Anda di halaman 1dari 19

"Konsep, Fungsi, Tujuan, dan Urgensi Dasar Negara"

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah: Pancasila
Dosen Pengampu: Hairul Anwar

Oleh Kelompok 2:

1. Tania Tasya (2110536010)


2. Atharika Nuralfalah (2110536020)
3. Septi Anisa (2110536047)
4. Zaky Millano Deca (2110536052)

Kelas 40

PROGRAM STUDI S1 INTAKE AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5
2.1 Menelusuri Konsep Negara...............................................................................................5
2.2 Menelusuri Konsep Tujuan Negara................................................................................10
2.3 Menelusuri Konsep dan Urgensi Dasar Negara..............................................................14
BAB III PENUTUP......................................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara yang berdiri diatas
keberagaman. Setiap negara memiliki pijakan yang menjadi landasan berdirinya sebuah negara.
Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini tertuang dalam
Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945 alinea ke empat. Alinea keempat merupakan sebuah
pernyataan yuridis tentang dasar Negara Republik Indonesia dalam kalimat “...dengan
berdasarkan kepada ...”

“maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar
negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat, dengan berdasarkan kepada, Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusya-waratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.


Kemudian keesokan harinya, tanggal 18 Agustus 1945, disahkan Undang-Undang Dasar 1945
termasuk Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya memuat isi rumusan lima prinsip sebagai
satu dasar negara yang diberi nama “Pancasila”. Sejak saat itulah istilah Pancasila telah menjadi
bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD
1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik
Indonesia disebut dengan “Pancasila”. Inti esensi nilai-nilai Pancasila tersebut, yaitu Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan sosial.

Secara etimologis, Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta. Panca artinya lima, sedangkan sila
artinya dasar, sendi, atau unsur. Jadi, Pancasila mengandung arti lima dasar, lima sendi, atau lima
unsur.

Istilah Pancasila pertama kali diperkenalkan oleh Soekarno dalam sidang BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Menurutnya, Pancasila dijadikan
dasar berdirinya negara Indonesia. Pancasila merupakan dasar atau fondasi negara. Sebuah

3
negara tidak mungkin berdiri tanpa adanya dasar negara. Maka dari itu selain berfungsi sebagai
landasan atau dasar negara, Pancasila juga berfungsi sebagai pedoman hidup bangsa.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Konsep Negara?


2. Bagaimana Konsep Tujuan Negara?
3. Bagaimana Konsep dan Urgensi dasar Negara?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menelusuri konsep Negara

Pada zaman dahulu terdapat presikat yang melekat pada eksistensi manusia yaitu istila
Homo Faber (Makhluk yang menggunakan teknologi). Homo Socius (makhluk bermasyarakat),
Homo Economicus (Makhluk Ekonomi), dan Istilah Zoon Politicon atau makhluk politik. Pada
istilah-istilah tersebut bahwa interaksi antarmanusia dimotivasi oleh sudut pandang, kebutuhan,
atau kepenting masing-masing. Sehingga dalam interaksinya sesama manusia dapat sejalan,
bertentangan, atau pun berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, agar tidak terjadi pertentangan
dan dalam interaksinya tercipta kondisi harmonis dalam memenuhi kebutuhannya, manusia
membutuhkan negara.

Apa itu negara? Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata asing yaitu
state (bahasa inggris), staat (bahasa Belanda dan Jerman), dan etat (bahasa Prancis). Kata
tersebut diambil dari bahasa Latin, status yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu
yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap. Atau dapat diartikan juga dengan standing atau
kedudukan. Istilah tersebut dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup manusia. Secara
terminologi, pengertian negara adalah organisasi tertinggi di dalam suatu kelompok masyarakat
yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup berdampingan, dan mempunyai pemerintah yang
berdaulat.

Sedangkan menurut Roger F. Soltau dalam Sulaiman, Asep (73: 2015) negara adalah alat
atau wewenang yang mengatur persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat. Dapat
disimpulkan bahwa negara adalah sebuah organisasi yang didalamnya mengatur masyarakat dan
dapat menyelesaikan masalah sehingga masyarakat dapat hidup bersatu dan berdampingan.

Unsur Negara

1. Rakyat
Dalam sebuah negara atau organisasi tidak mungkin jika tidak ada manusia, karna
manusialah yang akan mengatur dan menjalankan organisasi.

5
2. Wilayah
Wilayah penting didalam suatu negara karna jika tidak memiliki batas teritorial wilayah
atau negara tersebut akan tergantikan dengan negara lain. Pada dasarnya wilayah
mencakup darat, perairan, dan udara. Perbatasan sebuah negara biasanya ditentukan
dengan perjanjian.

3. Pemerintah yang berdaulat


Pemerintah adalah pemimpin negara untuk mencapai tujuan negara. Pemerintah
menegakkan hukum dan memberantas kekacauan, mengadakan perdamaian, serta
menyearaskan kepentingan-kepentingan yang bertentangan. Pemerintah yang
menetapkan, menyatakan, dan menjalankan kemauan individu-individu yang tergabung
dalam organisasi politik disebut negara.

4. Pengakuan dari negara lain


Pengakuan oleh negara lain didasarkan atas hukum internasional, pengakuan itu bersifat
deklaratif, bukan bersifat konstitutif. Adanya pengakuan dari negara lain menjadi tanda
bahwa suatu negara baru yang telah memenuhi persyaratan konstitutif diterima sebagai
anggota dalam pergaulan antarnegara. Keberadaan negara sebagai kenyataan fisik
(pengakuan de facto) secara formal dapat ditingkatkan kedudukannya menjadi suatu
judical fact (pengakuan de jure).

Dari perspektif tata negara, negara paling tidak dapat dlihat dari 2 pendekatan, yaitu:

a. Negara dalam keadaan diam, yang fokus pengkajiannya terutama kepada bentuk dan
struktur organisasi negara.
b. Negara dalam keadaan bergerak, negara yang fokus pada mekanisme
penyelenggaraan lembagai-lembaga negara, baik pusat maupun daerah. Pendekatan
ini juga meliputi bentuk pemerintahan seperti apa yang paling tepat untuk sebuah
negara.

Bentuk Negara

1. Negara Kesatuan dan Negara Serikat


Bentuk negara dalam konsep dan teori modern saat ini terbagi menjadi 2:

6
a. Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah bentuk negara yang merdeka dan berdaulat, dengan satu
pemerintah pusat yang berkuasa mengatur seluruh daerah. Dalam pelaksanaannya
negara kesatuan terbagi menjadi 2 macam:
1) Sistem sentralisasi, yakni sistem pemerintahan yang seluruh persoalan
yang berkaitan dengan negara langsung diatur dan diurus oleh pemerintah
pusat, sementara daerah-daerah tinggal melaksanakannya.
2) Sistem desentralisasi, yakni kepala daerah diberikan kesempatan dan
kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri atau dikenal dengan
otonomi daerah atau swatantra.
b. Negara Serikat (federasi)
Negara federasi adalah bentuk negara gabungan dari beberapa negara bagian dari
negara serikat. Negara bagian tersebut pada awalnya merupakan negara yang
merdeka, berdaulat, dan berdiri sendiri. Setelah bergabung dengan federasi maka
sebagian kekuasaannya diserahkan kepada negara serikat. Kekuasaan asli dalam
negara federasi merupakan tugas negara bagian karena ia berhubungan langsung
dengan rakyatnya. Sedangkan negara federasi bertugas untuk menjalankan
hubungan luar negeri, pertahanan negara, keuangan, dan urusan pos.
1) Negara Monarki, Oligarki, dan Demokrasi
Jika dilihat dari sisi jumlah orang yang memerintah dalam sebuah negara,
maka terbagi menjadi menjadi 3 kelompok:
a. Monarki, yakni bentuk negara dalam pemerintahannya hanya dikuasai dan
diperintah oleh satu orang saja.
b. Oligarki, yakni negara yang dipimpin oleh beberapa orang
c. Demokrasi, yakni bentuk negara yang pimpinan tertingginya terletak di
tangan rakyat. Rakyat memiliki kekuasaan penuh dalam menjalankan
pemerintahan.

7
Teori Tentang Terbentuknya Negara

Menurut Nurul Qamar, Amiruddin, dkk ( 2018:10), teori terbentuknya negara terbagi menjadi
10, yaitu:

a. Teori Kontrak Sosial


Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat beranggapan bahwa negara dibentuk
berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat.
b. Teori ketuhanan
Teori ketuhanan juga dikenal dengan doktrin teokratis dalam teori asal mula negara. Teori ini
beranggapan bahwa negara dibentuk oleh tuhan dan para pemimpin negara ditunjuk oleh
tuhan.
c. Teori Kekuatan
Teori kekuatan secara sederhana dapat diartikan bahwa negara yang pertama adalah hasil
dominasi dari kelompok yang kuat terhadap kelompok yang lemah. Negara terbentuk dengan
penaklukan dan pendudukan.
Kekuatan untuk Berkuasa dapat lahir karena beberapa faktor yaitu:
1. Adanya kekuatan fisik
2. Adanya kekuatan ekkonomi atau keuangan
3. Adanya kekuatan sosial politik
d. Teori Patriarki dan Matriarki
Pada teori ini, beranggapan bahwa semua komunitas masyarakat di bumi ini berkembang
melalui suatu tahapan-tahapan atau tingkatan-tingkatan. Terdapat 4 tingkatan, yaitu:
1. Promiscuiteit, dimana manusia hidup tanpa tatanan atau aturan sosial.
2. Matriarchaat. Dimana awal mula manusia hidup dengan tatanan sosial dan mengikuti
garis keturunan ibu.
3. Patriarchaat. Dimana laki-laki melakukan pernikahan dengan perempuan diluar
sukunya.
4. Endogami, Wanita yang di nikahkan dengan masuk kedalam lingkungan laki-laki,
sehingga timbul kelompok keluarga.

Sehingga maksud dari lahirnya negara menurut teori ini adalah berawal dari keluarga,
meningkat ke kelompok keluarga, lalu naik ke suku-suku, dan akhirnya terbentuk negara.

8
e. Teori Organis
Teori organis beranggapan bahwa asal mula negra adalah suatu konsep biologis yang
melukiskan negara dengan istilah-istilah ilmu alam.
f. Teori Daluarsa
Menurut teori ini asal mula negara berada di pundak Raja, terjadi dengan sebab adanya
kepemilikan raja sejak semula, sehingga tahta raja menjadi hak-nya yang tidak boleh
diganggu gugat (daluarsa).
g. Teori Natural
Menurut Teori ini negara tidak lain adalah ciptaan alam.
h. Teori Idealis
Menurut Teori ini, asal mula negara sebagai suatu kemutlakan yang lahir untuk menjalankan
kepentingan umum dan memberikan kemerdekaan kepada manusia.
i. Teori Historis
Teori historis adalah teori yang menyatakan bahwa lembaga-lembaga soaial tidak dibuat,
tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan manusia.
j. Teori Pertentangan Klas
Menurut teori ini, negara tidak lain adalah alat pemukul dari kelas pemeras terhadap kelas
yang di peras dalam rangka menjelajah kaum proletar. Jadi terbentuknya negara karena
kepentingan kaum kaya yang akan melanggengkan kepentingan kepentingannya.

Setelah membahas konsep negara diatas, jika konsep tersebut ingin diwujudkan, serta
bagaimana mewujudkan tujuan negara tersebut, akan ditentukan oleh dasar negara yang dianut
oleh negara yang bersangkutan. Dengan kata lain yang menentukan bentuk negara, sistem
pemerintahan, dan tujuan negara adalah dasar negara tersebut.

Menurut Direktorat Jendral pembelajaran dan Kemahasiswaan (2016:75) Dasar negara


Indonesia adalah Pancasila. Pancasila mempengaruhi bentuk negara yang Negara Republik
Indonesia anut. Dalam pasal 1 UUD Negara Republik Indonesia, negara Indonesia merupakan
Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam hal tersebut dijelaskan hubungannya dalam
sila ketiga yaitu sebagai negara Kesatuan bukan Negara Serikat. Konsep negara republik sejalan
dengan sila kedua dan keempat dalam Pancasila, yaitu negara hukum yang demokratis. Demikian

9
pula dalam Pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia 1945, “kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Hal tersebut menegaskan bahwa
negara Republik Indonesia menganut demokrasi konstitusional bukan demokrasi rakyat seperti
yang terdapat pada konsep negara-negara komunis. Di sisi lain, pada Pasal 1 ayat (3) UUD
Negara Republik Indonesia 1945, ditegaskan bahwa, “negara Indonesia adalah negara hukum”.
Prinsip tersebut mencerminkan bahwa negara Indonesia sejalan dengan sila kedua Pancasila. Hal
tersebut ditegaskan oleh Atmordjo (2009: 25) bahwa : “konsep negara hukum Indonesia
merupakan perpaduan 3 (tiga) unsur, yaitu Pancasila, hukum nasional, dan tujuan negara”.

2.2 Menelusuri Konsep Tujuan Negara

Tujuan negara

Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang mendiaminya, negara
harus memiliki tujuan yang disepakati bersama.

Teori tujuan negara yang disarikan dari Diponolo (1975: 112-156)

1. Teori Kekuatan dan Kekuasaan sebagai Tujuan Negara


 Shan Yang (Pujangga Filsuf Cina, 4-3 SM)
Satu-satunya tujuan bagi raja ialah membuat negara kuat dan berkuasa. Hal ini
hanya mungkin dicapai dengan memiliki tentara yang besar dan kuat.
 Nicollo Machiavelli (1469-1527)
Raja harus tahu bahwa ia senantiasa dikelilingi oleh orang-orang yang selalu
mengintai kelemahan dan menunggu kesempatan menerkam atau merebut
kedudukannya, maka raja haruslah menyusun dan menambah kekuatan terus
menerus.
 Fridriech Nietzsche ( 1844-1900)
Tujuan hidup umat manusia ialah penjelmaan tokoh pilihan dari mereka yang
paling sempurna atau maha manusia (ubermensch). Hidup itu adalah serba
perkembangan, serba memenangkan dan menaklukan, serba meningkat terus ke
atas.

10
2. Teori Kepastian Hidup, Keamanan, dan Ketertiban sebagai Tujuan Negara
 Dante Alleghieri (Filsuf Italia, abad 13-14M)
Manusia hanya dapat menjalankan kewajiban dengan baik serta mencapai
tujuan yang tinggi di dalam keadaan damai. Oleh karena itu, perdamaian
menjadi kepentingan setiap orang. Raja haruslah seorang yang paling baik
kemauannya dan paling besar kemampuannya karena ia harus dapat
mewujudkan keadilan di antara umat manusia.
 Thomas Hobbes (1588-1679)
Perdamaian adalah unsur yang menjadi hakikat tujuan negara. Demi keamanan
dan ketertiban, maka manusia melepaskan dan melebur kemerdekaannya ke
dalam kemerdekaan umum, yaitu negara.
 Theodore Roosevelt (Presiden Amerika Serikat)
In case of a choise between order and justice I will be on the side of order
(apabila saya harus memilih antara ketertiban dan keadilan, maka saya akan
memilih ketertiban).

3. Kemerdekaan sebagai Tujuan Negara


 Herbert Spencer (1820-1903)
Negara itu tak lain adalah alat bagi manusia untuk memperoleh lebih banyak
kemerdekaan daripada yang dimilikinya sebelum adanya negara. Jadi, negara
itu adalah alat untuk menegakkan kemerdekaan.
 Immanuel Kant (1724-1804)
Kemerdekaan itu menjadi tujuan negara. Terjadinya negara itu adalah untuk
membangun dan menyelenggarakan hukum, sedangkan hukum adalah untuk
menjamin kemerdekaan manusia. Hukum dan kemerdekaan tidak dapat
dipisahkan.
 Hegel (Refleksi absolut, 1770-1831)
Negara adalah suatu kenyataan yang sempurna, yang merupakan keutuhan
daripada perwujudan kemerdekaan manusia. Hanya dengan negara dan dalam

11
negara manusia dapat benar-benar memperoleh kepribadian dan
kemerdekaannya.
4. Teori Keadilan sebagai Tujuan Negara
 Aristoteles (384-322 SM)
Negara seharusnya menjamin kebaikan hidup para warga negaranya. Kebaikan
hidup inilah tujuan luhur negara. Hal ini hanya dapat dicapai dengan keadilan
yang harus menjadi dasarnya setiap pemerintahan. Keadilan ini harus
dinyatakan dengan undang-undang.
 Thomas Aquinas (1225-1274)
Kekuasaan dan hukum negara itu hanya berlaku selama ia mewujudkan
keadilan, untuk kebaikan bersama umat manusia, seperti yang dikehendaki
Tuhan.
 Immanuel Kant (1724-1804)
Terjadinya negara itu dari kenyataan bahwa manusia demi kepentingan sendiri
telah membatasi dirinya dalam suatu kontrak sosial yang menumbuhkan
hukum. Hukum adalah hasil daripada akal manusia untuk mempertemukan dan
menyelenggarakan kepentingan bersama. Hukum keadilan semesta alam
menghendaki agar manusia berbuat terhadap orang lain seperti yang ia harap
orang lain berbuat terhadap dirinya.

5. Teori Kesejahteraan dan Kebahagiaan sebagai Tujuan Negara


 Mohammad Hatta (1902-1980)
“Bohonglah segala politik jika tidak menuju kepada kemakmuran rakyat”.
 Immanuel Kant (1724-1804)
Tujuan politik ialah mengatur agar setiap orang dapat puas dengan keadaannya.
Hal ini menyangkut terpenuhinya kebutuhan yang bersifat bendawi dan
terwujudnya kebahagiaan yang bersifat kerohanian.

Tujuan NKRI

Dalam konteks Negara Indonesia, tujuan negara (sesuai dengan pembukaan UUD 1945).
Dalam penjelasan UUD 1945 ditetapkan bahwa negara Indonesia berdasarkan atas hukum

12
(rechtstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat). Dari pembukaan dan penjelasan
UUD 1945 tersebut, dapat dikatakan Indonesia merupakan suatu negara hukum yang bertujuan
mewujudkan kesejahteraan umum, membentuk masyarakat yang adil dan makmur.Tujuan
Negara Republik Indonesia tercantum di dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara
Indonesia Tahun 1945, yaitu:

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.


b. Memajukan kesejahteraan umum.
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Keempat tujuan tersebut didasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Fungsi Didirikannya Suatu Negara

Fungsi Negara Secara Umum

1. Melaksanakan penertiban
Fungsi negara sebagai penertiban, yaitu untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah
bentrokan- bentrokan di dalam masyarakat, sehingga masyarakat tetap stabil.

2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat


Fungsi ini dianggap sangat penting terutama bagi negara-negara baru. Pemerintah
Indonesia menerapkan fungsi ini kedalam bentuk Repelita (Rencana Pembangunan
limaTahun).

3. Pertahanan
Ini untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar. Untuk menjaga kondisi keamanan,
negara memfasilitasi angkatan perangnya dengan peralatan yang lengkap beserta
peralatan pertahanannya.

13
4. Menegakkan keadilan
Fungsi ini diharapkan dapat menciptakan supremasi hukum.

Fungsi Negara Menurut Para Ahli

1. Fungsi negara menurut John Locke


 Fungsi legislatif: membuat undang-undang
 Fungsi eksekutif membuat peraturan dan mengadili
 Fungsi federatif: mengurus urusan luar negeri serta urusan perang dan damai
2. Fungsi Negara Menurut Montesquieu
 Fungsi legislatif: membuat undang-undang
 Fungsi eksekutif: melaksanakan undang-undang
 Fungsi yudikatif: mengadili dan mengawasi agar setiap peraturan ditaati
3. Fungsi Negara Menurut Van Vollenhoven
 Bestuur, yaitu fungsi menyelenggarakan pemerintahan
 Rechtsprak, yaitu fungsi mengadili
 Regeling, yaitu fungsi membuat peraturan
 Politie, yaitu fungsi ketertiban dan keamanan

2.3 Menelusuri Konsep dan Urgensi Dasar Negara

Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah grundnorm (norma
dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita negara), philosophische grondslag (dasar filsafat
negara).

Secara terminologis atau secara istilah, dasar negara dapat diartikan sebagai landasan dan sumber
dalam membentuk dan menyelenggarakan negara. Dasar negara juga dapat diartikan sebagai
sumber dari segala sumber hukum negara.

Secara teoretik, istilah dasar negara, mengacu kepada pendapat Hans Kelsen, disebut a basic
norm atau Grundnorm (Kelsen, 1970: 8).

Kedudukan dasar negara berbeda dengan kedudukan peraturan perundang-undangan karena


dasar negara merupakan sumber dari peraturan perundang-undangan. Dasar negara bersifat

14
permanen sementara peraturan perundang-undangan bersifat fleksibel dalam arti dapat diubah
sesuai dengan tuntutan zaman.
Hans Nawiasky menjelaskan bahwa dalam suatu negara yang merupakan kesatuan tatanan
hukum, terdapat suatu kaidah tertinggi, yang kedudukannya lebih tinggi daripada Undang-
Undang Dasar. Kaidah tertinggi dalam tatanan kesatuan hukum dalam negara disebut
staatsfundamentalnorm, yang untuk Indonesia berupa Pancasila (Riyanto dalam Pimpinan MPR
dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, 2013: 93-94).

J. Oppenheim (1849-1924), ahli hukum tata negara dan hukum administrasi negara di Groningen
Belanda, mengemukakan dalam pidato pengukuhannya yang kedua (1893) sebagai guru besar
bahwa “staatsidee” dapat dilukiskan sebagai “hakikat yang paling dalam dari negara” (de staats
diapse wezen), sebagai “kekuatan yang membentuk negara-negara (de staten vermonde kracht)
(Attamimi dalam Soeprapto, Bahar dan Arianto, 1995: 121).

Aristoteles memberikan pandangannya, bahwa “suatu negara yang baik adalah negara yang
diperintahkan oleh konstitusi dan kedaulatan hukum”. Sebagai suatu ketentuan peraturan yang
mengikat, norma hukum memiliki sifat yang berjenjang atau bertingkat. Artinya, norma hukum
akan berdasarkan pada norma hukum yang lebih tinggi, dan bersumber lagi pada norma hukum
yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada norma dasar/norma yang tertinggi dalam
suatu negara yang disebut dengan grundnorm.

dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara yang menjadi
sumber dari segala sumber hukum sekaligus sebagai cita hukum (rechtsidee), baik tertulis
maupun tidak tertulis dalam suatu negara. Cita hukum ini akan mengarahkan hukum pada cita-
cita bersama dari masyarakatnya. Cita-cita ini mencerminkan kesamaan kepentingan di antara
sesama warga masyarakat (Yusuf, 2009).

Prinsip bahwa norma hukum itu bertingkat dan berjenjang, termanifestasikan dalam Undang-
Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang
tercermin pada pasal 7 yang menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan,
yaitu sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

15
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Sehingga dapat kita simpulkan disini bahwa :

a. Dasar negara merupakan cita negara


Dimana Cita-cita ini mencerminkan kesamaan kepentingan di antara sesama warga
masyarakat. Pendiri negara ini pada tanggal 18 Agustus 1945 menyepakati dasar negara
Republik Indonesia adalah Pancasila. Secara historis, Pancasila tidak semata-mata lahir
secara mendadak. Pancasila hadir melalui proses panjang yang didasari oleh perjuangan
dan pemikiran para tokoh bangsa. Pancasila lahir dari gagasan-gagasan luhur yang
berakar pada kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia sendiri. Menurut Bung
Karno, Pancasila dijadikan dasar berdirinya negara Indonesia. Pancasila merupakan dasar
atau fondasi negara. Sebuah negara tidak mungkin berdiri tanpa adanya dasar negara.
b. dasar negara merupakan gundnorm
berbeda dengan kedudukan peraturan perundang-undangan. Dimana dasar Megara adalah
sumber dari perungdang-undangan.
c. Dasar negara/ norma dasar/cita hukum/cita negara/dasar filsafat negara itu merupakan
landasan dalam meyelanggarakan dan membentuk sebuah negara yang bersifat permanen
dan tidak dapat dirubah.
d. dasar negara/norma dasar/cita hukum/cita negara/dasar filsafat negara merupakan
landasan dari berbagai sumber hukum di sebuah negara.
e. Dasar negara/ norma dasar/cita hukum/cita negara/dasar filsafat negara merupakan
staatsfundamentalnorm
Yaitu kaidah tertinggi dalam kesatuan hukum yang disebut negara.
f. Dasar negara/ norma dasar/cita hukum/cita negara/dasar filsafat negara merupakan
staatsidee.
Yaitu hakikat yang paling dalam dari negara sebagai kekuatan yang membentuk negara-
negara.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai Konsep, Fungsi, Tujuan, dan Urgensi Dasar Negara, maka
dapat diperoleh kesimpulan bahwa :
 negara adalah organisasi tertinggi di dalam suatu kelompok masyarakat yang mempunyai
cita cita untuk bersatu, hidup berdampingan, dan mempunyai pemerintah yang berdaulat.
Negara mempunyai tiga unsur yaitu:
a) Masyarakat (rakyat)
b) Wilayah (daerah)
c) Pemerintah yang berdaulat
d) Pengakuan dari negara lain

Berbagai macam bentuk Negara adalah Negara Kesatuan, Negara Serikat, Negara
Monarki, Oligarki, dan Demokrasi.

 Tujuan Negara Republik Indonesia tercantum di dalam Pembukaan Undang- Undang


Dasar Negara Indonesia Tahun 1945, yaitu:
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
b. Memajukan kesejahteraan umum.
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.

Fungsi Negara Secara Umum, yaitu : Melaksanakan penertiban, Mengusahakan


kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, Pertahanan, Menegakkan keadilan.

 Alasan pentingnya dasar negara, karena :


a. Dasar negara merupakan cita negara
b. dasar negara merupakan gundnorm
c. Dasar negara/ norma dasar/cita hukum/cita negara/dasar filsafat negara itu merupakan
landasan dalam meyelanggarakan dan membentuk sebuah negara yang bersifat
permanen.

17
d. dasar negara/norma dasar/cita hukum/cita negara/dasar filsafat negara merupakan
landasan dari berbagai sumber hukum di sebuah negara.
e. Dasar negara/ norma dasar/cita hukum/cita negara/dasar filsafat negara merupakan
staatsfundamentalnorm
f. Dasar negara/ norma dasar/cita hukum/cita negara/dasar filsafat negara merupakan
staatsidee.

18
DAFTAR PUSTAKA

Diponolo.G.S. 1975. Ilmu Negara Jilid 1. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016. Pendidikan Pancasila untuk


Perguruan Tinggi. Cetakan 1

Muzayin. 1992. Ideologi Pancasila (Bimbingan ke Arah Penghayatan dan Pengamalan bagi
Remaja). Jakarta: Golden Terayon Press

Qamar, Nurul dkk. 2018. Negara Hukum atau Negara Kekuasaan. Makassar: CV.Social Politic
Genius

Sulaiman, Asep. 2015. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung: CV Arfino Raya

Syamsir, dkk. 2017. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi: BKS-PTN Barat

19

Anda mungkin juga menyukai