Anda di halaman 1dari 11

ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI

“PROFESI JAKSA”

TUGAS PAPPER

DISUSUN OLEH:

1. SAEPUDIN (61117087)

2. KHOIRUL ANAM (61117013)

3. BOBY ROMI TUA (61117003)

PRODI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS SERANG RAYA

2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2

BAB I

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah4

1.3 Tujuan

BAB II

2.1 Profesi Jaksa5

2.2 Kode Etik Jaksa5

3.3 Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Jaksa..................................................... 9

BAB III

3.1 Kesimpulan11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam penjelasan umum Undang-Undang No 16 tahun 2004 tentang
Kejaksaan dinyatakan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah Negara
hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut maka salah satu prinsip penting Negara
hukum adalah adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang dihadapan hukum
(equality before the law). Oleh karena itu setiap orang berhak atas perlakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama
dihadapan hukum.
Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih
berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan hukum,
penegakan HAM, serta pemberantasan KKN. Dalam melaksanakan fungsi, tugas,
dan wewenangnya, Kejaksaan RI sebagai lembaga pemerintahan yang
melaksanakan kekuasaan Negara di bidang penuntutan harus mampu mewujudkan
kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan, dan kebenaran berdasarkan hukum
dan mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan, dan kesusilaan, serta
wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum, dan keadilan yang hidup dalam
masyarakat. 
Kejaksaan juga harus mampu terlibat sepenuhnya dalam proses
pembangunan antara lain: turut menciptakan kondisi yang mendukung dan
mengamankan pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila serta berkewajiban untuk turut menjaga dan
menegakkan kewibawaan pemerintah dan Negara serta melindungi kepentingan
masyarakat.
Kejaksaan dalam mengimplementasikan tugas dan wewenangnya secara
kelembagaan tersebut, diwakili oleh petugas atau pegawai kejaksaan yang disebut
“Jaksa”. Seorang jaksa sebelum memangku jabatannya tersebut harus
mengikrarkan dirinya bersumpah atau berjanji sebagai pertanggungjawaban

3
dirinya kepada Negara, bangsa, dan lembaganya. Kode Etik Jaksa adalah Tata
Krama Adhyaksa dimana dalam melaksanakan tugas Jaksa sebagai pengemban
tugas dan wewenang Kejaksaan adalah insani yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang berasaskan satu dan tidak terpisah-pisahkan,
bertindak berdasarkan hukum dan sumpah jabatan dengan mengidahkan norma
keagamaan, kesopanan, kesusilaan dan keadilan yang hidup dalam masyarakat
berpedoman kepada Doktrin Tata Krama Adhyaksa. Dengan adanya Kode Etik
maka akan memperkuat sistem pengawasan terhadap Jaksa, karena disamping ada
peraturan perundang-undangan yang dilanggar juga ada kode etik yang dilanggar.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah profesi jaksa itu?
2. Bagaimanakah kode etik bagi profesi jaksa?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Memberika pengertian tentang apa itu profesi jaksa.
2. Memberika pengertian tentang kode etik bagi profesi jaksa.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Profesi Jaksa
Profesi jaksa sudah dikenal sejak lama, bahkan jauh sebelum indonesia
merdeka. Pada jaman kerajaan majapahit, misalnya jaksa dikenal dengan
istilah dhyaksa, adhyaksa dan dharmadhyaksa. Shyaksa dikatakan sebagai
pejabat negara yang dibebani tugas untuk menangani masalah-masalah
peradilan di bawah pengawasan mahapatih gajah mada selaku pejabat
adhyaksa, sedangkan dharmadhyaksa berperan sebagai pengawas tertinggi
dari kekayaan suci dalam urusan kepercyaan dan menjabat sebagai ketua
pengadilan dan kemudian kata dhyaksa berubah menjadi jaksa.
Setelah era kemerdekaan, lembaga kejaksaan tetap dipertahankan yakni
dengan mengambil alih peraturan yang pernah berlaku pada jaman Jepang
(Osamu Serei No. 3 Tahun 1942, No 2 Tahun 1944, dan No. 49 Tahun 1944)
ketentuan ini lalu diperkuat dengan Peraturan Pemrintah No. 2 Tahun 1945,
Undang-Undang No 1 Tahun 1944, Undang-Undang No. 7 Tahun 1947,
Undang-Undang No. 19 Tahun 1984 dan Undang-Undang No 16 tahun 2004.
Dalam struktur pemerintahan RI pertama kali berdiri, kejaksaan menyatu
dalam wadah departemen kehakiman. Di sini terlihat betapa eratnya hubungan
antara jaksa serta hakim. Baru pada tanggal 22 Juli 1960, setelah hampir 15
tahun merdeka, dirasakan penggabungan anatara jaksa dan hakim dalam satu
jajaran departemen itu kurang menguntungkan bagi penegakan hukum.
Pemisahan kedua lembaga diatas cukup beralasan. Dalam menjalankan
tugas, pendangan jaksa memang tidak harus selalu sejalan dengan hakim.
Apabila keduanya dikoordinasi oleh satu instansi, dikhawatirkan indepedensi
masing-masing pihak tidak lagi dipercaya oleh pencari keadilan.

5
2. Kode Etik Jaksa
Kode etik jaksa serupa dengan kode etik profesi yang lain. Mengandung
nilai-nilai luhur dan ideal sebagai pedoman berperilaku dalam satu profesi.
Yang apabila nantinya dapat dijalankan sesuai dengan tujuan akan melahirkan
jaksa-jaksa yang memang mempunyai kualitas moral yang baik dalam
melaksanakan tugasnya. Sehingga kehidupan peradilan di Negara kita akan
mengarah pada keberhasilan.
Kejaksaan merupakan salah satu pilar birokrasi hukum tidak terlepas dari
tuntutan masyarakat yang berperkara agar lebih menjalankan tugasnya lebih
profesional dan memihak kepada kebenaran.
A. Kejaksaan di Indonesia terdapat norma kode etik profesi jaksa, yang
disebut Tata Krama Adhiyaksa, yaitu:
1. Jaksa adalah insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang tercermin dari kepribadian yang utuh dalam
pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila
2. Jaksa yang cinta tanah air dan bangsa senantiasa mengamalkan dan
melestarikan Pancasila serta secara aktif dan kreatif menjadi pelaku
pembangunan hukum dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur
yang berkeadilan
3. Jaksa mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara
daripada kepentingan pribadi atau golongan.
4. Jaksa mengakui adanya persamaan derajat, hak dan kewajiban antara
sesama pencari keadilan serta menjunjung tinggi asas praduda tak
bersalah, disamping asas-asas hukum yang berlaku.
5. Jaksa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban melindungi
kepentingan umum sesuai dengan praturan perUndang-
Undangan  dengan mengindahkan norma-norma keagamaan, ksopanan
dan kesusilaan serta menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan
keadilan yang hidup dalam masyarakat.
6. Jaksa senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pengabdiannya
dengan mengindahkan disiplin ilmu hukum, memantapkan pengetahuan

6
dan keahlian hukum serta memperluas wawasan dengan mengikuti
perkembangan dan kemajuan masyarakat.
7. Jaksa brlaku adil dalam memberikan pelayanan kepada pencari
keadilan.
8. Jaksa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban senantiasa memupuk
serta mngembangkan kemampuan profesional integritas pribadi dan
disiplin yang tinggi.
9. Jaksa menghormati adat kebiasaan setempat yang tercermin dari sikap
dan prilaku baik di dalam maupun diluar kedinasan.
10. Jaksa terbuka untuk mnerima kebenaran, bersikap mawas diri, berani
bertanggungjawab dan dapat menjadi teladan dilingkungannya.
11. Jaksa  berbudi luhur serta berwatak mulia, setia dan jujur, arif dan
bijaksana dalam tata fikir, tutur dan laku.
12. Jaksa wajib menghormati dan mematuhi kode etik jaksa serta
mengamalkan secara nyata dalam lingkungan kedinasan maupun dalam
pergaulan masyarakat.
B. Kewajiban Jaksa
- Kewajiban Jaksa kepada negara:
a. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Bertindak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan yang
hidup dalam masyarakat dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia; dan melaporkan dengan segera kepada pimpinannya
apabila mengetahui hal yang dapat membahayakan atau
merugikan negara.
- Kewajiban Jaksa kepada Institusi:
a. Menerapkan Doktrin Tri Krama Adhyaksa dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya;
b. Menjunjung tinggi sumpah dan/atau janji jabatan Jaksa;

7
c. Menjalankan tugas sesuai dengan visi dan misi Kejaksaan
Republik Indonesia;
d. Melaksanakan tugas sesuai peraturan kedinasan dan
jenjang kewenangan;
e. Menampilkan sikap kepemimpinan melalui ketauladanan,
keadilan, ketulusan dan kewibawaan; dan
f. Mengembangkan semangat kebersamaan dan soliditas serta saling
memotivasi untuk meningkatkan kinerja dengan menghormati
hak dan kewajibannya.
- Kewajiban Jaksa kepada Profesi Jaksa:

a. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat profesi dalam


melaksanakan tugas dan kewenangannya dengan integritas,
profesional, mandiri, jujur dan adil;

b. Mengundurkan diri dari penanganan perkara apabila mempunyai


kepentingan pribadi atau keluarga;

c. Mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan peraturan


kedinasan;

d. Meningkatkan ilmu pengetahuan, keahlian, dan teknologi serta


mengikuti perkembangan hukum yang relevan dalam lingkup
nasional dan internasional;

e. Menjaga ketidakberpihakan dan objektifitas saat memberikan


petunjuk kepada Penyidik;

f. Menyimpan dan memegang rahasia profesi terutama terhadap


tersangka/terdakwa yang masih anak-anak dan korban tindak
pidana kesusilaan kecuali penyampaian informasi kepada media,
tersangka/keluarga, korban/keluarga, dan penasihat hukum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

8
g. Memastikan terdakwa, saksi dan korban mendapatkan
informasi dan jaminan atas haknya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan hak asasi manusia; dan

h. Memberikan bantuan hukum, pertimbangan hukum, pelayanan


hukum, penegakan hukum atau tindakan hukum lain secara
profesional, adil, efektif, efisien, konsisten, transparan dan
menghindari terjadinya benturan kepentingan dengan tugas bidang
lain.

- Kewajiban Jaksa kepada masyarakat:

a. Memberikan pelayanan prima dengan menjunjung tinggi


supremasi hukum dan hak asasi manusia; dan

b. Menerapkan pola hidup sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku


dalam masyarakat

3. Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Jaksa


Kejaksaan Agung masih mendalami dugaan pelanggaran etik yang
dilakukan jaksanya, Farizal. Ia dijerat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
sebagai tersangka dugaan penerimaan suap untuk mengurus perkara Direktur
Utama CV Semesta Berjaya, Xaveriandy Sutanto yang diadili di Pengadilan
Negeri Padang. Jaksa Agung Muda bidang Pengawasan Kejaksaan Agung telah
memeriksa sejumlah pihak terkait dugaan pelanggaran etik ini. Mereka yang
diperiksa antara lain Asisten Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat, Asisten
Pidana Khusus, Asisten Pidana Umum di Kejati Sumbar, rekan sesama jaksa
dalam tim Farizal, dan juga Farizal sendiri. Dari pemeriksaan itu, ditemukan
sejumlah fakta yang mengindikasikan bahwa Farizal memang melanggar etik.
Berdasarkan keterangan yang diambil dari pejabat Kejati Sumbar dan pengakuan
Farizal, hasilnya menyerupai dengan apa yang dituduhkan KPK kepadanya.
Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Muhammad Rum
mengatakan, ada indikasi sejumlah penyimpangan perilaku Farizal. Pertama,
Farizal tidak pernah sekalipun mengikuti sidang perkara di mana Sutanto menjadi

9
terdakwa. Padahal, ia merupakan jaksa penuntut umum dalam kasus terkait
distribusi gula yang diimpor tanpa Standar Nasional Indonesia (SNI) itu.
"Memang Farizal ini salah satu penuntut umum yang menyidangkan kasus
XSS (Sutanto) di PN Padang. Dia juga sebagai ketua tim jaksa tapi tidak pernah
menghadiri sidang," ujar Rum di kompleks Kejaksaan Agung, Jakarta, Rabu
(21/9/2016). Farizal juga disebut tidak informatif kepada sesama anggota tim
jaksa penuntut umum dalam kasus itu, sehingga mereka berjalan tanpa koordinasi
dengan Farizal. Selain itu, Farizal juga membantu Sutanto dalam menyusun
eksepsi. Perbuatan tersebut dianggap melampaui kewenangannya sebagai jaksa
penuntut umum karena semestinya yang menyusun eksepsi adalah terdakwa
bersama penasihat hukum.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2 ayat
(1) ditegaskan bahwa “Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan
lain berdasarkan undang-undang”. Sudah jelas bahwajaksa mempunyai
wewenang untuk menyelesaikan suatu perkara baik pidana maupun perdata.
2. Profesi Jaksa sudah ada sejak sebelum Indonesia Merdeka. Asal mula kata
Jaksa berasal dari kata dyaksa. Pada masa kerajaan majapahit jaksa dikenal
dengan istilah dhyaksa, adhyaksa dan dharmadhyaksa. Peran Dhyaksa sebagai
pejabat Negara yang bertugas untuk menangani masalah-masalah peradilan di
bawah kekuasaan kerajaan majapahit.
3. Kode etik jaksa serupa dengan kode etik profesi yang lain. Mengandung nilai-
nilai luhur dan ideal sebagai pedoman berperilaku dalam satu profesi. Yang
apabila nantinya dapat dijalankan sesuai dengan tujuan akan melahirkan jaksa-
jaksa yang memang mempunyai kualitas moral yang baik dalam
melaksanakan tugasnya. Sehingga kehidupan peradilan di Negara kita akan
mengarah pada keberhasilan.

11

Anda mungkin juga menyukai