Nim : 2210211220159
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat dilaksanakan dengan lancar, sehingga laporan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan daripada pembuatan laporan makalah ini
adalah untuk menambah wawasan, kreatifitas, ilmu pengetahuan mahasiswa dan untuk
mempelajari lebih dalam lagi tentang be. Penulis menyadari bahwa laporan Skripsi ini jauh untuk
dikatakan sempurna baik isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
bentuk-bentuk negara dan pemerintahan karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
bagi perbaikan laporan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga laporan makalajini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Nama
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
1. Latar Belakang....................................................................................................................3
2. Rumusan Masalah..............................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
A. Pengertian Negara dan bentuk Negara.................................................................................4
B. Jenis – Jenis Monarki............................................................................................................6
1. Turun – temurun dan Elektif................................................................................................6
2. monarki mutlak dan terbatas................................................................................................6
2.1.2 Macam-macam demokrasi.............................................................................................8
C. Susunan Pemerintahan.........................................................................................................8
a. Negara Kesatuan (Unitaris)...............................................................................................9
b. Negara Serikat (Federasi)................................................................................................11
Perbedaan Negara Kesatuan dan Negara Federasi.................................................................13
D. Sistem Pemerintahan..........................................................................................................15
E. Macam-macam Sistem Pemerintahan...............................................................................16
BAB III.........................................................................................................................................18
PENUTUP....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Negara adalah suatu organisasi diantara sekelompok atau beberapa kelompok manusia
yang bersama-sama mendiami suatu wilayah (territoir) tertentu dengan mengakui suatu
pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa
kelompok manusia tadi. Sedangkan bentuk negara menyatakan susunan atau organisasi
negara secara keseluruhan, mengenai struktur negara yang meliputi segenap unsur-
unsurnya, yaitu daerah, bangsa dan pemerintahannya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan rumusan masalah yaitu
“Bagaimana bentuk pemerintahan dan benua yang ada di dunia?”
BAB II
PEMBAHASAN
Negara adalah suatu organisasi diantara sekelompok atau beberapa kelompok manusia
yang bersama-sama mendiami suatu wilayah (territoir) tertentu dengan mengakui suatu
pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok
manusia tadi.
Sedangkan bentuk negara menyatakan susunan atau organisasi negara secara
keseluruhan, mengenai struktur negara yang meliputi segenap unsur-unsurnya, yaitu daerah,
bangsa dan pemerintahannya.
B. Bentuk Negara
Republic
Dikatakan Negara berbentuk Republik, apabila mekanisme penentuan kepala negaranya
dilakukan melaluhi pemilihan (langsung atau melalui majelis) dengan periodisasi masa jabatan
yanga telah ditentukan. Sedangkan mengenai pengambilan keputusan di dalam negara dilakukan
dalam sebuah forum majelis yang mencerminkan representasi rakyat.
Monarchie
Negara itu dikatakan berbentuk kerajaan (monarkhi) apabila penentuan kepala negara
berdasarkan prinsip pewarisan alias turun temurun, dan pengambilan keputusannya dilakukan
tidak melalui forum majelis yang merepresentasikan kepentingan rakyat.
Monarki, berasal dari bahasa Yunani monos yang berarti satu, dan archein yang berarti
pemerintah. Monarki merupakan sejenis pemerintahan di mana Raja menjadi Kepala Negara.
Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia.Garner menyatakan;
setiap pemerintahan yang didalamnya menerapkan kekuasaan yang akhir atau tertinggi pada
personel atau seseorang, tampa melihat pada sumber sifat – sifat dasar pemilihan dan batas
waktu jabatannya maka itulah monarki. Pendapat lain menegaskan, monarki merupakan
kehendak atau keputusan seseorang yang akhirnya berlaku dalam segala perkara didalam
pemerintahan.
Jellinek menegaskan; monarki adalah pemerintahan kehendak satu fisik dan menekankan bahwa
karakteristik sifat – sifat dasar monarki adalah kompetensi, untuk memperlihatkan kekuasaan
tertinggi Negara. Pada awal kurun ke-19, terdapat lebih 900 buah tahta kerajaan di dunia, tetapi
menurun menjadi 240 buah dalam abad ke-20. Sedangkan pada dekade kelapan abad ke-20,
hanya 40 takhta saja yang masih ada. Dari jumlah tersebut, hanya empat negara mempunyai raja
atau monarki yang mutlak dan selebihnya terbatas kepada sistem konstitusi.
Perbedaan diantara raja dengan presiden sebagai kepala negara adalah raja menjadi kepala
negara sepanjang hayatnya, sedangkan presiden biasanya memegang jabatan ini untuk jangka
waktu tertentu. Namun dalam negara-negara federasi seperti Malaysia, raja atau agong hanya
berkuasa selama 5 tahun dan akan digantikan dengan raja dari negeri lain dalam persekutuan.
Dalam zaman sekarang, konsep monarki mutlak hampir tidak ada lagi dan kebanyakannya
adalah monarki konstitusional, yaitu raja yang terbatas kekuasaannya oleh konstitusi. Monarki
juga merujuk kepada orang atau institusi yang berkaitan dengan Raja atau kerajaan di mana raja
berfungsi sebagai kepala eksekutif.
Monarki demokratis atau dalam bahasa Inggris Elective Monarchy, berbeda dengan konsep
raja yang sebenarnya. Pada kebiasaannya raja itu akan mewarisi tahtanya (hereditary
monarchies). Tetapi dalam sistem monarki demokratis, takhta raja akan bergilir-gilir di kalangan
beberapa sultan. Malaysia misalnya, mengamalkan kedua sistem yaitu kerajaan konstitusional
serta monarki demokratis.
Bagi kebanyakan negara, raja merupakan simbol kesinambungan serta kedaulatan negara
tersebut. Selain itu, raja biasanya ketua agama serta panglima besar angkatan bersenjata sebuah
negara. Contohnya di Malaysia, Yang di-Pertuan Agong merupakan ketua agama Islam,
sedangkan di Britania Raya dan negara di bawah naungannya, Ratu Elizabeth II adalah ketua
agama Kristen Anglikan. Meskipun demikian, pada masa sekarang ini biasanya peran sebagai
ketua agama tersebut adalah bersifat simbolis saja.
Selain raja, terdapat beberapa jenis kepala pemerintahan yang mempunyai bidang kekuasaan
yang lebih luas seperti Maharaja dan Khalifah.
Monarki mungkin saja diklasifikasikan sebagai tahta turun – temurun dan elektif. Monarki secara
turun – menurun adalah tipe yang normal. Kebanyakan monarki dahulunya dikenal dengan
istilah turun – temurun. Dan kehidupan dari monarki turun – temurun ini memiliki banyak
karakter. Monarki ala turun – menurun mewarisi tahta sesuai dengan peraturan rangkaian
pergantian tertentu. Ahli waris laki- laki yang tertua biasanya menjadi raja, menggantikan posisi
raja atau ayahnya sendiri. Rangkaian pergantian bisa juga ditentukan dengan konstitusi atau
melalui sebuah aksi legislature.
Peraturan tersebut memiliki bermacam rupa diberbagai Negara seluruh dunia. Awalnya kerajaan
Roman merupakan monarki elektif. Masa kerajaan Roman dahulunya menganut pemilih dari
kampus. Semenjak abad pertengahan konstitusi monarki elektif telah berubah dan bukan
merupakan hal yang luar biasa. Bagaimanapun, perjalanan masa ke masa monarki ala elektif
mengalami perubahan menuju monarki ala turun- temurun. Garner menganggap inggris sebagai
monarki elektif, karena parlement menuntut dan menggunakan hukum mengatur mutlak
rangkaian pergantian.
Monarki juga bisa diklasifikasikan sebagai mutlak dan terbatas. Garner menyatakan monarki
mutlak adalah monarki yang benar – benar raja. Kehendaknya adalah hukum dalam merespek
segala perkara yang ada. Dia tidak dijilid atau dibatasi oleh apapun kecuali kemauannya sendiri.
Dibawah sistem ini Negara dan pemerintahan tampak identik. Louis XIV raja Negara francis
menyatakan dengan sombongnya bahwa” aku adalah Negara. Ini merupakan deskripsi yang tepat
dari posisi monarki yang mutlak. Tsart dari Russia, Raja Prussia dan kaisar Ottoman merupakan
contoh monarki yang mutlak.
Monarki terbatas memiliki kekuatan yang dibatasi oleh konstitusi yang tertulis atau dengan
prinsip fundamental yang tak tertulis, seperti monarkinya Negara inggris. Monarki dinegara
England hanya sebatas nama saja dalam pemerintahan; raja adalah pemerintahan namun tidak
memerintah. Kekuatan atau kekuasaan merupakan teori saja, namun pemerintahan dipimpin oleh
yang lainnya.
Monarki dinegara jepang juga terbatas. Disana kaisar tidak memiliki kekuasaan apapun
dipemerintahan. jadi, jelasnya raja adalah simbol Negara dan kesatuan rakyat’’ didalam
pengertian yang nyata, monarki yang terbatas hanyalah bentuk pemerintahan yang demokrasi.
C. Susunan Pemerintahan
Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur seluruh
daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang kedaulatan sepenuhnya,
baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan antara pemerintah pusat dengan rakyat dan daerahnya
dapat dijalankan secara langsung. Dalam negara kesatuan hanya ada satu konstitusi, satu kepala
negara, satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen. Demikian pula dengan pemerintahan,
yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang tertinggi dalam segala aspek
pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi parlemen pusat dan tiadanya badan-
badan lain yang berdaulat.
1. Sentralisasi, dan
2. Desentralisasi.
Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah pusat,
sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan dari pemerintah
pusat. Daerah tidak berwewenang membuat peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus
rumah tangganya sendiri.
Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk mengatur rumah
tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung aspirasi rakyat di daerah, terdapat
parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah pusat tetap memegang kekuasaan tertinggi.
1. pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu sendiri;
2. peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah itu
sendiri;
3. tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan dapat berjalan
lancar;
4. partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan meningkat;
5. penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.
Sedangkan kerugian sistem desentralisasi adalah ketidakseragaman peraturan dan kebijakan serta
kemajuan pembangunan.
Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian yang
masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki konstitusi sendiri,
kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet sendiri, yang berdaulat dalam negara serikat
adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut negara federal.
Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan
konstitusi federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh
pemerintah federal.
1. tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri (kabinet) demi
kepentingan negara bagian;
2. tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh bertentangan
dengan konstitusi negara serikat;
3. hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui negara bagian,
kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah diserahkan secara langsung kepada
pemerintah federal.
Dalam praktik kenegaraan, jarang dijumpai sebutan jabatan kepala negara bagian (lazimnya
disebut gubernur negara bagian). Pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dengan negara
bagian ditentukan oleh negara bagian, sehingga kegiatan pemerintah federal adalah hal ikhwal
kenegaraan selebihnya (residuary power).
Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian kepada pemerintah federal
meliputi:
1. hal-hal yang menyangkut kedudukan negara sebagai subyek hukum internasional,
misalnya: masalah daerah, kewarganegaraan dan perwakilan diplomatik;
2. hal-hal yang mutlak mengenai keselamatan negara, pertahanan dan keamanan nasional,
perang dan damai;
3. hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas pokok hukum
maupun organisasi peradilan selama dipandang perlu oleh pemerintah pusat, misalnya:
mengenai masalah uji material konstitusi negara bagian;
4. hal-hal tentang uang dan keuangan, beaya penyelenggaraan pemerintahan federal,
misalnya: hal pajak, bea cukai, monopoli, matauang (moneter);
5. hal-hal tentang kepentingan bersama antarnegara bagian, misalnya: masalah pos,
telekomunikasi, statistik.
Menurut C.F. Strong, yang membedakan negara serikat yang satu dengan yang lain adalah:
1. cara pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian;
2. badan yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul antara pemerintah
federal dengan pemerintah negara bagian.
Berdasarkan kedua hal tersebut, lahirlah bermacam-macam negara serikat, antara lain:
1. negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah federal, dan
kekuaasaan yang tidak terinci diserahkan kepada pemerintah negara bagian. Contoh
negara serikat semacam itu antara lain: Amerika Serikat, Australia, RIS (1949);
2. negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah negara
bagian, sedangkan sisanya diserahkan kepada pemerintah federal. Contoh: Kanada dan
India;
3. negara serikat yang memberikan wewenang kepada mahkamah agung federal dalam
menyelesaikan perselisihan di antara pemerintah federal dengan pemerintah negara
bagian. Contoh: Amerika Serikat dan Australia;
4. negara serikat yang memberikan kewenangan kepada parlemen federal dalam
menyelesaikan perselisihan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian.
Contoh: Swiss.
Persamaan antara negara serikat dan negara kesatuan bersistem desentralisasi: 1) Pemerintah
pusat sebagai pemegang kedaulatan ke luar; 2) Sama-sama memiliki hak mengatur daerah sendiri
(otonomi).
Sedangkan perbedaannya adalah: mengenai asal-asul hak mengurus rumah tangga sendiri itu.
Pada negara bagian, hak otonomi itu merupakan hak aslinya, sedangkan pada daerah otonom,
hak itu diperoleh dari pemerintah pusat.
1. Negara Kesatuan
Negara ini juga disebut negara Unitaris. Ditinjau dari segi susunannya, negara kesatuan
adalah negara yang tidak tersusun dari pada beberapa negara, seperti halnya dalam negara
federasi, melainkan negara itu sifatnya tunggal, artinya hanya ada satu negara, tidak ada negara
di dalam negara. jadi dengan demikian di dalam negara kesatuan itu juga hanya ada satu
pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai kekuasaan atau wewenang tertinggi
dalam segala lapangan pemerintahan. Pemerintahan pusat inilah yang pada tingkat terakhir dan
tertinggi dapat memutuskan segala sesuatu di dalam negara tersebut.
Sistem Desentralisasi
Tetapi kadang-kadang di dalam negara kesatuan ini diadakan pembagian daerah, di mana
dalam tiap-tiap daerah itu terdapat organisasi kenegaraan yang tegak sendiri. Pembagian daerah
tersebut misalnya pembagian dalam daerah-daerah : Tingkat I, Tingkat II, Tingkat III, yang
berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dan yang pada tiap-tiap daerah
tersebut mempunyai pemerintahan sendiri, yang di sebut pemerintah daerah. Tetapi kita harus
ingat bahwa pemerintahan daerah ini tidak mempunyai kekuasaan atau wewenang yang tertinggi
mengenai apapun dalam lapangan pemerintahan. karena dalam tingkat terakhir dan tertinggi
putusan-putusan dalam lapangan pemerintahan itu yang wewenang mengadakan adalah
pemerintahan pusat.
Negara kesatuan yang menyelenggarakan pembagian daerah seperti tersebut di atas
disebut negara kesatuan yang didesentralisasikan. Sedangkan sebaliknya negara kesatuan yang
tidak meyelenggarakan pembagian daerah disebut negara kesatuan yang disentralisasikan, tetapi
negara biasanya juga mengadakan pembagian daerah dalam daerah-daerah administrasi.
2. Negara Federasi
Negara federasi adalah negara yang tersusun dari pada beberapa negara yang semula
berdiri sendiri-sendiri, yang kemudian negara-negara itu mengadakan ikatan kerjasama yang
efektif, tetapi di samping itu, negara-negara tersebut masing ingin memiliki wewenang-
wewenang yang dapat di urus sendiri. Jadi di sini tidaklah semua urusan itu diserahkan kepada
pemerintahan gabungannya, atau pemerintah federal, tetapi masih ada beberapa urusan tertentu
yang tetap di urus sendiri. Biasanya yang diserahkanitu yaitu : urusan-urusan yang diserahkan
oleh pemerintah negara-negara bagian kepada pemerintahan federal, adalah urusan-urusan yang
menyangkut kepentingan-kepentingan bersama dari pada semua negara-negara bagian tersebut,
misalnya urusan keuangan, urusan angkutan bersenjata, urusan pertahanan dan sebagai semacam
itu. Hal ini di maksudkan untuk menjaga sampai terjadi kesimpang-siuran, serta supaya ada
kesatuan, karena itu adalah menentukan hidup-matinya negara tersebut.
Maka tepatlah kiranya kalau Dicy menggambarkan negara federasi itu sebagai suatu
perakalan untuk mengadakan suatu peraduan antara kesatuan dan kekuatan nasional dengan
pengertian bahwa negar-negara bagian itu masih tetap memiliki hak-haknya.
Seperti telah dikatakan di atas, bahwa negara federasi itu addalah negara yang terdiri atas
penggabungan dari pada beberapa negara yang semula berdirisendiri. Oleh karena itu di dalam
negara federasi tersebut kita dapat adanya dua macam pemerintahan yaitu,
1. Pemerintahan federal. Ini adalah yang merupakan pemerintahan gabungan-gabungannya,
atau pemerintahan ikatannya, atau pemerintahan pusatnya.
2. Pemerintah negara bagian
Jadi negara-negar itu yang semula berdiri sendiri, di dalam negara federasi tersebut
bergabung menjadi satu ikatan, dengan maksud untuk mengadakan kerjasama antar
negar-negara tersebut demi kepentingan mereka bersama, dan di samping itu masih ada
kebebasan hak-hak kenegaraan dari pada negara-negara bagian itu sendiri.
Ikatan kerjasama itu dapat bersifat erat, tetapi dapat juga bersifat agak renggang,
yang hampir menyerupai perjanjian multilateral. dan memang pada hakekatnya hubungan
negara-negara di dalam negara federasi itu berdasarkan perjanjian saja, yang ada suatu
waktu mungkin dapat di putuskan. Dan berdasarkan sifat hubungan ini, tegasnya sifat
hubungan antara pemerintah negara federal dengan negara-negara bagian, maka negara
federasi itu dapat di bedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Negara Serikat
b. Perserikatan Negara.
D. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah yaitu “sistem” dan
“pemerintahan”. Menurut Carl J. Friedrich, sistem adalah suatu keseluruhan terdiri dari beberapa
bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian maupun hubungan
fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan
antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik
memengaruhi keseluruhan itu.
Adapun pemerintahan dalam arti luas adalah segala unsur yang dilakukan oleh negara
dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara sendiri.
Sedangkan menurut doktrin Hukum Tata Negara yang biasanya tertuang di dalam
konstitusi, sistem pemerintahan negara dapat dibagi menjadi 3 pengertian, yaitu:
1. Sistem pemerintahan negara dalam arti paling luas, yakni tatanan yang berupa struktur
dari satu negara dengan menitikberatkan pada hubungan antar negara dengan rakyat.
2. Sistem pemerintahan negara dalam arti luas, yakni suatu tatanan atau struktur
pemerintahan negara yang bertitik tolak dari hubungan antara semua organ negara,
termasuk hubungan antara pemerintahan pusat (Central Governmeent) dengan bagian-
bagian yang terdapat di dalam negara di tingkat lokal (Local Government).
Sistem pemerintahan ini meliputi:
A. Bangunan negara kesatuan, yaitu pemerintahan pusat memegang otoritas penuh
(berkedudukan lebih tinggi) ketimbang pemerintahan lokal.
B. Bangunan negara serikat (federal), yakni pemerintahan pusat dan negara bagian mempunyai
kedudukan yang sama.
C. Bagian negara konfederasi, yakni pemerintahan lokal (kantor wilayah) mempunyai kedudukan
yang lebih tinggi dari pemerintahan pusat.
3. Sistem pemerintahan negara dalam arti sempit, yakni suatu tatanan atau setruktur
pemerintahan yang bertitik tolak dari hubungan sebagian orang negara ditingkat pusat,
khususnya hubungan antara eksekutif dan legislatif.
PENUTUP
Bentuk negara yang terpenting dan banyak dianut berbagai negara di dunia ialah: negara
kesatuan(Unitarianisme) dan negara serikat (Federasi). Disamping 2 bentuk itu, dari sisi
pelaksana dan mekanisme pemilihannya, bentuk Negara dapat digolongkan ketiga kelompok
yaitu: Monarki, Oligarki, dan Demokrasi. Dan monarki terbagi menjadi tiga yaitu: Monarki
absolute, Monarki konstitusional, dan Monarki parlamenter. Dalam teori Ilmu Negara pengertian
tentang teori bentuk Negara sejak dahulu kala dibagi menjadi dua yaitu: monarchie dan republik.
Jika seorang kepala negara diangkat berdasarkan hak waris atau keturunan maka bentuk
negaranya disebut monarchie dan Kepala Negaranya disebut raja atau ratu. Jika kepala negara
dipilih melalui suatu pemilihan umum untuk masa jabatan yang ditentukan, maka bentuk
negaranya disebut republik dan Kepala Negaranya adalah seorang Presiden.
DAFTAR PUSTAKA
Husin, 2010. Indonesia, Vietnam, Perang Dingin dan Dasar Berkecuali: Hubungan
Maksum, Ali. 2018. POTRET DEMOKRASI DI ASIA TENGGARA PASCA PERANG
DINGIN : Analisa, Dinamika, dan Harapan
Sulfachriadi. 2015. POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA ORDE
BARU
Said, Maj. Moch. 1961. Pedoman Untuk Melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat.
Penerbit Permata Surabaya