Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Laporan Hasil
Kunjungan Belajar ke Museum Biologi UGM dan Desa Wisata Tembi” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan penelitian ini adalah untuk mempelajari berbagai
macam jenis makhluk hidup di Museum Biologi UGM dan untuk mempelajari cara melukis
gerabah di Desa Wisata Tembi.
Pada kesempatan ini, peneliti hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan sehingga laporan penelitian ini dapat selesai. Ucapan
terima kasih ini peneliti tunjukan kepada:
1. Drs. Aris Munawar, selaku kepala sekolah SMA Muhammadiyah 1 Klaten
2. Vitasari Cahyaningrum, S.Pd, selaku wali kelas dari fase E.5
3. Master Trans, yang telah mengantarkan kami ketempat tujuan.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan laporan penelitian ini sebaik mungkin, peneliti
menyadari bahwa laporan penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan
segala kekurangan dalam penyusunan laporan penelitian ini.

Akhir kata, peneliti berharap semoga laporan penelitian ini berguna bagi para pembaca
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Peneliti

10 November 2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I..................................................................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan masalah.........................................................................................................
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................................

BAB II.................................................................................................................................

A. Museum Biologi...........................................................................................................
B. Desa Tembi...................................................................................................................

BAB III...............................................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Kritik dan saran............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Yogyakarta kaya akan berbagai tempat pendidikan dan obyek wisata, namun sayangnya
belum semua tempat tersebut diketahui banyak orang terutama masyarakat Yogyakarta.
Salah satu tempat yang belum banyak dikenal ini adalah Museum Biologi UGM dan Desa
Wisata Tembi.
Museum berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums (ICOM),
adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka,
dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset,
mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan
studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan
akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan
pemikiran imajinatif di masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati
sebagai hari Hari Museum Internasional.
Salah satu potensi yang sedang didorong perkembangannya industri pariwisata di
Kabupaten Bantul yang dikenal Dusun Tembi. Keberadaan Tembi sebagai sebuah desa
wisata pada awalnya adalah sebuah gagasan unik dari menteri kebudayaan Indonesia, yang
melihat potensi yang dimiliki Tembi sebagai sebuah desa kerajinan dan desa homestay.

B. Rumusan masalah

C. Tujuan penelitian

BAB II

PEMBAHASAN
A. Museum Biologi

Museum Biologi UGM adalah museum khusus atau museum khusus pendidikan
dengan fokus pendidikan hayati, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang terletak
di kompleks Universitas Gadjah Mada, Kelurahan Wirogunan, Kemantrèn Mergangsan,
Kota Yogyakarta.
Pendirian Museum ini merupakan gagasan dari Prof. Drg. RG Indrayana dan Prof.
Ir. Moeso Soeryowinoto. Beliau berdua adalah dalahan tenaga pendidik Fakultas
Biologi UGM. Awalnya, koleksi museum ini merupakan penggabungan dari koleksi
Musium Zoologicium yang dikelola, Prof. Drg. RG Indrayana dan koleksi Museum
Herbarium yang dikelola Porf. Ir. Moeso Soeryowinoto. Sejak tahun 1956,  kedua
museum ini bersama-sama berada di bawah Fakultas Biologi UGM. Yogyakarata yang
kala itu masih bertempat di Ndalem Mangkubumen, Ngasem, Kondang dengan sebutan
Fakultas kompleks Ngasem. Pada perkembangan selanjutnya, atas prakarsa Dekan
Fakultas Biologi, IRr. Suryo Adisewoyo bertepatan dengan Dies Natalis Fakultas
Biologi UGM, pada tanggal 20 September 1969, diresmikanlan museum Biologi yang
terletak di jalan Sultann Agung N0.22, kecamatan Mergangsan, Kotamadya
Yogyakarta, Propinsi DIY. Peresmian dilakukan oleh Rektor Universitas Gadjah Mada,
Prof. Dr. Soeroso H, Prawirohardjo, M.A. Museum Biologi UGM mulai dibuka untuk
umum sejak 1 Januari 1970.Tahun 1969 hingga 2001, pengolahan museum ini dibawah
tanggung jawab Drs. Anthon Sukahar sebagai ketua tim pelaksana sekaligus Kepala
atau Direktur Museum yang pertama.Kepala Museum selanjutnya adalah Tenaga
Pendidik (Dosen) Fakultas Biologi UGM yang ditunjuk oleh Dekan Fakultas Biologi
UGM melalui Surat Keputusan Dekan.
 

Koleksi Museum Biologi UGM ini adalah berbagai macam flora dan fauna yang
diawetkan. Koleksi tersebut adalah sebagai berikut :
3.752 buah koleksi herbarium (awetan) dalam bentuk herbarium kering, herbarium
basah, kerangka, serta fosil.
70% merupakan preparat tanaman
30% lainnya berupa preparat hewan.
Koleksi yang didapat museum ini sebagian besar berasal dari Indonesia, sedangkan
sisanya berasal dari luar negeri yang merupakan sumbangan dari para peneliti, dosen,
maupun masyarakat. Beberapa koleksi merupakan koleksi binatang langka yang wajib
dilindungi, misalnya komodo, harimau, beruang madu, trenggiling, burung
cendrawasih, dan buaya putih. Untuk koleksi tumbuhannya meliputi koleksi tumbuhan
rendah (Cryptogamae) sampai dengan koleksi tumbuhan tinggi (Spermatophyta) yang
diawetkan dalam bentuk herbarium kering (1672 species dari 180 familia) dan
herbarium basah (350 buah).
Didalam museum biologi UGM terdapat 10 ruangan yang berisi bermacam-macam
awetan dari flora dan fauna. Ruang I dan II berisi koleksi yang pengawetannya degan
cara dikeringkan. Jenisnya ada bermacam-macam, mulai dari hewan laut dan darat
berukuran kecil dan sedang, misalnya saja ikan, kambing, dan serangga. Kerangka juga
ada di ruangan ini, kerangka manusia dan kerangka simpanse. Ruang III dan IV
terdapat koleksi spesies tumbuhan dan hewan yang pengawetannya secara basah. Di
ruang V, kamu bisa menemukan tulang gajah dan kuda yang dipamerkan secara utuh.
Ruang VI terdapat berbagai macam aves. Di dalam ruang VII ada koleksi berbagai
macam penyu. Memasuki ruang VIII, kamu bisa melihat kotak berisi hewan yang
diawetkan. Selain itu, ada juga gambar tiga dimensi tentang kehidupan dan habitat dari
hewan tersebut. Berikut beberapa koleksi museum biologi UGM:

B. Desa Wisata Tembi


Tembi merupakan salah satu dari 16 pedukuhan di desa Timbulharjo Kecamatan
Sewon Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya, dusun Tembi berada
di jalan Parangtritis km 8,5. Desa wisata Tembi mempunyai kondisi alam yang cukup
asri dan hijau. Dari dua pintu masuk, terlihat pemandangan yang sangat kental dengan
nuansa desa. Area persawahan yang luas terlihat hijau, serta pepohonan disela-sela
rumah penduduk yang memberi kesan teduh.
Sejarah Desa Wisata Tembi dimulai pada taun 2007. Tahun tersebut menjadi
momentum awal desa tersebut menata diri menjadi sebuah objek wisata di Jogja yang
layak untuk dikunjungi. Namun jauh sebelum itu, pada tahun 1645, Desa Tembi
merupakan tempat pelarian dari anak raja, yang menghidar dari konfilk yang terjadi
saat itu. Di Desa tembi, mereka menimba ilmu kepada seseorang yang bernama Kyai
Tembini, dan Nyai Tembini. Dari sosok tersebutlah akhirnya anak raja mendapatkan
ilmu yang luhur, sehingga sosok Kyai Tembini, dan Nyai Tembini menjadi tokoh yang
dikeramatkan.
Tembi pada awalnya adalah desa agraris yang mayoritas penduduknya berprofesi
sebagai petani terlihat dari sawah yang masih ada di sekeliling Desa Wisata Tembi,
tetapi dewasa ini hampir sebagian yang masyarakat disana beralih fungsi sebagai
pengrajin, walaupun tidak semua memiliki galeri pengrajin tetapi tidak sedikit yang
bekerja di galeri pengrajin mulai dari remaja sampai orang dewasa.
Kerajinan yang mereka hasilkan banyak memanfaatkan dari bahan-bahan alami
seperti pelepah daun pisang, enceng gondok dan daun untuk anyaman, lalu ada batik
baik batik tulis maupun batik cap, serta kerajinan tenun dengan hasil yang beragam
seperti baju, tas, tempat tisu, vas, kaca cermin, office set, meja, rak, dan sebagainya
yang berpotensi untuk digunakan sebagai perabotan didalam bangunan ataupun
digunakan sebagai ornamen- ornamen pada bangunan.
Desa Wisata Tembi juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan pelayanan seperti
Front Office, Homestay, Galeri Pengerajin, Tembi Contemporer dan juga areal yang
relatif luas sehingga bisa bermain, berwisata, namun juga belajar sekaligus
bersosialisasi bersama warga Tembi yang siap menerima wisatawan dengan ramah
yang juga masih sarat dengan budaya Jawa yang kental dengan beragam aktifitas yang
masih dilakukan oleh penduduk sekitar seperti kesenian tari, musik (bangbu,lesung),
wayangan, membatik, menenun, bertani, hingga membuat makanan tradisional seperti
wedang rompah, sugem, lemper, sayur lodeh (kembanggedang, kluwih), tongseng
emprit dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai