Disusun oleh :
Kelompok 4
LAMPUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
karunianya, sehingga penulisan makalah ini dapat menyelesaikan tugas Mata
Kuliah Kapita Selekta dengan lancar.
Sholawat teriring salam, senantiasa tercurahkan kepada baginda
Rosulullah Muhammad Saw. Berkat beliau agama islam menjadi
Rohmatalill‟alamin dan ilmu pengetahuan dapat kita peroleh.
Makalah ini saya selesaikan dan guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Kapita Selekta. Saya mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu. Khususnya kepada bapak Rudi Santoso, S.H.I.,M.H.I.,M.H. Selaku
dosen pembimbing Mata Kuliah Kapita Selekta.
Saya sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
Kesimpulan ............................................................................................. 28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara federasi atau serikat, adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas
beberapa negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat. Contoh
negara yang berbentuk federasi adalah Amerika Serikat, Malaysia,
Australia, Kanada, Meksiko, Irlandia, New Zealand, India.
B. Rumusan Masalah
1
2. Untuk Mengetahui Prinsip Demokrasi dan Negara Hukum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
b) Bentuk Republik.
Di Jepang lain lagi. Kepala Negara biasanya disebut raja atau kaisar
dan selalu laki-laki. Yang dapat diangkat menjadi kaisar adalah putera
laki-laki tertua. Hal ini di tegaskan dalam UUD jepang bahwa yang berhak
3
menjadi kaisar adalah laki-laki.1
1
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi (Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer, 2007), p. 277.
2
Asshiddiqie, p. 279.
4
berbentuk republik”.3
5
Soviet, setelah Uni Soviet bubar, bersama sama membentuk Confederasion
of Independent States (CIS). Sifat persekutuannya sangat longgar,
sehingga menyerupai organisasi kerjasama antar negara yang biasa, seperti
ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), Arab League, dan
sebagainya. Sedangkan yang keempat adalah fenomena baru sejak
terbentuknya dan berkembangnya Uni Eropa. Organisasi Uni Eropa
(European Union) tidak dapat disebut sebagai orga nisasi seperti
konfederasi, karena sifatnya sangat kuat. Namun, sebagai persekutuan
antar negara, organisasi ini tidak dapat lagi disebut sebagai persekutuan
biasa, karena di dalamnya terdapat fungsi-fungsi kenegaraan yang lazim,
seperti fungsi legislasi, fungsi administrasi, dan bahkan fungsi peradilan
Eropa.
6
atau Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apalagi, adanya kata "ialah"
dalam rumusan "Negara Indonesia ialah' Negar Kesatuan" menunjukkan
rumusan yang bersifat definitif. Artinya, jika bukan Negara Kesatuan,
maka namanya bukan lagi Negara Indonesia.
7
atas dasar permusyawaratan".
8
dan dalam ayat (2) ditentukan,
Artinya, bahasa daerah yang berjumlah 665 bahasa itu juga wajib
dihormati dan dipelihara oleh negara, bukan dibiarkan atau malah
sebaliknya sengaja dihapuskan, baik secara sengaja ataupun se cara diam-
diam. Misalnya, hanya karena dorongan untuk mem bina persatuan bangsa
dan membangun jiwa nasionalisme ber bahasa persatuan, yaitu bahasa
Indonesia, pemerintah tidak bo leh membiarkan atau melakukan hal-hal
yang menyebabkan bahasa daerah menjadi terabaikan dan mengalami
kepunahan. Dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, bangsa
Indonesia bersatu dalam kemajemukan. Pentingnya persatuan itu karena
kita majemuk. Tetapi dalam keadaan bersatu itu tidak berarti bangsa kita
menjadi seragam. Indonesia tetap majemuk, tetapi bersatu dan tidak
bercerai berai.
9
dapat saja diadakan pengaturan bahwa di daerah tertentu dikhususkan
format kelembagaan pe merintahannya karena kebutuhan-kebutuhan yang
khas di bidang ekonomi.
Kata kuncinya adalah bahwa kebijakan khusus itu harus dapat (1)
memperkuat fondasi NKRI dan sema kin menjamin persatuan bangsa, (ii)
mempercepat kemakmuran rakyat setempat dan mendukung kesejahteraan
seluruh rakyat Indonesia, (iii) semakin membangun keadilan sosial yang
nyata bagi seluruh rakyat Indonesia, dan (v) merupakan cermin pelak
sanaan kedaulatan rakyat setempat.
1. Pemerintahan Demokrasi
10
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar”.
Dengan kata lain, UUD 1945 sebagai hukum dasar dan hukum
tertinggi dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia harus menjadi
acuan dan pegangan bagi penyelenggara negara dalam menentukan
kebijakan-kebijakan kenegaraan dan pemerintahan. Kebijakan politik,
kebijakan ekonomi, dan bahkan kebijakan sosial budaya harus mengacu
pada ketentuan hukum dasar atau ketentuan hukum tertinggi dalam UUD
1945. Setiap kebijakan yang dituangkan dalam bentuk undang-undang di
bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.5
4
Cora Elly Noviati, „Demokrasi Dan Sistem Pemerintahan‟, 2013, Volume 10, Nomor 2, Juni
2013 (2013), p. 336.
5
Asshiddiqie, p. 296.
11
kedudukannya.Apabila peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah kedudukannya bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi kedudukannya, maka dapat diawasi
dengan mekanisme pengujian (review), baik melalui Lembaga
Eksekutif (executive review) maupun Lembaga Yudikatif (judicial
review). Bentuk pengujian terbagi dua, yaitu:
Pengujian formal
Pengujian material
Pasal 28A berbunyi bahwa Setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
12
keturunan melalui perkawinan yang sah.
13
mengeluarkan pendapat.
14
1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun.
15
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
16
Daerah dan Wakil Kepala Daerah).
17
didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi. Kesepakatan atau
konsensus kedua ini juga sangat prinsipil, karena dalam setiap negara
harus ada keyakinan bersama bahwa apapun yang hendak dilakukan
dalam konteks penyelenggaraan negara haruslah didasarkan atas rule
of the game yang ditentukan bersama. Istilah yang biasa digunakan
untuk itu adalah the rule of law yang dipelopori oleh A. V. Dicey,
seorang sarjana Inggris kenamaan. Bahkan di Amerika Serikat istilah
ini dikembangkan menjadi jargon, yaitu “The Rule of Law, and not of
Man” untuk menggambarkan pengertian bahwa hukumlah yang
sesungguhnya memerintah atau memimpin dalam suatu negara, bukan
manusia atau orang. Istilah The Rule of Law jelas berbeda dari istilah
The Rule by Law. Kesepakatan ketiga adalah berkenaan dengan
18
(equality before the law)
2. Pasal 28D ayat (1) berbunyi bahwa Setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Ayat (3)
berbunyi bahwa Setiap warga negara berhak memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
1. Pasal 24 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi bahwa
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
19
Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
C. Sistem Pemerintahan
6
Putra Astomo, „PRINSIP-PRINSIP NEGARA HUKUM INDONESIADALAM UUD NRI
TAHUN 1945‟, Jurnal Hukum Unsulbar, 1.1 (2018), 1–12 (p. 6) <https://doi.org/10.31605/j-
law.v1i1.47>.
20
tercampur di mana ciri-ciri kedua sistem tersebut di atas sama-sama dianut.
Oleh karena itu, kedua sistem pemerin tahan presidensil dan sistem
pemerintahan parlementer tersebut pada pokoknya dibedakan atas dasar
kriteria:
21
menganut sistem presidensil tidak memunyai jabatan kepala eksekutif di luar
presiden. Oleh sebab itu, ide untuk memfungsikan jabatan wakil presiden
seba gai semacam perdana menteri secara prinsipil juga tidak mungkin
diterima. Dengan tugas dan wewenangnya masing-masing, presi den adalah
presiden, dan wakil presiden adalah wakil presiden.
22
institusi yang bersifat kolektif;
23
yang terpusat pada parlemen.
24
bukanlah sistem demokrasi. Kekuasaan Presi den dalam sistem UUD 1945 itu
disebut oleh A.K. Pringgodigdo sebagai kekuasaan yang bersifat diktatorial,
sedangkan F.R. Bohtlingk menyebutnya dengan istilah "autocratische
presidentiele stelsel. Dalam sistem yang diperkenalkan oleh Maklumat
Nomor X tanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 14
November 1945, menteri ditentukan bertanggung jawab ke pada Komite
Nasional Pusat, dan pimpinan kabinet disebut Perdana Menteri.
Demikian pula di masa setelah Dekrit 5 Juli 1959, UUD 1945 itu sebenar
nya tidak sungguh-sungguh dijadikan acuan dalam praktik pe nyelenggaraan
negara sehari-hari.Di masa Orde Baru, sistem pemerintahan presidensil yang
diatur dalam UUD 1945 juga diterapkan penuh dengan memu satkan
tanggung jawab kekuasaan pemerintahan negara di ta ngan presiden. Saking
kuatnya kedudukan presiden, maka mes kipun MPR diakui sebagai lembaga
tertinggi negara, tempat presiden diharuskan tunduk dan bertanggung jawab,
tetapi dalam kenyataan praktik, kedudukannya justru tergantung kepada
presiden. Adanya unsur pertanggungjawaban presiden kepada MPR itu justru
memperlihatkan ciri parlementer dalam sistem pemerintahan presidensil yang
25
dianut oleh UUD 1945. Karena itulah, secara normatif sebenarnya, sistem
yang dianutoleh UUD 1945 itu bukanlah murni sistem presidensil, tetapi
hanya quasi presidensil.
Sifat quasi atau sistem presidensil yang tidak murni itulah yang diubah
ketika UUD 1945 diubah pada tahun 1999 sampai tahun 2002, yaitu dengan
mengubah kedudukan MPR tidak lagi sebagai lembaga tertinggi negara,
melainkan lembaga negara yang sederajat dengan presiden. Di samping itu,
ditentukan pula bahwa presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh
rakyat melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Karena itu, dapat
dikatakan bahwa dalam Perubahan Pertama sampai Peru bahan Keempat
UUD 1945, tergambar adanya semangat untuk mengadakan purifikasi atau
pemurnian sistem pemerintahan presidensil Indonesia dari sistem sebelumnya
yang dianggap tidak murni presidensil.
26
1. Kekuasaan politik berpusat pada presiden;
6. Dapat dikatakan bahwa format politik orde baru penuh dengan dominasi
atau hegemoni negara atas masyarakat.
27
BAB III
KESIMPULAN
1. Dalam literatur hukum dan politik, yang biasa disebut sebagai bentuk-
bentuk negara atau “Staatsvormen” itu menyangkut pilihan antara kerajaan
(monarki) atau republik. Pada umumnya dipahami bahwa pengertian bentuk
negara (staatsvorm) itu berkaitan dengan dua pilihan, yaitu: Bentuk
Kerajaan (Monarki): dan Bentuk Republik.
2. Dalam monarki, pengangkatan kepala negara dilakukan melalui garis
keturunan atau hubungan darah, sedangkan dalam republik tidak didasarkan
atas pertalian atau hubungan darah. Di berbagai kerajaan, kepala negara
disebut dengan berbagai macam istilah, dan mekanisme pergantian kepala
negara berdasarkan keturunan Itu juga dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara. Berbeda dari kerajaan, kepala negara republik biasanya disebut
presiden arau ketua seperti di Republik Rakyat Cina, ataupun dengan istilah
lain sesuai dengan bahasa setempat yang berlaku. Kepala negara republik
tidak ditentukan berdasarkan keturunan tetapi berdasarkan pemilihan atau
dengan cara lain yang tidak berdasarkan keturunan. Di negara yang
demokratis, pergantian kepala negara dilakukan secara demokratis, yaitu
melalui pemilihan langsung oleh rakyat atau melalui pemilihan tidak
langsung oleh wakil-wakil rakyat.
3. Negara Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945 adalah negara dengan
susunan organisasinya berbentuk negara kesatuan (unitary state,
eenbeidstaat). Di dunia sekarang, dibedakan adanya empat macam susunan
organisasi negara, yaitu: Negara Kesatuan (Unitary State, Eenheidsstaat),
yaitu negara; Negara Serikat atau Federal (Federal State, Bondsstaan);
Negara Konfederasi (Confederasion, Statenbond); Negara Superstruktural
(Superstate) seperti Uni Eropa.
4. Prinsip Demokrasi Dan Negara Hukum, Pemerintahan Demokrasi Peraturan
seperti itu biasa disebut Konstitusi dan prinsip Negara hukum.
28
5. Sistem pemerintahan berkaitan dengan pengertian regeringsdaad
penyelenggaraan pemerintahan eksekutif dalam hubungannya dengan fungsi
legislatif. Sistem pemerintahan yang dikenal di dunia secara garis basar
dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu: sistem pemerintahan presidensil
(presidential system); sistem pemerintahan parlementer (parliamentary
system); dan sistem campuran (mixed system atau hybrid system).
29
DAFTAR PUSTAKA
Cora Elly Noviati, „Demokrasi Dan Sistem Pemerintahan‟, 2013, Volume 10,
Nomor 2, Juni 2013 (2013)
30