Anda di halaman 1dari 18

HUKUM KONSTITUSI SEBAGAI PEMBATASAN KEKUASAAN NEGARA

DI INDONESIA

MAKALAH HUKUM KONSTITUSI

Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester

Oleh:
IMAM WAHYUDI
010118361

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 3

A. Latar Belakang ........................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5

C. Tujuan......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 6

A. Pengertian Negara ...................................................................................... 6

B. Pengertian Konstitusi ................................................................................. 8

C. Pembatasan Kekuasaan Negara Dalam Mengatur Sebuah Negara. (Paham


Konstitualisme) ........................................................................................ 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 15

A. Kesimpulan .............................................................................................. 15

B. Saran ........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia termasuk salah satu negara yang


menetapkan diri sebagai negara demokratis. Dan konsep demokrasi yang
dipilih oleh Indonesia adalah demokrasi konstitusional sebagaimana terdapat
dalam rumusan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) yang menegaskan bahwa
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar”.1
Konstitusi dan konstitusionalisme merupakan dua kata yang saling
berhubungan dan saling meneguhkan eksistensi. Secara harfiah, konstitusi
diartikan sebagai segala ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan. 1 Apabila
dilacak lebih jauh, kata konstitusi berasal dari bahasa Prancis constituer yang
berarti membentuk. Maksudnya adalah pembentukan suatu negara, atau
menyusun atau menyatakan suatu negara. Adapun kata “konstitusionalisme”
diartikan sebagai paham pembatasan kekuasaan dan jaminan hak rakyat melalui
konstitusi.2
Secara sederhana dapat dipahami bahwa konstitusi merupakan sarana
agar paham konstitusionalisme dapat dibumikan, sementara konstitusionalisme
merupakan semangat atau paham yang hendak dijaga melalui konstitusi.
Dengan demikian, yang satu (konstitusi) merupakan wadah dan yang lain
(konstitusionalisme) merupakan isinya. Lebih jauh, bicara tentang konstitusi

1
Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2
Astim Riyanto, Teori Konstitusi,, (Bandung, Yapemdo, 2000), hlm. 17.

3
dan konstitusionalisme adalah membahas tentang konstitusi sebagai sebuah
produk hukum dan tentang pembatasan kekuasaan demi untuk menjamin
kesejahteraan rakyat. Sebagai sebuah produk hukum, bahasannya adalah
tentang bagaimana konstitusi tersebut dibentuk dan diubah. Sedangkan sebagai
wadah bagi paham konstitusionalisme, bahasannya adalah mengenai materi
muatan konstitusi serta bagaimana konstitusi menentukan pembatasan
kekuasaan negara.3 Konstitusi dan Konstitusionalisme di Indonesia. Saat ini di
dunia, semua organisasi baik social maupun organisasi politik terutama Negara,
dibentuk dengan satu landasan yang merupakan consensus diantara pendirinya,
yang secara umum dinamakan konstitusi. Organisasi social maupun poitik
mengenal anggaran dasar. Demikian juga organisasi bisnis, mengenal pula
anggaran dasar. Dalam ketentuan anggaran dasar, ditentukan apa yang menjadi
tujuan dibentuknya organisasi, serta siapa yang menjalankan roda organisasi
untuk mencapai tujuan, serta organ-organ apa yang diperlukan untuk itu.Semua
ini ditetapkan dalam anggaran dasar tersebut, dengan membentuk organ-organ
atau lembaga yang dibutuhkan seraya member kekuasaan atau mandate pada
organ tersebut, serta bagaimana hubungan organ tersebut satu sama lain.
Sebuah aspek penting dalam proses transisi Indonesia menuju
demokrasi adalah reformasi di bidang ketatanegaraan yang dijalankan melalui
perubahan konstitusi Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Perubahan UUD 1945 bertujuan untuk
mewujudkan konstitusi Indonesia yang memungkinkan terlaksananya
penyelenggaraan negara yang modern dan demokratis. Semangat perubahan
konstitusi yang muncul berupa supremasi konstitusi, keharusan dan pentingnya
pembatasan kekuasaan, pengaturan hubungan dan kekuasaan antarcabang

3
Yuliandri, Konstitusi dan Konstitualisme, Fakultas Hukum Universitas Andalas
tersedia di
https://pusdik.mkri.id/materi/materi_39_Prof.%20Yuliandri_Konstitusi%20dan%20Konstitusi
onalisme_Makalah.pdf

4
kekuasaan negara secara lebih tegas, penguatan sistem checks and balances
cabang kekuasaan, penguatan perlindungan dan penjaminan hak asasi manusia,
penyelenggaraan otonomi daerah dan pengaturan hal-hal yang mendasar di
berbagai bidang kehidupan masyarakat.4

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Negara itu?
2. Apakah pengertian Konstitusi itu?
3. Bagaimana pembatasan kekuasaan negara dalam mengatur sebuah negara?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Negara.
2. Untuk mengetahui pengertian konstitusi
3. Untuk mengetahui pembatasan kekuasaan negara dalam mengatur sebuah
negara.

4
Syprianus Aristeus, , Hukum Nasional Pasca Amandemen UUD 1945, (Jakarta,
Badan Pembinaan Hukum Nasional Depkum,2009), hlm. 29.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara
Pada dasarnya para ahli ketatanegaraan masih memberikan pengertian yang
beraneka ragam mengenai negara, baik dipandang dari sudut kedaulatan
maupun negara dinilai dari sudut peraturan-peraturan seperti tanpa dari
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli ilmu ketatanegaraan.
Para sarjana yang menekankan Negara sebagai inti dari politik
(politics), memusatkan perhatiannya pada lembaga-lembaga kenegaraan serta
bentuk formalnya.Definisi-definisi ini bersifat tradisional dan agak sempit
ruang lingkupnya.Pendekatan ini dinamakan pendekatan Institusional
(Institusional approach). Berikut iini ada beberapa definisi:5
Roger F. Soltau misalnya, dalam bukunya Introduction to Politics
mengtakan:“ ilmu politik mempelajari Negara, tujuan Negara-negara dan
lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara
Negara dan warganya serta hubungan antar Negara “(Political Science is the
study of the state, its aim and purposes the institutions by which these are going
to be realized, its relations with its individual members, and other state).”
J. Barents, dalam ilmu politika,” ilmu politik adalah ilmu yang
mempelajari kehidupaan bermasyarakat… dengan Negara sebagai bagiannya
(en maat- schappelijk leven…waarvan de staat een onderdeel vornt); ilmu
politik mempelajari Negara dan bagaimana Negara tersebut melakukan tugas
serta fungsiya ( De wetenschap der politiek is de wetenshcap die het leven van

5
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar ilmu politik, cetakan XIII, (Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama, 1991), hlm. 48.

6
de staat een onderdeel vornt. Aan het onderzoek van die staten, zoals ze warken,
is de wetenschap der politiek gewijd).6
Kata “Negara” mempunyai dua arti.Pertama, Negara adalah masyarakat
atau wilayah yang merupakan suatu kesatuan politis.Dalam arti ini India, Korea
Selatan, atau Brazilia merupakan Negara.Kedua, Negara adalah lembaga pusat
yang menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan dengan demikian
menguasai wilayah itu.sementara itu dalam ilmu politik, istilah “Negara”
adalah agency (alat) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubunganhubungan manusia dalam masyarakat dan menerbitkan
7
gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. di masa sekarang bentuk negara
terbadi menjadi tiga macam menurut Ni’matul Huda yaitu:8
1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah Negara yang tidak tersusun dari pada beberapa
Negara, seperti halnya dalam Negara federasi, melainkan Negara itu
sifatnya tunggal, artinya hanya ada satu Negara, tidak ada Negara dalam
Negara.
2. Negara Federal
Negara federal, dilihat dari asal-usulnya, kata “federal” berasal dari
bahasa Latin, feodus, yang artinya liga.liga Negaranegara kota yang
otonom pada zaman Yunani kuno dapat dipandang sebagai Negara federal
yang mula-mula.
3. Negara Konfederasi
Di dalam mengartikan dan memahami bentuk Negara federal ini
kadang-kadang kita digaduhkan dengan adanya bentuk konfederasi.Untuk
mencari perbedaan antara federasi dengan konfederasi, George Jellinek

6
J. Berents, Ilmu Politika: suatu perkenalan lapangan, terjemahan L.M Sitous
(Jakarta:P.T. Pembangunan, 1965), hlm 23.
7
Miriam Budiardjo, Op., Cit, hlm. 49.
8
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm. 232-249.

7
mencari ukuran perbedaan itu pada sosial dimana letak kedaulatan.Dalam
konfederasi, kedaulatan itu terletak pada masing-masing Negara anggota
peserta konfederasi itu, sedangkan pada federasi letaknya kedaulatan itu
pada federasi itu sendiri dan bukan pada Negara-negara. 9

B. Pengertian Konstitusi
Konstitusi ini dapat dirumuskan sebagai dokumen yang memuat
ketentuan-ketentuan tentang bekerjanya satu organisasi. Negara umumnya
selalu di dasarkan pada satu konstitusi atau Undang-Undang Dasar, meski
beberapa Negara seperti Inggris, Israel dan New Zealand secara formal dan
tertulis tidak memilikinya. Meskipun demikian kita dapat merujuk kepada
Inggris yang memiliki tradisi konstitusi yang kuat meskipun tidak memiliki
secara khusus dan tertulis konstitusi tersebut, yang melihat konstitusi tersebut
sebagai : “satu bentuk aturan, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang
menentukan susunan dan kekuasaan organ-organ Negara, dan mengatur
hubungan satu sama lain dan organ Negara dengan warganegara.”10
Dalam sejarah klasik, dikenal beberapa perkataan yang merujuk kepada
pemahaman kita tentang konstitusi sekarang, yaitu politea dari bahasa Yunani
kuno dan constitution dalam bahasa Latin, yang terkait dengan perkataan jus.
Politea merupakan yang tertua.11
Keberadaan sebuah konstitusi secara luas dilihat sebagai sebuah syarat
yang perlu bagi demokrasi dan rule of law. Negara-negara yang bergerak dari
kolonialisme menjadi merdeka atau dari negara dengan pemerintahan absolut
menjadi pemerintahan demokrasi, selalu disertai dengan satu upacara
peresmian sebuah konstitusi tertulis secara formal. Konstitusi karenanya

9
Ibid.
10
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006), hlm. 115.
11
Ibid., hlm. 89.

8
merupakan pernyataan dasar dari sekelompok penduduk bersama-sama sebagai
warga dari satu bangsa tertentu dan dipandang sebagai aturan dasar tentang
norma dan nilai yang dimiliki bersama serta mereka setuju mengikatkan diri.12
Undang-Undang Dasar merupakan konstitusi sebagai satu naskah yang tertulis.
Karena sifatnya yang tertulis, maka peran hukum yang tidak tertulis menjadi
sangat penting dalam memberi makna dan arti terhadap teks tertentu dalam
UUD tersebut yang kemungkinan membutuhkan pemahaman karena perjalanan
waktu yang panjang saat UUD tersebut dirumuskan dan dituliskan dengan
konteks saat norma dalam UUD tersebut diterapkan dalam kasus-kasus yang
dihadapi. Penafsiran dengan bantuan nilai, prinsip dan pandangan hidup yang
ada dalam dasar Negara sebagai staatsfundamentalnorm akan memungkinkan
UUD tertulis demikian mampu beradaptasi dengan perubahan zaman yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat yang kadang-kadang amat radikal.
Didalam konstitusi ditentukan kelembagaan-kelembagaan negara serta
kewenangannya, baik kewenangan negara secara horizontal maupun secara
vertikal yaitu yang berkaitan dengan penggunaan wewenang tersebut kepada
rakyat. Jadi sesuai dengan azas negara hukum, pada dasarnya dalam setiap
penggunaan wewenang harus mempunyai dasar legalitas, sebuah konstitusi
yang kompeherensif seharusnya juga menyediakan mekanisme control (checks
and balances) agar setiap penyimpangan dalam penggunaan kewenangan dapat
dikembalikan pada posisi normatifnya atau sesuai dengan konstitusi.13
Dalam hal pembatasan kekuasaan berdasarkan paham
konstitusionalisme maka ada tiga ciri negara hukum klasik yaitu:14

12
Barry M. Hager, The Rule of Law, A Lexicon for Policy Makers, (The Mansfield
Center for Pacific Affair, 2000), hlm. 19.
13
Ro’is Alfauzi dan Orien Effendi, Pembatasan Kekuasaan Berdasarkan Paham
Konstitualisme Di Negara Demokrasi, Jurnal Politica, Volume Nomor 2, Juli-Desember 2020,
hlm. 121.
14
Ibid.

9
1. Adanya undang-undang dasar sebagai peraturan tertulis yang mengatur
hubungan antara pemerintah dan warganya.
2. Adanya pembagian kekuasaan yang dapat menjamin kemerdekaan
kekuasaan kehakiman.
3. Adanya pemencaran kekuasaan negara atau pemerintah. Ciri-ciri tersebut
sudah jelas menghendaki adanya pembatasan atas kekuasaan pemerintah
dalam negara yang biasanya pembatasanpembatasan itu dituangkan dalam
konstitusi.

C. Pembatasan Kekuasaan Negara Dalam Mengatur Sebuah Negara. (Paham


Konstitualisme)
Konstitusi merupakan hukum tertinggi suatu negara yang harus ditaati
baik oleh rakyat maupun pemimpin rakyat. Indonesia sebagai negara demokrasi
harus memiliki konstitusi atau Undang-Undang Dasar sebagai peraturan tertulis
dan tertinggi yang menjamin supremasi hukum yang mengikat seluruh warga
negara baik ke dalam maupun ke luar dalam mengatur mekanisme pengaturan
roda pemerintahan dan menjamin pemisahan kekuasaan negara dan aparatur
negara dengan konsensus nasional yang disepakati oleh penyelenggara
negara.15
Meskipun konstitusi memiliki hubungan yang melekat dengan gagasan
konstitusinalisme, masih perlu dibedakan dengan pengertian
konstitusionalisme, yaitu sebagai paham yang meletakkan pembatasan terhadap
kekuasaan atau penyelenggara kekuasaan, yang dilakukan baik dengan
pemisahan atau pembagian cabang-cabang kekuasaan maupun dengan

15
Elsa Maulida Rahma, UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia tersedia di
https://www.kompasiana.com/elsamaulidarahma3281/6182121d06310e612a3486d3/uud-
1945-sebagai-konstitusi-negara-indonesia.

10
pengakuan dan jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi. Prinsip
konstitusionalisme modern sesungguhnya menyangkut pengaturan dan
pembatasan kekuasaan negara, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses
pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan sebagaimana mestinya.16
Terdapat beberapa hal yang tidak bisa dilakukan pemerintah, meskipun
tindakan itu dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Konstitusionalisme berkait erat dengan demokrasi yang menghormati
persamaan martabat manusia dengan kebebasan dan hak-hak dasar yang
dimiliki warga negara, yang telah menjadi nilai dasar setiap masyarakat yang
adil.
Terkait dengan beberapa teori demokrasi, juga ada beberapa versi
konstitutionalisme. Untuk tujuan ini, yang paling penting adalah
konstitusionalisme negatif yang erat dengan konsep atau gagasan liberal klasik
bahwa fungsi pemerintah terbatas hanya pada peran penjaga malam; di lain
pihak ada konstitusionalisme positif, yang berpendapat bahwa dalam dunia
modern yang saling berhubungan erat dan menghormati martabat manusia,
timbul kewajiban pada Pemerintah untuk membantu warga negara mencapai
kehidupan yang baik dan adil. Dengan demikian Pemerintah memiliki
kewajiban positif untuk memajukan kesejahteraan warganya.17 Ruang lingkup
konstitusionalisme tersebut dalam literatur diuraikan sangat luas, namun pada
hakekatnya meliputi unsur-unsur berikut ini :
1. Kekuasaan (politik) tunduk pada hukum.
2. Diakuinya jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3. Adanya peradilan yang bebas dan mandiri.

16
Jimly Asshidiqie,Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta:Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi R.I., 2006), hlm. 23-24.
17
Walter F. Murphy, Creating and Maintaining a Just Political Order,The John
(Hopkins: Baltimore University Press, 2007), hlm. 6-7.

11
4. Pertanggungjawaban publik dari penyelenggara Negara (akuntabilitas
publik) yang merupakan sendi utama kedaulatan rakyat.

Konstitusi yang tidak tertulis dikatakan sebagai prinsip dasar dan nilai-
nilai moral yang merupakan norma-norma yang tidak tertulis yang boleh
dipandang abstrak tetapi merupakan hal yang ideal dalam kehidupan bernegara.
Nilai-nilai tersebut menjadi pandangan hidup masyarakat tertentu dan sebagai
sumber norma sebagai dasar berlakunya norma yang lebih kongkrit dan tertulis.
Nilai dan pandangan hidup suatu bangsa ini oleh Hans Kelsen disebut
Grundnorm, tetapi oleh mudridnya bernama Hans Nawiasky disebut sebagai
Staatsfundamentalnorm.18

Undang-undang 1945 merupakan konstitusi dalam bentuk naskah


tertulis yang berarti sebagai hukum dasar tertulis undang-undang 1945
mengandung pengertian sebagai berikut:19
a. Bersifat mengikat, baik bagi penyelenggara negara, lembaga negara,
lembaga kemasyarakatan, maupun seluruh warga negara.
b. UUD 1945 berisi norma-norma, kaidah-kaidah, aturan-aturan atau
ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh semua
komponen negara.
c. UUD 1945 berfungsi sebagai hukum yang tertinggi sehingga menjadi
sumber dan pedoman hukum bagi setiap peraturan perundangan yang ada
di bawahnya.
d. Setiap tindakan dan kebijakan pemerintah sebagai penyelenggara negara
harus sesuai dan berpedoman pada UUD 1945.

18
Hans Nawiasky, Allgemeine Rechtslehre als System der Rechtslichen
Grundbegriffe, Verlagsanstalt Benziger & Co.A.G. Eintsiedel, Zurich, Koln, hal 33.
19
Arum Sutrisni Putri, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara, tersedia di
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/20/150000269/uud-1945-sebagai-konstitusi-
negara?page=all.

12
Indonesia merupakan negara hukum yang menganut sistem demokrasi,
dimana sebagai negara penganut sistem berdemokrasi sudah barang tentu
bangsa Indonesia adalah negara konstitusi. Sebagaimana dipaparkan
sebelumnya di atas mengenai konstitusi yang kokoh adalah sebuah negara yang
mampu mengatur dan dapat memisahkan atau memberikan batas-batas
kewenangan dan kekuasaan lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif secara
imbang dan saling mengawasi (checks and balances), serta memberikan hak-
hak kepada rakyatnya. 20 Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa Indonesia
merupakan negara hukum yang menganut konsep negara demokrasi, yang di
mana dalam konstitusinya Indonesia membagi menjadi tiga cabang atau bagian
pemerintahan yang memiliki kekuasaan, yakni kekuasaan eksekutif, legislatif,
dan yudikatif. Di mana ketiga cabang pemerintahan yang memiliki kekuasaan
tersebut atas dasar hukum dan nilai-nilai konstitusi yang ada di Negara
Indonesia, tentunya juga memiliki batas-batas kekuasaan, baik dalam
menentukan suatu kebijakan untuk rakyat dan lain sebagainya. Dibawah ini
akan dipaparkan mengenai batas-batas kekuasaan yang dimiliki ketiga cabang
pemerintahan tersebut menurut paham konstitusionalisme dalam sebuah negara
hukum penganut konsep demokrasi seperti halnya Negara Indonesia.
Kekuasaan eksekutif menurut Wynes adalah melaksanakan undang-undang dan
menyelenggarakan urusan pemerintahan agar terciptanya ketertiban, keamanan
dan sebagainya. Kekuasaan eksekutif ini dipegang oleh presiden dan wakil
presiden. Dalam hal kekuasaannya yang paling menonjol dari beberapa bidang
kekuasaan pemerintah atau presiden yang sudah dipaparkan di atas adalah
bidang penyelenggaraan perundangundangan atau administrasi tata usaha
negara dan bidang kewenangan kehakiman.21

20
Ro’is Alfauzi dan Orien Effendi, Op., Cit, hlm. 121.
21
Ibid., hlm. 124.

13
Namun meski demikian kekuasaan yang dimiliki presiden dibatasi oleh
kekuasaan legislatif atau dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
seperti yang disebutkan di atas bahwa kekuasaan presiden dalam menetapkan
peraturan pemerintah, peraturan presiden dan lain sebagainya harus
mendapatkan persetujuan DPR, maka dalam hal itu apapun kebijakan yang akan
dikeluarkan oleh presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif terdapat
batasan kekuasaan.22

Cabang kekuasaan pemerintah bidang yudikatif. Kekuasaan yudikatif


ini dipegang oleh Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan
Komisi Yudisial (KY), perlu diketahui KY memang tidak melaksanakan tugas
peradilan namun tetap berperan dalam bidang kekuasaan kehakiman (Pasal 24B
UUD NRI 1945).23 Di Indonesia yudikatif ini dikenal sebagai penyelenggara
kekuasaan kehakiman, yang di mana secara umum kekuasaan kehakiman ini
dapat kita pahami sebagai suatu kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan dengan tujuan terselenggaranya penegakan
hukum demi tercapainya keadilan. yang dimaksud kekuasaan kehakiman yang
merdeka tersebut adalah tidak ada campur tangan baik pihak eksekutif dan
legislatif dan pihak manapun ketika kekuasaan kehakiman dalam memutus
suatu perkara.

22
Ibid.
23
Ibid., hlm. 128

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara adalah lembaga pusat yang menjamin kesatuan politis itu, yang
menata dan dengan demikian menguasai wilayah yang di pimpin oleh tiga
lembaga yang memiliki tugas dan kewenangan masing-masing yang di mana
negara demokrasi membutuhkan sebuah konstitusi yang bersifat kokoh yaitu
konstitusi yang paham terhadap konstitusinya, secara rinci mengatur batas-
batas kewenangan dan kekuasaan lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Maka dengan demikian pembatasan kekuasaan didalam negara demokrasi
secara konstitusi memang sangat diperlukan, baik didalam kekuasaan organ-
organ kelembagaan dan bentuk kekuasaan lainnya dalam sebuah negara. Hal
tersebut bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi masyarakat,
dan juga menuju sebuah asas pemerintahan yang baik agar tidak terjadi
kesewenang-wenangan kekuasaan yang dilakukan oleh penguasa.

B. Saran
Sebagai masyarkat di Indonesia saya menyarankan untuk tetap membatasi
pemerintahan agar para penguasa tidak menggunakan kekuasaanya secara
sewenang-wenang.

15
DAFTAR PUSTAKA

A. Peraturan Perundang-undangan

Indonesia. Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945.

B. Buku
Aristeus, Syprianus. Hukum Nasional Pasca Amandemen UUD 1945, (Jakarta,
Badan Pembinaan Hukum Nasional Depkum, 2009).

Asshidiqie, Jimly. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta:Sekretariat


Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi R.I., 2006).

Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: Sekretariat


Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006), hlm. 115.

Berents, J. Ilmu Politika: suatu perkenalan lapangan, terjemahan L.M Sitous


(Jakarta:P.T. Pembangunan, 1965).

Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar ilmu politik, cetakan XIII, (Jakarta:Gramedia


Pustaka Utama, 1991).

Hager, M. Barry. The Rule of Law, A Lexicon for Policy Makers, (The Mansfield
Center for Pacific Affair, 2000).

Murphy, Walter F. Creating and Maintaining a Just Political Order,The John


(Hopkins: Baltimore University Press, 2007).

Riyanto, Astim. Teori Konstitusi,, (Bandung, Yapemdo, 2000).

Yuliandri, Konstitusi dan Konstitualisme, Fakultas Hukum Universitas

C. Lainnya

Andalas tersedia di
https://pusdik.mkri.id/materi/materi_39_Prof.%20Yuliandri_Konstitusi
%20dan%20Konstitusionalisme_Makalah.pdf
Arum Sutrisni Putri, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara, tersedia di
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/20/150000269/uud-
1945-sebagai-konstitusi-negara?page=all.

Alfauzi, Ro’is dan Orien Effendi. Pembatasan Kekuasaan Berdasarkan Paham


Konstitualisme Di Negara Demokrasi, Jurnal Politica, Volume Nomor
2, Juli-Desember 2020.

Huda Ni’matul. Ilmu Negara, (Jakarta: Rajawali Press, 2010).

Nawiasky Hans. Allgemeine Rechtslehre als System der Rechtslichen


Grundbegriffe, Verlagsanstalt Benziger & Co.A.G. Eintsiedel, Zurich,
Koln.

Rahma, Elsa Maulida. UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia tersedia di
https://www.kompasiana.com/elsamaulidarahma3281/6182121d06310
e612a3486d3/uud-1945-sebagai-konstitusi-negara-indonesia.

Anda mungkin juga menyukai