Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................

Daftar Isi.............................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................

A. Latar Belakang..............................................................

B. Rumusan Masalah........................................................

C. Maksud dan Tujuan..........................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................

A. Pengertian oligarki tradisional..............

B. Jenis-Jenis Negara Monarki......................

C. Penguasa Monarki di Indonesia........

D. Gelar Kepala Negara yang Masih Menganut Oligarki Tradisional………….

E. Contoh Negara yang masih menganut oligarki tradisional…..

BAB III PENUTUP....................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jenis pemerintahan adalah suatu jenis alat atau perangkat pemerintahan untuk mengendalikan
dan mengarahkan suatu negara, jenis pemerintahan mampunyai bermacam-macam alat atau
cara untuk mengatasi persoalan-persoalan kenegaraan atas nama rakyat berdasarkan sistem
yang berlaku. Seperti persoalan idiologi, persoalan politik, persoalan ekonomi, persoalan
budaya, persoalan pertahanan, persoalan keamanan, persoalan penegakan hukum, dan lain-
lain. Persoalan di atas tersebut tidak akan terselesaikan atau terpecahkan apabila jenis
pemerintahan itu sendiri kadang sering salah penerapan makna atau gunanya alat itu sendiri
artinya diselewengkan. Apabila rakyat ikut andil dalam menjalankan jenis pemerintahan
tersebut sesuai fungsinya.. Secara sempit, jenis pemerintahan adalah hanya sebagai alat untuk
menjalankan roda pemerintahan sehingga kestabilan terjaga dan permasalahan-permasalahan
pun dapat berkurang. Dan sebagai tameng (pelindung) dari adanya pelaku reaksioner maupun
radikal dari rakyatnya itu sendiri. Jenis pemerintahan adlah penentu atau alat sebagai tameng
atau pelindung supaya tidak mudah bokbrok sekiranya untuk jangka waktu yang lama.

B. Perumusan Masalah
1.Apa yang dimaksudoligarki tradisional?
2.Contoh – contoh negara yang masih menggunakan oligark tradisional

3. Maksud dan Tujuan


Sesuai dengan rumusan masalah di atas penulis memiliki maksud dan tujuan yang ingin
dicepat pada penulisan makalah ini adapun maksud dan tujuan yaitu :
1.Memahami maksud oligarki tradisional
2.Memahami bentuk pemerintahan monarki
3.Mengetahui contoh Negara yang masih menggunakan oligarki tradisional
BAB II

Pembahasan

1. Pengertian Oligarki Tradisional


Oligarki tradisional adalah warisan dari elit dinasti karena berhasil menghindarkan diri dari
penjajahan 9egislat, kekuasaan raja dan kelompok berkuasa di sekelilingnya karena tradisi,
aparat 9egisl terbatas tugasnya, desa tidak mendapat perhatian, pengangkatan jabatan pribadi
dengan pertimbangan pribadi, parlemen hanyalah hiasan karena lemah tergantung kemurahan
hati raja atau elit politik, elit sebagai pembuat undang-undang bukan parlemen, tidak ada
organisasi bebas tanpa 9egisla penguasa.

Di masa sekarang, oligarki tradisional lebih dikenal dengan system pemerintahan monarki yaitu
system pemerintahan masih dipimpin oleh raja dan keturunannya.

B. Jenis-Jenis Negara Monarki


1. Monarki Absolut
Bentuk pemerintahan monarki 9egislat dikepalai oleh seorang raja, ratu, syah, atau kaisar. Pada
9egisl monarki 9egislat ini terdapat kekuasaan eksekutif, 9egislative, dan yudikatif. Contoh : Prancis
dimana kekuasaan Louis XIV.

2. Monarki Konstitusional
Dalam pemerintahan konstitusional partisipasi rakyat dibatasi.

3. Monarki Parlementer
Dalam pemerintahan parlementer kekuasaan tertinggi ditangan perlemen. Jatuh tegaknya
pemerintah bergantung pad kepercayaan parlemen kepada para menteri. Raja tidak memegang
pemerintahan dengan nyata, tetapi par menteri yang bertanggung jawab atas nama dewan
maupun sendiri-sendiri, sesuai tugas masing-masing.
C. Penguasa Monarki di Indonesia
Jabatan penguasa monarki dijabat secara turun temurun. Cangkupan wilayah seorang
penguasa monarki dari wilayah yang kecil misalnya desa adat (negeri) di Maluku, sebuah
kecamatan atau distrik, sampai sebuah pulau besar atau benua (kekaisaran). Kepala
adat turun temurun pada desa adat di Maluku yang disebut negeri dipanggil dengan
sebutan raja. Raja yang menguasai sebuah distrik di Timor disebut liurai. Sebuah
kerajaan kecil (kerajaan distrik) tunduk kepada kerajaan yang lebih besar yang biasanya
sebuah Kesultanan. Kerajaan kecil sebagai cabang dari sebuah kerajaan besar tidak
berhak menyandang gelar Sultan (Yang Dipertuan Besar), tetapi hanya boleh
menyandang gelar Pangeran, Pangeran Muda, Pangeran Adipati, atau Yang Dipertuan
Muda walaupun dapat juga dipanggil dengan sebutan Raja. Sebagian wilayah kerajaan
kecil (distrik) di Kalimantan diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda kepada pihak-
pihak yang berjasa kepada kolonial Belanda. Tidak semua bekas kerajaan dapat
dipandang sebagai sebuah bekas negara (kerajaan). Kerajaan-kerajaan yang mempunyai
perjanjian dengan pihak kolonial Belanda merupakan negara yang berdaulat di
wilayahnya.

Contoh monarki di Indonesia:

Kasunanan Surakarta (Sunan Surakarta)


Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Sultan Yogyakarta)
Kesultanan Banjar (Sultan Banjar)
Kadipaten Mangkunegaran (Pangeran Adipati Mangkunegara)
Kadipaten Paku Alaman (Pangeran Adipati Paku Alam)
Kesultanan Cirebon (Sultan Cirebon)
Kerajaan Pagatan (Pangeran Muda)

D. Gelar Kepala Negara yang Masih Menganut Oligarki Tradisional

 Raja, Ratu (Arab Saudi, Swaziland, Thailand, Britania Raya, Maroko, Spanyol)


 Emir (Kuwait, Qatar)
 Kaisar (Jepang)
 Pangeran (Monako)
 Haryapatih (Luksemburg)
 Sultan (Brunei, Oman)
 Yang di Pertuan-agong (Malaysia)
 Paus (Vatikan)

E.Contoh Negara yang masih menganut oligarki tradisional

1.Arab Saudi

Sistem pemerintahan Arab Saudi disusun berdasarkan undang-undang


kenegaraan, nan termaktub dalam peraturan-peraturan kerajaan, nan berdasar
pada ajaran Islam dengan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam hukum Syariat
Islam. Bentuk negara ini sendiri ialah monarki mutlak dimana raja merupakan
kepala negara, kepala pemerintahan, dan panglima angkatan bersenjata Arab
Saudi.

Berdasarkan sistem pemerintahan nan ada, konstitusi nan berlaku di negara ini
merujuk pada kitab kudus Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Maka
dari itu, segala pelaksana hukum di wilayah ini dilaksanakan sepenuhnya
dengan mengikuti panduan hukum Islam (Syariah). Pengaturan sistem
pemerintahan, hak dan kewajiban pemerintah dan warga negara di tetapkan
melalui Basic Law of Goverment nan disahkan pada 1992.

Arab Saudi tak mengenal sistem kepartaian dalam pemerintahannya. Tidak ada
pemilihan umum. Kalaupun ada, hanya buat memilih setengah anggota dewan
kota praja (Municipality Council), sebab raja juga berhak sepenuhnya
menentukan pemimpin forum legislatif maupun forum yudikatif nan semuanya
bernaung di bawah perintah kerajaan.
2.Jepang

Jepang menganut sistem negara monarki konstitusional yang sangat membatasi kekuasaan
Kaisar Jepang. Sebagai kepala negara seremonial, kedudukan Kaisar Jepang diatur dalam
konstitusi sebagai "simbol negara dan pemersatu rakyat". Kekuasaan pemerintah berada di
tangan Perdana Menteri Jepang dan anggota terpilih Parlemen Jepang, sementara kedaulatan
sepenuhnya berada di tangan rakyat Jepang. Kaisar Jepang bertindak sebagai kepala negara
dalam urusan diplomatik.

Parlemen Jepang adalah parlemen dua kamar yang dibentuk mengikuti sistem Inggris. Parlemen
Jepang terdiri dari Majelis Rendah danMajelis Tinggi. Majelis Rendah Jepang terdiri dari 480
anggota dewan. Anggota majelis rendah dipilih secara langsung oleh rakyat setiap 4 tahun
sekali atau setelah majelis rendah dibubarkan. Majelis Tinggi Jepang terdiri dari 242 anggota
dewan yang memiliki masa jabatan 6 tahun, dan dipilih langsung oleh rakyat. Warganegara
Jepang berusia 20 tahun ke atas memiliki hak untuk memilih.

Perdana Menteri Jepang adalah kepala pemerintahan. Perdana Menteri diangkat melalui
pemilihan di antara anggota Parlemen. Bila Majelis Rendah dan Majelis Tinggi masing-masing
memiliki calon perdana menteri, maka calon dari Majelis Rendah yang diutamakan. Pada
praktiknya, perdana menteri berasal dari partai mayoritas di parlemen. Menteri-menteri
kabinet diangkat oleh Perdana Menteri. Kaisar Jepang mengangkat Perdana Menteri
berdasarkan keputusan Parlemen Jepang.

3.Monako

Monako adalah sebuah kepangeranan yang diatur dalam monarki konstitusional, dengan
Pangeran Albert II sebagai kepala negara. Meskipun Pangeran Albert II adalah raja
konstitutional, ia masih punya kekuatan politik yang sangat besar.Rumah Grimaldi telah
memerintah Monako, dengan interupsi singkat, sejak 1297.Bahasa resminya adalah Perancis,
tetapi Monégasque, Italia, dan Inggris banyak dituturkan dan dimengerti secara luas.Kedaulatan
negara secara resmi diakui dalam Perjanjian Franco-Monegasque (1861), dengan Monako
menjadi anggota voting penuh PBB pada tahun 1993, setelah banyak perdebatan politik.
Meskipun kemerdekaan Monaco dan kebijakan luar negeri yang terpisah, pertahanan adalah
tanggung jawab Perancis. Meskipun demikian, Monako tetap mempertahakan dua unit militer,
berjumlah 263 orang,

4.Brunei Darussalam

Kerajaan Brunei Darussalam merupakan Negara yang memiliki corak pemerintahan monarki
absolut (kerajaan mutlak) yang bersendikan ajaran Islam dari golongan Ahli Sunnah Waljamaah
yang falsafahnya adalah keadilan, amanah dan kebebasan dengan Sultan yang menjabat sebagai
Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, merangkap pula sebagai Perdana Menteri dan
Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri.
Brunei tidak memiliki dewan legislatif, namun pada bukan September 2000, Sultan bersidang
untuk menentukan Parlemen yang tidak pernah diadakan lagi sejak tahun 1984. Parlemen ini
tidak mempunyai kuasa selain menasihati sultan. Dikarenakan oleh pemerintahan mutlak Sultan,
Brunei menjadi salah satu neara yang paling stabil dari segi politik di Asia. Sultan Hassana;
Bolkiah yang gelarnya diturunkan dalam wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala
Negara serta pemerintahan Brunei Darussalam. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis dan
sebuah cabinet menteri, walaupun baginda secara berkesan merupakan pemerintah tertinggi.

5.Malaysia
Malaysia menganut sistem parlementer model Westminster. Kepala negara dipegang
oleh Yang Dipertuan Agong. Ia dipilih setiap 5 tahun oleh sebuah lembaga bernama
Conference of Ruler. Kepala negara berwenang mengangkat Perdana Menteri (PM). PM
ini kepala pemerintahan dan figur dominan dalam pemerintahan negara Malaysia.
Dewan Rakyat (DR) dipilih lewat pemilu luber. Partai mayoritas di parlemen memiliki
kans besar agar kadernya diangkat sebagai PM olehYang Dipertuan Agong. PM ini
bertanggung jawab kepada DR. Di pihak lain, Dewan Negara (DN) bermasa tugas 3
tahun. Anggotanya sebagian dipilih oleh DR, sebagian diangkat oleh Yang Dipertuan
Agong berdasarkan nasehat PM. Tugas DN memonitor kinerja DR. Selain DR dan DN,
juga ada lembaga yang disebutConference of Ruler (CoR). CoR terdiri atas para penguasa
(atau keturunan) dari 9 negara federasi Malaysia. Yang Dipertuan Agong berasal dari
salah satu antara mereka.

BAB III

Penutup

Demikian makalah kelompok kami tentang Oligarki Tradisional. Apabila terdapat kata yang
salah atau kkeliruan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Pembahasan makalah ini
kiranya perlu mendapat respon yang positif baik itu berupa saran dan kritik yang mengarah
kepada penyempurnaan, guna mengembangkan dan meningkatkan disiplin ilmu yang sekarang
kami pelajari. Mudah-mudahan makalah ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi rekan-
rekan semua.

Anda mungkin juga menyukai