Anda di halaman 1dari 5

Batas kemampuan hukum :

Schur, melontarkan pertanyaan yaitu, “ seberapa jauh hukum menggerakkan


perubahan dalam masyarakat, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Ada bidang-bidang kehidupan sosial yang mudah menerima pengaruh
perubahan yang dikehendaki;
2. Ada bidang-bidang kehidupan sosial yang sulit menerima pengaruh;
3. Ada bidang-bidang kehidupan sosial yang tidak dapat dipengaruhi.

Yehezkel Dror mengatakan :


1. Dalam masyarakat yang mempunyai kegiatan komersil dapat menerima
pengaruh dari peraturan-peraturan yang baru;
2. Bidang-bidang kehidupan sosial yang erat hubungannya dengan
kepercayaan, lembaga dasar, tindakan berdasarkan keyakinan
mengalami perubahan yang kecil;
3. Bidang- bidang sosial yang netral hukum tidak dapat sepenuhnya
menguasaai keadaan sesuai dengan keadaan yang dikehendaki.

Stewart Macaulay mengungkapkan batas-batas penggunaan hukum dibidang


perdata, yaitu kemanpuan kompuan kontrak mengatur tingkah laku dalam
dunia perdagangan dengan bertumpu pada dua kategori pemikiran :
1. Formal yaitu kontrak adalah perumusan terperinci hak-hak dan
kewajiban-kewajiban;
2. Praktek yaitu praktek mencerminkan adanya “Inner order” dalam dunia
perdagangan.
Kontrak tertulis adalah untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang
akan timbul. Namun mungkin tidak mengadakan penuntutan uang menunjuk
ketentuan kontrak tertulis. Sebaliknya mungkin ada tuntutan walaupun tidak
ada kpntrak tertulis. Ada diskrepansi antara formal dan praktek.
Dalam studinya Macaulay menemukan bahwa sengketa yang terjadi
diselesaikan tidak secara kontraktual.
Selanjutnya dikatakan, “ Mengapa praktek non kontraktual menjadi
kebiasaan adalah karena :
1. Usaha untuk mengetahui kewajiban;
2. Kemampuan dalam menangani masalah;
3. Memudahkan penyelesaian masalah;
4. Efektifitas sanksi non hukum;
5. Ikatan harus dihormati;
6. Dorongan untuk menghasilkan produksi yang baik dan ikatan-ikatan dari
unit-unit;
7. Mempertahankan hubungan bisnis;
8. Penyelesaian secara kontraktual menimbulkan akibat yang tidak diingini ;
9. Kontrak yang terperinci menghambat hubungan baik;
10. Mengandalkan kepada kata-kata kontrak seolah-olah tidak ada
kepercayaan.

Sebaliknya cara-cara kontraktual dipakai bila :


1. Sanksi menguntungkan;
2. Sarana yang lain tidak bekerja mengatasi ongkos-ongkos yang
dikeluarkan;
3. Pertimbangan irasional karena menjadi cemoohan.

Studi Karl F. Schnearler mengatakan, “ Pidana mati adalah cara paling


efektif betolak dari orang takut mati. Studinya tidak mendukung pendapat,
pengaruh menakuti dan pidana mati dengan pelaksanaan yang konsisten,
karena tingkat pembunuhan tidak berhubungan secara sistematis dengan
penerapan pidana mati. Dengan melakukan studi di 41 negara bagian AS,
karena :
1. Calon pembuat pidana berkemungkinan tidak memikirkan akibatnya;
2. Pidana mati adalah konsekwensi yang harus diterima oleh calon pembuat
pidana;
3. Lingkungan yang menghilangkan efek menakuti;
4. Adanya emosional sehingga mengurangi pertimbangan konsekwensi.

Chambliss mengatakan, “ Untuk melihat efektifitas pengaruh pidana untuk


menakuti kurang dapat dipertanggungjawabkan, karena pembunuhan
dilandasi emosional maka perlu studi lainnya.

Meningkatkan ancaman pelanggaran untuk menakuti hanya kesan tidak


merupakan analisa empiris Jawabannya tidak dapat diberikan secara umum,
karena ada kelompok lain yang tidak mampu pidana menahan pelanggaran.
Keadaan tertentu yang dapat ditahan oleh pidana dan keadaan yang tidak
dapat ditahan kejahatannya. Pidana tidak punya kaitan dengan tindakan yang
khas serta makna pidana bagi pembuat.

Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat taat pada hukum adalah


perasaan keadilan dan kebenaran dalam hukum dan kekuasaan imperative.

Roscoe Pound mengatakan, “ Apabila hukum dipakai alat pengubahn


masyarakat batas kemampuan hukum adalah :
1. Hukum mengatur tingkah laku masyarakat bersifat lahiriah;
2. Sanksi hukum ada untuk efektifitas;
3. Untuk pelaksanaan hukum diperlukan lembag-lembaga tertentu.

Rex menduduki tahta pemerintahan, ia pelopor pembaharuan. Pemerintah


sebelumnya mengalami kegagalan karena hukum tidak mengalami perubahan,
ruwetnya system peradilan, peradilan biaya tinggi, dan korupsi. Ia
mengadakan pembaharuan bidang hukum dengan :
1. Menghapus hukum yang ada;
2. Mengadkan kodifikasi, karena tidak punya pendidikan hukum sulit
menemukan prinsip-prinsip dan garis hukum umum. Kodifikasi
ditangguhkan.
3. Rex menjadi Hakim untuk mendapatkan prinsip-prinsip dari garis-garis
hukum umum untuk kodifikasi, tetapi gagal karena pendidikan Rex yang
bukan hukum. Bahkan membuat putusan-putusan yang bertentangan
dengan putusan-putusan terdahulu;
4. Rex setelah belajar hukum menyusun kodifikasi namun tidak yakin
mengatasi masalah lampau sehingga tidak mengumumkannya. Rex dikritik
karena tidak baik hukum yang mengikat masyarakat tidak diketahui
masyarakat.
5. Intropesi diri bahwa lebih mudah mengambil keputusan berdasarkan
pengalaman masa lampau, mudah menemukan dasar putusan dan Rex
menyusun data masalah dan putusannya;
6. Dikritik perlu mengetahui peraturan lebih dahulu bukan setelah terjadinya
peristiwa;
7. Rex membentuk kodifikasi yang tertunda dan mengumumkan segera;
8. Tetapi kodifikasi ruwet sehingga sulit dipahami;
9. Rex meminta para ahli untuk menjelaskannya;
10. Kodofikasi tertinggal oleh keadaan zamannya perlu diubah;
11. Rex merubah kodifikasi tidak melibatkan ahli;
12. Keputusan tidak berdasarkan peraturan yang dibuatnya;
13. Rex dituntut mundur;
14. Anak Rex naik tahta dan menyingkirkan ahli hukum dari pemerintahan
dan menggantinya dengan psikhiater dan ahli hubungan masyarakat;
15. Masyarakat bahagia karena tidak ada aturan hukum.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan kondisi bahwa hukum sebagai sosial
eingenering, hukum aturan umum yang tetap, hukum harus jelas, hindari
penerapan secara restroaktif, tidak saling bertentangan, perhatikan tingkat
kemampuan warga, hindari perubahan yang banyak, korelasi dengan
pelaksanaannya.

Kesimpulan :
Perubahan sosial adalah dinamikan masyarakat, hukum fenomena sosial
sarana mempertahankan trantib, perubahan yang teratur berefek positif,
hukum menjamin keteraturan, pada negara perjuangan / revolusi hukum
dianggap mempertahankan status quo, hukum mempunyai batas kemampuan
yang dipengaruhi faktor-faktor tertentu, perlu diperhatikan anggapan
masyarakat pada hukum, karena hukum salah satu alat pengendali sosial
mana yang lebih ampuh, sampai sejauhmana hukum melembaga, perlu kerja
sama dengan ahli ilmu sosial lainnya.

SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai