Anda di halaman 1dari 98

1

TINJAUAN YURIDIS PEMIDANAAN PENCURIAN DENGAN


PEMBERATAN DITINJAU DARI PUTUSAN NOMOR
648/PID.B/2018/PN.PBR DAN 1219/PID.B/2019/PN.PBR

SKRIPSI

Oleh:

YANDIKA GALANT RAMADHAN


NIM. 16600056

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM


(STIH) PERSADA BUNDA
PEKANBARU
2020
2

TINJAUAN YURIDIS PEMIDANAAN PENCURIAN DENGAN


PEMBERATAN DITINJAU DARI PUTUSAN NOMOR
648/PID.B/2018/PN.PBR DAN 1219/PID.B/2019/PN.PBR

SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Persyaratan


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

YANDIKA GALANT RAMADHAN


NIM. 16600056

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM


(STIH) PERSADA BUNDA
PEKANBARU
2020
i

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Yandika Galant Ramadhan


NIM : 16600056
Program Studi : Ilmu Hukum
Judul : Tinjauan Yuridis Pemidanaan Pencurian Dengan
Pemberatan Ditinjau Dari Putusan Nomor
648/PID.B/2018/PN.PBR dan 1219/PID.B/2019/PN.PBR

Telah diterima sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum
(S.H.) pada Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Persada Bunda Pekanbaru.

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Duwi Handoko, S.H., M.H. Tat Marlina, S.H., M.H.


NIDN: 1028038202 NIDN: 1010057702

Mengetahui:
Ketua,

Dr. Irfan Ardiansyah, S.H., M.H.


NIDN: 1027127502
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Yandika Galant Ramadhan


NIM : 16600056
Program Studi : Ilmu Hukum
Judul : Tinjauan Yuridis Pemidanaan Pencurian Dengan
Pemberatan Ditinjau Dari Putusan Nomor
648/PID.B/2018/PN.PBRdan1219/PID.B/2019/PN.PB
R

HARI/TANGGAL UJIAN : Senin / 21 September 2020

Skripsi telah dipertahankan di depan sidang Komisi Tim Penguji dan dinyatakan
lulus dan memenuhi syarat
Komisi Tim Penguji:
No Nama Jabatan Tanda Tangan

1 Dr. Irfan Asdiansyah,SH.,MH Ketua

2 Tat Marlina,SH.,MH Anggota

3 Rais Hasan Piliang,SH.,MH Anggota

4 Rusniati,SH.,MH Anggota
iii
iv

HALAMAN PERSEMBAHAN
v

Pertama-tama puji syukur saya panjatkan pada Allah subhanahu wa ta'ala atas

terselesaikannya Skripsi ini dengan baik dan lancar. Dan Skripsi ini saya persembahkan

untuk :

1. Teristimewa Ayahanda Endy Mukmin dan Ibunda May Fariani Nst

yang telah memberikan cinta, kasih, dan sayang serta dukungan moril,

materil, doa dan merupakan motivator terbesar dalam hidup penulis

untuk tetap berjuang demi kesuksesan dan membahagiakan keluarga

tercinta.

2. Nenek tercinta dan tersayang Alm Hj. Rosmini, terimaksih untuk doa

dan kasih sayang nenek selama ini yang belum bisa penulis balas

sedikitpun dan kakek tersayang H. Tunggon Utomo yang gak pernah

berhenti doakan penulis dan selalu meberikan semangat kepada penulis.

3. Adik tercinta dan tersayang dr. Retha Arvina Permata, terimakasih atas

cinta kasih yang telah di berikan kepada penulis, dan selalu meberikan

semangat kepada penulis untuk bisa sampai ke tahap ini.

4. Terimakasih untuk dr. Darfirizan Seprika yang telah siap siaga

membantu penulis untuk bisa hapal jalan di pekanbaru dan telah

meberikan dukungan yang sangat berarti bagi penulis.

5. Teman sejawat, seangkatan, teman perdebatan yang selalu memberikan

semangat dan saling membantu dalam menempuh Pendidikan ini,

semangat S.H untuk kita semua


vi

6. Terimakasih kepada Edira Purwanto Purba S.Pd yang telah

memberikan dukungan kepada penulis, membantu penulis dalam

mendapatkan gelar ini, Salam parmitu lek.

7. Terimakasih kepada Gifran S.Pd yang membantu dan segala urusan

tentang perkuliahan penulis selama 4 tahun ini.

8. Terimakasih Rendy Pratama S.Pd yang sudah meberikan masukan,

dukungan kepada penulis.

9. Terimakasih kepada cowboy smokers band official yang selama 4 tahun

ini penulis diberikan kepercayaan untuk bisa berkarya Bersama dari

panggung ke panggung, bangga menjadi bagian dari persaudaraan

perbandan ini.

10. Terimakasih kepada yuda, redo, ilham, sahu, amad, olin, yudit,

adam, jefri, ikbal yang tergabung dalam cemewew kos kepualauan riau

di kosan kayla putra dua yang telah meberikan semangat kepada penulis

untuk sampai di tahap ini, salam mahasiswa.


vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Berkat karunia-Nya, telah


selesai disusun Skripsi dengan judul: “Tinjauan Yuridis Pemidanaan Pencurian
Dengan Pemberatan Ditinjau Dari Putusan Nomor 648/PID.B/2018/PN.PBR
dan 1219/PID.B/2019/PN.PBR”
Pada kesempatan ini, diucapkan terimakasih kepada para pihak yang telah
memberi support dan kesempatan kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan di
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Persada Bunda sampai pada tahap penyusunan dan
penyelesaian Skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Yusranul Fikri, SE selaku Ketua Yayasan Pendidikan Persada Bunda.

2. Bapak Dr. Irfan Ardiansyah, S.H., M.H., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Hukum Persada Bunda Yang Telah Memberikan Kesempatan Kepada

Penulis Untuk Menambah Ilmu Pengetahuan Pada Sekolah Tinggi Ilmu

Hukum (STIH) Persada Bunda Pekanbaru;

3. Bapak Beni Sukri, S.H., M.H., selaku Ketua Progam Studi Ilmu Hukum

Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Persada Bunda.

4. Bapak Duwi Handoko S.H., M.H., selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan

petunjuk yang sangat berguna kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Tat Marlina S.H., M.H., selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan

petunjuk yang sangat berguna kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Majelis dosen pada sekolah tinggi ilmu hukum persada bunda yang telah

memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menambah wawasan di

sekolah tinggi ilmu hukum persada bunda.


viii

7. Kepada rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak yang telah memberikan

bantuan support dan semangat yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

Kritik dan saran dari penyusunan skripsi ini sangat di harapkan sebagai bahan

penyempurnaan, baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala, senantiasa melimpahkan karunia dan

ridho-Nya kepada penulis dan kepada para pembaca. Aamiin.

Pekanbaru, 21 September 2020


Penulis,

YANDIKA GALANT RAMADHAN


ix

DAFTAR ISI

Isi Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................ viii

ABSTRAK ............................................................................................ x

ABSTRACT........................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
E. Kerangka Konseptual ................................................................. 7
F. Kerangka Teori........................................................................... 8
1.Teori Tindak Pidana ................................................................ 8

BAB II METODE PENELITIAN ....................................................... 11


A. Sifat dan Jenis Penelitian ............................................................ 11
B. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 11
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 12
D. Teknis Analisis Data................................................................... 12

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIDANAAN


PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN ........................... 14
A. Tindak Pidana Pencurian ............................................................ 14
1. Definisi Pencurian ................................................................ 14
B. Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan .............................. 16

1. Pengertian Tindak Pidana Pencurian Dengan


Kekerasan ............................................................................. 16
x

C. Pidana ........................................................................................ 19
D. Pemidanaan ................................................................................ 20
1. Teori Pemidanaan ................................................................. 20
2. Jenis-Jenis Pemidanaan......................................................... 21

BAB IV GAMBARAN UMUM TENTANG PENGADILAN NEGERI


PEKANBARU ....................................................................... 23
A. Pengadilan Negeri Pekanbaru ..................................................... 23
B. Visi, Misi, dan Moto Pengadilan Negeri Pekanbaru .................... 25

BAB V TINJAUAN YURIDIS PEMIDANAAN PENCURIAN DENGAN


PEMBERATAN DITINJAU DARI PUTUSAN NOMOR
648/Pid.B/2018/Pn.Pbr DAN 1219/Pid.B/2019/Pn.Pbr........... 26
A. Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Memutus
Perkara No.648/PID.B/2018/PN.PBR Dan
1219/PID.B/2019/PN.PBR ........................................................ 26
1. Posisi Kasus ........................................................................... 27
2. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim .................................... 30
3. Amar Putusan ........................................................................ 34
4. Analisa Penulis ...................................................................... 35
B. Bagaimana Tinjauan Yuridis Pemidanaan Tindak Pidana
Pasal 365 Ayat 2KUHP Dalam Putusan No.648/PID.B/
2018/PN.PBR Dan 1219/PID.B/2019/PN.PBR ? ...................... 41
1. Pemidanaan............................................................................ 41
2. Tindak Pidana ........................................................................ 43
3. Analisa Penulis ...................................................................... 47

BAB VI PENUTUP .............................................................................. 49


A. Kesimpulan .............................................................................. 49
B. Saran ........................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 51

LAMPIR ............................................................................................... 54

BIOGRAFI PENULIS ......................................................................... 84


xi

ABSTRAK

Majelis hakim dalam menjatukhan vonis pidana terhadap terdakwa dengan


dakwaan yang di limpahkan oleh jaksa adalah keputusan yang seadil-adilnya dan
dengan keyakinan dan hati Nurani para hakim. Namun dalam hal ini terjadi banyak
kesenjangan antara vonis majelis hakim dengan menggunakan pasal yang sama.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti (1) pertimbangan majelis hakim
dalam memutus perkara No.648/PID.B/2018/PN.PBR dan
1219/PID.B/2019/PN.PBR (2) dan bagaimana tinjauan yuridis pemidanaan tindak
pidana pasal 365 ayat 3 KUHP dalam putusan No. No.648/PID.B/2018/PN.PBR
dan 1219/PID.B/2019/PN.PBR tentang tindak pidana pencurian dengan
pemberatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, yang memberikan
gambaran yang jelas terhadap pertimbangan majelis hakim dalam memutus perkara
No.648/PID.B/2018/PN.PBR dan 1219/PID.B/2019/PN.PBR yang ditinjau dari
pasal 365 ayat (2) yang terjadi terhadap para terdakwa yang di lakukan di wilayah
hukum kota pekanbaru.
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang
dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis.
Pelaksanaan pasal 365 ayat (2) tentang pencurian pemberatan sudah sesuai
dengan vonis yang dijatuhkan kepada para terdakwa dalam tiap-tiap putusan
tersebut. Terdapat perbedaan vonis pada pasal yang sama adalah karna adanya bukti
pemberatan yang lainnya. Seperti pada putusan No. 1219/PID.B/2019/PN.PBR
korban melakukan visum atas luka yang dialaminya dan surat keterangan hasil
visum dijadikan sebagai barang bukti. Maka itulah pertimbangan majelis hakim
dalam memutus perkara tersebut.

Kata Kunci : Pemidanaan, Pencurian, Pemberatan


xii

ABSTRACT

The panel of judges in imposing a criminal sentence against the defendant


with the charges handed down by the prosecutor is a decision that is fairest as
possible and with the conviction and conscience of the judges. However, in this
case there are many gaps between the verdicts of the panel of judges using the
same article.
This study aims to examine (1) the considerations of the panel of judges in
deciding cases No.648 / PID.B / 2018 / PN.PBR and 1219 / PID.B / 2019 /
PN.PBR (2) and how the juridical review of the criminal offenses under article
365 paragraph 3 of the Criminal Code in decision No. No.648 / PID.B / 2018 /
PN.PBR and 1219 / PID.B / 2019 / PN.PBR regarding criminal acts of theft with
weight.
This research uses a descriptive approach, which provides a clear picture
of the judges' considerations in deciding cases No.648 / PID.B / 2018 / PN.PBR
and 1219 / PID.B / 2019 / PN.PBR in terms of article 365 paragraph ( 2) what
happened to the defendants who were committed in the jurisdiction of the city of
Pekanbaru.
This type of research is normative legal research, which is research
conducted or aimed only at written regulations.
The implementation of Article 365 paragraph (2) regarding the theft of
weightings is in accordance with the sentences handed down to the defendants in
each of these decisions. There is a difference in verdicts in the same article
because there is evidence of other weighting. As in decision No. 1219 / PID.B /
2019 / PN.PBR the victim took a post mortem for the injuries he had suffered and
the certificate of the results of the post mortem was used as evidence. So that is
the consideration of the panel of judges in deciding the case.

Keywords: conviction, theft, weighting


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai negara hukum Indonesia menerima hukum sebagai ideologi untuk

menciptakan ketertiban, keamanan, dan keadilan serta kesejahteraan bagi

negaranya. Konsekuensi dari itu semua adalah bahwa hukum mengikat setiap

tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

Salah satu kajian hukum yang sangat penting adalah kajian hukum pidana.

Hukum pidana dapat dirumuskan sebagai jumlah peraturan hukum yang

mengandung larangan dan perintah atau keharusan terhadap pelanggarannya

diancam dengan pidana (sanksi hukum) bagi mereka yang melanggarnya. Hukum

pidana identik dengan hukum yang mengatur pelanggaran yang menyangkut

kepentingan umum. Sebagai contoh kasus-kasus seperti pencurian dan penipuan.

Kasus-kasus tersebut tergolong ke dalam pelanggaran pidana.

“Menurut Thomas Aquinas, hukum adalah suatu aturan atau ukuran dari

tindakan-tindakan, dalam hal mana manusia dirangsang untuk bertindak (sesuai

aturan atau ukuran itu), atau dikekang untuk tidak bertindak (yang tidak sesuai

dengan aturan atau ukuran itu)”.(Ali, 2009: 419).

Menurut Achmad Ali, Ilmu Hukum secara umum dapat dibedakan ke dalam

tiga klasifikasi, yaitu sebagai berikut:

a. Beggriffenwissenschaft, ilmu tentang asas-asas yang fundamental di


bidang hukum. Termasuk di dalamnya mata kuliah Pengantar Ilmu
Hukum, Filsafat Hukum, Logika Hukum, dan Teori Hukum.
b. Normwissenschaft, ilmu tentang norma. Termasuk di dalamnya
sebagian besar mata kuliah yang diajarkan di fakultas-fakultas hukum
2

di Indonesia, termasuk Hukum Pidana, Hukum Tata Negara, Hukum


Perdata, Hukum Internasional, dan lain-lain.
c. Tatsachenwissenschaft, ilmu tentang kenyataan. Termasuk di dalamnya
mata kuliah Sosiologi Hukum, Antropologi Hukum, Psikologi Hukum,
Hukum dan Politik, dan lain-lain (Handoko, 2016:21).

“Hukum adalah suatu sistem. Artinya, suatu susunan atau tataan teratur dari

aturan-aturan hidup, keseluruhannya terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu

sama lain. Misalnya saja dalam hukum perdata sebagai sistem hukum positif

(Djamali, 2007:68)”.

“Tindak Pidana menurut Moeljatno merupakan suatu perbuatan yang

dilakukan oleh seseorang yang melanggar peraturan-peraturan pidana yang

diancam dengan hukuman oleh undang-undang. Dalam kehidupan sehari-hari,

masyarakat seringkali melihat tindak kejahatan, akan tetapi ada sebagian

masyarakat yang belum mengetahui arti yang sebenarnya mengenai tindak pidana”.

(Soekamto dan Purbacaraka, 2000:85).

Salah satu jenis tindak pidana pencurian yang sering terjadi adalah pencurian

dengan unsur-unsur yang memberatkan ataupun yang di dalam doktrin sering

disebut gequalificeerde distal atau pencurian dengan pemberatan dengan

kualifikasi oleh pembentuk undang-undang yang telah diatur dalam Pasal 365

KUHPidana. (Hermin Hadiati, 1984:25)

Menurut tribun pekanbaru ada tiga jenis kejahatan tertinggi pada tahun 2018,

ada 225 jenis kejahatan pencurian dengan pemberatan yang terjadi di wilayah

hukum pekanbaru. ( https://pekanbaru.tribunnews.com/2018/12/31/ini-3-kejahatan-

tertinggi-di-pekanbaru-selama-tahun-2018-ada-curanmor-dan-narkoba?page=2 di akses

11 agustus 2020 )
3

Akhir-akhir ini warga di kota Pekanbaru sangat diresahkan oleh maraknya

terjadi aksi pencurian dengan pemberatan yang lebih sering melakukan kejahatan

dimalam hari sekarang juga sering melakukan aksinya disiang hari. Oleh karena itu,

menjadi sangat logis apabila jenis kejahatan pencurian dengan pemberatan

menempati urutan teratas diantara jenis kejahatan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari

banyaknya tersangka dalam kejahatan pencurian yang diadukan ke pengadilan

sehingga perlu ditekan sedemikian rupa agar dapat mengatasi kejahatan pencurian

dengan pemberatan yang senantiasa jumlah kasusnya semakin banyak.

Menurut Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Ayat (1), (2),

(3),dan (4)

1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian


yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau
mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk
memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk
tetap menguasai barang yang dicuri.
2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:
a. jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah
atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau
dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;
b. jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
bersekutu;
c. jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau
memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu
atau pakaian jabatan palsu;
d. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.
3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan
mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang
atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang
diterangkan dalam no. 1 dan 3.
4

Dari uraian pasal di atas, dapat diketahui bahwa Pasal 365 ayat (2) KUHP

juga merupakan pasal pemberatan dari Pasal 365 ayat (1) KUHP, yaitu dengan

memperberat ancaman pidana penjara dari 9 tahun menjadi 12 tahun, yaitu jika

pencurian dengan kekerasan tersebut dilakukan dengan salah satu dari 4 unsur

dalam Pasal 365 ayat (2) KUHP.

Adapun kasus pertama berdasarkan putusan pengadilan

No.648/Pid.B/2018/Pn.Pbr sebagai berikut :

Bahwa terdakwa Rizki Wahyudi als Eki Bin Dinar bersama –sama dengan
Handika Dwi Saputra als Dika (berkas terpisah), pada hari Senin tanggal 19
Februari 2018 sekira pukul 17.30 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu
dalam tahun 2018 bertempat di simpang arkom Jalan Sepakat Kec.Tanayan Raya
Kota Pekanbaru atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk
dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Pekanbaru, telah mengambil sesuatu
barang dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum yang didahului,
disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang
dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan pencurian itu atau jika
tertangkap tangan supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau kawannya yang
turut melakukan kejahatan itu akan melarikan diri atau supaya barang yang dicuri
itu tetap ada ditangannya dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu,
perbuatan tersebut terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut: Bahwa pada
waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas, terdakwa bersama-sama dengan
Handika Dwi Saputra Als Dika (berkas terpisah) berkeliling dengan menggunakan
sepeda motor honda Beat merah BM 6767 JS milik Handika Ald Dika, ditengah
perjalaan terdakwa melihat saksi Yulismawati sedang menggunakan Hp sambil
mengendarai sepeda motor, terdakwa lalu berkata kepada saksi Handika Als Dika,
“itu dia” sambil menunjuk kearah saksi Yulismawati, saksi Handika Als Dika
langsung berbalik arah dan mengikuti saksi Yulismawati, ditempat yang sepi
selanjunya saksi Handika Als Dika yang mengendarai sepeda motor memepet
sepeda motor dari samping kiri yang dikendarai oleh saksi Yulismawati, tanpa izin
dari pemiliknya terdakwa yang dibonceng langsung mengambil paksa hanphone
Samsung Galaxy J7 warna Pink yang sedang digunakan saksi Yulismati tersebut
dan langsung melarikan diri hingga terdakwa diamankan oleh anggota Polsek
Tenayan Raya Pekanbaru guna proses lebih lanjut.
Akibat perbuatan terdakwa, saksi Yulismawati mengalami kerugian sebesar
Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah). Perbuatan terdakwa bersama-sama Handika
Dwi Saputra Als Dika (berkas erpisah) sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 365 Ayat (2) ke-2 KUHP. Dengan demikian tersangka dijatuhi
hukuman oleh pengadilan dengan pidana 1 tahun 7 bulan dengan menimbang
5

bahwa berdasarkan fakta tersebut, maka unsur dilakukannya oleh dua orang atau
lebih dengan bersekutu telah terpenuhi menurut hukum.
Menimbang, bahwa selama melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa di
persidangan tidak ditemukan adanya alasan-alasan pemaaf yang dapat
menghapuskan kesalahan terdakwa maupun alasan-alasan pembenar yang dapat
menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, maka menurut hukum
terdakwa harus dinyatakan bersalah atas perbuatannya serta dijatuhi hukuman yang
setimpal dengan perbuatannya (Putusan Pengadilan, 2018:3).

Adapun kasus kedua berdasarkan putusan pengadilan

No.1219/Pid.B/2019/PN Pbr sebagai berikut :

Bahwa pada hari Jumat tanggal 21 September 2019 terdakwa Okky Jaya
Saputra Als Oki Bin Asmiral bersama Arif (DPO) sekira jam 17.00 wib dengan
menggunakan sepeda motor merk Beat warna hitam milik Arif (DPO) dengan posisi
terdakwa dibonceng, sementara Arif (DPO) yang mengendarai sepeda motor di
depan SMP N 9 Pekanbaru terdakwa dan Arif (DPO) melihat saksi Eriyanti
bersama saksi Yumis Als Imis Binti Saha berselisih jalan dengan terdakwa dan Arif
(DPO). Pada saat berselisih jalan tersebut, terdakwa melihat saksi Eriyanti
mengenakan gelang emas dan kemudian Arif (DPO) mengajak terdakwa untuk
mengambil gelang emas milik saksi Eriyanti tersebut. Lalu Arif (DPO)
memerintahkan kepada terdakwa yang duduk di boncengan untuk merampas gelang
emas tersebut dari saksi Eriyanti. Selanjutnya Arif (DPO) memutar balik sepeda
motornya lalu di persimpangan Gg.Gunung raya Jalan Harapan Raya Arif (DPO)
memepetkan sepeda motor ke sepeda motor yang dikendarai saksi Eriyanti dari
sebelah kiri dan kemudian Terdakwa langsung mengambil gelang di tangan sebelah
kiri saksi Eriyanti tersebut dengan 2 (dua) jari sebelah tangan kanan terdakwa lalu
saksi Eriyanti beserta saksi Yumis tersebut terjatuh sambil teriak, kemudian tidak
jauh dari lokasi jatuhnya saksi Eriyanti dan saksi Yumis, terdakwa dan Arif (DPO)
Terjatuh kemudian terdakwa langsung menegakkan kembali sepeda motor Honda
Beat lalu mencoba menghidupkan sepeda motor tersebut, Namun karena tidak bisa
hidup lalu terdakwa menjatuhkan sepeda motor tersebut kemudian terdakwa berlari
sedangkan Arif (DPO) berusaha menghidupkan sepeda motor lalu Arif (DPO)
meninggalkan terdakwa. Tidak lama setelah itu saksi Efendi Als Pen Bin Firdaus
bersama warga lainnya yang mendengar teriakan saksi Eriyanti mengejar terdakwa
dan berhasil mengamankan terdakwa.

Dan majelis hakim mengadili :


1. Menyatakan terdakwa Okky Jaya Saputra als Oki Bin Asmiral terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Pencurian dengan
kekerasan;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
selama : 3 (tiga) tahun dan 3 (tiga) bulan;
6

3. Menyatakan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa


dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan;
5. Memerintahkan agar barang bukti berupa: 1 (satu) Lembar surat emas dari
Toko MAS ASIA tertanggal 25 Juli 2019. Dikembalikan Kepada Saksi
Eriyanti Als Yanti Binti Anwar Sultan Salim (Alm);
6. Membebankan Terdakwa membayar biaya perkara Rp 3.000,- (tiga ribu
rupiah) (Putusan Pengadilan, 2019:3).

Dari kedua putusan tersebut, dapat kita ketahui bahwa terdakwa pada tiap-
tiap putusan melakukan tindak pidana pencurian pemberatan yang sama-sama
dituntut dengan pasal 365 ayat (2). Pada saat penjatuhan vonis oleh majelis hakim
terdapat putusan pemidanaa yang berbeda.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “TINJAUAN YURIDIS PEMIDANAAN

PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN DITINJAU DARI PUTUSAN

NOMOR 648/PID.B/2018/PN.PBR DAN 1219/PID.B/2019/PN.PBR”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pertimbangan majelis hakim dalam memutus perkara

No.648/PID.B/2018/PN.PBR dan 1219/PID.B/2019/PN.PBR?

2. Bagaimana tinjauan Yuridis pemidanaan tindak pidana pasal 365 ayat 2

KUHP dalam putusan No.648/PID.B/2018/PN.PBR dan

1219/PID.B/2019/PN.PBR?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan penulisan adalah:

1. Untuk mengetahui pertimbangan majelis hakim dalam memutus

perkara No.648/PID.B/2018/PN.PBR dan 1219/PID.B/2019/PN.PBR.


7

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan yuridis pemidanaan tindak

Pidana pasal 365 ayat 2 KUHP dalam putusan

No.648/PID.B/2018/PN.PBR dan 1219/PID.B/2019/PN.PBR.

D. Manfaat Penelitian

1. Pada umumnya dapat menambah pengetahuan penulis sendiri dalam

bidang ilmu hukum.

2. Untuk memberikan data dan informasi kepada peneliti berikutnya,

khususnya pada peneliti yang akan membahas permasalahan yang

berkaitan dengan pokok masalah penelitian

3. Sebagai sumbangan penulis kepada almamater Sekolah Tinggi Ilmu

Hukum Persada Bunda Pekanbaru.

E. Kerangka Konseptual

Untuk membatasi penelitian agar lebih terarah maka di batasi sebagai berikut:

Tinjauan Yuridis adalah suatu kajian yang membahas mengenai tindak

pidana apa yang terjadi, siapa pelakunya, terpenuhi atau tidaknya unsur-unsur

delik, pertangggungjawaban pidana serta penerapan sanksi terhadap pelaku tindak

pidana (Amiruddin, 2016:19).

Pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman (Failin,

2017:17).

Pencurian dengan pemberatan adalah pencurian biasa yang dalam

pelaksanaannya disertai oleh keadaan tertentu yang memberatkan.


8

Putusan No.648/Pid.B/2018/Pn.Pbr adalah putusan majelis hakim yang

mengadili tentang kasus tindak pidana pencurian dan pemberatan yang di lakukan

Rizky Wahyudi Als Eki Bin Dinar.

Putusan 1219/Pid.B/2019/Pn.Pbr adalah putusan majelis hakim yang

mengadili tentang kasus tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang di

lakukan Okky Jaya Saputra Als Oki Bin Asmiral.

F. Kerangka Teori

1. Teori Tindak Pidana

Menurut Roeslan Saleh ”Perbuatan pidana adalah perbuatan yang

bertentangan dengan tata ketertiban yang di kehendaki oleh hukum” (Saleh,

2003:53).

Menurut Moeljatno, S.H. “Menentukan perbuatan mana yang tidak boleh

dilakukan dan yang dilarang, dengan disertai ancaman atau saksi yang berupa

pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggarlarangan tersebut” (Moeljatno,

2000:56).

Menurut Sudarto “Penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang

melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu” (Soedarto, 1991:3).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka pengertian pencurian ialah

tindakan yang dilakukan baik secara individu atau berkelompok untuk mengambil

sesuatu yang bukan haknya sehingga perbuatan tersebut melanggar hukum.

Pencurian dengan pemberatan pencurian biasa yang dalam pelaksanaannya

disertai oleh keadaan tertentu yang memberatkan. Keadaan tertentu yang dimaksud

dalam pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana:


9

1. Barang yang dicuri adalah hewan. Yang dimaksud ‘hewan’ di sini


adalah binatang memamah biak (sapi, kerbau, kambing), berkuku satu
(kuda, keledai), dan babi. Pencurian terhadap hewan-hewan tersebut
dianggap berat sebab hewan-hewan tersebut adalah harta penting bagi
seorang petani.
2. Dilakukan pada waktu kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi atau
gempa laut, letusan gunng api, kapal karam, kapal terdampar,
kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau kesengsaraan di
masa perang. Pencurian yang dilakukan pada situasi demikian diancam
dengan hukuman lebih berat, karena situasi tersebut adalah keadaan
dimanan orang-orang sedang ribut, kacau, dan barang-barang dalam
keadaan tidak terjaga. Dan orang yang melakukan kejahatan terhadap
orang yang sedang mengalami musibah adalah orang yang berbudi
rendah.
3. Dilakukan pada malam hari terhadap rumah atau pekarangan tertutup
yang ada rumahnya
4. Dilakukan oleh 2 orang bersama-sama atau lebih
5. Dilakukan dengan cara membongkar, memecah atau memanjat atau
dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau pakaian
jabatan palsu.

Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengemukakan


(1). Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian
yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau
mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk
memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk
tetap menguasai barang yang dicuri.
(2). Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:
1. jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah
atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau
dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;
2. jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
bersekutu;
3. jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau
memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu
atau pakaian jabatan palsu;
4. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.
(3). Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
(4). Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan
mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang
atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang
diterangkan dalam no. 1 dan 3.
10

Dari uraian pasal di atas, dapat di simpulkan bahwa Pasal 365 ayat (2) KUHP

juga merupakan pasal pemberatan dari Pasal 365 ayat (1) KUHP, yaitu dengan

memperberat ancaman pidana penjara dari 9 tahun menjadi 12 tahun, yaitu jika

pencurian dengan kekerasan tersebut dilakukan dengan salah satu dari 4 unsur

dalam Pasal 365 ayat (2) KUHP.


11

BAB II
METODE PENELITIAN

A. Sifat dan Jenis Penelitian

“Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menjelaskan atau

menerangkan peristiwa”. (Zainal, 2015:35). Sedangkan jenis penelitian hukum

normatif ( normative law research) menggunakan studi kasus normatif berupa

produk perilaku hukum, misalnya mengkaji undang undang. Pokok kajiannya

adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang belaku dalam

masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap orang. Sehingga penelitian hukum

normatif berfokus pada inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin hukum,

penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik hukum, taraf sinkronisasi,

perbandingan hukum dan sejarah hukum.(Abdulkadir Muhammad, 2004:52)

B. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian hukum normatif sumber datanya adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan keterangan yang

bersifat mendukung, data ini digolongkan menjadi:

a. Bahan Hukum Primer, yaitu hukum yang bersifat autoritatif berupa

peraturan perundang-undangan (Peter Mahmud Marzuki, 2006:141)

undang-undang yang di gunakan adalah Undang Undang Nomor 8

Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP), pasal 365 tentang pencurian, pasal 365 ayat (2) tentang

pencurian dengan pemberatan.


12

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang berkaitan dengan

bahan hukum primer, terdiri dari :

1) Buku-buku yang berhubungan dengan hukum pidana, hukum

acara pidana, hukum acara peradilan pidana, hukum pidana

mengenai pencurian dan pemberatan,

2) Dokumen-dokumen dan artikel-artikel yang membahas mengenai

tindak pidana pencurian dan pemberatan.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan dan petunjuk terhadap bahan hukum premier dan sekunder

seperti :

1) Kamus Hukum

2) Kamus Besar Baahasa Indonesia

C. Metode pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data untuk penelitian hukum ini, menggunakan metode

kajian kepustakaan atau literatur-literatur yaitu merupakan teknik pengumpulan

data dengan cara membaca, mempelajari, mencatat data yang diperoleh dari

berbagai macam buku hukum, surat kabar, majalah, dan peraturan perundang

undangan.

D. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh atau dikumpulkan dalam penelitian ini baik data primer

maupun data sekunder merupakan data yang sifatnya kualitatif yang nantinya akan

berkarakter deskriptif. Maka data yang digunakan adalah analisis kualitatif


13

deskriptif, dimana proses pengolahan datanya yakni setelah data ini terkumpul dan

dianggap telah cukup maka kemudian data tersebut diolah dan dianalisi secara

deduktif.

Dedktif adalah sebuah jenis paragraf yang dikembangkan dengan pola

deduksi, dimulai dari pemaparan hal-hal yang bersifat umum kemudian dalam

memperjelas paparan umum tersebut maka akan ditambahkan kalimat

khusus. Deduksi sendiri adalah penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum

atau penemuan yang khusus dari yang umum.


14

BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIDANAAN PENCURIAN DENGAN
PEMBERATAN

A. Tindak Pidana Pencurian

1. Definisi pencurian

Menurut kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI ) arti dari kata “curi”

mengambil milik orang lain tanpa izin atau tidak sah, biasanya dengan sembunyi-

sembunyi. Sedangkan arti dari “pencurian” adalah proses, cara, perbuatan.

Dalam pasal 362 disebutkan “barang siapa mengambil barang sesuatu,

yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk

dimiliki secara melawan hukum, di ancam karna pencurian, dengan pidana penjara

paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak Sembilan ratus rupiah”.

Dalam hukum kriminal, pencurian adalah mengambil properti milik orang


lain secara tidak sah tanpa seizin pemilik. Kata ini juga digunakan sebagai sebutan
informal untuk sebuah kejahatan terhadap properti orang lain, seperti perampokan
rumah, penggelapan, penjarahan, perampokan, pencurian toko, penipuan dan
kadang pertukaran kriminal. Seseorang yang melakukan tindakan pencurian di
sebut pencuri dan tindakannya di sebut mencuri.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pencurian di akses pada tanggal 30 april 2020).

Pencurian mempunyai beberapa unsur, yaitu :


1. Unsur objektif, terdiri dari :
a. Perbuatan mengambil
b. Objeknya suatu benda
c. Unsur keadaan yang menyertai/melekat pada benda, yaitu benda
tersebut sebagian atau seluruhnya milik orang lain.
2. Unsur subjektif, terdiri dari :
a. Adanya maksud
b. Yang ditujukan untuk memiliki
c. Dengan melawan hukum Suatu perbuatan atau peristiwa, baru dapat
dikatakan sebagai pencurian apabila terdapat semua unsur tersebut
diatas.(Adami Chazawi, 2003:5).
15

Unsur perbuatan yang dilarang mengambil ini menunjukkan bahwa

pencurian adalah berupa tindak pidana formil. Mengambil adalah suatu tingkah

laku positif/perbuatan materil, yang dilakukan dengan gerakan-gerakan otot

disengaja yang pada umumnya dengan menggunakan jari-jari dan tangan kemudian

diarahkan pada suatu benda, menyentuhnya, memegangnya, dan mengangkatnya

lalu membawa dan memindahkan ketempat lain atau kedalam kekuasannya.

Mengenai pembentukan pasal 362 KUHP adalah terbatas pada benda-

benda bergerak (rorrend goed). Benda-benda tidak bergerak, baru dapat menjadi

objek pencurian apabila telah terlepas dari benda tetap dan menjadi benda bergerak.

Benda bergerak adalah setiap benda yang terwujud dan bergerak ini sesuai dengan

unsur perbuatan mengambil. Benda yang kekuasannya dapat dipindahkan secara

mutlak dan nyata adalah terhadap benda yang bergerak dan berwujud saja. Benda

yang dapat menjadi obyek pencurian haruslah benda-benda yang ada pemiliknya.

Mengenai apa yang dimaksud dengan hak milik ini, adalah suatu pengertian

menurut hukum, baik hukum adat maupun menurut hukum perdata. Pengertian hak

milik menurut hukum adat dan menurut hukum perdata pada dasarnya jauh berbeda,

yaitu sebagian hak yang terkuat dan paling sempurna, namun karena azas dalam

peralihan hak itu berbeda, menyebabkan kadang-kadang timbul kesulitan untuk

menentukan siapa pemilik dari suatu benda.

Maksud untuk memiliki terdiri dari dua unsur, yakni pertama unsur maksud

(kesengajaan sebagai maksud/opzetals ogmerk), berupa unsur kesalahan dalam

pencurian, dan kedua unsur memiliki. Dua unsur itu dapat dibedakan dan tidak
16

terpisahkan, maksud dari perbuatan mengambil barang milik orang lain itu harus

ditujukan untuk memiliknya.

Gabungan kedua unsur itulah yang menunjukkan bahwa dalam tindak pidana

pencurian, pengertian memiliki tidak mensyaratkan beralihnya hak milik atas

barang yang dicuri ke tangan petindak dengan alasan, pertama tidak dapat

mengalihkan hak milik dengan perbuatan yang melanggar hukum, dan kedua yang

menjadi unsur pencurian ini adalah maksudnya (subjektif) saja.

B. Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan

1. Pengertian Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan

Hukum pidana mengenal adanya pencurian. Pencurian merupakan suatu


perbuatan dengan tujuan mengambil barang milik orang lain secara tidak sah tanpa
seizin pemilik. Kata “pencurian” juga digunakan sebagai sebutan informal untuk
sejumlah kejahatan terhadap barang orang lain, seperti pencurian dengan kekerasan
rumah, penggelapan, larseni, perampokan, pencurian toko, penipuan dan kadang
pertukaran kriminal. Dalam yurisdiksi tertentu, pencurian perampokan dianggap
sama dengan larseni, sedangkan yang lain menyebutkan bahwa pencurian
menggantika larseni. Seseorang yang melakukan perbuatan pencurian disebut
pencuri dan perbuatannya disebut mencuri.( R.M. Suharto, 2002:37 ).

Tindak pidana pencurian dengan kekerasan sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 365 KUHP berbeda dengan tindak pidana pencurian. Akan tetapi, substansi

yang ada dalam tindak pidana pencurian dengan kekerasan sama dengan tindak

pidana pencurian. Perbedaannya adalah dalam realitasnya yang terjadi di kehidupan

masyarakat. Tindak pidana pencurian dengan kekerasan ini diketahui oleh korban

dan pelaku berusaha melukai korban dengan tujuan barang yang diambil tetap

berada di tangannya. Sedangkan, tindak pidana pencurian identik terjadi tanpa

sepengetahuan korban.

Unsur-unsur Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Tindak pidana


pencurian dengan kekerasan mempunyai 2 (dua) unsur, yaitu:
17

unsur obyektif (perbuatan mengambil, obyeknya suatu benda dan unsur keadaan
yang menyertai atau melekat pada benda, yaitu benda tersebut sebagian atau
seluruhnya milik orang lain) dan unsur subyektif (adanya maksud yang ditujukan
untuk memiliki dan dilakukan secara melawan hukum). Berdasarkan rumusan Pasal
362-363 KUHP maka unsur obyektif dan subyektif antara lain.(R, Sugandhi.
1980:376).

1. Unsur Obyektif

Unsur obyektif berupa perbuatan mengambil (wegnemen). Dengan adanya


unsur perbuatan yang dilarang ini menunjukkan bahwa pencurian merupakan tindak
pidana formil. Mengambil merupakan suatu tingkah laku positif atau perbuatan
materiil yang dilakukan dengan gerakan-gerakan otot yang disengaja pada
umumnya dengan menggunakan jari-jari dan tangan yang kemudian diarahkan pada
suatu benda, menyentuhnya, memegangnya dan mengangkatnya lalu membawa dan
memindahkannya ke tempat lain atau ke dalam kekuasaannya.(P.A.F Lamintang,
1989:11)

Aktivitas tangan dan jari-jari sebagaimana yang disebutkan di atas bukanlah

suatu syarat dari adanya perbuatan mengambil. Unsur pokok dari perbuatan

mengambil adalah adanya perbuatan aktif yang ditujukan pada benda dan

perpindahan kekuasaan benda itu ke dalam kekuasaannya. Dengan demikian,

mengambil dapat dirumuskan sebagai perbuatan terhadap benda dengan membawa

benda tersebut ke dalam kekuasaannya secara nyata dan mutlak. Hal inilah yang

merupakan syarat untuk selesainya perbuatan mengambil sekaligus syarat menjadi

selesainya tindak pidana pencurian secara sempurna.

Arrest Hoge Raad (HR) tanggal 12 November 1894 menyatakan bahwa

“perbuatan mengambil telah selesai jika benda berada pada pelaku, sekalipun ia

kemudian melepaskannya karena diketahui.(P.A.F Lamintang dan Djisman

Samosir, 1990:50).
18

2. Unsur Subyektif

“Unsur subyektif terdiri dari 2 (dua) unsur, yaitu unsur maksud (kesengajaan

sebagai maksud atau opzet als oogmerk) berupa unsur kesalahan dalam pencurian

dan unsur memiliki. Kedua unsur tersebut dapat dibedakan dan tidak terpisahkaN“.(

P.A.F Lamintang dan Djisman Samosir, 1990:84).

Maksud dari perbuatan mengambil barang milik orang lain harus ditujukan

untuk memilikinya. Dari gabungan 2 (dua) unsur tersebut menunjukkan

bahwa dalam tindak pidana pencurian, pengertian memiliki barang yang dicuri ke

tangan petindak, dengan alasan, pertama tidak dapat mengalihkan hak milik dengan

perbuatan yang melanggar hukum dan kedua yang menjadi unsur pencurian ini

adalah maksudnya (subyektif) saja.

“Sebagai suatu unsur subyektif, memiliki bertujuan untuk diri sendiri agar

menjadi barang miliknya. Apabila dihubungkan dengan unsur maksud, berarti

sebelum melakukan perbuatan sudah mempunyai kehendak terhadap barang yang

dicuri”.(Tongat, 2006:19-23)

Memiliki dengan melawan hukum berarti pelaku sudah mengetahui

sebelumnya bahwa apa yang akan ia lakukan bertentangan dengan hukum. Oleh

karena hal inilah unsur melawan hukum digolongkan ke dalam unsur subyektif.

Sifat melawan hukum merupakan sifat tercela atau terlarang dari suatu perbuatan

tertentu. Dilihat dari sebabnya, dalam doktrin dikenal ada 2 (dua) macam sifat

melawan hukum, yaitu: melawan hukum formil dan melawan hukum materiil.

Melawan hukum formil adalah bertentangan hukum tertulis. Sedangkan melawan

hukum materiil adalah bertentangan dengan asas-asas hukum masyarakat, baik


19

dalam hukum tidak tertulis maupun tertulis yang mana sifat tercelanya suatu

perbuatan terletak pada masyarakat.

C. Pidana

“Pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang

melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Sedangkan Roeslan

Saleh menegaskan bahwa pidana merupakan reaksi atas delik, dan ini berwujud

suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpahkan negara pada pembuat delik itu”.

(Muladi dan Barda Nawawi,1998:2)

“Pada prinsipnya seseorang hanya dapat dibebani tanggungjawab pidana

bukan hanya karena ia telah melakukan suatu perilaku lahiriah (outward conduct)

yang harus dapat dibuktikan oleh seorang penuntut umum. Dalam ilmu hukum

pidana, perbuatan lahiriah itu dikenal sebagai actus reus, Dengan kata lain, actus

reus adalah elemen luar (eksternal element)”.( Sutan Remy Sjahdeini, 2007:34)

Dalam kepustakaan hukum actus reus ini sering digunakan padanankata

“conduct” untuk perilaku yang menyimpang menurut kaca mata hukum pidana.

Atau dengan kata lain, actus reus dipadankan dengan kata conduct. Sementara itu,

dalam kepustakaan hukum dikatakan bahwa actus reusterdiri atas “act and

omission”atau“commission and omission”, di mana dalam kedua frasa tersebut, act

sama dengan commission. Oleh karena pengertian actus reusbukan mencakup act

atau commission saja, tetapi juga omission, Sutan Remy Sjahdeini berpendapat

lebih tepat untuk memberikan padanan kata actus reus dengan kata perilaku.

Perilakumenurutnya merupakan padanan kata dari dari kata conduct dalam bahasa

inggris yang banyak dipakai untuk merujuk kepada perilaku yang melanggar
20

ketentuan pidana. Selanjutnya actus reus seyogianya tidak dipadankan dengan kata

“perbuatan” atau “tindakan” karena kata tersebut merupakan padanan dari kata act

dalam bahasa inggris.

Hukum pidana indonesia mengenal 2 (dua) jenis pidana yang diatur dalam
Pasal 10 KUHP yakni :
1. Pidana Pokok
a. Pidana mati;
b. Pidana penjara;
c. Pidana kurungan; dan
d. Pidana denda.
2. Pidana Tambahan
a. Pencabutan hak-hak tertentu;
b. Perampasan barang-barang tertentu; dan
c. Pengumuman putusan hakim. (
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl194/arti-pidana-pokok-dan-
pidana-tambahan/ di akses pada tanggal 19 juli 2020
)

Adapun mengenai kualifikasi urut-urutan dari jenis-jenis pidana tersebut

adalah didasarkan pada berat ringannya pidana yang diaturnya, yang terberat adalah

yang disebutkan terlebih dahulu. Keberadaan pidana tambahan adalah sebagai

tambahan terhadap pidana-pidana pokok, dan biasanya bersifat fakultatif (artinya

dapat dijatuhkan ataupun tidak). Hal ini terkecuali bagi kejahatan-kejahatan

sebagaimana tersebut dalam ketentuan Pasal 250 bis, 261 dan Pasal 275 KUHP

menjadi bersifat imperatif atau keharusan.

D. Pemidanaan

1. Teori Pemidanaan

Tujuan Pemidanaan The Aim of Punishment. Tujuan pemidanaan bertolak


dari pemikiran bahwa sistem hukum pidana merupakan satu kesatuan sistem
yang bertujuan “purposive system”atau “teleological system” dan pidana hanya
merupakan alat/sarana untuk mencapai tujuan, maka didalam konsep KUHP baru
merumuskan tujuan pemidanaan yang bertolak pada keseimbangan dua sasaran
pokok, yaitu “perlindungan masyarakat” (general prevention) dan
“perlindungan/pembinaan individu” special prevention.(
21

http://www.legalitas.org/database/artikel/lain/pokokpokok%20pikiran%20penyus
unan%20kuhp.pdf,pokok-pokok pikiran penyusunan rancangan undang-undang
tentang kitab undang-undang hukum pidana, dakses pada 13 mei 2020).

“Hukum pidana materil terdiri atas tindak pidana yang disebut berturut-turut,

peraturan umum yang dapat diterapkan terhadap perbuatan itu, dan pidana yang

diancamkan terhadap perbuatan itu. Hukum pidana formil mengatur cara

bagaimana acara pidana seharusnya dilakukan dan menentukan tata tertib yang

harus diperhatikan pada kesempatan itu”.(Leden Marpaung, 2005:2)

Pemidanaan sebagai suatu tindakan terhadap seorang penjahat, dapat

dibenarkan secara normal bukan terutama karena pemidanaan itu mengandung

konsekuensi konsekuensi positif bagi si terpidana, korban juga orang lain dalam

masyarakat. Karena itu teori ini disebut juga teori konsekuensialisme. Pidana

dijatuhkan bukan karena telah berbuat jahat tetapi agar pelaku kejahatan tidak lagi

berbuat jahat dan orang lain takut melakukan kejahatan serupa.

2. Jenis-Jenis Pemidanaan

Hukum pidana indonesia mengenal 2 (dua) jenis pidana yang diatur dalam
Pasal 10 KUHP yakni :
1. Pidana Pokok
a) Pidana mati
b) Pidana penjara
c) Pidana kurungan
d) Pidana denda
2. Pidana Tambahan
a) Pencabutan hak-hak tertentu
b) Perampasan barang-barang tertentu
c) Pengumuman putusan hakim.

Adapun mengenai kualifikasi urut-urutan dari jenis-jenis pidana tersebut


adalah didasarkan pada berat ringannya pidana yang diaturnya, yang terberat
adalah yang disebutkan terlebih dahulu. Keberadaan pidana tambahan adalah
sebagai tambahan terhadap pidana-pidana pokok , dan biasanya bersifat
fakultatif (artinya dapat dijatuhkan ataupun tidak). Hal ini terkecuali bagi
kejahatan-kejahatan sebagaimana tersebut dalam ketentuan Pasal 250 bis, 261
22

dan Pasal 275 KUHP menjadi bersifat imperatif atau


keharusan.(https://h7rluckylaki45wad.wordpress.com/2011/10/13/pemidana
an-dan-jenis-jenis-pemidanaan-di-indonesia/ di akses 13 mei 2020 )
23

BAB IV
GAMBARAN UMUM TENTANG PENGADILAN NEGERI PEKANBARU

A. Pengadilan Negeri Pekanbaru

Gedung Pengadilan Negeri Kelas IA Pekanbaru yang sekarang didirikan pada

tahun 1959 dengan surat keputusan Menteri Kehakiman RI tertanggal 23 Februari

1959 No.J.K. 2/44/21 yang dilaksanakan oleh Departemen Pekerjaan Umum

setempat. Gedung tersebut dibangun secara bertahap, yang bagian muka dibangun

sekitar tahun 1959 dan kemudian dibangun pula bagian samping kanan kira-kira

tahun 1962 dan dibagian samping kiri dibangun tahun 1963 yang terakhir dibangun

yaitu ruang sidang besar tahun 1968. Usia Gedung Pengadilan Negeri Kelas IA

Pekanbaru sampai saat sekarang kurang lebih 55 Tahun gedung tersebut dibangun

atas tanah Pemerintah yang letaknya di jalan Teratai No.85 Kecamatan Sukajadi

Kodya Pekanbaru Propinsi Riau, Luas Tanah tempat pembangunan gedung

Pengadilan Negeri tersebut 2.932 m2 dengan skala 1 : 2000. Pengadilan Negeri

Kelas IA Pekanbaru mempunyai ruang tempat sidang sebanyak 7 buah yaitu :

1. Dua Ruang Sidang Utama

2. Empat Ruang Sidang Biasa

3. Satu Ruang Sidang Anak

Ruang sidang utama dipergunakan untuk menyidang perkara yang agak

menonjol seperti perkara subversi, pembunuhan,pemerkosaan, korupsi dan lain-

lain. Ruang sidang yang berukuran sedang dipergunakan untuk mengadili perkara-

perkara seperti perkara pencurian, perkara perlanggaran, perkara perdata,


24

permohonan dan lain-lain. Ruang sidang anak dipergunakan untuk menyidangkan

perkara anak.

Pengadilan Negeri Pekanbaru, sebagai bagian dari lembaga peradilan

dibawah Mahkamah Agung RI yang menjalani kekuasaan kehakiman merupakan

instansi pemerintah. Sebagai instansi pemerintah menurut Instruksi Presiden RI

nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,

berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas, fungsi dan

peranannya dalam pengelolaan sumberdaya, anggaran maupun kewenangan dalam

melayani pencari keadilan.

a. Tugas Dan Fungsi Pengadilan Negeri Pekanbaru

Tugas pokok Pengadilan Negeri Pekanbaru adalah menerima, memeriksa,

mengadili,dan menyelesaikan perkara.

Dengan demikian, Pengadilan Negeri Pekanbaru berfungsi memberikan

pelayanan bagi masyarakat pencari keadilan di bidang Peradilan Umum, mengadili

menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang, dan berusaha mengatasi

segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana,

cepat, dan biaya ringan.

Pengadilan Negeri Pekanbaru dipimpin oleh seorang Ketua dan dibantu oleh

seorang Wakil Ketua serta Hakim-hakim yang melakukan pengawasan dan

bertugas serta bertanggung jawab atas terselenggaranya Peradilan dengan baik dan

menjaga terpeliharanya citra dan wibawa Pengadilan yang didukung oleh keamanan

dan kehendak baik dari Pimpinan Struktural dan Pejabat Peradilan lainnya.
25

Tugas pokok dan fungsi Pengadilan Negeri tersebut tentu tidak dapat

dipisahkan dengan tugas pokok dan fungsi Kepaniteraan maupun Kesekretariatan,

karena rangkaian keseluruhan tugas pokok tersebut dapat berjalan dengan efektif

bila memfungsikan tugas-tugas Kepaniteraan mulai proses pendaftaran,

persidangan, memutus perkara sampai dengan pelaksanaan eksekusi serta dengan

memfungsikan tugas-tugas Kesekretariatan yang menyangkut sarana prasarana dan

perlengkapan.

B. Visi, Misi, dan Moto Pengadilan Negeri Pekanbaru

Visi Pengadilan Negeri Pekanbaru adalah :

1. Terwujudnya Pengadilan Negeri Pekanbaru Yang Agung.

Pengadilan Negeri Pekanbaru mengemban misi :

1. Menjaga Kemandirian Pengadilan Negeri Pekanbaru.

2. Memberikan Pelayanan Hukum Yang Berkeadilan Kepada Pencari

Keadilan.

3. Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan Pengadilan Negeri Pekanbaru.

4. Meningkatkan Kredibilitas Dan Transparansi Pengadilan Negeri

Pekanbaru.

Motto Pengadilan Negeri Pekanbaru:

1. Pengadilan Negeri Pekanbaru Prima;

2. Pengadilan Negeri Pekanbaru Profesional, Ramah, Informatif, Melayani,

Akuntabel.( https://www.pn-pekanbaru.go.id/ di akses 11 agustus 2020 )


26

BAB V
TINJAUAN YURIDIS PEMIDANAAN PENCURIAN DENGAN
PEMBERATAN DITINJAU DARI PUTUSAN NOMOR
648/Pid.B/2018/Pn.Pbr DAN
1219/Pid.B/2019/Pn.Pbr

A. Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Memutus Perkara

No.648/PID.B/2018/PN.PBR Dan 1219/PID.B/2019/PN.PBR

Pencurian dengan pemberatan adalah perbuatan melawan hukum yang mana


di atur oleh pasal 365 ayat (2) yang terdapat 4 point dari pasal tersebut. Maraknya
tindak pidana pencurian yang terjadi di wilayah hukum kota pekanbaru sudah
sangat meresahkan masyarakat khususnya perempuan.

Pasal 365 :

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang
didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,
terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan
diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.

(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

1. jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta
api atau trem yang sedang berjalan;
2. jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
3. jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau
memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
pakaian jabatan palsu;
4. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka
berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu,
disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3.
27

1. Posisi kasus

Putusan Nomor 648/Pid.B/2018/Pn.Pbr

Dalam putusan nomor 648/Pid.B/2018/Pn.Pbr disebutkan bahwa terdakwa

Rizki Wahyudi Als Eki Bin Dinar bersama – sama dengan handika dwi saputra als

dika (berkas terpisah), pada hari Senin tanggal 19 Februari 2018 sekira pukul 17.30

Wib atau setidak – tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2018 bertempat di

simpang arkom Jalan Sepakat Kec.Tanayan Raya Kota Pekanbaru atau setidak –

tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam wilayah hukum Pengadilan

Negeri Pekanbaru, “mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebahagian

termasuk kepunyaan orang lain dengan maksud akan memiliki barang itu dengan

melawan hak yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu”

perbuatan tersebut terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas, terdakwa

bersama-sama dengan Handika Dwi Saputra Als Dika (berkas terpisah)

berkeliling dengan menggunakan sepeda motor honda Beat merah BM 6767

JS milik Handika Ald Dika, ditengah perjalaan terdakwa melihat saksi

Yulismawati sedang menggunakan Hp sambil mengendarai sepeda motor,

terdakwa lalu berkata kepada saksi Handika Als Dika, “ itu dia” sambil

menunjuk kearah saksi Yulismawati, saksi Handika Als Dika langsung

berbalik arah dan mengikuti saksi Yulismawati, ditempat yang sepi

selanjunya saksi Handika Als Dika yang mengendarai sepeda motor memepet

sepeda motor dari samping kiri yang dikendarai oleh saksi Yulismawati,

tanpa izin dari pemiliknya terdakwa yang dibonceng langsung mengambil


28

hanphone Samsung Galaxy J7 warna Pink yang sedang digunakan saksi

Yulismati dan langsung melarikan diri hingga terdakwa diamankan oleh

anggota Polsek Tenayan Raya Pekanbaru guna proses lebih lanjut.

b. Bahwa akibat perbuatan terdakwa, korban Yulismawati mengalami kerugian

sebesar Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah)

c. Bahwa hasil pencurian Terdakwa jual ke Konter Handphone milik Abun di

jalan Harapan Raya depan SPBU didekat Jl Kepala Sawit.

d. Bahwa Terdakwa jual Handphone tersebut sebesar Rp 1.400.000 (satu Juta

Empat Ratus Ribu Rupiah).

e. Bahwa hasil penjualan tersebut Terdakwa pergunakan untuk membeli sepatu

merk adidas seharga Rp400.000 (Empat ratus ribu Rupiah), Terdakwa

berikan kepada Dika sebesar Rp 500.000 ( Lima Ratus Ribu Rupiah), untuk

mentraktir kawan-kawan dan membeli shabu-shabu sebesar Rp. 400.000

(Empat Rarus Ribu Rupiah) dan sisahnya Rp. 100.000 (Seratus Ribu Rupiah)

terdakwa jadikan pegangan terdakwa.

Putusan Nomor 1219/Pid.B/2019/Pn.Pbr

a. Bahwa pada hari Jumat tanggal 21 September 2019 terdakwa Okky Jaya

Saputra Als Oki Bin Asmiral bersama Arif (DPO) sekira jam 17.00 wib

dengan menggunakan sepeda motor merk Beat warna hitam milik Arif

dengan posisi terdakwa dibonceng, sementara Arif yang mengendarai sepeda

motor di depan SMP N 9 Pekanbaru terdakwa dan Arif melihat saksi Eriyanti

bersama Saksi Yumis Als Imis Binti Saha berselisih jalan dengan terdakwa

dan Arif. Pada saat berselisih jalan tersebut, terdakwa melihat saksi Eriyanti
29

mengenakan gelang emas dan kemudian Arif mengajak terdakwa untuk

mengambil gelang emas milik saksi Eriyanti tersebut. lalu Arif

memerintahkan kepada terdakwa yang duduk di boncengan untuk merampas

gelang emas tersebut dari saksi Eriyanti. Selanjutnya Arif memutar balik

sepeda motornya lalu di persimpangan Gg Gunung raya jalan Harapan Raya,

arif memepetkan sepeda motor ke sepeda motor yang dikendarai saksi

Eriyanti dari sebelah kiri dan kemudian Terdakwa langsung mengambil

gelang di tangan sebelah kiri saksi Eriyanti tersebut dengan 2 (dua) jari

sebelah tangan kanan terdakwa lalu saksi Eriyanti beserta saksi Yumis

tersebut terjatuh sambil teriak, kemudian tidak jauh dari lokasi jatuhnya saksi

Eriyanti dan saksi Yumis, terdakwa dan Arif Terjatuh kemudian terdakwa

langsung menegakkan kembali sepeda motor Honda Beat lalu mencoba

menghidupkan sepeda motor tersebut, Namun karena tidak bisa hidup lalu

terdakwa menjatuhkan sepeda motor tersebut kemudian terdakwa berlari

sedangkan Arif berusaha menghidupkan sepeda motor lalu Arif

meninggalkan terdakwa. Tidak lama setelah itu Saksi Efendi Als Pen Bin

Firdaus bersama warga lainnya yang mendengar teriakan saksi Eriyanti

mengejar terdakwa dan berhasil mengamankan terdakwa.

b. Bahwa dari hasil Visum Et Repertum Nomor : VER / 71 / IX / 2018 / SPKT

- III Tanggal 20 September 2018 telah di terbitkan hasil pemeriksaan korban

dalam bentuk Visum Et Repertum dengan nomor surat No.01 / RSAB / VER

/ KH / IX /2019 tanggal 15 Oktober 2019 dengan Kesimpulan : Pada

pemeriksaan korban perempuan yang menurut Surat permintaan Visum


30

berusia 55 tahun ini, ditemukan lecet dan luka terbuka akibat kekerasan

tumpul. Cedera tersebut telah menyebabkan penyakit, halangan dalam

menjalankan pekerjaan jabatan untuk sementara waktu.

c. Bahwa Akibat perbuatan terdakwa saksi korban Eriyanti Als Yanti

mengalami kerugian sebesar Rp. 8.000.000 (Delapan Juta rupiah).

2. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim

Hal yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap

terdakwa dalam purtusan nomor 648/Pid.B/2018/Pn.Pbr yakni:

a. Bahwa memperhatikan rangkaian perbuatan Terdakwa yang diperoleh dari

keterangan para saksi dan keterangan Terdakwa sendiri dihubungkan dengan

barang-barang bukti di persidangan jelas terlihat perbuatan Terdakwa

merupakan tindak pidana pencurian dengan pemberatan, antara lain fakta

sebagai berikut :

1) Terdakwa melakukan penjambretan bersama Handika Dwi Saputra Als Dika

(berkas terpisah), pada hari Senin tanggal 19 Februari 2018 sekira pukul 17.30

Wib bertempat di simpang ARKOM Jalan Sepakat Kec.Tanayan Raya Kota

Pekanbaru;

2) Bahwa jenis barang yang telah terdakwa ambil adalah 1 (satu) unit Handphone

merek Samsung Galaxy J7 warna Pink;

3) Bahwa terdakwa menggunakan sepeda motor Beat merah dengan nomor polisi

BM 6767 JS milik Sdr Dika;

4) Bahwa setiba di simpang Arkom dan keadaan lagi sepi kemudian Dika

memepet dari sebelah kiri Korban lalu Terdakwa mengambil Handphone


31

tersebut dengan menggunakan tangan kanan Terdakwa yang mana Handphone

tersebut masih digunakan oleh korban;

5) Bahwa maksud dari perkataan ”ayok jalan-jalan” tersebut adalah untuk

melakukan jamret.;

6) Bahwa hasil pencurian Terdakwa jual ke Konter Handphone milik Abun di

jalan Harapan Raya depan SPBU didekat Jl Kepala Sawit; - Bahwa Terdakwa

jual Handphone tersebut sebesar Rp 1.400.000 (satu Juta Empat Ratus Ribu

Rupiah);

7) Bahwa hasil penjualan tersebut Terdakwa pergunakan untuk membeli sepatu

merk adidas seharga Rp400.000 (Empat ratus ribu Rupiah), Terdakwa berikan

kepada Dika sebesar Rp 500.000 (Lima Ratus Ribu Rupiah), untuk mentraktir

kawan-kawan dan membeli shabu-shabu sebesar Rp 400.000 (Empat Ratus

Ribu Rupiah) dan sisanya Rp100.000 (Seratus Ribu) Terdakwa jadikan

pegangan terdakwa.

Berdasarkan fakta tersebut, maka unsur “dilakukan oleh dua orang atau

lebih dengan bersekutu” telah terpenuhi menurut hukum; Menimbang, bahwa

kesimpulan yang dapat ditarik dari rangkaian pertimbangan hukum diatas adalah

bahwa semua unsur dalam Pasal 365 Ayat (2) ke-2 KUHPidana yang didakwakan

oleh Penuntut Umum dalam dakwaan tunggal telah terbukti.

Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa perlu

dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan sebagai berikut:


32

Hal yang memberatkan:

a. Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat.

Hal yang meringankan:

a. Terdakwa mengakui perbuatannya dan menyesalinya;

b. Terdakwa masih muda dan diharapkan dapat merubah tingkah lakunya;

c. Terdakwa belum pernah dihukum.

Adapun hal yang menjadi pertimbangan majelis hakim dalam menjatuhkan

pidana terhadap terdakwa dalam purtusan nomor 1219/Pid.B/2019/Pn.Pbr yakni:

1) Bahwa pada hari Jumat tanggal 21 September 2019 sekira jam 17.00 wib

terdakwa berboncengan sepeda motor merk Beat warna hitam dengan ARIF

(DPO) melaju di depan SMP N 9 Pekanbaru;

2) Bahwa kemudian terdakwa dan ARIF (DPO) melihat saksi ERIYANTI

bersama Saksi YUMIS Als IMIS Binti SAHA berselisih jalan dengan

terdakwa dan ARIF (DPO). Pada saat berselisih jalan tersebut, terdakwa

melihat saksi ERIYANTI mengenakan gelang emas dan kemudian ARIF

(DPO) mengajak terdakwa untuk mengambil gelang emas milik saksi

ERIYANTI tersebut;

3) Bahwa kemudian ARIF (DPO) memutar balik sepeda motornya, ketika di

persimpangan Gg Gunung raya Jalan Harapan Raya ARIF (DPO)

memepetkan sepeda motor ke sepeda motor yang dikendarai saksi

ERIYANTI dari sebelah kiri dan kemudian Terdakwa langsung mengambil

gelang di tangan sebelah kiri saksi ERIYANTI tersebut dengan 2 (dua) jari
33

sebelah tangan kanan terdakwa lalu saksi ERIYANTI beserta saksi Yumis

tersebut terjatuh sambil teriak;

4) Bahwa tidak jauh dari lokasi jatuhnya saksi Eriyanti dan saksi Yumis,

terdakwa dan ARIF (DPO) Terjatuh kemudian terdakwa langsung

menegakkan kembali sepeda motor Honda Beat lalu mencoba menghidupkan

sepeda motor tersebut, Namun karena tidak bisa hidup lalu terdakwa

menjatuhkan sepeda motor tersebut kemudian terdakwa berlari sedangkan

ARIF (DPO) berusaha menghidupkan sepeda motor lalu ARIF (DPO)

meninggalkan terdakwa;

5) Bahwa dari hasil Visum Et Repertum Nomor : VER / 71 / IX / 2018 / SPKT

- III Tanggal 20 September 2018 telah di terbitkan hasil pemeriksaan korban

dalam bentuk Visum Et Repertum dengan nomor surat No.01 / RSAB / VER

/ KH / IX /2019 tanggal 15 Oktober 2019 dengan Kesimpulan : Pada

pemeriksaan korban perempuan yang menurut Surat permintaanVisum

berusia 55 tahun ini, ditemukan lecet dan luka terbuka akibat kekerasan

tumpul. Cedera tersebut telah menyebabkan penyakit, halangan dalam

menjalankan pekerjaan jabatan untuk sementara waktu;

6) Bahwa Akibat pencurian tersebut, saksi Eriyanti mengalami kerugian materil

sekitar Rp.8.000.000,- (Delapan juta rupiah);

Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana majelis hakim akan

mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan

Terdakwa yakni:
34

Hal yang memberatkan:

a. Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat.

Hal yang meringankan:

a. Terdakwa menyesali perbuartannya;

b. Terdakwa belum pernah dihukum.

3. Amar putusan

Pada putusan nomor 648/Pid.B/2018/Pn.Pbr:

MENGADILI:

1. Menyatakan terdakwa Rizki Wahyudi Als Eki Bin Dinar telah terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pencurian

dengan pemberatan;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 1

(satu) tahun;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;

5. Menetapkan barang bukti berupa :

Sepasang sepatu merek adidas warna hitam biru Dikembaikan kepada saksi

Yulismawati;

6. Membebankan Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,- (dua

ribu rupiah).
35

Putusan nomor 1219/Pid.B/2019/Pn.Pbr

MENGADILI :

1. Menyatakan terdakwa Okky Jaya Saputra als Oki Bin Asmiral terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Pencurian

dengan kekerasan;

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama : 3 (tiga) tahun dan 3 (tiga) bulan;

3. Menyatakan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan;

5. Memerintahkan agar barang bukti berupa: 1 (satu) Lembar surat emas dari

Toko MAS ASIA tertanggal 25 Juli 2019. Dikembalikan Kepada Saksi

Eriyanti Als Yanti Binti Anwar Sultan Salim (Alm);

6. Membebankan terdakwa membayar perkara Rp 3.000,- (tiga ribu rupiah).

4. Analisa penulis

Suatu proses peradilan berakhir dengan putusan akhir yang didalamnya

terdapat penjatuhan sanksi pidana, didalam putusan itu hakim menyatakan

pendapatnya tentang apa yang telah dipertimbangkan dan apa yang menjadi amar

putusannya. Dalam upaya membuat putusan serta menjatuhkan sanksi pidana,

hakim harus mempunyai pertimbangan yuridis yang terdiri dari dakwaan penuntut

umum, keterangan terdakwa, keterangan saksi, barang bukti, dan Pasal-pasal

perbuatan hukum pidana, ditambah hakim haruslah meyakini apakah terdakwa


36

melakukan perbuatan pidana atau tidak sebagaimana yang termuat dalam unsur-

unsur tindak pidana yag di dakwakan kepadanya.

Pengambilan keputusan sangat diperlukan oleh hakim dalam menentukan

putusan yang akan dijatuhkan kepada terdakwa. Hakim harus dapat mengelola dan

memproses data-data yang diperoleh selama proses persidangan dalam hal ini

bukti-bukti, keterangan saksi, pembelaan, serta tuntutan jaksa penuntut umum.

Sehingga keputusan yang akan dijatuhkan kepada terdakwa dapat didasari oleh

tanggung jawab, keadilan, kebijaksanaan, dan profesionalisme.

Sebagai mana diketahui bahwa terdakwa di ajukan kedepan persidangan

dengan dakwaan alternatif maka jaksa penuntut umum membuktikan dakwaan yang

paling dianggap terbukti yakni dakwaan pertama Pasal 365 ayat (2) KUHP yang

unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

a. barang siapa;

b. mengambil suatu barang;

c. seluruhnya atau Sebagian kepunyaan orang lain;

d. dimiliki secara melawan hukum;

e. didahului, disertai, atau diikuti, dengan kekerasan, atau ancaman

kekerasan, terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan atau

memudahkan pencurian itu, atau jika tertangkap tangan, supaya ada

kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi kawannya yang turut

melakukan kejahatan itu akan melarikan diri atau supaya barang yang

dicurinya itu tetap, ada ditangannya;

f. dilakukan oleh dua orang atau lebih.


37

Apa bila dikaitkan dengan posisi kasus sebelumnya, maka perbuatan

terdakwa telah memenuhi unsur dari pasal 365 ayat (2) KUHP, yaitu yang di

maksud dengan “barang siapa” adalah siapa saja orang atau subyek hukum yang

melakukan perbuatan dan dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya. Dalam

perkara ini terdakwa dengan putusan No.648/PID.B/2018/PN.PBR atas nama Rizki

Wahyudi als Eki bin dinar dan terdakwa dengan putusan

No.1219/Pid.B/2019/Pn.Pbr atas nama Okky Jaya Saputra als Oki Bin Asmiral

yang di hadapkan dimuka persidangan dan identitas para terdakwa yang benar dan

diakui sendiri oleh terdakwa, yang mana keadaan para terdakwa sehat jasmani dan

rohani serta tidak terganggu jiwanya sehingga dapat mempertanggungjawabkan

perbuatannya. Dengan demikian unsur ini telah terpenuhi dan sah menurut hukum.

Unsur “mengambil suatu barang” Menimbang, bahwa yang dimaksud

dengan mengambil adalah perbuatan memindahkan dari satu tempat ke tempat lain,

sedangkan yang dimaksud dengan barang adalah segala sesuatu yang berwujud dan

tidak berwujud. Dari pemeriksaan dipersidangan dan keterangan saksi-saksi, bukti

petunjuk dan keterangan para terdakwa di peroleh fakta hukum bahwa :

Pada putusan No.648/PID.B/2018/PN.PBR pada hari Senin tanggal 19

Februari 2018 sekira pukul 17.30 Wib bertempat di simpang ARKOM Jalan

Sepakat Kec.Tanayan Raya Kota Pekanbaru, Terdakwa melakukan penjamretan

bersama Dika. Jenis barang yang telah Terdakwa ambil adalah 1 (satu) unit

Handphone merek Samsung Galaxy J7 warna Pink. Awal Terdakwa menggunakan

sepeda motor Beat Merah dengan nomor Polisi BM 6767 JS milik Sdr dika, saat itu

Dika yang mengendarai sepeda motor sedangkan Terdakwa dibonceng. Terdakwa


38

dan Dika berangkat menuju ke arah Gobah, sesampai di jembatan Sail Jl Harapan

Raya, Terdakwa melihat seorang perempuan sedang menggunakan Handphone dan

terdakwa berkata ”Itu dia”. Kemudian Terdakwa dan Dika berbalik arah dan

membuntuti dari belakang sambil mencari waktu yang sesuai untuk merampas

handphone milik korban dan setiba di simpang Arkom dan keadaan lagi sepi

kemudian Dika memepet dari sebelah kiri Korban lalu Terdakwa mengambil

Handphone tersebut dengan menggunakan tangan kanan Terdakwa yang mana

Handphone tersebut masih digunakan oleh korban. Hasil pencurian Terdakwa jual

ke Konter Handphone milik Abun di jalan Harapan Raya depan SPBU didekat Jl

Kepala Sawil, dengan harga Handphone tersebut sebesar Rp 1.400.000 (satu Juta

Empat Ratus Ribu Rupiah). kemudian hasil penjualan tersebut Terdakwa

pergunakan untuk membeli sepatu merk adidas seharga Rp400.000 (Empat ratus

ribu Rupiah), Terdakwa berikan kepada Dika sebesar Rp 500.000 ( Lima Ratus

Ribu Rupiah), untuk mentraktir kawan-kawan dan membeli shabu-shabu sebesar

Rp 400.000 (Empat Ratus Ribu Rupiah) dan sisanya Rp100.000 (Seratus Ribu)

Terdakwa jadikan pegangan terdakwa.

Dan pada putusan No.1219/Pid.B/2019/Pn.Pbr pada hari Jumat tanggal 21

September 2019 sekira jam 17.00 wib terdakwa berboncengan sepeda motor merk

Beat warna hitam dengan Arif (DPO) melaju di depan SMP N 9 Pekanbaru.

kemudian terdakwa dan Arif (DPO) melihat saksi Eriyanti bersama Saksi Yumis

Als Imis Binti Saha berselisih jalan dengan terdakwa dan Arif (DPO). Pada saat

berselisih jalan tersebut terdakwa melihat saksi Eriyanti mengenakan gelang emas

dan kemudian Arif (DPO) mengajak terdakwa untuk mengambil gelang emas milik
39

saksi Eriyanti. kemudian Arif (DPO) memutar balik sepeda motornya, ketika di

persimpangan Gg Gunung raya Jalan Harapan Raya Arif (DPO) memepetkan

sepeda motor ke sepeda motor yang dikendarai saksi Eriyanti dari sebelah kiri dan

kemudian Terdakwa langsung mengambil gelang di tangan sebelah kiri saksi

Eriyanti tersebut dengan 2 (dua) jari sebelah tangan kanan terdakwa lalu saksi

Eriyanti beserta saksi Yumis tersebut terjatuh sambil teriak. Tidak jauh dari lokasi

jatuhnya saksi Eriyanti dan saksi Yumis, terdakwa dan Arif (DPO) Terjatuh

kemudian terdakwa langsung menegakkan kembali sepeda motor Honda Beat lalu

mencoba menghidupkan sepeda motor tersebut, Namun karena tidak bisa hidup lalu

terdakwa menjatuhkan sepeda motor tersebut kemudian terdakwa berlari sedangkan

Arif (DPO) berusaha menghidupkan sepeda motor lalu Arif (DPO) meninggalkan

terdakwa.

Unsur “seluruhnya atau Sebagian kepunyaan orang lain” dari pemeriksaan

dipersidangan dengan putusan No.648/PID.B/2018/PN.PBR benar Handphone

merek Samsung Galaxy J7 warna Pink yang di ambil terdakwa tersebut buka milik

terdakwa melainkan milik Yulismawati. Dan pada putusan No.

1219/Pid.B/2019/Pn.Pbr barang berupa gelang emas yang di ambil terdakwa

tersebut bukan milik terdakwa melainkan milik Eriyanti. Dengan demikian unsur

ini telah terpenuhi dan terbukti secara sah menurut hukum.

Unsur “dimiliki secara melawan hukum” bahwa pada putusan

No.648/PID.B/2018/PN.PBR benar Handphone merek Samsung Galaxy J7 warna

Pink yang di ambil terdakwa tanpa seizin pemiliknya. Dan pada putusan No.

1219/Pid.B/2019/Pn.Pbr barang berupa gelang emas yang di ambil terdakwa


40

tersebut diambil tanpa seizin pemiliknya dan telah terbukti secara nyata bermaksud

untuk dimilikinya dan dari perbuatan terdakwa tersebut adalah perbuatan melawan

hukum dan atau telah bertentangan dengan hak dari orang lain. Dengan demikian

unsur ini telah terpenuhi dan terbukti secara sah menurut hukum.

Unsur “didahului, disertai, atau diikuti, dengan kekerasan, atau ancaman

kekerasan, terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan

pencurian itu, atau jika tertangkap tangan, supaya ada kesempatan bagi dirinya

sendiri atau bagi kawannya yang turut melakukan kejahatan itu akan melarikan diri

atau supaya barang yang dicurinya itu tetap, ada ditangannya” dari kedua putusan

tersebut telah diikuti oleh Tindakan kekrasan, dimana utuk dapat mempertahanka

barang yang akan dimiliki dan dikuasai agar barang tersebut berpindah tangan dari

pemilik kepada penguasaan terdakwa. Dengan demikian unsur ini telah terpenuhi

dan terbukti secara sah menurut hukum.

Unsur “dilakukan oleh dua orang atau lebih” pada putusan

No.648/PID.B/2018/PN.PBR terdakwa Bersama dengan rekannya bernama

Handika Dwi Saputra Als Dika dengan berkas terpisah telah terbukti secara sah

melakukan tindak pidana pencurian dengan pemberatan secara Bersama-sama.

Bahwa pada putusan No.1219/Pid.B/2019/Pn.Pbr terdakwa Bersama dengan

rekanya bernama Arif (DPO) telah terbukti secara sah telah melakukan Tindak

pidana pencuria pemberata secara Bersama-sama. Dengan demikina unsur ini telah

terpenuhi dan terbukti secara sah menurut hukum.

Mengenai penjatuhan pidana penjara kepada terdakwa majelis hakim

memperhatikan tuntutan jaksa penuntut umum yang dibuat berdasarkan fakta-fakta


41

yang terungkap dalam persidangan berupa alat bukti serta tidak adanya alasan

pembenaran dan alasan pemaaf sehingga terdakwa dapat mempertanggung

jawabkan perbuatanya dan melanggar ketentuan pidana sesuai dakwaan.

Setelah penulis membaca dan meneliti Putusan Nomor

648/Pid.B/2018/Pn.Pbr dan 1219/Pid.B/2019/Pn.Pbr diatas, maka penulis

berpendapat jika salah satu dari 4 unsur terpenuhi maka terdakwa telah melanggar

Pasal 365 ayat (2) KUHP yang merupakan pasal pemberatan yang dengan ancaman

pidana penjara dari 9 tahun menjadi 12 tahun.

Adapun pertimbangan majelis hakim yang dapat disimpulkan oleh penulis

yaitu pada korban dalam putusan nomor 1219/Pid.B/2019/Pn.Pbr yang mengalami

cidera dan telah melakukan visum kemudian ditemukan luka terbuka akibat

kekerasan tumpul. Dengan demikian terdapat perbedaan dengan putusan nomor

648/Pid.B/2018/Pn.Pbr yang mana korban tidak mengalami cidera.

B. Tinjauan Yuridis pemidanaan tindak pidana pasal 365 ayat 2KUHP dalam

putusan No.648/PID.B/2018/PN.PBR dan 1219/PID.B/2019/PN.PBR ?

1. Pemidanaan

Pada putusan nomor 648/PID.B/2018/PN.PBR terdakwa dituntut oleh jaksa

penuntut umum dengan tuntutan 1 (satu) tahun 7 (tujuh) bulan, kemudian majelis

hakim menjatuhkan pidana penjara 1 (satu) tahun.

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan pemidanaan adalah sebagai efek jera

untuk mencegah dilakukannya tindak pidana baik oleh pelaku tindak pidana

maupun oleh anggota masyarakat lainnya sebagai upaya (preventif) maka pelaku

haruslah dipidana sebagai konsekwensi dari ketidaktaatannya atas tertib sosial yang
42

telah dirumuskan dan disepakati bersama sebagai tujuan sosial (kesejahteraan

sosial, ketertiban sosial) sehingga dengan pemidanaan tersebut diharapkan selain

pencelaan dan memberikan efek jera terhadap pelaku juga memberikan pendidikan

bagi masyarakat lainnya sehingga tidak akan mencontoh perbuatan pelaku

kejahatan tersebut, oleh karena itu sudah patut dan adil menurut Majelis Hakim,

pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa dalam amar putusan ini;

Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajukan kepersidangan

berupa sepasang sepatu merek adidas warna hitam biru, maka haruslah

dikembalikan kepada pemiliknya yang berhak berdasarkan bukti kepemilikan yang

syah.

Pada Putusan nomor 1219/PID.B/2019/PN.PBR terdakwa di tuntut oleh jaksa

penuntut umum dengan tuntutan 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan, kemudian majelis

hakim menjatuhkan pidana penjara 3 (tiga) tahun 3 (tiga) bulan.

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa telah dinyatakan bersalah,

melakukan tindak pidana dakwaan kesatu dan kedua, sedangkan pada diri terdakwa

tidak terdapat hal hal penghapus pertanggungjawaban pidana, maka terdakwa harus

dihukum sesuai dengan perbuatannya;

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari 365 ayat (2) Ke2

KUHPidana telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti

secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan

dalam dakwaan primer.


43

2. Tindak Pidana

Dalam putusan nomor 648/Pid.B/2018/Pn.Pbr tindak pidana yang dilakukan

oleh terdakwa Rizki Wahyudi als Eki Bin Dinar telah memenuhi unsur pencurian

pemberatan sebagaimana diatur dalam pasal 365 ayat (2) KUHP dengan ketentuan

unsur yang terpenuhi sebagai berikut:

a. berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan berupa

keterangan para saksi maupun keterangan Terdakwa dapat diperoleh fakta

hukum bahwa Terdakwa bersama Dika telah merencanakan pencurian

tersebut, dimana dengan menggunakan sepeda motor Beat Merah dengan

nomor Polisi BM 6767 JS milik Dika, saat itu Dika yang mengendarai sepeda

motor sedangkan Terdakwa dibonceng. Terdakwa dan Dika berangkat

menuju ke arah Gobah, sesampai di jembatan Sail Jl Harapan raya, terdakwa

melihat seorang perempuan sedang menggunakan handphone. Kemudian

Terdakwa dan Dika berbalik arah dan mengikuti dari belakang sambil

menunggu waktu yang tepat untuk merampas handphone milik korban. Setiba

di simpang Arkom dan keadaan lagi sepi kemudian Dika memepet dari

sebelah kiri Korban lalu Terdakwa mengambil Handphone tersebut dengan

menggunakan tangan kanan Terdakwa yang mana Handphone tersebut masih

digunakan oleh korban;

Berdasarkan fakta tersebut maka unsur yang dilakukan dua orang atau lebih

dengan bersekutu telah terpenuhi menurut hukum.

b. Terdakwa melakukan penjambretan bersama Handika Dwi Saputra Als Dika

(berkas terpisah), pada hari Senin tanggal 19 Februari 2018 sekira pukul
44

17.30 Wib bertempat di simpang ARKOM Jalan Sepakat Kec.Tanayan Raya

Kota Pekanbaru,

Berdasatkan fakta tersebut maka unsur yang terpenuhi adalah dilakukan di

jalan umum.

c. Bahwa setiba di simpang Arkom dan keadaan lagi sepi kemudian Dika

memepet dari sebelah kiri Korban lalu Terdakwa mengambil Handphone

tersebut dengan menggunakan tangan kanan Terdakwa yang mana

Handphone tersebut masih digunakan oleh korban.

Berdasarkan fakta tersebut, maka unsur “mengambil sesuatu barang, yang

seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki

secara melawan hukum yang didahului, disertai, diikuti dengan kekearasan atau

ancaman kekerasan, terhadap orang denganmaksud untuk mempersiapkan atau

mempermudah pencurian atau dalam hal tertangkap tangan untuk memungkinkan

melarikan diri sendiri atau peserta lainnya atau untuk tetap menguasai barang yang

dicuri” telah terpenuhi.

Adapun amar putusan hakim dalam mengadili perkara ini adalah :


1. Menyaatakan terdakwa rizki wahyudi telah secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana pencurian dengan pemberatan;

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 1

(satu) tahun;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah di jalani di

kurangkan seluruhnya dari pidana yang di jatuhkan;

4. Menetapkan terdakwa tetap ditahan;


45

5. Menetapkan barang bukti berupa ;

-sepasang sepatu merek adidas warna hitam biru, dikembalikan kepada

saksi yulismawati;

6. Membebankan terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,-(dua

ribu rupiah).

Dalam putusan nomor 1219/PID.B/2019/PN.PBR tindak pidana yang di

lakukan oleh terdakwa Okky Jaya Saputra als Oki Bin asmiral telah memenuhi

unsur pencurian pemberatan sebagaimana diatur dalam pasal 365 ayat (2) KUHP

dengan ketentuan unsur yang terpenuhi sebagai berikut:

a. Bahwa pada hari Jumat tanggal 21 September 2019 terdakwa OKKY JAYA

SAPUTRA ALS OKI BIN ASMIRAL bersama ARIF (DPO) sekira jam

17.00 wib dengan menggunakan sepeda motor merk Beat warna hitam milik

ARIF (DPO) dengan posisi terdakwa dibonceng, sementara ARIF (DPO)

yang mengendarai sepeda motor di depan SMP N 9 Pekanbaru terdakwa dan

ARIF (DPO) melihat saksi ERIYANTI bersama Saksi YUMIS Als IMIS

Binti SAHA berselisih jalan dengan terdakwa dan ARIF (DPO).

Berdasarkan fakta tersebut maka unsur yang dilakukan dua orang atau lebih

dengan bersekutu telah terpenuhi menurut hukum.

b. terdakwa OKKY JAYA SAPUTRA Als OKI Bin ASMIRAL bersama-sama

dengan ARIF (DPO) pada hari Jumat tanggal 20 September 2019 sekira pukul

17.00 Wib atau setidak-tidaknya masih pada bulan September tahun 2019

bertempat di Jalan Harapan Raya / Imam Munandar depan gg Gunung Raya

Kel. Tangkerang Timur Kec. Tenayan Raya Kota Pekanbaru.


46

Berdasatkan fakta tersebut maka unsur yang terpenuhi adalah dilakukan di

jalan umum.

c. bahwa kemudian ARIF (DPO) memutar balik sepeda motornya, ketika di

persimpangan Gg Gunung raya Jalan Harapan Raya ARIF (DPO)

memepetkan sepeda motor ke sepeda motor yang dikendarai saksi

ERIYANTI dari sebelah kiri dan kemudian Terdakwa langsung mengambil

gelang di tangan sebelah kiri saksi ERIYANTI tersebut dengan 2 (dua) jari

sebelah tangan kanan terdakwa lalu saksi ERIYANTI beserta saksi Yumis

tersebut terjatuh sambil teriak.

Bahwa yang dimaksud dengan mengambil adalah perbuatan memindahkan

dari satu tempat ke tempat lain, sedangkan yang dimaksud dengan barang adalah

segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud.

d. Dari hasil Visum Et Repertum Nomor : VER / 71 / IX / 2018 / SPKT - III

Tanggal 20 September 2018 telah di terbitkan hasil pemeriksaan korban

dalam bentuk Visum Et Repertum dengan nomor surat No.01 / RSAB / VER

/ KH / IX /2019 tanggal 15 Oktober 2019 dengan Kesimpulan : Pada

pemeriksaan korban perempuan yang menurut Surat permintaanVisum

berusia 55 tahun ini, ditemukan lecet dan luka terbuka akibat kekerasan

tumpul. Cedera tersebut telah menyebabkan penyakit, halangan dalam

menjalankan pekerjaan jabatan untuk sementara waktu.

Berdasarkan fakta tersebut maka unsur yang terpenuhi adalah jika perbuatan

mengakibatkan luka-luka berat.

Adapun amar putusan hakim dalam mengadili perkara ini adalah :


47

1. Menyatakan terdakwa Okky Jaya Saputra als Oki Bin Asmiral terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Pencurian dengan

kekerasan;

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara

selama : 3 (tiga) tahun dan 3 (tiga) bulan;

3. Menyatakan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan;

5. Memerintahkan agar barang bukti berupa: 1 (satu) Lembar surat emas

dari Toko MAS ASIA tertanggal 25 Juli 2019. Dikembalikan Kepada

Saksi Eriyanti Als Yanti Binti Anwar Sultan Salim (Alm);

6. Membebankan Terdakwa membayar biaya perkara Rp 3.000,- (tiga ribu

rupiah).

3. Analisa Penulis

Berdasarkan Analisa penulis Terhadap putusan nomor

648/PID.B/2018/PN.PBR majelis hakim telah menjatuhkan pidana penjara 1 tahun

dengan tuntutan jaksa penuntut umum 1 tahun 7 bulan.

Penulis berpendapat bahwa hukuman yang di berikan telah sepadan dengan

apa yang terdakwa lakukan, dimana terdakwa tidak sampai melukai korbannya dan

majelis hakim menjatuhi pidana dengan keyakinan dan hati Nurani majelis hakim.

Terhadap putusan nomor 1219/PID.B/2019/PN.PBR penulis berpendapat

bahwa majelis hakim melihat adanya tindakan kekerasan untuk melancarkan aksi
48

terdakwa, yang mana korban mengalami cidera luka terbuka akibat hantaman

tumpul dan di buktikan dengan adanya surat keterangan visum.

Menurut penulis, majelis hakim telah menjatuhkan hukuman yang adil dan

sesuai dengan perbuatanya.


49

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pertimbangan majelis hakim terhadap tindak pidana pencurian pemberatan

dalam perkara putusan Nomor 648/PID.B/2018/PN.PBR dan

1219/PID.B/2019/PN.PBR adalah karna adanya korban yang mengalami

cidera dan melakukan visum. Itu adalah sebagai salah satu pertimbangan

majelis hakim, dan fakta-fakta persidangan, keterangan saksi-saksi, alat bukti

yang ada, keyakinan hakim.

2. Tinjauan yuridis terhadap pemidanaan menurut pasal 365 ayat (2) pada

putusan no 648/PID.B/2018/PN.PBR dan 1219/PID.B/2019/PN.PBR telah

sesuai, dimana hakim menggunakan pasal yang tepat terhadap pelaku tindak

pidana tersebut.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, direkomendasikan beberapa saran,

yaitu sebagai berikut:

1. Selain pemberian sanksi yang tegas terhadap pelaku kejahatan khususnya

pencurian pemberatan maka diharapkan majelis hakim dalam menjatuhkan

putusan yang adil berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sungguh-sungguh

memberikan pertimbangan hukum yang memadai mengenai hal-hal yang

memberatkan dan meringankan pidana.


50

2. Selain penggunaan pasal yang tepat pada tuntutan ini, diharapkan dalam

kebebasan hakim menjatuhkan hukuman harus ada batasan yang dibuat

sejauh mana hakim dapat menggunakan kebebasan dan hati nuraninya dalam

menjatuhkan hukuman. Pertimbangan hakim yang seperti apa yang menjadi

dasar hakim dalam menurunkan sanksi pidana tersebut.


51

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Ali, Achmad. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan
(Judicialprudence): Termasuk Interpretasi Undang-undang
(Legisprudence) Volume I Pemahaman Awal, Prenada Media Group,
Jakarta.

Arief Barda Nawawi dan Muladi, 2005. Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Alumni.

Bandung.1988.

Chazawi, Adami. 2003. Kejahatan Terhadap Harta Benda. Bayu Media.Malang.

Djamali, R, Abdoel. 2007. Pengantar Hukum Indonesia. PT.Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Failin. 2017. Sistem Pidana dan Pemidanaan Di Dalam Pembaharuan Hukum


Pidana Indonesia. Jurnal Cendekia Hukum. Sumatera Barat.

Hadiati Hermin. 1984. Delik Harta Kekayaan, Asas-asas, Kasus dan


Permasalahan. Surabaya:' Sinar Wijaya.

Handoko, Duwi. 2016. Nutrisi Awal Pencari Ilmu Hukum di Indonesia. Sekolah
Tinggi Ilmu Hukum Persada Bunda. Pekanbaru.

Lamintang, P.A.F. 1989. Delik-delik Khusus, Kejahatan-kejahatan terhadap Harta


Kekayaan, Sinar Baru Cet. I, Bandung.

Lamintang P.A.F dan Samosir Djisman. 1990, Delik-delik Khusus Kejahatan yang
Ditujukan Terhadap Hak Milik dan lain-lain Hak yang Timbul dari Hak
Milik. Tarsito, Bandung.

Marpaung, Leden. 2005. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar


Grafika.

Marzuki, Peter Mahmud. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.

Moeljatno. 2000. Asas Asas Hukum Pidana. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Muhammad, Abdulkadir 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya

Bakti.Cet. 1. Bandung.

Roeslan, Saleh. 2003. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Aksara


Baru. Jakarta.
52

Sjahdeini, Sutan Remy, 2007, Pertanggungjawan Pidana Korporasi, Grafiti Pers.

Soekamto, Soerjono dan Purbacaraka, Purnadi. 2000. Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan
Tata Hukum. PT.Citra Aditya Bakti. Bandung.

Soekanto, Soerjono. 2008. Pengantar Penelitian Hukum. UI-Press. Jakarta.

Sugandhi, R. 1980. KUHP dengan penjelasanya. Usaha Nasional. Surabaya.

Suharto, R.M. 2002, Hukum Pidana Materiil, Cet. II. Sinar Grafika, Jakarta.

Tongat, 2006, Hukum Pidana Materiil,Cet.III,universitasMuhammadiyah.Malang.

Zainal, Haznil. Dkk. 2015. Panduan Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir, Persada

Bunda, Pekanbaru

B. Peraturan perundang-undangan
Kitab Undang-Undang hukum Pidana

C. Internet
https://id.wikipedia.org/wiki/Pencurian di akses pada tanggal 30 april 2020.
https://id.wikipedia.org/wiki/ Mahkamah_Agung_Republik_Indonesia, di
akses pada 13 mei 2020.

https://www.mahkamahagung.go.id/id/tugas-pokok-dan-fungsi, di akses 13
mei 2020.

https://www.mahkamahagung.go.id/media/202 di akses 13 mei 2020

http://www.legalitas.org/database/artikel/lain/pokokpokok%20pikiran%20p
enyusunan%20kuhp.pdf,pokok-pokok pikiran penyusunan rancangan
undang-undang tentang kitab undang-undang hukum pidana, dakses pada
13 mei 2020).

https://h7rluckylaki45wad.wordpress.com/2011/10/13/ pemidanaan-dan-
jenis-jenis-pemidanaan-di-indonesia/ di akses 13 mei 2020

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl194/arti-pidana-pokok-
dan-pidana-tambahan/ di akses 19 juli 2020

https://pekanbaru.tribunnews.com/2018/12/31/ini-3-kejahatan-tertinggi-di-
pekanbaru-selama-tahun-2018-ada-curanmor-dan-narkoba?page=2 di akses
11 agustus 2020
53

https://www.pn-pekanbaru.go.id/ di akses 11 agustus 2020


54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84

BIOGRAFI PENULIS

Yandika Galant Ramadhan adalah penulis skripsi ini.

Lahir dari orang tua Endy Mukmin dan May Fariani

Nasution. Penulis adalah anak pertama dari 2 ( dua )

bersaudara, dilahirkan di kijang yang berada di

provinsi kepualauan riau pada tanggal 11 maret 1993.

Penulis menyelsaikan Pendidikan Sekolah Dasar (SD)

pada tahun 2005, kemudian dilanjutkan dengan

Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) dan selesai pada tahun 2008,

Pendidikan Sekolah Menengah Atas ( SMA ) pada tahun 2011. Dengan ketekunan

dan motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis telah berhasil

menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan penulisan tugas

akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia Pendidikan.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas


terselsaikannya skripsi yang berjudul ”TINJAUAN YURIDIS PEMIDANAAN
PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN DITINJAU DARI PUTUSAN
NOMOR 648/PID.B/2018/PN.PBR DAN 1219/PID.B/2019/PN.PBR”

Anda mungkin juga menyukai