Anda di halaman 1dari 18

BAB II

MUSEUM GUMUK PASIR

A. Selayang Pandang Museum Gumuk Pasir


Museum Gumuk Pasir terletak di Jalan Parangtritis, Parangtritis, Kecamatan
Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Museum ini berdiri pada
tahun 2002 dan ditangani oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Bantul, Fakultas Geografi
UGM, dan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. Di museum ini akan
mendapatkan pengetahuan lebih melalui koleksi – koleksinya. Beberapa jenis bebatuan
tampak di ruang museum dan eksibhisi. Koleksi lain berupa tampilan audio visual
mengenai berbagai pesisir pantai di Indonesia. Sebagai tempat rekreasi, Museum Gumuk
Pasir juga berfungsi sebagai laboratorium yang berguna untuk aktifitas ilmiah.

Museum Geospasial Gumuk Pasir merupakan museum sekaligus laboratorium


yang berfungsi sebagai tempat riset dan menyimpan informasi mengenai daerah pesisir
pantai dan fenomena alam langka yaitu gumuk pasir langka. Gumuk Pasir Barchas yang
langka ini hanya ditemukan di dua tempat di dunia yaitu di Indonesia (Pantai Depok) dan
Meksiko. Museum Geospasial Gumuk Pasir berada di area gumuk pasir yang berdekatan
dengan kawasan Pantai Depok Bantul. Rute menuju museum ini dari pusat kota
Yogyakarta ke arah selatan melewati Jalan Parangtritis. Tepat sebelum gerbang retribusi
masuk Pantai Parangtritis ada pertigaan kecil yang mengarah ke Pantai Depok.
Pilih jalan ke arah kanan menuju ke Pantai Depok dan tepat sebelum gerbang masuk
Pantai Depok hingga menemui monumen Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis.
monumen tersebut berada sebelum gerbang retrbusi masuk Pantai Depok. Pilihlah jalan
ke arah kiri melewati jalan kecil dan tidak lama kemudian tiba di kawasan Museum
Geospasial Gumuk Pasir. Museum Geospasial Gumuk Pasir terdiri dari bangunan
utama berbentuk kerucut dan beberapa bangunan pendukung. Bangunan berbentuk
kerucut terdiri dari ruang pamer, ruang mini teater pusat teropong udara. Pengunjung
yang ingin mengunjungi museum dan laboratorium ini harus mengajukan surat
permohonan terlebih dahulu karena tempat ini tidak terbuka untuk umum. Rata-rata
pengunjung museum ini berasal dari instansi atau lembaga pendidikan seperti sekolah
dan universitas. Diharapkan untuk kedepannya museum ini dibuka untuk umum agar
masyarakat lebih mengenal tentang fenomena langka gumuk pasir yang berada di selatan
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta ini.

Museum yang diresmikan pada tanggal 1 Spetember 2000 ini memang sangat
istimewa, mulai dari benda – benda koleksi dan fasilitasnya tentunya keistimewaan yang
lainnya adalah letaknya yang berada dekat dengan pantai parangtritis dan gumuk pasir
sendiri, selain bisa meneliti alam lewat museum anda juga bisa mendekatkan alam secara
langsung, dengan menikmati pantai parangtritis dan gumuk pasir, tentunya ini sangat
menyenangkan bagi anda dan keluarga, berekreasi sambil belajar. Selain  museum
gumuk pasir anda bisa datang kemuseum – museum lain yang ada di jogja yang bisa
memberikan anda pelajaran dan bisa anda teliti benda- benda koleksi yang ada
didalamnya, seperti museum geoteknologi, Museum gunung merapi dan museum biologi
UGM yang menyenangkan untuk dikunjungi.
Museum ini memang sangat istimewa, mulai dari benda – benda koleksi dan
fasilitasnya tentunya keistimewaan yang lainnya adalah letaknya yang berada dekat
dengan pantai parangtritis dan gumuk pasir sendiri, selain bisa meneliti alam lewat
museum anda juga bisa mendekatkan alam secara langsung, dengan menikmati pantai
parangtritis dan gumuk pasir, tentunya ini sangat menyenangkan bagi anda dan keluarga,
berekreasi sambil belajar.
Koleksi museum dikumpulkan dari kawasan sebelah barat Pantai
Parangkusumo, Srandakan, Bantul. Museum menyajikan berbagai batuan alam, binatang
laut, karang, bebatuan mineral, foto, maket, herbarium, jenis paeis, laquer feel dan CD
tipologi pantai di Indonesia. Oleh karena koleksinya yang unik maka museum ini
berfungsi sebagai laboratorium dengan fasilitas pustaka  tentang geospasial dan ilmu
kebumian.

Berbagai contoh jenis bebatuan dari lingkungan pesisir dan laut. Selain dalam
bentuk fisik batuan, juga dilengkapi dengan berbagai foto dan ilustrasi yang
menggambarkan lingkungan pesisir.

Museum Gumuk Pasir hadir sebagai laboratorium geospasial pesisir


Parangtritis dan menyimpan berbagai benda yang berkaitan dengan ekosistem pesisir
pantai, seperti berbagai jenis batuan, pasir, herbarium, serta tersedia ruang audio visual
yang nyaman untuk mengenal dan memahami gumuk pasir.

Gumuk pasir adalah gundukan bukit dari pasir yang terhembus angin. Tidak
semua daerah tropis memiliki gumuk pasir seperti yang ada di pantai Parangkusumo,
Parangtritis Yogyakarta ini. Hanya ada dua negara dengan iklim tropis yang memilikinya
yakni Indonesia dan Meksiko. Di museum ini, Anda akan mendapat informasi mengenai
proses terbentuknya gumuk pasir pantai selatan. Selain itu terdapat alat-alat pemetaan,
sampel pasir dan batu dari beberapa daerah di Indonesia.

Museum ini diresmikan oleh Menristekdikti, Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D.,


Ak bersama dengan Gubernur DIY, Kepala BIG, Bupati Bantul, dan Rektor UGM pada
tanggal 11 September 2015. Museum ini difasilitasi oleh Kemenristek Dikti, Pemerintah
DIY, dan dikelola bersama antara Badan Informasi Geospasial (BIG), UGM, dan
Pemerintah Kabupaten Bantul.
Pada saat masuk ke dalam museum Gumuk Pasir ini, belum ada tiket masuk.
Pengunjung hanya diminta membayar retribusi masuk dan sebagai ganti tiket,
pengunjung diberikan brosur tentang museum Gumuk Pasir.
B. Foto – Foto Museum Gumuk Pasir
C.
MUSEUM ULLEN SENTALU

A. Selayang Pandang Museum Ullen Sentalu


Museum Ullen Sentalu, terletak di daerah Pakem, Kaliurang, Kabupaten
Sleman, adalah museum yang menampilkan budaya dan kehidupan para bangsawan
Dinasti Mataram (Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran,
dan Kadipaten Pakualaman) beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya
Yogyakarta maupun Surakarta).

Museum ini juga menampilkan tokoh raja-raja beserta permaisurinya dengan


berbagai macam pakaian yang dikenakan sehari-harinya.

Nama Ullen Sentalu merupakan singkatan dari bahasa Jawa: “ULating


bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong
merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Filsafah ini
diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang
kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan
menerangi perjalanan hidup kita. Museum ini didirikan oleh salah seorang bangsawan
Yogyakarta yang dikenal sangat dekat dengan keluarga keraton Surakarta dan
Yogyakarta.

Di Museum Ullen Sentalu, dapat diketahui bagaimana para leluhur Jawa


membuat batik yang memiliki arti dan makna yang mendalam di dalam setiap coraknya.
Ada juga berbagai sejarah mengenai keadaan budaya Jawa kuno dengan segala
aturannya. Keadaan museum yang dibangun dengan baik, mampu membuat pengunjung
seperti terserap ke masa Jawa kuno yang mengagumkan.

Biasanya orang-orang yang berkunjung ke Kaliurang bermaksud untuk


menikmati wisata alam. Mereka dapat sekedar berjalan-jalan, atau menyewa Jeep atau
sepeda motor trail untuk menjelajahi daerah-daerah yang pernah terkena erupsi Merapi.
Tapi sebenarnya, wisata alam bukanlah satu-satunya hal yang ada di daerah Kaliurang.
Disana juga terdapat sebuah museum bernama Museum Ullen Sentalu. Museum ini
beralamat di Jl.Boyong Taman Wisata Kaliurang. Jarak museum ini dari kota
Yogyakarta sekitar 25 km, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30-45 menit.
Sayangnya, museum ini belum banyak dikenal oleh masyarakat. Bahkan, banyak warga
Yogyakarta sendiri yang belum pernah mendengar tentang museum ini. Padahal,
museum ini sudah diresmikan sejak tahun 1997.

Museum Ullen Sentalu berada di dalam Taman Kaswargan, Kaliurang.


Museum Ullen Sentalu adalah museum yang unik. Museum ini tidak dioperasikan oleh
sebuah institusi, melainkan sebuah perusahaan. Museum swasta ini beoperasi dibawah
naungan Yayasan Ulating Blencong. Selain itu, museum ini juga tidak memanfaatkan
gedung yang merupakan cagar budaya. Museum ini menempati sebuah gedung baru yang
sengaja dibangun pada sebuah lahan kosong. Visi Museum Ullen Sentalu adalah untuk
berfungsi sebagai jendela peradaban seni dan budaya Jawa. Sedangkan misi Museum
Ullen Sentalu menurut situs resmi museum ini adalah untuk mengumpulkan,
mengkomunikasikan dan melestarikan warisan seni dan budaya Jawa yang terancam
pudar guna menumbuhkan kebanggaan masyarakat pada kekayaan budaya Jawa sebagai
jati diri bangsa.

Museum Ullen Sentalu berbeda dari museum-museum lain yang ada di


Yogyakarta. Museum ini mengembangkan paradigma baru. Berbagai hal yang unik
diaplikasikan di museum ini untuk membuatnya menjadi museum yang menarik, bukan
museum yang membosankan. Contohnya, koleksi-koleksi museum ini tidak diberi label.
Jadi, museum ini mengandalkan tour guide untuk menjelaskan segala sesuatu yang ada
disana. Tentunya, mendengarkan penjelasan dari seorang tour guide saat mengunjungi
sebuah museum jauh lebih menarik daripada sekedar melihat-lihat berbagai benda
koleksi museum yang diberi label.

Di Museum Ullen Sentalu terdapat banyak ruangan, yang meliputi:


1. Ruang Selamat Datang, yang merupakan ruang penyambutan tamu/pengunjung
museum.
2. Ruang Seni Tari dan Gamelan, yang berisi seperangkat gamelan yang dihibahkan
oleh seorang pangeran Kasultanan Yogyakarta.
3. Ruang Guwa Sela Giri, yang merupakan ruangan yang dibangun dibawah tanah. Di
ruangan ini dipamerkan karya-karya lukis dokumentasi tokoh-tokoh dari Dinasti
Mataram.
4. Ruang Syair, yang menampilkan syair-syair yang ditulis oleh para kerabat dan
teman-teman GRAj Koes Sapariyam pada tahun 1939-1947.
5. Royal Room Ratu Mas, yaitu ruangan yang dipersembahkan untk permaisuri Sunan
Paku Buwana X.
6. Ruang Batik Vorstendlanden, yang menampilkan koleksi batik.
7. Ruang Batik Pesisiran, yang juga berisi koleksi kain batik.
8. Ruang Putri Dambaan, yang menampilkan koleksi foto pribadi putri tunggal
Mangkunegara VII dari kecil hingga menikah.
9. Sasana Sekar Bawana, yang berisi beberapa lukisan raja Mataram.

Selain melihat-lihat isi museum, para pengunjung juga dapat menikmati


indahnya hutan alami dan taman yang ada disana. Dan tentunya, karena museum ini
terletak di pegunungan, udara disana segar dan cocok untuk bersantai.

Museum biasanya identik dengan benda-benda peninggalan masa lalu. Tapi


tidak di sini. Museum Ullen Sentalu juga berfungsi sebagai galeri seni, dan didominasi
karya seniman-seniman modern. Oleh karena itulah pengunjung tidak diperbolehkan
mendokumentasikan sebagian besar area museum, karena karya-karya itu tidak bisa
sembarangan dipublikasikan. Sebagian besar koleksi terdiri dari lukisan dan foto. Tidak
ada label terpasang di depan setiap koleksi, karena konsep museum ini lebih menekankan
kepada kisah atau peristiwa di balik setiap benda. Dan di situlah fungsi pemandu
berperan, sebagai pencerita kisah-kisah tersebut, sehingga memudahkan pengunjung
menyerap informasi. Oleh museum ini, kita seakan dibawa kembali ke masa lalu.

Jadi jika di museum biasanya kita cuma dapat informasi seperti, “Oh, ini
fotonya Sultan Hamengkubuwono”, di Ullen Sentalu kita akan diberi cerita tentang masa
kecil Sultan, hobinya apa, kepimimpinannya bagaimana, dll dll. Informasinya jauuh lebih
mengena. Di museum ini lah saya baru tahu apa bedanya batik Yogyakarta dan batik
Solo, baru tau filosofi dari detail-detail baju pengantin Jawa, baru tau kalau putri jaman
dahulu ada juga yang tomboi dan enggan dijodohkan, baru tau kalau permaisuri suka
bawa kunci gembok kemana-mana, dan baru tau ada raja yang jomblo seumur hidup
karena enggak dibolehin nikah sama ibunya. Kasian.

Satu pemandu biasanya memandu rombongan yang terdiri dari sekitar 15


orang. Untuk masuk ke museum ini memang tidak bisa gerudukan dalam rombongan
besar, dikarenakan luas ruangannya yang terbatas.  Pengunjung akan dibawa dari
ruangan satu ke ruangan lain, dari bangunan satu menuju bangunan berikutnya, dengan
pemandu yang terus bercerita. Saya yakin kalau si pemandunya sudah nelen puluhan
buku sejarah, saking lancarnya nyerocos gak berhenti-berhenti.

Museum Ullen Sentalu terdiri dari beberapa ruangan dan bangunan. Memasuki
museum ini seakan memasuki labirin. Kita akan dibawa menyusuri lorong-lorong yang
sempit dan berliku-liku. Bahkan ada salah satu bangunannya yang terletak di bawah
tanah, karena menyesuaikan kontur tanah yang tidak rata. Setelah itu kita akan dibawa
keluar menuju bangunan yang berdiri di atas kolam air, menyusuri selasar dan taman-
taman yang asri, lalu berakhir di sebuah plasa berbentuk amphiteatre dengan pilar-pilar
batu yang menjulang dan kolam teratai yang mempercantik landscape-nya. Yang pasti
pengalaman ruang di sini tidak monoton seperti museum pada umumnya.

Penataan ruangannya yang berliku-liku pun saya yakin punya filosofi


tersendiri. Kalau kata si pemandu sih, menggambarkan lika-liku kehidupan manusia.
Arsitektur, tata bangunan, dan landscape museum ini memang sangat menarik.
Bangunannya didominasi oleh material batu, dan tidak hanya bergaya Jawa, tapi juga ada
campuran arsitektur modern serta kolonial. Landscape-nya sangat asri dengan pepohonan
hijau ditata apik di berbagai penjuru area museum. Selain ruang pamer, Museum Ullen
Sentalu juga dilengkapi dengan fasilitas restaurant dan toko souvenir.

Museum Ullen Sentallu ini memiliki kepanjangan nama “ Ulating Blencong


Sejatine Tataraning Lumaku”. Arti nama panjang Ullen Sentalu ini adalah “ Nyala lampu
blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Jadi,
Ullen Sentalu adalah “Pelita kehidupan sejati bagi jalan hidup manusia”.

Museum Ullen Sentalu adalah museum swasta yang diprakarsai oleh keluarga
Haryono dari Yogyakarta dan berada di bawah payung Yayasan Ulating Blencong
dengan penasehat antara lain: I.S.K.S. Paku Buwono XII, KGPAA Paku Alam VIII,
GBPH Poeger, GRAy Siti Nurul Kusumawardhani, Ibu Hartini Soekarno, serta KP. dr.
Samuel Wedyadiningrat, Sp.(B).K.(Onk). Museum ini diresmikan pada tanggal 1 Maret
1997 oleh KGPAA Paku Alam VIII, Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
pada waktu itu.

Museum Ullen Sentalu ini memiliki visi “ Sebagai jendela peradaban seni dan
budaya Jawa”. Hal ini diterjemahkan dalam misi museum yaitu “Mengumpulkan,
mengkomunikasikan dan melestarikan warisan seni dan budaya Jawa yang terancam
pudar guna menumbuhkan kebanggaan masyarakat pada kekayaan budaya Jawa sebagai
jati diri bangsa”.

Museum Ullen Sentalu terletak di lahan yang sejuk dan indah seluas 11.990 m2
di anatara rimbunnya pepohonan di Kaliurang yang disebut Taman Kaswargan. Secara
filosofis, nama Kaswargan dipilih karena terletak di ketinggian lereng Gunung Merapi,
dimana kultur masyarakat Jawa menganggap Gunung Merapi sebagai tempat sakral.
Jarak tempuh Museum Ullen Sentalu ini dari tengah kota Yogyakarta hanya sekitar 45
menit, cukup dekat dan strategis untuk dikunjungi.

Museum Ullen Sentalu memiliki total 7 (tujuh) ruangan, yaitu ruang pintu
masuk, ruang Guwo Selo Giri dan 5 ruangan yang terdapat dalam Kampung Kambang.
Museum bergaya arsitektur geothic ini memamerkan kebudayaan masyarakat Jawa di
masa lalu melalui berbagai dokumentasinya. Berbagai ragam batik, lukisan – lukisan,
dan foto – foto tentang budaya dan tokoh Jawa beserta ruang – ruang ekshibisi di
museum ini menjadi sebuah perekam kejadian atau peristiwa di masa lalu.

Museum Ullen Sentalu bercerita banyak tentang 4 (empat) keraton di Solo dan
Yogyakarta, yaitu Kasunanan dan Istana Mangkunegaran Surakarta, Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat dan Puro Pakualaman Yogyakarta. Museum Ullen Sentalu
sangat kental dengan aura wanita karena banyak bercerita mengenai tokoh – tokoh putri
keraton yang memiliki talenta – talenta luar biasa. Yang menjadi daya tarik di museum
ini adalah kisah tentang Gusti Siti Nurul yang sangat cantik rupawan. Gusti Nurul adalah
Puteri Kraton Mangkunegaran yang banyak membuat pangeran – pangeran jatuh cinta
kepadanya pada masa itu. Ia memberi inspirasi para pangeran Mataram dan putri – putri
lain pada masa itu untuk tidak berpoligami.

Di Ullen Sentalu ini kita juga dapat mengetahui bagaimana para leluhur Jawa
membuat batik yang memiliki arti dan makna mendalam ditiap coraknya. Guide yang
ada di Ullen Sentalu ini akan menceritakan tentang semua sejarah dan filosofi dengan
gaya yang sangat menghibur. Di area luar, di sisi samping dari Museum Ullen Sentalu
terdapat resto Beukenhof, sebuah resto dengan bangunan yang dirancang dengan gaya
arsitektur kolonial. Menarik bagi pengunjung yang ingin menyantap masakan dengan
suasana Eropa dan suasana istana. Untuk berkunjung ke Museum Ullen Sentalu, hanya
perlu mnegeluarkan uang untuk membayar tiket masuk sebesar Rp 30.000,00 (untuk turis
lokal) dan Rp 50.000,00 (untuk turis asing), belum termasuk biaya retribusi untuk masuk
ke kawasan wisata Kaliurang. Harga tiket tersebut sudah termasuk jasa pemandu yang
akan memandu selama tour museum yang biasanya memakan durasi waktu sepanjang
kurang lebih 60 menit.
Pengunjung museum Ullen Sentalu dikenai tiket masuk di museum Ullen
Sentalu itu sendiri seharga Rp 40.000,00 (empat puluh ribu rupiah) dan tiket masuk di
obyek wisata Kaliurang karena museum Ullen Sentalu masuk ke dalam kawasan obyek
wisata Kaliurang.

B. Foto – foto Museum Ullen Sentalu


MUSEUM TARUNA ABDUL JALIL

A. Selayang Pandang Museum Taruna Abdul Jalil


Museum Taruna Abdul Jalil merupakan salah satu fasilitas pendidikan
Akademi Militer yang menyediakan beragam koleksi yang mempunyai peranan cukup
penting dalam proses pendidikan perwira dan taruna. Museum seluas 980 m2, ini berjarak
sekitar satu kilometer ke arah Selatan dari pusat Kota Magelang. Abdul Jalil merupakan
seorang taruna Akademi Militer Yogyakarta yang gugur pada tanggal 22 Februari 1949
demi mempertahankan kemerdekaan RI di pelataran Sambiloto, Kalasan, Yogyakarta.
Museum Taruna Abdul Jalil mengoleksi senjata, peralatan pendidikan militer
sejak Akademi Militer Nasional (AMN). Museum ini diresmikan pertama pada tanggal 4
Oktober 1964 oleh Brigadir Jenderal TNI Soerono Reksodimejo, kemudian dengan
perkembangan jumlah koleksi yang bertambah banyak maka memerlukan ruangan yang
lebih luas sehingga diresmikan gedung baru dengan nama "Museum Taruna" oleh
Gubernur AMN Mayor Jenderal TNI Achmad Tahir pada tanggal 05 Oktober 1968. Pada
tanggal 10 November 1975 museum diresmikan lagi oleh Mayor Jenderal Wijogo
Atmodarminto dengan nama "Museum Taruna Abdul Jalil".
Museum Abdul Jalil memiliki tujuh ruangan, yaitu : Ruang Auditorium,
Ruang pra-AMN, Ruang AMN, Ruang Akabri, Ruang Akmil, Ruang Koleksi Senjata,
Ruang Bhakti Taruna, Museum Taruna Abdul Jalil dilengkapi dengan fasilitas pemandu,
toko cinderamata, mushola, kamar mandi/wc umum, pos kesehatan/p3k, tempat parkir
dan pos keamanan.
Menghabiskan hari libur akhir pekan tidak selalu dilakukan dengan bersenang-
senang di taman atau pusat berbelanjaan, namun bisa juga bersenang-senang sambil
belajar tentang dunia militer. Mengunjungi Museum Militer adalah salah satu pilihannya.
Di Magelang, Jawa Tengah, ada Museum Abdul Djalil, museum yang berada
di komplek Akademi Militer (Akmil) Magelang itu menyimpan berbagai benda-benda
sejarah yang berhubungan dengan dunia kemiliteran. Museum ini didirikan pada tahun
1964 dengan nama Museum Dharma Bhakti Taruna, kemudian pada tahun 1975 diubah
menjadi Museum Taruna Abdul Djalil.
Seekor macan Tidar jantan yang telah diawetkan di dalam sebuah kotak
berkaca akan menyambut pengunjung sebelum memasuki gedung museum. Menurut
Martono, macan tersebut adalah macan liar yang saat itu hidup di sekitaran Gunung
Tidar. Sementara macan Tidar betina, disimpan di dalam ruang Akabri.
Macan adalah simbol semangat juang para taruna, karena itu selain dijadikan
obyek wisata bagi masyarakat umum untuk lebih mengenal sejarah kemiliteran, museum
ini didirikan juga untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan patriot bagi taruna itu
sendiri.
Pengunjung di museum ini lebih banyak para anak-anak sekolah dari berbagai
daerah seperti Jawa Timur dan Jawa Barat. Per minggu, rata-rata terdapat sekitar 200
orang pengunjung, dan tidak dikenai tarif masuk, hanya diminta kesadarannya untuk
memberikan uang perawatan secara sukarela.
Museum yang memiliki dua lantai dengan luas bangunan sekitar 980 meter
persegi ini, terdapat tujuh ruang, antara lain ruang auditorium yang menampilkan film
pendek sejarah berdirinya Akmil Magelang. Kemudian ruang pra-Akademi Militer
Nasional (AMN), ruang AMN, ruang AKABRI, ruang Akmil, ruang koleksi senjata laras
panjang dan pistol, dan ruang batik taruna yang berisi foto alumni berprestasi. Juga
ditambah taman meriam yang berada di komplek luar gedung museum.
Memasuki ruang senjata, simpan kamera Anda, sebab setiap pengunjung
dilarang keras membawa kamera dalam bentuk apa pun, termasuk kamera yang terdapat
pada handphone. Bahkan demi kepentingan nasional, ruang ini juga tertutup untuk
wisatawan asing. Mereka hanya dipersilakan berkunjung di ruang yang lain tapi tidak
untuk ruang senjata.
Di ruang senjata ini, terdapat sebanyak 400 jenis senjata, baik pistol dan
senjata laras panjang berbagai ukuran dan karakternya, serta artileri. Senjata – senjata
tersebut bukan hanya senjata yang biasa dipakai oleh tentara, namun juga terdapat
senjata yang biasa digunakan oleh personel kepolisian. Bahkan, juga terdapat senjata –
senjata yang digunakan oleh para anggota PKI dalam tragedi G 30 S/PKI. Sebagian
senjata masih digunakan di lapangan.
Bahkan di museum ini juga terdapat dua senjata pistol emas. Pistol emas
tersebut salah satunya adalah sumbangan dari Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno (mantan
Wapres RI) yang merupakan pistol yang digunakan untuk memberangus PKI. Sedangkan
pistol emas kedua adalah sumbangan dari Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu
(mantan Kepala Staf TNI AD).
Di ruang yang lain, yakni ruang batik taruna terdapat foto-foto alumni yang
berprestasi, baik di bidang kemiliteran maupun di bidang pemerintahan. Tentunya, foto
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan alumni terbaik
AKABRI/Akmil tahun 1973 juga terpasang cukup spesial di ruang ini. Untuk
menghormati dan mengenang para taruna yang wafat, di museum ini juga terdapat foto-
foto taruna yang telah gugur di medan tempur saat dikirim ke Timor Timur maupun ke
Aceh.
Museum Taruna Abdul jalil terletak di Jalan Gatot Subroto Komplek Akademi
Militer Magelang sekitar 1 km kearah selatan dari pusat kota Magelang. Dengan
menempati lahan seluas 980 m2 dan diresmikan penggunaannya pertama kali oleh
Brigadir Jenderal TNI Soerono Reksodimejo pada tanggal 04 Oktober 1964, seiring
dengan bertambahnya koleksi maka membutuhkan tempat yang lebih luas dan dibangun
gedung baru. Peresmian gedung baru tersbut dilakukan pada tanggal 05 Oktober 1968
oleh Gubernur AMN Mayor Jenderal TNI Ahmad Tahir yang diberi nama Museum
Taruna. Dan pada tanggal 10 November 1975 dengan museum tarunapergantian nama
Museum yang baru yakni Museum Taruna Abdul Jalil diresmikan oleh Mayor Jenderal
Wiyogo Atmodarminto. Dipakai nama Abdul Jalil dikarenakan jasa beliau yang
merupakan salah seorang Taruna Akademi militer Yogyakarta yang gugur dalam
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di pelataran Sambiloto, kalasan
Yogyakarta pada tanggal 22 Februari 1949.
Museum tersebut untuk menambah kenyaman pengunjung memberikan
fasiliitas berupa pemandu, toko cinderamata, mushola, kamar mandi, wc umum. Pos
kesehatan/PPPK, tempat parkir serta pos keamanan.
Museum Taruna Abdul Jalil merupakan salah satu fasilitas pendidikan
Akademi Militer yang secara visual menyediakan beragam koleksi yang sangat besar
peranannya dalam proses pendidikan perwira dan taruna. Museum ini memiliki luas 980
meter persegi, berjarak sekitar satu kilometer ke arah selatan dari pusat Kota Magelang.
Museum ini memiliki keunikan khas koleksi senjata,peralatan pendidikan militer sejak
AMN.
Museum ini merupakan satu-satunya museum di Indonesia yang memamerkan
benda-benda bersejarah yang berhubungan dengan kemiliteran. Kemudian museum ini
diubah namanya menjadi museum Abdul Djalil. Abdul Djalil merupakan seorang alumni
Akmil Yogyakarta. Pada saat agresi militer Balanda 1 dan 2 para Taruna membantu para
pejuang untuk melawan Belanda. Dan Abdul Jalil dilibatkan dalam perang tersebut,
kemudian beliau gugur. Abdul Jalil adalah pejuang yang berdedikasi tinggi dan
mempunyai semangat juang yang tinggi maka dengan itu nama beliau dijadikan sebuah
nama museum di Akmil Magelang sampai saat ini, agar semua orang dapat mengenang
perjuangan beliau.
Museum Abdul Djalil memiliki tujuh ruangan:
1) Ruang Auditorium.
2) Ruang Pra AMN (Akademi Militer Nasional).
3) Ruang AMN.
4) Ruang Akabri.
5) Ruang Akmil.
6) Ruang koleksi senjata.
7) Ruang Bhakti Taruna.

Museum tersebut sangat bersih, rapi dan menyenangkan. Ruangan dan


miniaturnya diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenisnya, selalu ada pengabadian moment
dan khusus untuk ruang senjata, setiap pengunjung dilarang mengambil dokumentasi
gambar.

Akmil Magelang menyediakan Perpustakaan yag diberi nama Perpustakaan


Adhitakarya. Perpustakaan Adhitakarya didukung dengan fasilitas computer yang berisi
data-data, koleksi buku yang ada. Sehingga dengan adanya sarana pendukung berupa
fasilitas yang ada, maka perpustakaan tersebut sangat baik, luasnya mencapai 600 m2
yang terdiri dari dua lantai, di buka pukul 07.00- 14.45 WIB dan pukul 19.00- 21.00
WIB. Dalam kunjungan saya ke Akmil, saya juga menyempatkan untuk melihat ruang
makan yang disediakan untuk taruna, namanya Ruang Makan Husein.

Ruang Makan Husein tersebut sangat bersih, luas dan kondusif karena setiap
makanan yang disajikan sudah dicek dan diuji oleh dokter sehingga dijamin tidak
beracun dan telah disesuaikan dengan kebutuhna kalori seorang taruna.
Pengunjung yang mengunjungi Museum Taruna Abdul Jalil ini belum
dikenakan tiket masuk museum, karena belum ada tiket masuk.

B. Foto – Foto Museum Taruna Abdul Jalil

Anda mungkin juga menyukai