Anda di halaman 1dari 12

Asal mula nama BOYOLALI menurut cerita serat Babad Pengging Serat Mataram, nama

Boyolali tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan
Pengging, nama Boyolali belum dikenal. Menurut legenda nama BOYOLALI berhubungan
dengan ceritera Ki Ageng Pandan Arang (Bupati Semarang pada abad XVI. Alkisah, Ki Ageng
Pandan Arang yang lebih dikenal dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan
Kalijogo sebagai Wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng
Pandan Arang diutus untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk syiar
agama Islam. Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak
menemui rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh
meninggalkan anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara beliau dirampok oleh tiga
orang yang mengira beliau membawa harta benda ternyata dugaan itu keliru maka tempat inilah
sekarang dikenal dengan nama SALATIGA. Perjalanan diteruskan hingga sampailah disuatu
tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah sekarang dikenal
dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali. Dalam menempuh
perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan anak dan istri. Sambil
menunggu mereka, Ki Ageng Beristirahat di sebuah Batu Besar yang berada di tengah sungai.
Dalam istirahatnya Ki Ageng Berucap “ BAYAWIS LALI WONG IKI” yang dalam bahasa
indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”.Dari kata Baya Wis Lali/ maka jadilah nama
BOYOLALI. Batu besar yang berada di Kali Pepe yang membelah kota Boyolali mungkinkah ini
tempat beristirahat Ki Ageng Pandan Arang. Mungkin tak ada yang bisa menjawab dan sampai
sekarang pun belum pernah ada meneliti tentang keberadaan batu ini.Demikian juga sebuah batu
yang cukup besar yang berada di depan Pasar Sunggingan Boyolali, konon menurut masyarakat
setempat batu ini dulu adalahtempat untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam
istirahatnya Nyi Ageng mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi
berlekuk-lekuk mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu). Karena batu ini mirip
dakon, masyarakat disekitar Pasar Sunggingan menyebutnya mBah Dakon dan hingga sekarang
batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani mengusiknya.

=======

Penetapan Hari Jadi Kabupaten Boyolali tidaklah mudah. Untuk menetapkan hari jadi yang
selalu diperingati setiap tanggal 5 pada bulan Juni memakan waktu yang cukup lama dan perlu
penelusuran sejarah yang panjang. Penetapan Hari Jadi Kabupaten Boyolali sebelumnya telah
dilakukan penelitian oleh Lembaga Penelitian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini
didasarkan atas SuratPerjanjian Kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II
Boyolali dengan dengan Lembaga Penelitian UNS pada 11 September 1981. Setelah melakukan
penelusuran sejarah, selanjutnya pada 23 Pebruari 1982 di Gedung DPRD Kabupaten Boyolali
diselenggarakan seminar tentang SEJARAH HARI JADI KABUPATEN DAERAH TINGKAT
II BOYOLALI. Dalam seminar ini telah disimpulkan tanggal 5 Juni 1847 merupakan Hari Jadi
Kabupaten Boyolali. Selanjutnya melalui Rapat Paripurna DPRD pada tanggal 13 Maret1982
telah ditetapkan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Boyolali Nomor 3 Tahun 1982 tentang
Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Boyolali. Perda tersebut telah diundangkan melalui Lembaran
Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali pada tanggal 22 Maret 1982 Nomor 5 Tahun 1982
Seri D Nomor 3.
No Nama Jabatan Periode Ket
1 RT. Sutonegoro Bupati Pulisi 1847
2 RT. Prawirodirjo Bupati Pulisi -
3 RT. Dirjokusumo Bupati Pulisi 1894
4 RT. Prawironagoro Bupati Pulisi 1913
Kemudian diangkat menjadi Bupati
5 RT. Pusponagoro Bupati Pulisi 1917 Nayoko Bumi Gede dengan nama
KRT. Kartonagoro
Kemudian diangkat menjadi Bupati
6 RT. Martonagoro Bupati Pulisi 1921 Pulisi Klaten dengan nama RT.
Yudonagoro
Kemudian diangkat menjadi Bupati
7 KRT. Suronagoro Bupati Pulisi 21-10-1922
Penumping
Bupati Pangreh
8 KRT. Reksonagoro 11/09/40 -
Praja
Ketua Dewan
9 RM.Ng.Projosuwito 1946
Pem Daerah
Ketua Dewan
10 R. Hamong Wardoyo 1947
Pem Daerah
01-06-1948
Bupati Pamong
11 RT. Boedjonagoro s/d 29-12-
Praja
1951
Bupati 01-04-1951
12 M. Sastrohanjoyo KDH/Dewan s/d 28-01- Kemudian Residen Pekalongan
Pemda 1958
21-01-1960
13 Suali Dwijosukarto Bupati KDH s/d 28-01- diberhentikan
1965
28-01-1965
14 Letkol Saebani Bupati KDH s/d 25-05- Menjadi Bupati KDH Klaten
1972
14-11-1972
15 Letkol Soehardjo Bupati KDH s/d 09-06-
1979
09-06-1979
16 Letkol MC. Tohir Bupati KDH s/d 09-06-
1984
09-06-1984
17 Moh. Hasbi Bupati KDH s/d 09-06-
1994
9-06-1994 s/d
18 S. Makgalantung Bupati KDH
09-06-1999
No Nama Jabatan Periode Ket
19 Setiawan Sadono Pjs. Bupati 1999-2000
2000 s/d 15-
20 dr. H. Djaka Srijanta Bupati
03-2005
2000 s/d 15-
21 KH. Habib Masturi Wakil Bupati
03-2005
15-03-2005
22 Singgih Pambudi, SH Pjs. Bupati s/d 31-07-
2005
01-08-2005
23 Drs. Sri Moeljanto Bupati s/d 31-07-
2010
01-08-2005
24 Drs. Seno Samodro Wakil Bupati s/d 31-07-
2010
03-08-2010
25 Drs. Seno Samodro Bupati s/d 31-07-
2015
03-08-2010
Agus Purmanto, SH.
26 Wakil Bupati s/d 31-07-
M.Si
2015
VISI DAN MISI BUPATI DAN WAKIL BUPATI BOYOLALI

VISI

"Pro Investasi Mewujudkan Boyolali Yang Maju dan Lebih Sejahtera"

MISI

1. Boyolali, melanjutkan semangat Pro Investasi

2. Boyolali membangun untuk perubahan.

3. Boyolali, bersih, berintegritas, sejahtera.

4. Boyolali, Sehat, Produktif dan Berdaya Saing.

5. Boyolali, lumbung padi dan pangan nasional.

6. Boyolali kota susu, produsen daging dan hasil ternak/perikanan.

7. Boyolali, lebih maju dan berteknologi


Boyolali punya julukan, New Zealand Van Java atau Selandia Baru dari Jawa. Keduanya sama-
sama menjadi produsen susu. Jika New Zealand dikenal sebagai negara produsen susu dan
daging sapi, begitupula dengan Boyolali yang merupakan daerah produsen susu terbesar di Pulau
Jawa. Bukan hanya sebagai daerah produsen susu, Boyolali juga menjadi salah satu pemasok
daging sapi lokal di Jawa. Di Kecamatan Ampel banyak ditemui pemotongan hewan serta pusat
produsen berbagai macam abon sapi. Julukan New Zealand Van Java karena menjadi daerah
penghasil susu, menjadikan Boyolali juga disebut sebagai Kota Susu. Boyolali juga memiliki
identitas berupa fauna yaitu sapi lokal dan flora yang disebut Mawar Pager. Letak geografis
Kabupaten Bayolali sangat strategis. Terletak di 110o22’–110o50’ Bujur
Timur dan 7o36’–7o71’ Lintang Selatan. Secara administratif Boyolali berbatasan dengan;
sebelah utara: Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang. Sebelah timur Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Sukoharjo. Sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta serta sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang. Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah
101.510,20 Ha yang terdiri tanah sawah 22.830,83 Ha dan tanah kering 78.679,37 Ha. Secara
topograffi wilayah Kabupaten Boyolali merupakan wilayah dataran rendah dengan perbukitan
dan pegounungan, berada pada ketinggian rata-rata 700 meter di atas permukaan laut. Titik
tertinggi berada pada 1.500 meter yaitu di Kecamatan Selo dan terendah pada 75 meter di
Kecamatan Banyudono. (Sumber: Boyolali dalam angka).

Kabupaten Boyolali terdiri atas 19 kecamatan dan 267 desa/kelurahan merupakan salah satu
dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Kecamatan di Boyolali terdiri Kecamatan Ampel,
Andong, Banyudono, Boyolali, Cepogo, Juwangi, Karanggede, Kemusu, Klego, Mojosongo,
Musuk, Ngemplak, Nogosari, Sambi, Sawit, Selo, Simo, Teras dan Kecamatan Wonosegoro.
Gunung Merbabu dan Gunung Merapi menjadikan kondisi tanah di Boyolali sangat subur. Hal
ini menjadikan Boyolali menjadi salah satu lumbung pangan bagi Provinsi Jawa
Tengah. Selain potensi bidang pertanian dan peternakan, potensi yang dimiliki oleh Kabupaten
Boyolali adalah kawasan industri. Sebagai daerah yangmenjadi jalur transportasi nasional dan
regional yang menghubungkan Kota Surakarta – Semarang – dan Surakata ? Yogyakarta,
Kabupaten Boyolali menjadi daerah yang
sangat strategis dalam roda perekonomian di Jawa Tengah
Lambang Daerah Kabupaten Boyolali ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1968.
tanggal 17 Juni 1968.

PENJELASAN LAMBANG DAERAH


WARNA:

Lambang Daerah Kabupaten Boyolali memakai lima warna yakni: hijau, putih, kuning, hitam
dan merah. Paduan warna-warna itu berarti: Bahwa kemakmuran, keadilan, kewibawaan yang
diridloi Tuhan Yang Maha Esa adalah selalu diperjuangkan oleh rakyat Boyolali dengan penuh
keberanian, kesucian dan cinta kasih, menuju kebahagiaan yang abadi.

GAMBAR:

1. Perisai berbentuk bulat telur tegak dalam kebudayaan asli Indonesia melambangkan jiwa
kesatria atau pahlawan untuk mempertahankan diri dalam perjuangan dan memberi
perlindungan.
2. Mata rantai yang berkait-kaitan satu sama lain merupakan lingkaran yang tidak terputus,
melambangkan silsilah keturunan manusia yang turun-temurun. Sedang jumlah mata
rantai 45 melambangkan persatuan yang berlandaskan jiwa dan semangat UUD Tahun
1945.
3. Bintang bersudut lima berwarna kuning emas disebut Nur Illahi melambangkan
kepercayaan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
4. Pada bidang atas dilukiskan Maha Mer berujud gunung kembar Meru-Api (Merapi) dan
Meru-Babu (Merbabu) adalah menunjukkan letak geografis Daerah Kabupaten Boyolali
dan melambangkan keagungan serta kebesaran jiwa warga daerahnya.
5. Daun tembakau dari jenis yang terkenal, setongkol jagung dan kepala lembu perah,
merupakan hasil utama pertanian dan peternakan di daerah Kabupaten Boyolali, serta
mewujudkan surya sangkala terbentuknya Kabupaten Boyolali tahun 1847 yang berbunyi
“Kaswareng weh madya tunggal”.
6. Bambu runcing berdiri tegak dengan pangkasan ke depan dan beruas lima,
melambangkan senjata utama dan sifat keberanian rakyat dalam kebenaran dengan secara
terbuka serta tulus ikhlas berdasarkan Pancasila.
7. Pengapit perisai menggambarkan dua hajat hidup manusia yang disebut dalam himne
ialah sandang dan pangan yang dilukiskan dalam bentuk 17 buah kapas, 8 helai daun
kapas, 19 butir padi 4batang jerami dan 5 helai daun padi yang keseluruhannya
menyatakan hari kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Sasanti Kata ditulis dengan huruf latin berwarna merah diatas pita putih dalam bahasa
Jawa yang bernunyi “BOYA-LALI”. Boya berarti tidak, lali berarti lupa.
9. Sesanti kata Boyolali mengandung maksud bahwa para pelaku pemerintahan dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya selalu waspada, demikian juga rakyat selalu patuh,
taat dan penuh kewaspadaan dalam melaksanakan kewajibannya. Sedangkan Boyolali
adalah nama daerah kabupaten Boyolali.
10. Lambang dilukiskan di atas daun Lambang yang berbentuk perisai bersudut lima
berwarna coklat muda kekuning-kuningan berpelisir merah-putih dengan arti:
o Daun Lambang bersudut lima berbentuk paku adalah stylering dari lingga yang
melambangkan kekuasaan yang teguh dan kehidupan manusia.
o Warna coklat muda adalah warna batugilang (batu bercahaya), ialah batu tempat
duduk penguasa Negara pada waktu memberi keadilan dan mengatur
kemakmuran bagi rakyat.
o Pelisir merah dan putih melambangkan keberanian dan kesucian.
Boyolali punya potensi. Sebagai bupati Seno Samudro tidak ingin sekadar berjalan, ia ingin
berlari. Ia percaya daerah kecil di lereng Gunung Merapi ini bisa menjadi sebuah wilayah yang
maju, masyarakatnya sehat dan sejahtera. Visinya tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015 yaitu “Kabupaten
Boyolali yang Lebih Sejahtera, Berdaya Saing dan Pro Investasi”. Sebagai penjabaran tentang
visi, dibuatlah misi yang berisi; Meningkatkan perekonomian rakyat yang bertumpu pada sekor
unggulan daerah dan mempertahankan prestasi sebagai lumbung padi. Meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia dalam rangka mendukung peningkatan daya saing daerah. Menciptakan
iklim usaha dan iklim investasi yang kondusif, didukung dengan peningkatan infrastrukktur yang
memadai dan berkelanjutan. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui penguatan
sistem pemerintahan dan pemberantasan korupsi dalam rangka peningkatan pelayanan

masyarakat.

Gebrakan langsung ia canangkan. Programnya ‘Boyolali Pro Investasi’ menjadi salah satu
unggulannya. Program tersebut membuatnya bergerak cepat agar cita-citanya melihat Boyolali
maju. Ada 5 sektor potensi dan peluang investasi di Kabupaten Boyolali, terdiri
atas Kawasan Industri, Sektor Peternakan dan Perikanan, Sektor Pertanian dan Perkebunan,
Sektor Pariwisata dan Sektor Infrastruktur.
Kawasan Industri Kawasan Industri terbagi dalam tiga kawasan yaitu industri besar, industri
menengah dan industri kecil. Peruntukan industri besar berupa jenis industripermesinan, listrik,
tekstil, alat angkutan, makanan, galian bukan logam, industri kayu, dan industri sejenis lainnya
seluas kurang lebih 1.176 Ha. Luasan untuk industri besar terbagi untuk Kecamatan Ampel di
Desa Ngadirojo, Sampetan,
Candi, Selodoko, Sidomulyo dan Ngargosari. Di Kecamatan Cepogo, Desa Cabeankunthi,
Candigatak dan Gubug. Di Kecamatan Mojosongo ada di Desa Butuh. Kecamatan Teras terdiri
Desa Randusari, Sudimoro, Salakan dan Nepen. Kecamatan Sambi ada di Desa Trosobo dan
Nglembu. Kecamatan Ngemplak di Desa Kismoyoso, Giriroto dan Manggung. Desa Jeron di
Kecamatan Nogosari, serta Desa Karangkepoh, Sendang dan Sranten di Kecamatan Karanggede.
Di Kecamatan Klego berada di Desa Blumbangan dan Jaten. Sementara di Kecamatan Kemusu
ada di Desa Kendel, Kauman dan Lemahireng. Di Kecamatan Wonosegoro ada di Desa
Kalinanas,Gilirejo, Jatilawang, Gunungsari, Repaking dan Bengle sementara di Kecamatan
Juwangi ada di Desa Cerme dan Juwangi. Kawasan peruntukan Industri Menengah berupa
industri pertanian, kertas, industri kayu, penerbit, percetakan, pakaian jadi dan industri sejenis
seluas kurang lebih 444 Ha yang meliputi Kecamatan Ampel di Desa Kaligentong,
Gondangslamet dan Kembang. Di Kecamatan Cepogo hanya ada di Desa Jelok.

Kecamatan Musuk terdiri Desa Pusporenggo dan Sukorame. Di Kecamatan Boyolali hanya di
Desa Winong, Kecamatan Mojosongo di Kecamatan Kragilan, Kemiri dan Mojosongo.
Kecamatan Teras di Desa Mojolegi dan Kopen. Kecamatan Sawit di Desa Bendosari,
Karangduren, Jenengan dan Tlawong. Kecamatan Banyudono di Desa Dukuh, Banyudono, Batan
dan Ngaru-aru. Kecamatan Sambi di Desa
Demangn, Jagoan, Babadan, Senting Canden dan Sambi. Kecamatan Ngemplak di Desa
Pandeyan, Gagaksipat dan Sobokerto. Kecamatan Nogosari di Desa Potronayan, Tegalgiri,
Sembungan Keyongan dan Glonggong. Kecamatan Simo di Desa Kedunglengkong, Pelem, Simo
dan Temon. Kecamatan Karanggede, di Desa Karangkepoh, Sendang, Grogolan, Mojosari,
Tegalsari dan Bantengan. Di Kecamatan Klego di Desa Sendangrejo, Bade dan Kalangan.
Kecamatan Andong di Desa Kadipaten, Pelemrejo, Senggrong, Sempu, Mojo, Pranggong, Kunti
dan Beji. Kecamatan Kemusu, Desa Kendel, Kauman dan Lemahireng. Kecamatan Wonosegoro
Desa Karangjati, Desa Ngablak, Bandung dan Kedungpilang. Kecamatan Juwangi di Desa
Juwangi dan Cerme.

Sedang untuk kawasan Industri Kecil atau Mikro ada di semua kecamatan yang terdiri atas jenis
industri makanan, minuman dan kerajinan berada di seluruh kecamatan. Kabupaten Boyolali
memiliki kawasan yang sangat potensial untuk kawasan industri besar yang terletak di Desa
Kismoyoso, Desa Girikerto, Desa Manggung di Kecamatan Ngemplak dan Desa Jeron di
Kecamatan Nogosari. Kapasitas investasi di kawasan tersebut diperkirakan sebesar Rp
506.000.000.000,00.

Sektor Peternakan dan Perikanan Industri pengolahan susu sapi berada di Kecamatan Selo,
Cepogo, Ampel, Boyolali, Musuk dan
Mojosongo. Populasi sapi perah sebanyak 88.430 ekor dengan produksi susu 46.906.493 liter per
tahun, rata-rata per hari 130.296 liter. (Sumber: Disnakan Kabupaten Boyolali Tahun 2013).
Potensi dan Rencana Kapasitas Investasi untuk sektor peternakan sapi perah berada di Desa
Kembang Kecamatan Ampel dengan luas lahan 8 Ha yang merupakan tanah kas desa. Investasi
Penggemukan Sapi berada di Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel dan Desa Sempu di Kecamatan
Andong dengan luas lahan 10 Ha. Penggemukan sapi potong ini difasilitasi oleh
pemerintah daerah dengan pola kerjasama pengelolaannya. Pengolahan daging sapi berada di
Kecamatan Ampel berupa hasil olahan daging sapi menjadi abon, dendeng, rambak, bakso dan
sosis. Hasil olahan susu sapi menjadi susu segar, yogurt, keju, dodol susu, sabun susu dan lain-
lain. Jumlah produksi 10.237.400 kg per tahun dengan cakupan pemasaran hingga Jakarta dan
Surabaya.

Pengolahan Ikan Lele berada di Kecamatan Sawit dan Teras dengan produksi lele segar setiap

harinya 42 ton. Hasil ikan lele dibuat abon,


Boyolali punya potensi. Sebagai bupati Seno Samudro tidak ingin sekadar berjalan, ia ingin
berlari. Ia percaya daerah kecil di lereng Gunung Merapi ini bisa menjadi sebuah wilayah yang
maju, masyarakatnya sehat dan sejahtera. Visinya tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015 yaitu “Kabupaten
Boyolali yang Lebih Sejahtera, Berdaya Saing dan Pro Investasi”. Sebagai penjabaran tentang
visi, dibuatlah misi yang berisi; Meningkatkan perekonomian rakyat yang bertumpu pada sekor
unggulan daerah dan mempertahankan prestasi sebagai lumbung padi. Meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia dalam rangka mendukung peningkatan daya saing daerah. Menciptakan
iklim usaha dan iklim investasi yang kondusif, didukung dengan peningkatan infrastrukktur yang
memadai dan berkelanjutan. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui penguatan
sistem pemerintahan dan pemberantasan korupsi dalam rangka peningkatan pelayanan

masyarakat.

Gebrakan langsung ia canangkan. Programnya ‘Boyolali Pro Investasi’ menjadi salah satu
unggulannya. Program tersebut membuatnya bergerak cepat agar cita-citanya melihat Boyolali
maju. Ada 5 sektor potensi dan peluang investasi di Kabupaten Boyolali, terdiri
atas Kawasan Industri, Sektor Peternakan dan Perikanan, Sektor Pertanian dan Perkebunan,
Sektor Pariwisata dan Sektor Infrastruktur.
Kawasan Industri Kawasan Industri terbagi dalam tiga kawasan yaitu industri besar, industri
menengah dan industri kecil. Peruntukan industri besar berupa jenis industripermesinan, listrik,
tekstil, alat angkutan, makanan, galian bukan logam, industri kayu, dan industri sejenis lainnya
seluas kurang lebih 1.176 Ha. Luasan untuk industri besar terbagi untuk Kecamatan Ampel di
Desa Ngadirojo, Sampetan,
Candi, Selodoko, Sidomulyo dan Ngargosari. Di Kecamatan Cepogo, Desa Cabeankunthi,
Candigatak dan Gubug. Di Kecamatan Mojosongo ada di Desa Butuh. Kecamatan Teras terdiri
Desa Randusari, Sudimoro, Salakan dan Nepen. Kecamatan Sambi ada di Desa Trosobo dan
Nglembu. Kecamatan Ngemplak di Desa Kismoyoso, Giriroto dan Manggung. Desa Jeron di
Kecamatan Nogosari, serta Desa Karangkepoh, Sendang dan Sranten di Kecamatan Karanggede.
Di Kecamatan Klego berada di Desa Blumbangan dan Jaten. Sementara di Kecamatan Kemusu
ada di Desa Kendel, Kauman dan Lemahireng. Di Kecamatan Wonosegoro ada di Desa
Kalinanas,Gilirejo, Jatilawang, Gunungsari, Repaking dan Bengle sementara di Kecamatan
Juwangi ada di Desa Cerme dan Juwangi. Kawasan peruntukan Industri Menengah berupa
industri pertanian, kertas, industri kayu, penerbit, percetakan, pakaian jadi dan industri sejenis
seluas kurang lebih 444 Ha yang meliputi Kecamatan Ampel di Desa Kaligentong,
Gondangslamet dan Kembang. Di Kecamatan Cepogo hanya ada di Desa Jelok.

Kecamatan Musuk terdiri Desa Pusporenggo dan Sukorame. Di Kecamatan Boyolali hanya di
Desa Winong, Kecamatan Mojosongo di Kecamatan Kragilan, Kemiri dan Mojosongo.
Kecamatan Teras di Desa Mojolegi dan Kopen. Kecamatan Sawit di Desa Bendosari,
Karangduren, Jenengan dan Tlawong. Kecamatan Banyudono di Desa Dukuh, Banyudono, Batan
dan Ngaru-aru. Kecamatan Sambi di Desa
Demangn, Jagoan, Babadan, Senting Canden dan Sambi. Kecamatan Ngemplak di Desa
Pandeyan, Gagaksipat dan Sobokerto. Kecamatan Nogosari di Desa Potronayan, Tegalgiri,
Sembungan Keyongan dan Glonggong. Kecamatan Simo di Desa Kedunglengkong, Pelem, Simo
dan Temon. Kecamatan Karanggede, di Desa Karangkepoh, Sendang, Grogolan, Mojosari,
Tegalsari dan Bantengan. Di Kecamatan Klego di Desa Sendangrejo, Bade dan Kalangan.
Kecamatan Andong di Desa Kadipaten, Pelemrejo, Senggrong, Sempu, Mojo, Pranggong, Kunti
dan Beji. Kecamatan Kemusu, Desa Kendel, Kauman dan Lemahireng. Kecamatan Wonosegoro
Desa Karangjati, Desa Ngablak, Bandung dan Kedungpilang. Kecamatan Juwangi di Desa
Juwangi dan Cerme.

Sedang untuk kawasan Industri Kecil atau Mikro ada di semua kecamatan yang terdiri atas jenis
industri makanan, minuman dan kerajinan berada di seluruh kecamatan. Kabupaten Boyolali
memiliki kawasan yang sangat potensial untuk kawasan industri besar yang terletak di Desa
Kismoyoso, Desa Girikerto, Desa Manggung di Kecamatan Ngemplak dan Desa Jeron di
Kecamatan Nogosari. Kapasitas investasi di kawasan tersebut diperkirakan sebesar Rp
506.000.000.000,00.

Sektor Peternakan dan Perikanan Industri pengolahan susu sapi berada di Kecamatan Selo,
Cepogo, Ampel, Boyolali, Musuk dan
Mojosongo. Populasi sapi perah sebanyak 88.430 ekor dengan produksi susu 46.906.493 liter per
tahun, rata-rata per hari 130.296 liter. (Sumber: Disnakan Kabupaten Boyolali Tahun 2013).
Potensi dan Rencana Kapasitas Investasi untuk sektor peternakan sapi perah berada di Desa
Kembang Kecamatan Ampel dengan luas lahan 8 Ha yang merupakan tanah kas desa. Investasi
Penggemukan Sapi berada di Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel dan Desa Sempu di Kecamatan
Andong dengan luas lahan 10 Ha. Penggemukan sapi potong ini difasilitasi oleh
pemerintah daerah dengan pola kerjasama pengelolaannya. Pengolahan daging sapi berada di
Kecamatan Ampel berupa hasil olahan daging sapi menjadi abon, dendeng, rambak, bakso dan
sosis. Hasil olahan susu sapi menjadi susu segar, yogurt, keju, dodol susu, sabun susu dan lain-
lain. Jumlah produksi 10.237.400 kg per tahun dengan cakupan pemasaran hingga Jakarta dan
Surabaya.

Pengolahan Ikan Lele berada di Kecamatan Sawit dan Teras dengan produksi lele segar setiap

harinya 42 ton. Hasil ikan lele dibuat abon,

Anda mungkin juga menyukai