada koleksi yang
dipamerkan tetapi mengandalkan tour guide. Akan terasa tidak
membosankan
karena adanya seorang guide yang interaktif
menjelaskan setiap display dari koleksi yang dipamerkan.
2. Taman

Selain bangunan fisik, areal Taman Kaswargan didominasi oleh hutan


alami dan
bagian-bagian taman yang menonjolkan atmosfer
pegunungan. Pada bagian-bagian tertentu terdapat patung-patung yang
menjadi museum outdoor.
3. Restauran
Beukenhof Restaurant dirancang dan dibangun di Taman Kaswargan
sebagai obyek wisata budaya dan alam tak terelakkan harus dilengkapi
dengan sarana
pendukung lain, seperti restaurant. Restaurant
Beukenhof diambil dari bahasa Belanda yang berarti bangunan yang
dikelilingi pohon-pohon, seperti yang dapat pengunjung nikmati di
restaurant dengan bangunan yang dirancang bergaya arsitektur kolonial.
4. Toko Souvenir
Toko souvenir didirikan sebagai pendukung dalam unsur pariwisata
kawasan Taman Kaswargan.
Museum Ullen Sentalu sudah tentu menyediakan fasilitas parkir untuk
pengunjung yang datang ke museum. Fasilitas parkir untuk pengunjung
museum terletak di halaman depan, sedangkan lahan parkir untuk pelanggan
restoran atau museum shop terletak di halaman dalam bagian atas museum.
Fasilitas parkir yang disediakan oleh pihak manajemen museum tidak
dipungut biaya, tetapi pihak manajemen museum tidak bertanggung jawab
atas kehilangan dan kerusakan barang yang ditinggal di dalam mobil.

II.

PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Museum Ullen Sentalu
Museum Ullen Sentalu mulai dirintis pada tahun 1994 dan diresmikan pada
tanggal 1 Maret 1997, yang merupakan tanggal bersejarah bagi kota Yogyakarta.
Peresmian museum dilakukan oleh KGPAA Paku Alam VIII, Gubernur DIY pada
waktu itu. Secara kepemilikan, museum swasta ini diprakarsai keluarga Haryono
dari Yogyakarta dan berada di bawah payung Yayasan Ulating Blencong dengan
penasehat antara lain: I.S.K.S. Paku Buwono XII, KGPAA Paku Alam VIII, GBPH
Poeger, GRAy Siti Nurul Kusumawardhani, Ibu Hartini Soekarno, serta KP. dr.
Samuel Wedyadiningrat, Sp.(B). K.(Onk).
Dalam perkembangannya, Museum Ullen Sentalu berpijak pada paradigma
baru yang cenderung memaknai warisan budaya berupa kisah atau peristiwa
yang bersifat tak benda (intangible heritage). Paradigma baru yang dimiliki
museum Ullen Sentalu inilah yang membedakan dengan museum pada
umumnya. Kecenderungan ini berawal dari suatu kondisi dimana Dinasti
Mataram Islam cenderung menghasilkan budaya yang sifatnya intangible
dibanding warisan budaya tangible yang lebih pada kebendaan. Padahal
intangible heritage yang mencakup semua ekspresi, pengetahuan, representasi,
praktek, ketrampilan yang dikenali sebagai bagian warisan budaya lebih rentan
untuk pudar dan punah, apalagi dengan perkembangan arus globalisasi yang
semakin tak terelakkan.
Berbagai hal yang unik diaplikasikan di museum ini untuk membuatnya
menjadi museum yang menarik, bukan museum yang membosankan.
Contohnya, koleksi-koleksi museum ini tidak diberi label. Jadi, museum ini
mengandalkan tour guide untuk menjelaskan segala sesuatu yang ada disana.

Tentunya, mendengarkan penjelasan dari seorang tour guide saat mengunjungi


sebuah museum jauh lebih menarik daripada sekedar melihat-lihat berbagai
benda koleksi museum yang diberi label.
Berpijak dari kondisi tersebut, maka Museum Ullen Sentalu berupaya
mengembangkan paradigma baru sebagai suatu terobosan yaitu dengan
pemilihan lokasi yang berada di daerah pegunungan (resort), dan bukan di
downtown; tidak menempati bangunan cagar budaya, tapi bangunan baru pada
landscape kosong; dikelola sebagai private corporation dan bukan state
institution; bersifat eclectic (carefully selected) collection dan tidak
mengandalkan jumlah koleksi massive; lebih banyak memaknai warisan budaya
berupa kisah atau peristiwa yang bersifat tak benda (intangible heritage) dan
tidak selalu mengandalkan warisan budaya kebendaan (tangible heritage); tidak
semua koleksi terdiri dari artefak dan benda memorabilia tetapi sebagian terdiri
dari ambiance kebudayaan materi masa kini; tidak menggunakan label pada
koleksi yang dipamerkan tetapi mengandalkan tour guide; berifat movement dan
bukan monument; sebagai amusement dan bukan museum dan saat ini tengah
dikembangkan untuk menjadi living museum dan bukan dead museum.
Salah satu upaya Museum Ullen Sentalu dalam memvisualisasikan berbagai
warisan intangible dari Dinasti Mataram adalah dengan memanfaatkan media
interpretasi dalam bentuk Conceptual and Imaginary Narrative Paintings.

Gambar 1. Fasad Bangunan Museum


Sumber : Dokumen Pribadi

B. Jenis Informasi dan Koleksi yang Disediakan


1.
Jenis Informasi
Informasi yang disampaikan oleh Museum Ullen Sentalu
merupakan pengetahuan dari koleksi yang dihimpun berupa
keanekaragaman budaya dan periodisasi budaya tersebut yang
tercermin dari benda-benda serta foto atau lukisan peninggalan pada
masa tersebut. Museum ini juga memberikan informasi tentang tokoh
raja-raja (sultan) di keraton Yogyakarta beserta permaisurinya dengan
berbagai macam pakaian yang dikenakan sehari-harinya. Selain itu,
Museum Ullen Sentalu juga menceritakan sejarah mengenai Yogyakarta

dengan Solo. Pengunjung juga mengetahui mengenai sejarah antara


Paku Alam dan Sri Sultan Hamengkubuwono.
Di Museum Ullen Sentalu, dapat diketahui bagaimana para leluhur
Jawa membuat batik yang memiliki arti dan makna yang mendalam di
dalam setiap coraknya. Ada juga berbagai sejarah mengenai keadaan
budaya Jawa kuno dengan segala aturannya.
Untuk menyampaikan informasi tentang keberadaan Museum Ullen
Sentalu sendiri, pihak pengelola museum menggunakan beberapa
media sosial sebagai partner dalam menyebarluarkan informasi
diantaranya website resmi Museum http://www.ullensentalu.com/,
facebook
https://www.facebook.com/pages/Museum-UllenSentalu/198331340195115, dan twitter https://twitter.com/ullensentalu.
2.

Koleksi
Museum ini menyimpan koleksi seni dan budaya Jawa yang cukup
lengkap. Museum yang terletak di kawasan Kaliurang ini memiliki
keunikan baik dari segi arsitektur bangunan maupun dari koleksi yang
ada di dalamnya. Perpaduan konsep arsitektur gothic ala Eropa pada
bangunannya, dipadukan dengan koleksi peninggalan dari Dinasti
Mataram yang memiliki nuansa budaya Jawa yang kental.
Koleksi yang ada di Museum Ullen Sentalu ini terletak pada tiap-tiap
ruangan yang ada disana. Hingga saat ini Museum Ullen Sentalu sudah
memiliki beberapa ruang, yaitu Ruang Selamat Datang, Ruang Seni Tari
dan Gamelan, Guwa sela Giri, 5 ruang di Kampung Kambang, Koridor
Retja Landa, serta Ruang Budaya.
a.

Ruang Selamat Datang


Selain sebagai Ruang Penyambutan tamu/pengunjung
museum, di bagian ruang ini juga terdapat banner latar
belakang pendirian museum Ullen Sentalu serta arca Dewi Sri,
simbol kesuburan.

Gambar 2. Ruang Selamat Datang


Sumber : Dokumen Pribadi

b.

Ruang Seni Tari dan Gamelan


Ruang ini memamerkan seperangkat gamelan yang
merupakan hibah dari salah seorang pangeran Kasultanan

Yogyakarta dan pernah dipergunakan dalam pertunjukkan


wayang orang dan pagelaran tari di keraton Yogyakarta. Selain
itu, di ruang ini juga terdapat beberapa lukisan tari.
c.

Guwa Sela Giri


Suatu ruang pamer yang dibangun di bawah tanah, karena
menyesuaikan dengan kontur tanah yang tidak rata. Ruang
ini berupa lorong panjang yang merupakan perpaduan Sumur
Gumuling Taman Sari dan gaya Gothic. Arsitektur Guwa Sela
Giri didominasi dengan penggunaan material bangunan dari
batu Merapi. Ruang ini memamerkan karya-karya lukis
dokumentasi dari tokoh-tokoh yang mewakili figur 4 keraton
Dinasti Mataram. Melalui karya-karya lukis dokumentasi para
tokoh yang dikemas dalam karya fine arts serta didukung
kelengkapan data sejarah yang berkaitan, maka suatu
interaksi antara karya seni, pengungkapan data-data seni
budaya dan sejarah dari suatu peradaban yang intangible
dapat terkomunikasikan secara kaya dan bebas.

d.

Kampung Kambang
Merupakan areal yang berdiri di atas kolam air dengan
bangunan berupa ruang-ruang di atasnya. Konsep areal ini
diambil dari konsep Bale Kambang dan konsep Labirin.
Kampung Kambang terdiri dari lima ruang pamer museum,
yaitu: Ruang Syair untuk Tineke, Royal Room Ratoe Mas,
Ruang Batik Vorstendlanden, Ruang Batik Pesisiran, dan
Ruang Putri Dambaan.

e.

Bilik Syair Tineke


Ruang yang menampilkan syair-syair yang diambil dari
buku kecil GRAj Koes Sapariyam (putri Sunan PB XI, Surakarta)
dan ditemukan di suatu ruang di dalam Kaputren Kasunanan
Surakarta. Syair-syair itu ditulis dari tahun 1939-1947, oleh para
kerabat dan teman-teman GRAj Koes Sapariyam yang akrab
dipanggil Tineke sebagai puisi-puisi kenangan. Melalui syairsyair tersebut terungkap kemampuan intelektual dalam seni
sastra para putri di balik tembok keraton.

f.

Royal Room Ratu Mas


Suatu ruang yang khusus dipersembahkan bagi Ratu
Mas, permaisuri Sunan Paku Buwana X. Di ruang ini
dipamerkan lukisan Ratu Mas, foto-foto beliau bersama Sunan
serta putrinya, serta pernak-pernik kelengkapan beliau, seperti
topi, kain batik, dodot pengantin, dodot putri, asesoris, dll.

g.

Ruang Batik Vorstendlanden Surakarta dan Yogyakarta


Dua ruangan ini menampilkan koleksi batik dari era Sultan
HB VII - Sultan HB VIII dari Keraton Yogyakarta serta Sunan
PB X hingga Sunan PB XII dari Surakarta. Melalui koleksi
tersebut terlihat suatu proses seni dan daya kreasi masyarakat

Jawa dalam menuangkan filosofi yang dianutnya melalui


corak motif batik. Perpaduan keindahan seni batik dan maknamakna filosofis yang dikandungnya menguak suatu warisan
budaya intangible yang sangat kaya.
h.

Ruang Putri Dambaan


Ruang ini dikatakan sebagai album hidup GRAy Siti Nurul
Kusumawardhani, putri tunggal Mangkunegara VII dengan
permaisuri GKR Timur. Menampilkan dokumentasi foto pribadi
dari masa kanak-kanak hingga pernikahannya (1921-1951).
Melalui foto-foto tersebut tersaji muatan budaya yang bersifat
intangible, seperti: ritual-ritual tahapan kehidupan seorang
putri keraton beserta segala pernak-perniknya yang
merupakan kekayaan warisan budaya Jawa. Ruang ini sangat
istimewa karena terasa kedekatannya dengan Sang Tokoh,
yang meresmikan sendiri Ruang Putri Dambaan tersebut pada
ulang tahun ke-81 pada tahun 2002. Seperti ada ikatan batin
antara tokoh dan Ruang Putri Dambaan karena album
perjalanan hidup putri Mangkunegaran ini dititipkan secara
pribadi dalam ruang tersebut di Museum Ullen Sentalu.

i.

Koridor Retja Landa


Ini adalah museum luar ruangan yang memamerkan arca
dewa-dewi Hindu dan Buddha dari abad ke-8 masehi.

j.

Sasana Sekar Bawana


Di ruang ini dipamerkan beberapa lukisan raja Mataram,
lukisan tari sakral Bedhaya Ketawang, serta lukisan dan
patung dengan tata rias pengantin gaya Yogyakarta.
Pengunjung bisa beristirahat dan mencerna segala informasi
yang diberikan pemandu dari awal. Sementara itu, pemandu
akan menyuguhkan sebuah minuman spesial yaitu Ratu Mas.
Minuman dengan resep rahasia dari 7 bahan alami ini
dipercaya bisa memberi kesehatan dan awet muda.

C. Daya Tarik
Daya tarik yang dimiliki oleh Museum Ullen Sentalu adalah (1) Koleksi yang
yang menceritakan bagaimanan perjalanan hidup Kerajaan Mataram, mulai dari
awal sampai sekarang. Selain itu, (2) konsep yang diusung oleh Museum Ullen
Sentalu cukup menarik, dengan perpaduan Budaya Jawa dan gaya Eropa dari
segi desain. Hal yang paling menarik adalah (3) peraturan yang ada di Museum
Ullen Sentalu, yakni tidak boleh mengabadikan koleksi atau sederhanaya adalah
kita tidak diperbolehkan untuk berfoto di dalam meseum. Selama saya
berkunjung ke beberapa museum, saya baru kali ini menemukan museum yang
melarang berfoto dengan koleksi yang ada di dalam museum tersebut. (4) Tidak
ada label terpasang di depan setiap koleksi, hal ini disebabkan karena konsep
museum ini lebih menekankan kepada kisah atau peristiwa di balik setiap benda.

Gambar 3. Poster Peraturan


Sumber : Dokumen Pribadi

D. Bangunan
Yoshio Taniguchi, arsitektur MoMA (Museum of Modern Art) membuktikan
bahwa arsitektur sebagai karya seni tertinggi tidak tampil sebagai rancangan
sendiri yang terpisah, tapi menyatu dengan koleksi museum yang berada
didalamnya dalam sebuah habitat. Itulah yang dilakukan museum Ullen Sentalu
yang dirancang mulai dari ruang tata pamer, struktur ruangan dan lay out
bermacam bangunan, bukan untuk tampil sendiri-sendiri tidak terintegrasi tapi
menyatu dengan koleksi didalamnya sehingga dapat mengingatkan kembali
(mnemonic) memori kolektif sebuah peradaban yang sudah berlangsung ribuan
tahun. Mataram Kuno yang diwakili dengan bermacam bangunan candi terbuat
dari batu andesit yang tersebar di bhumi mataram ditampilkan dalam tata ruang
pameran tetap: Guwo Selo Giri (Gua Batu Gunung) yang terletak tiga meter
dibawah permukaan tanah menyerupai gua masa silam atau bunker bangunan
modern dengan struktur seluruhnya mirip bangunan candi, yaitu terdiri dari batu
andesit yang dibiarkan terbelah tanpa polesan.
Unsur arsitektur vernacular yang menyatu dengan alam sekitarnya muncul
secara penuh dengan penggunaan batu andesit yang ditambang dari area
sekitar lokasi museum, kemudian dibangun dengan teknologi lokal dan
dikerjakan oleh pekerja dari desa Kaliurang yang ahli dalam membelah batu dan
menyusunnya menjadi bangunan. Keluar dari lorong Guwo Selo Giri terhampar
tangga stairway to heaven menuju Taman Kaswargan (Heavenly Hills) dengan
struktur punden berundak yang akan mengingatkan kebudayaan megalitikum
yang pernah ada ratusan ribu tahun silam atau mengingatkan tangga

Gambar 4. Tangga menuju Taman Kaswargan


Sumber : Dokumen Pribadi

Hastonorenggo di bukit Imogiri, menuju ke persemayaman raja-raja Mataram


Kini.
Sementara itu Kampung Kambang yang terletak diatas air (mengambang)
dibangun menyerupai kampung rumah orang Kalang yang tinggal di ibukota
kuno Mataram Kini atau Mataram Islam periode Pertama dengan jalanan sempit
menyerupai gang dan dibuat berkelak-kelok menyerupai struktur labirin Minoan.
Pengunjung yang tidak ditemani oleh educator tour akan mudah tersesat, karena
sesuai namanya labirin yang berfungsi untuk menyesatkan orang tapi dalam
rancangan museum dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa keingin-tahuan
(curiousity). Bentuk labirin di Kampung Kambang, selain membuat pengunjung
curious, dimaksudkan untuk mengingatkan (mnemonic) akan kampung warga
Kalang di Kotagede. Dimana diantara jalanan di kampung sempit itu terdapat
rumah saudagar yang menyimpan bermacam benda berharga mirip koleksi
dalam sebuah museum.
Guwo Selo Giri (Gua Batu Gunung) adalah ruang pamer untuk koleksi tetap
(Exhibition Hall for Permanent Collection) yang terdiri dari lobby dan hall utama.
Pada bagian lobby terdapat beragam foto lukisan cat minyak dari berbagai
ukuran dengan tema Tari dan Musik Tradisional Jawa. Tata pamer (lay out
display) dengan menempatkan semua lukisan pada dinding dimaksudkan untuk
memberi jarak pandang dan ruang gerak (prosemic) bagi pengunjung yang ingin
melihatmya secara perspektif dan bukan close up. Di ruangan juga terdapat
seperangkat alat musik gamelan yang merupakan simbol kebesaran
(masterpiece) kebudayaan Jawa, khususnya dari Keraton. Karena setiap raja
Jawa yang bertahta memiliki mandat agung untuk menciptakan koreografi,
setidaknya satu jenis tarian, sebagai simbol hanggabeni ikut melestarikan
warisan budaya leluhur. Sedangkan di sudut ruangan yang merupakan
centerpoint dimana setiap pengunjung setelah melewati pintu masuk akan
langsung melihatnya, ditempatkan lukisan berjudul Tari Topeng. Seperangkat
musik Gamelan yang sebagian besar tersebut juga membuktikan kebesaran
kebudayaan Jawa karena jenis musik perkusi (diketuk/ dipukul) adalah jenis
musik paling kuno milik hampir seluruh peradaban umat manusia dimuka bumi
dan sementara bangsa lain masih berbentuk sederhana, pada Kebudayaan
Jawa telah berkembang sangat lengkap dan rinci. Pada bagian hall utama
terdapat deretan foto dokumenter dan lukisan milik Keraton dan Pura milik dinasti
Mataram Kini yang terdiri dari foto dan lukisan para raja, ratu dan putri
bangsawan dari Keraton Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegara dari
Solo dan Kration Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pura Paku Alam dari Jogja.
Ketika mulai memasuki ruangan museum, khususnya ketika berada di
tangga masuk budaya yang terasa bukanlah gaya Jawa, melainkan gaya Eropa.
Hal ini dikarenakan model tangga yang digunakan merupak tangga dengan gaya
Urban.
Ruangan pertama yang dikunjungi adalah Guo Selo Giri yang berusia lebih
dari satu dekade. Dinding yang ada di Gua Selo Giri ini berbahan baku batu
andesit dan beratap kayu dengan ukuran cukup rendah, hal ini menjelaskan
mengenai bagaimana tatakrama bertamu dalam adat Jawa.
Ruangan selanjutnya adalah Kampung Kambang. Kampung kambang
memiliki 5 (lima) ruangan, dan kelima ruangan ruangan tersebut berada dalam
satu labirin. Penggunaan konsep labirin ini memiliki sebuah arti, yakni dalam
hidup itu pasti berliku-liku (mempunyai masalah) tidak lurus saja (tidak terus
menerus mudah).
Setiap desain yang digunakan pada setiap ruangan museum menyisipkan
nilai yang ada di budaya Jawa. Hal ini sudah sesuai dengan tujuan awal Pak

Haryono mendirikan Museum Ullen Sentalu, yang tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk melestarikan kebudayaan Jawa.
Kekurangan yang dimiliki adalah belum tersedianya layanan khusus untuk
pengunjung disabilitas. Ketika masuk ke Gua Selo Giri pengunjung sudah
dihadapkan tangga yang cukup curam dan ketika menuju ke Kampung
Kambang pengunjung harus melewati labirin yang berukuran kecil terlebih
dahulu. Kondisi ini sangatlah disayangkan oleh pengunjung dan tour guide yang
memandu kami. Sampai saat ini belum ada usaha yang dilakukan oleh pihak
manajemen museum untuk melakukan pelayanan khusus untuk pengunjung
disabilitas.
Museum Ullen Sentalu memiliki peraturan yang ketat dalam penjagaan
serta penyimpanan koleksi. Beberapa peraturan yang dimiliki Museum Ullen
Sentalu adalah sebagai berikut. (1) Tidak diijinkan menyentuh dan memotret
koleksi atau merekam penjelasan kurator. (2) Pada akhir tur akan diberitahukan
lokasi untuk pemotretan.(3) Tidak diizinkan merokok, makan dan minum selama
tur berlangsung. (4) Tidak diizinkan membawa ransel dan tas besar ke dalam
museum. Ponsel dan gadget harap di non-aktifkan selama mengikuti tur.
Peraturan ini terpampang di pintu masuk ketika akan memasuki Museum Ullen
Sentalu.
Untuk menjaga kemanan koleksi, Museum Ullen Sentalu dilindungi oleh
pagar yang tinggi dilengkapi dengan CCTV untuk menjaga keamanan koleksi
yang ada di dalam museum mulai dari kegiatan pengambilan gambar, kegiaan
merekam, sampai dengan pencurian koleksi ataupun perrusakan koleksi yang
dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
E. Kesan
Pintu masuk yang ada dilewati ketika berada di Museum Ullen Sentalu tidak
begitu dapat menarik pengunjung untuk datang ke museum ini. Karena kondisi
pintu masuk yang gelap dan tertutup oleh tanaman. Kesan pertama saat melihat
museum ini adalah seram. Hal ini disebabkan kondisi museum yang terletak di
kaki Gunung Merapi, dan banyak tanaman besar yang tumbuh disekitar
museum. Kesan lain yang kami rasakan adalah rasa takjub ketika melihat koleksi
yang ada di dalam museum dan rasa nyaman ketika melihat pesona lain yang
ada di Taman Kaswargan. Kondisi yang dirasakan mulai berubah ketika mulai
memasuki Goa Selo Giri, karena desain fisik yang ada di Goa Selo Giri dapat
membuat pengunjung merasa nyaman dan membuat pengunjung tidak ingin
meninggalkan Museum Ullen Sentalu.
Museum Ullen Sentalu dirasa masih kurang peduli dengan pengunjung.
Hal ini dapat dilihat dari belum terpenuhinya kebutuhan intelektual, dan
kebutuhan fisik. Alasan belum terpenuhinya semua kebutuhan tersebut adalah
tidak adanya label dan katalog koleksi, walaupun pihak museum sudah
meyediakan alternatif lain yakni dengan menyediakan fasilitas penunjang, seperti
tur ber-audio, ruangan audio visual, serta booklet yang bisa dibeli sebagai
kenang-kenangan.
Pihak museum belum bisa menyediakan fasilitas tambahan seperti kursi
roda, untuk pengunjung disabilitas, dan lagi terdapat beberapa daerah dan
ruangan museum yang sulit diakses oleh pengunjung berkebutuhan khusus.
Tetapi kebutuhan sosial pengunjung dapat terpenuhi ketika berada di
museum. Hal ini disebabkan pengunjung dibebaskan bertanya mengenai koleksi
yang ada di museum. Selain itu, pada saat berkeliling museum, pemandu
menyarankan kepada pengunjung untuk saling mengenal dan memeperhatikan

satu dengan yang lainnya untuk meminimalisir jika ada pengunjung yang hilang
atau tersesat.
Museum Ullen Sentalu berada di kaki Gunung Merapi. Melihat kenyataan
seperti itu kondisi museum sangatlah rentan mengingat status Gunung Merapi
masih aktif. Jika Gunung Merapi mengalami erupsi, maka sudah dapat
dipastikan Museum Ullen Sentalu termasuk salah satu gedung yang harus
dievakuasi. Jika terjadi bencana seperti itu, pihak museum sudah menyiapkan
jalur khusus dan pintu khusus untuk evakuasi koleksi yang ada di museum.
Museum Ullen Sentalu sudah menyiapkan ruangan khusus untuk menyimpan
koleksi jika terjadi bencana yang tidak diinginkan.
Display Museum Ullen Sentalu berdasarka tema tertentu. Contohnya dapat
dilihat pada Ruangan Guo Selo Giri, tema yang diusung mengenai peninggalan
seni dari keluarga raja. Tema dari ruangan ini adalah seni kerajaan.
Contoh lain terlihat pada area Taman Arca Durga. Konsep yang digunakan
di area ini adalah konsep kombinasi outdoor dan budaya Jawa yang digunakan,
berbeda dengan ruangan-ruangan yang sebelumnya. Contoh yang terakhir
adalah Ruang Budaya. Di ruangan ini terlihat lebih dominan konsep ruangan
budaya Eropa.
Museum Ullen Sentalu mempunyai konsep pameran yang cukup unik.
Salah satunya adalah dengan menghadirkan konsep area labirin pada salah satu
area khusus yang ada di museum. Karena lokasi area yang cukup unik,
pengunjung tidak boleh tertinggal dengan pemandu yang membimbing
perjalanan selama ada di museum. Hal unik lainnya adalah ketika berada di
Ruang Rengganis, pengunjung akan diberikan minuman jamu khas keraton yang
merupakan minuman awet muda.

III.

KESIMPULAN
Pesan yang ingin disampaikan dari didirikannya Museum Ullen Sentalu adalah
pihak museum, khususnya Bapak Haryanto selaku pendiri ingin masyarakat
Indonesia mulai mengenal budaya yang ada di rumah kita sendiri, khususnya
adalah Seni dan Budaya Jawa. Tidak dapat dipungkiri, saat ini banyak masyarakat
Indonesia yang sudah mulai menginggalkan budaya yang ada di Indonesia, bahkan
mirisnya banyak masyarakat asli Jawa, tetapi tidak bisa memakai Bahasa Jawa,
bahkan dia lebih fasih berbicara bahasa asing. Maka dari itu, karena Bapak Haryanto
adalah orang Jawa asli beliau merasa bertanggung jawab untuk melestarikan Seni
dan Budaya Jawa.
Koleksi yang ada di Museum Ullen Sentalu tidak memiliki label. Kondisi ini
menjadikan pengunjung atau pengunjung sangat tergantung oleh penjelasan
tourguide. Apabila penjelasan dari tourguide kurang memuaskan, pengunjung
diperbolehkan untuk bertanya hal lain yang berhubungan dengan koleksi
museum.Pihak manajemen Museum Ullen Sentalu sengaja tidak menyediakan
panduan khusus untuk pengunjung. Untuk menyasati keadaan ini pihak museum
akan menyediakan booklet mengenai koleksi dan budaya Jawa yang berada di toko
souvernir.
Karena informasi Museum Ullen Sentalu hanya dijelaskan oleh pemandu dan
terdapat larangan untuk merekam dan mempotret koleksi, hal ini meyebabkan
pengunjung akan fokus pada penjelasan tourguide. Selain itu pihak museum juga
menyediakan ruangan layanan tur-audio untuk pengunjung asing dengan bahasa

Inggris, Jepang, Belanda dan Mandarin. Layanan pendukung lain adalah, pihak
museum menyediakan ruangan Audio-Visual berkapasitas 30 orang. Layanan AudioVisual ini manayangkan film dokumenter bertajuk sejarah, seni, dan budaya.

IV.

DAFTAR PUSTAKA
https://en.wikipedia.org/wiki/Ullen_Sentalu_Museum - Diakses pada tanggal 16
November 2016
http://www.ullensentalu.com/ - Diakses pada tanggal 16 November 2016

Anda mungkin juga menyukai