Anda di halaman 1dari 17

Abstrak

Museum adalah lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat umum.Pada


dasarnya museum bukan hanya sekedar gudang untuk menyimpan benda benda kuno
tetapi juga merupakan sebuah lembaga yang difungsikan untuk merawat dengan tujuan
pelestarian warisan budaya, mengkomunikasikannya kepada masyarakat baik melalui
pameran maupun aktivitas lainnya seperti seminar, diskusi, ceramah untuk tujuan
pendidikan dan penelitian sekaligus dapat pula difungsikan untuk sarana rekreasi dan
menunjang pariwisata bagi daerah.

Tetapi banyak masyarakat yang berkunjung dan membuang sampah


sembarangan disekitar lingkungan museum tanpa memperdulikan penyebab yang akan
ditimbulkan akibat membuang sampah sembarangan.Yang ditakutkan kedepannya
lingkungan yang tidak dijaga dengan baik akan mengalami suatu kondisi yang kotor.
Karena kondisi yang kotor ini, maka lingkungan akan tercemar . baik dari bakteri maupun
bahan kimia. Lingkungan harus dijaga kelestariannya meliputi lingkungan darat, maupun
udara. Ketika lingkungan tersebut tidak dilestarikan dengan baik, maka lingkungan
tersebut akan dapat tercemar.

Metode penelitian yang digunakan dalamm makalah ini adalah Metode


Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,
menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan sebagai pemandu agar fokus.Pada riset
ini hal yang penulis analisis adalah respon bangunan Museum Sultan Mahmud Badarudin
II terhadap lingkugan sekitarnya dengan memperhatikan kondisi arsitektural,kondisi
ekologis dan kondisi geografis dan hal lainnya.

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat sadar ini adalah masalah
kita bersama, untuk itu selaku insan manusia yang bertanggung jawab dan memegang
teguh konsep keseimbangan alam, maka sudah sepantasnya kita menjaga dan merawat
lingkungan, mulai dari lingkungan tempat tinggal kita sehingga nantinya akan tercipta
lingkungan yang sehat.

Kata Kunci : Museum, Pelestarian Lingkungan, Pariwisata

1
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Dalam sejarah, banguan museum sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Kita
dapat menggali bermacam informasi di dalamnya dan dapat juga meneliti benda-benda
yang ada di dalam museum utnuk suatu kebutuhan dalam suatu ilmu. Selain isi dari pada
museum yang dapat di gunakan sebagai objek penrlitian, kita juga dapat mengkaji atau
meneliti tentang sejarah bangunan museum tersebut, dari awal mula terbentuknya
bangunan hingga sejarah kegunaan bangunan pada mula nya.
Peranan Museum Sultan Mahmudbaddarudin II sangat beragam. Pada dasarnya
museum bukan sekedar gudang untuk menyimpan benda-benda kuno, tetapi juga
merupakan sebuah lembaga yang difungsikan untuk merawat dengan tujuan pelestarian,
mengkomunikasikannya kepada masyarakat baik melalui pameran, maupun aktifitas
lainnya seperti seminar, diskusi, ceramah untuk tujuan pendidikan sekaligus dapat pula
difungsikan untuk sarana rekreasi dan menunjang pariwisata bagi daerah dimana museum
tersebut berada.

2
Selain kegunaan di atas, museum juga dapat berpengaruh penting dalam
kehidupan sosial terutama kenegaraan. Bisa menjadi tempat ke residenan bahkan
menyimpan arsip-arsip penting Negara seperti halnya sejarah Museum Sultan
Mahmudbadaruddin II ini.
Museum ini terletak di tepi sungai Musi di dekat Benteng Kuto Besak dan
Jembatan Ampera. Museum ini terdiri dari dua lantai berarsitektur kolonial dengan atap
rumah limas khas Palembang. Dahulu, wilayah Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
merupakan lahan bekas keraton yang dibangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin I.
Pada era kepemimpinan Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, Tahun 1821
keraton ini mendapat serangan dari Pemerintah Hindia Belanda, yang kemudian
dibongkar habis pada 7 Oktober 1823 atas perintah Reguring Commissaris Belanda, J. L.
Van Seven Hoven. Pada tahun 1823, seiring penghapusan kekuasaan Sultan Najamuddin
IV Prabu Anom (1821-1823 M) Belanda melakukan pembangunan di bekas tapak
Benteng Kuto Lamo. Secara bertahap rumah yang dibangun rencananya diperuntukkan
bagi komisaris karajaan Belanda di Palembang , J. L. Van Seven Hoven, seorang advokat
fiskal, yang menggantikan posisi Herman Warner Muntinghe. Muntinghe menjadi
komisaris di Palembang selama November 1821 - Desember 1823. Pada tahun 1824,
tahap pertama rumah dikenal sebagai gedung siput. Setelah itu, bagian bangunan terus
dilakukan penambahan. (Tudhy.2005:9).
Seiring dengan perjalanan waktu dan dinamika sejarah yang terjadi di Kota
Palembang, Fungsi bangunan ini telah silih berganti, mulai dari markas Jepang pada masa
pendudukan, Teritorium II Kodam Sriwijaaya di awal kemerdekaan yang kemudian
berpindah pengelolaan ke Pemerintah Kota Palembang sebelum akhirnya menjadi
Museum.
Pengadaan koleksi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II diawali sekitar tahun
1984, bersamaan dengan dipindahkannya Museum Rumah Bari ke Museum Balaputera
Dewa di Jalan Srijaya 1, KM 5.5 Palembang. Museum Rumah Bari yang awalnya
dikelola Pemerintah Kota Palembang, untuk kepentingan yang lebih besar dipindahkan ke
Museum Provinsi Sumatera Selatan. Namun pemindahan tersebut tidak beserta
koleksinya. Koleksi peninggalan Museum Bari-lah yang menjadi cikal-bakal koleksi
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, selain koleksi Arca Buddha Siguntang yang
terlebih dahulu berada di halaman Museum SMB II (Tudhy.2005:9)..

3
Dari penjelasan di atas, sehingga penulisan tertarik untuk meneliti lebih dalam
lagi mengenai Sejarah Peranan Bangunan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dalam
Perjuangan Kemerdekaan Indonesia dari Tahun 1737-1945.
Kata museum berasal dari bahasa Yunani yaitu mouseion yang berarti tempat para muse.
Muse adalah sembilan anak wanita Dewa Zeus yang memberikan inspirasi pada seniman.
Yang kemudian mouseion tersebut dijadikan nama kuil tempat memuja dewi-dewi
tersebut. Pada perkembangannya, mouseion dipakai sebagai tempat penyimpanan hadiah
dan persembahan untuk dewa dari para umat. (Encarta Researcher, 2003)

Menurut Internalional Council of Museum (ICOM) museum adalah suatu lembaga yang
memelihara dan memamerkan kumpulan benda-benda koleksi yang bernilai budaya dan
ilmiah untuk tujuan penelitian, pendidikan dan hiburan. Peranan museum yang utama
adalah menyajikan koleksinya kepada masyarakat untuk membantu pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan dan rasa senangnya. (Douglas dalam Desintha, 2002 ; 7)

Peninggalan sejarah merupakan kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
Adanya peninggalan sejarah, bangsa Indonesia dapat belajar dari kekayaan budaya masa
lalu untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada saat ini
dan masa yang akan datang. Pemerintah menyadari bahwa peninggalan sejarah merupakan
warisan budaya yang memiliki nilai historis yang harus dijaga dan dilestarikan agar
nilai-nilai leluhur bangsa Indonesia tetap terpelihara. Salah satu peninggalan bersejarah
yang yang perlu diperhatikan oleh masyarakat yaitu Museum Sultan Mahmud Badaruddin
II. Menurut data dari hasil wawancara dan juga obsevasi langsung oleh penulis, kurangnya
media informasi mengenai museum tersebut berdampak terhadap sikap masyarakat sekitar
maupun pengunjung untuk menjaga kelestarian dan kebersihan disekitar museum Sultan
Mahmud Badaruddin II. Hal ini juga disebabkan karena pemerintah dan pengelola
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II tidak terlalu fokus terhadap promosi yang baik dan
lengkap untuk museum Sultan Mahmud Badaruddin II.

1.2. Tujuan

Tujuan adalah untuk menyadarkan kita bahwa peran serta setiap orang sangat diperlukan
dalam mengatasi masalah sampah yang tak ada hentinya ini. Kita sebagai generasi muda
diharapkan untuk dapat sama sama menjaga kebersihan lingkungan dengan baik dan
benar agar tidak mencemari lingkungan.

1.3.Ruang Lingkup
4
1.3.Permasalahan
Penyebab permasalahan kebersihan Museum Sultan Mahmus Badarudin II dan
dugaan datangnya sampah dari pengunjung yang datang dari Benteng Kuto Besak ke
Museum Sultan Mahmud Badarudin II dan juga warung yang menjual makanan disekitar
museum

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan permasalah diatas, maka penullisan ini bertujuan :
1.Untuk mengetahui masalah kebersihan di lingkungan Museum Sultan Mahmud
Badarudin II
2.Untuk sama sama menyadari dan menjaga pentingnya kebersihan lingungan

1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang diambil dalam melakukan penelitian ini adalah :
1. Pentingnya menjaga lingkungan sekitar
2. Pentingnya kesadaran setiap orang akan pentingnya menjaga lingkunga

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang
tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi
ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia
dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.Lingkungan terdiri dari
komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa
seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen
biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia
dan mikro-organisme (virus dan bakteri).Ilmu yang mempelajari lingkungan
adalah ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan adalah cabang dari
ilmu biologi.

2.1.1. Organik
Sampah Organik adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang
oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan
prosedur yang benar . Organik adalah proses yang kokoh dan relatif cepat, maka tanda
apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok kehidupan,
sebutlah molekul organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad
raya? sekali lagi beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis yang cukup
penting. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan
(dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering
disebut dengan kompos).Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik
seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang
sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.Sampah pasar
khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan,
jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih
mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam,

6
tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan
sisanya anorganik.Sampah organik sendiri dibagi menjadi :

- Sampah organik basah.


Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang
cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.

- Sampah organik kering.


Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain
yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas,
kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.

2.1.2. Anorganik
Sampah anorganik ialah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati
baik berupa produk sinterik maupun hasil prosses teknology pengelolahan bahan
tambang atau sumber daya alam dan tidak dapat diuraikan oleh alam, Contohnya:
botol plastik, tas plastik, kaleng.

2.2 Benteng Kuto Besak ( BKB )

2.2.1. BKB
Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi
pusat Kesultanan Palembang. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besak diprakarsai
oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan
pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud
Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803. Sultan Mahmud Bahauddin ini
adalah seorang tokoh kesultanan Palembang Darussalam yang realistis dan praktis
dalam perdagangan internasional, serta seorang agamawan yang menjadikan
Palembang sebagai pusat sastra agama di Nusantara. Menandai perannya sebagai
sultan, ia pindah dari Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Belanda menyebut Kuto
Besak sebagai nieuwe keraton alias keraton baru.Benteng ini mulai dibangun pada
tahun 1780 dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti dan pelaksanaan
pengawasan pekerjaan dipercayakan pada seorang Tionghoa. Semen perekat bata
menggunakan batu kapur yang ada di daerah pedalaman Sungai Ogan ditambah
dengan putih telur. Waktu yang dipergunakan untuk membangun Kuto Besak ini

7
kurang lebih 17 tahun. Keraton ini ditempati secara resmi pada hari Senin pada
tanggal 21 Februari 1797.
Berbeda dengan letak keraton lama yang berlokasi di daerah pedalaman, keraton
baru berdiri di posisi yang sangat terbuka, strategis, dan sekaligus sangat indah.
Posisinya menghadap ke Sungai Musi.Pada masa itu, Kota Palembang masih
dikelilingi oleh anak-anak sungai yang membelah wilayah kota menjadi pulau-pulau.
Kuto Besak pun seolah berdiri di atas pulau karena dibatasi oleh Sungai Sekanak di
bagian barat, Sungai Tengkuruk di bagian timur, dan Sungai Kapuran di bagian
utara.Benteng Kuto Besak saat ini ditempati oleh Komando Daerah
Militer (Kodam) Sriwijaya.Pembangunan dan penataan kawasan di sekitar Plaza
Benteng Kuto Besak diproyeksikan akan menjadi tempat hiburan terbuka yang
menjual pesona Musi dan bangunan-bangunan bersejarah. Jika dilihat dari daerah
Seberang Ulu atau Jembatan Ampera, pemandangan yang tampak adalah pelataran
luas dengan latar belakang deretan pohon palem di halaman Benteng Kuto Besak, dan
menara air di Kantor Wali Kota Palembang.Di kala malam hari, suasana akan terasa
lebih dramatis. Cahaya dari deretan lampu-lampu taman menciptakan refleksi warna
kuning pada permukaan sungai.Pemkot Palembang memiliki sejumlah rencana
pengembangan untuk mendukung Plaza Benteng Kuto Besak sebagai objek wisata.

2.2.2. Lokasi
Lokasi Benteng Kuto Besak berada didepan Museum Sultan Mahmud Badarudin
II Jalan Sultan Mahmud Badarudin, 19 Ilir, Bukit Kecil, 19 Ilir, Bukit Kecil, Kota
Palembang, Sumatera Selatan 30113.

2.2.3. Lingkungan sekitar BKB


Lingkungan disekitar benteng kuto besak ramai akan pengunjung karena berada
didekat sungai musi sebagai tempat rekreasi bagi banyak orang dan juga berdekatan
dengan lingkungan Museum Sultan Mahmud Badarudim II.

2.2.4. Sumber sampah


Sumber sampah berasal dari pengunjung Benteng Kuto Besak dan Museum
Sultan Mahmud Badarudin II yang berekreasi kesana dan membeli makanan dari
warung warung disekitar.

8
2.3. Museum Sultan Mahmud Badarudin II ( Museum SMB II )

2.3.1. Museum SMB II


Museum Sultan Mahmud Badaruddin II adalah museum di
kota Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Museum ini didirikan di bekas
rumah residen kolonial Sumatera Selatan abad ke-19. Bangunan ini juga menjadi
gedung dinas pariwisata Palembang.Lokasi museum ini awalnya adalah lokasi Kuta
Lama, istana tua Sultan Mahmud Badaruddin I (1724–1758), penguasa Kesultanan
Palembang. Setelah penghapusan Kesultanan Palembang, istana Kuta Lama
dihancurkan oleh pemerintah kolonial Inggris pada 7 Oktober 1823.Penghapusan
Kesultanan adalah bentuk hukuman yang dijatuhkan oleh pemerintah
kolonial Inggris terhadap Kesultanan Palembang akibat pembantaian yang terjadi di
penginapan BelandaSungai Alur, meskipun ini mungkin telah menjadi gerakan politik
untuk menghapus kedaulatan Kesultanan atas kota tersebut.Segera setelah
pembongkaran Kuta Lama, pada tahun 1823, sebuah gedung baru dibangun di atas
reruntuhannya.
Bangunan pertama selesai pada tahun 1824 dan diberi nama Gedung
Siput.Belakangan sebuah bangunan kembali dibangun dalam gedung yang saat ini
berdiri di situs tersebut. Bangunan baru adalah bangunan batu dua lantai yang
dibangun dengan gaya yang memadukan gaya Eropa dengan arsitektur tropis Hindia,
berfokus pada gaya rumah baritradisional yang ditemukan di Palembang. Pada
tahun 1825, gedung itu digunakan sebagai kantor untuk residen kolonial.Pada
tahun 1920-an bangunan tersebut direnovasi dengan penambahan lebih banyak
kaca.Selama Perang Dunia II, bangunan tersebut digunakan sebagai markas
militer Jepang.Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung tersebut menjadi markas
besar Tentara Nasional Indonesia bernama Kodam II/Sriwijaya untuk waktu yang
singkat. Kemudian diserahkan kepada pemerintah kota Palembang sebelum akhirnya
diubah menjadi museum pada tahun 1984.Pengambilan benda-benda untuk Museum
Sultan Mahmud Badaruddin II dimulai pada tahun 1984 ketika rumah bari,
sebuah rumah limas yang otentik, diangkut ke lokasi baru di Museum Balaputradeva.
Beberapa koleksi yang sebelumnya disimpan di rumah bari dipindahkan ke Museum
Sultan Mahmud Badaruddin II.
9
2.3.2. Lokasi
Berada di Jl. Sultan Mahmud Badarudin, 19 Ilir, Bukit Kecil, Kota Palembang,
Sumatera Selatan 30113. Didekat Benteng Kuto Besak.Luas Tanah / Luas Bangunan :
- m2 / 700 m2.
Jam buka:

Rabu 08.00–16.00

Kamis 08.00–16.00

Jumat 08.00–16.00

Sabtu 09.00–15.00

Minggu 09.00–15.00

Senin Tutup

Selasa 08.00–16.00

2.3.3 Lingkungan sekitar Museum SMB II


Lingkungan disekitar Museum ramai akan pengunjung karena berdekatan dengan
Benteng Kuto Besak banyak orang melewati lingkungan sekitar Museum lalu berjalan
ke BKB.Lingkungan sekitar Museum SMB II dan BKB dikelilingi dengan warung
dan berbagai tempat makan.

2.3.4 Sumber sampah


Sumber sampah berasal dari pengunjung Benteng Kuto Besak dan Museum
Sultan Mahmud Badarudin II yang berekreasi kesana dan membeli makanan dari
warung warung disekitar.

1
0
BAB III
PERMASALAHAN

3.1. Permasalahan

Museum Sultan Mahmud Badarudin II berdekatan dengan Benteng Kuto Besak


oleh karena itu banyak pengunjung yang melalui Museum.Selain itu dilingkungan
sekitar Museum terdapat banyak pedagang makanan.Pengunjung yang membeli
makanan biasanya jalan melalui Museum dan membuang sampah tidak pada
tempatnya dan belum lagi pengunjung yang datang melewati Museum dan membuang
sampah sembarangan.Sampah yang menumpuk dibelakang Museum terus menumpuk
dan setelah dibersihkan oleh petugas kebersihan sampah selalu menumpuk ditempat
yang sama dan dibersihkan hanya beberapa kali dalam sebulan yang menjadikan
sampah menumpuk dan lingkungan belakang sekitar Museum menjadi tidak
baik.Tidak adanya pagar dibelakang Museum yang menjadikan orang bebas berlalu
lalang dan membuang sampah sembarang.
Selain itu orang orang juga sangat kurang sadar akan baiknya kesehatan
lingkungan dan menjadi acuh terhadap lingkungan padahal selalu berjalan didaerah
tersebut.Petugas kebersihan juga membersihkan tetapi hanya dibagian depan Museum
saja yang menjadikan bagian depan Museum bersih tetapi bagian belakang Museum
kotor karena sampah pengunjung maupun yang hanya melintasi lingkungan
Museum.Kesadaran kita bersama sangat dibutuhkan untuk kita sama sama menjaga
kebersihan lingkungan karena jika bukan kita siapa lagi yang akan menjaga

1
1
lingkungan.Sebagai generasi muda karena kita harus peka akan lingkungan sekitar
kita oleh karena itu kita harus membuang sampah pada tempatnya.

3.2. Lokasi
Museum Sultan Mahmud Badarudin II berlokasi di jalan Sultan Mahmud
Badarudin 19 ilir Bukit Kecil Palembang, Sumatera Selatan.Karena kawasan
lingkungan yang berdekatan menjadikan orang orang bebas melalui Museum dan
berjalan dilingkungan Museum dengan begitu banyak orang yang membuang sampah
sembarangan disekitar lingkungan Museum.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hasil yang didapat yaitu :
- Lingkungan belakang Museum jarang dibersihkan yang mengakibatkan sampah
menumpuk
- Pengunjung dari luar Museum yang berjalan melalui Museum dan membuang
sampah sembarangan
- Banyak penjual makanan yang pengunjungnya membuang sampah disekitar
belakang Museum
- Pengunjung dari Benteng Kuto Besak yang melalui lingkungan sekitar Museum

4.2. Pembahasan
Museum Sultan Mahmud Badarudin II berdekatan dengan Benteng Kuto Besak
oleh karena itu banyak pengunjung yang melalui Museum.Selain itu dilingkungan
sekitar Museum terdapat banyak pedagang makanan.Pengunjung yang membeli

1
2
makanan biasanya jalan melalui Museum dan membuang sampah tidak pada
tempatnya dan belum lagi pengunjung yang datang melewati Museum dan membuang
sampah sembarangan.Sampah yang menumpuk dibelakang Museum terus menumpuk
dan setelah dibersihkan oleh petugas kebersihan sampah selalu menumpuk ditempat
yang sama dan dibersihkan hanya beberapa kali dalam sebulan yang menjadikan
sampah menumpuk dan lingkungan belakang sekitar Museum menjadi tidak
baik.Maka dari itu kesadaran pengunjung dan penjual disekitar lingkungan Museum
sangat diperlukan dan jangan cuma mengharapkan petugas kebersihan yang
membersihkan lingkungan Museum.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian dalam pembahasan, dapat ditarik beberapa


kesimpulan antara lain seperti berikut :

1. Kesadaran kita semua agar menjaga lingkungan dan tidak membuang


sampah sembarangan karena jika bukan kita yang memulai siapa lagi yang
akan melakukannya.

2. Dampak yang ditimbulkan dari lingkungan yang tidak sehat akhirnya juga
akan terkena pada kita oleh karena itu kita harus bisa peka akan
lingkungan yang baik juga berdampak baik bagi kita begitupun sebaliknya.

5.2. Saran

1
3
Ada beberapa saran yang ingin dikedepankan penulis dalam tulisan ini, yaitu:

1. Kita semua harus menjaga lingkungan dan harus bisa menempatkan diri
dimanapun kita berada dan sadar akan kebersihan lingkungan karena
dampaknya juga akan berpengaruh kepada kita semua.

2. Di harapkan kepada Pemerintah Kota Palembang agar mampu memberikan


dan memperbaiki sarana dan prasarana serta kebersihan lingkungan
museum yang baik agar para wisatawan mendapatkan kenyamanan dan
rasa aman saat berkunjung ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana


Ilmu

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

1
4
Basundoro, Purnawan. 2012. Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Ombak

Gottschalk, Louis. 1983. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Imran Mahmud, Kiagus. 2004. Sejarah Palembang. Palembang: Anggrek Palembang

Palembang, Pemkot. 2008. Buku Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Palembang:
Musi Pesona Persada

Priyadi, Sugeng. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Saragi, Mariati S dkk. 2012. Buku Panduan Museum Negeri Sumatera Selatan.
Palembang: Dipdiknas

Siahaan, Mariot P. 2007. Hukum Bangunan Gedung Di Indonesia. Yogyakarta: Medio


Agustus

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suhartono. 2010. Teori & Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sutaarga, Moh. Amir. 1990. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengolahan Museum.


Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Agustus
Syarifie, Tudhy. 2005. Palembang Kota Wisata Sungai. Humas Pemerintahan Kota
Palembang: Kreasi Kifi

Wawancara Pemandu Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Bapak Abisokyan

1
5
1
6
DAFTAR PUSTAKA

Hastuti, Trini, Sugeng Mardoko. 2008. Sumatera Selatan Indonesia Volume 6. Jawa
Barat : BAKOSURTANAL
Rahma, Saipul dkk. 2009. Mengenal tinggalan benda cagar budaya di Palembang.
Palembang : Limas
Syarufie,Yudhy. 2005. Palembang kota Wisata Sungai . Humas Pemerintahan Kota
Palembang : Kreasi Kifi
Hanafiah, Djohan. 1989. KUTO BESAK Upaya Kesultanan Palembang
Menegakkan Kemerdekaan. Jakarta : Haji Masagung
Palembang, Pemkot. 2008. Buku Museum Sultan Mahmud Badaruddin II .
Palembang : Musi Pesona Persada

1
7

Anda mungkin juga menyukai